Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PROFESI KEPENDIDIKAN

RANAH PENGEMBANGAN KEPROFESIAN GURU & PENGEMBANGAN

PROFESI DAN KARIR

Oleh :

KELOMPOK II

1. CALAN WIJAYA A1I120086

2. HASMITA SARI A1I120091

3. IRNA MEILYAWATI A1I120094

4. NOVITA ASRIANI A1I120101

5. SRI MUNALISA A1I120111

6. SRI RAHAYU A1I120112

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

2021
KATA PENGANTAR

 Dengan menyebut nama Allah SWT. yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ilmiah
tentang Ranah Pengembangan Keprofesian Guru serta Pengembangan Profesi dan Karir.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Ranah Pengembangan
Keprofesian Guru serta Pengembangan Profesi dan Karir ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.

Kendari, 15 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………... ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………… 2
C. Tujuan ……………………………………………………………………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. RANAH PENGEMBANGAN KEPROFESIAN GURU……………………………. 3
1. Penyediaan Guru………………………………………………………………... 3
2. Induksi Guru Pemula……………………………………………………………. 4
3. Profesionalisasi Guru Berbasis Lembaga……………………………………….. 4
4. Professionalisasi Guru Berbasis Individu……………………………………….. 5
B. PENGEMBANGAN PROFESI DAN KARIR……………………………………… 7
1. Alasan Esensial…………………………………………………………………. 7
2. Fokus Pengembangan…………………………………………………………… 8
3. Kesamaan Hak Atas Pengembangan……………………………………………. 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………………….. 10
B. Saran ………………………………………………………………………………... 10
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………. 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini pendidikan di Indonesia dihadapkan dengan beberapa permasalahan.
Dalam Term of Reference EADC 2010 dengan Tema “Cerdas Indonesiaku” memaparkan
bahwa  rendahnya kualitas guru di Indonesia merupakan rangkaian dari rantai masalah
pendidikan di Indonesia yang harus diberantas hingga ke akarnya. Hal ini berkaitan
dengan peran guru yang merupakan komponen penting dalam dunia pendidikan yang berada
di barisan terdepan.
Kualitas guru kita, saat ini disinyalir sangat memprihatinkan. Berdasarkan data tahun
2002/2003, dari 1,2 juta guru SD kita saat ini, hanya 8,3%nya yang berijasah sarjana. Realitas
semacam ini, pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas anak didik yang dihasilkan. Belum
lagi masalah, dimana seorang guru sering mengajar lebih dari satu mata pelajaran yang tidak
jarang, bukan merupakan corn/inti dari pengetahuan yang dimilikinya, telah menyebabkan
proses belajar mengajar menjadi tidak maksimal.
Untuk mendapat input guru yang berkualitas dalam rekruitmen perlu di SMA-SMA
ada sosialisasi tentang LPTK dan lulusan yang berprestasi diarahkan untuk memasuki LPTK.
Kecuali itu keberadaan LPTK jumlahnya perlu dibatasi, Perguruan tinggi yang mencetak guru
harus perguruan tinggi yang berkualitas
Berkembangnya kesadaran bahwa tidak ada pendidikan yang bermutu, tanpa
kehadiran guru yang professional dengan jumlah yang mencukupi. Guru yang profesional
nyaris tidak berdaya tanpa dukungan tenaga kependidikan yang profesional pula. Syarat
menghadirkan guru yang professional, yaitu pendidikan, kesejahteraan, perlindungan, dan
permartabatan mereka terjamin.
Kesadaran untuk menghadirkan guru dan tenaga kependidikan yang professional
adalah sumber daya utama pencerdas bangsa, barangkali sama tuanya dengan sejarah
peradaban pendidikan. Khusus untuk guru, dilihat dari demensi sifat dan subsitusinya,
setidaknya ada empat ranah (takonomy) yang tersedia untuk mewujudkan guru yang benar-
benar professional, yaitu penyediaan guru berbasis perguruan tinggi, induksi guru pemula
berbasis sekolah, profesionalisasi guru berbasis prakarsa intitus, dan profesionalisasi guru
berbasis individu.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ditarik beberapa rumusan masalah
yaitu :
1. Bagaimana ranah pengembangan keprofesian guru ?
2. Bagaimana pengembangan profesi dan karir guru ?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari makalah ini yaitu untuk :
1. Untuk mengetahui ranah pengembangan keprofesian guru.
2. Untuk mengetahui pengembagan profesi dan karir guru.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ranah Pengembangan Keprofesian Guru


1. Penyediaan Guru
Berkaitan dengan penyediaan guru, Undang-undang No.14 Tahun 2005 tentang guru
dan dosen dan peraturan pemerintah No.74 Tahun 2008 tentang guru yang telah menggariskan
bahwa hal itu menjadi kewenangan lembaga pendidikan tenaga kependidikan, yang disebut
sebagai penyediaan guru berbasis perguruan tinggi. Menurut dua produk hukum ini, lembaga
pendidikan tenaga kependidikan dimaksud adalah perguruan tinggi yang diberi tugas oleh
pemerintah untuk menyelenggarakan program pengadan pada pendidikan usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah, serta untuk
menyelenggarakan dan mengembangkan Ilmu kependidikan dan non pendidikan.
Guru harus memiliki kualifikasi akademik sekurang-kurangnya S1/D-1V dan
bersertifikat pendidik. Jika seorang guru teleh memiliki keduanya, statusnya diakui oleh
Negara sebagai guru professional. Pada sisi lain, baik UU No. 14 Tahun 2005 tentang guru
dan dosen maupun PP No. 74 tentang guru, telah mengamatkan bahwa kedepan, hanya yang
berkualifikasi S1/D-1V bidang kependidikan dan non-kependidikan yang memenuhi syarat
sebagai guru, itu pun jika mereka telah menempuh dan dinyatakan lulus pendidikan profesi.
Beberapa amanat yang dapat disadap dari dua produk hukum ini. Pertama, calon
peserta pendidikan profesi berkulifikasi S1/D-1V. Kedua, sertifikat pendidik bagi guru
diperoleh melalui program pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi
yang memiliki program pengadaan tenega kependidikan yang terakreditasi, baik yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat, dan ditetapkan oleh pemerintah.
Ketiga, sertifikasi pendidik bagi calon guru harus dilakukan secara objektif, transparan, dan
akuntabel. Keempat, peserta didik program pendidikan profesi setiap tahun ditetapkan oleh
menteri. Kelima, program pendidikan profesi diakhiri dengan uji kompetensi pendidik.
Keenam, uji kompetensi pendidik dilakukan melalui ujian tertulis dan ujian kinerja sesuai
dengan standar kompetensi. Ketujuh, ujian tertulis dilaksanakan secara komprehensif yang
mencakup penguasaan: (1) wawasan atau landasan kendidikan, pemahaman terhadap peserta
didik, pengenbangan kurikulum atau silabus, perancangan pembelajaran, dan hasil evaluasi
hasil belajar; (2) materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi mata
pelajaran, kelompok mata pelajaran, dan program yang diampunya; dan (3) konsep-konsep
disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang secara konseptual menaungi materi pelajaran, dan
3
program diampunya. Kedelapan, ujian kinerja dilaksanakan secara holistic dalam bentuk
ujian pratik pembelajaran yang mencerminkan penguasaan kompetensi pedagogic,
kepribadian, professional, dan sosial pada satuan pendidik yang relavan.

2. Induksi Guru Pemula


Lahirnya UU No.14 Tahun 2005 dan PP No.74 Tahun 2006 seperti dimaksudkan di
atas mengisyaratkan bahwa kedepan, hanya lulusan S1/ D-1V yang memiliki sertifikasi
pendidiklah yang akan direkrut menjadi guru. Banyak literatur akademik, program induksi
diyakini merupakan fase yang harus dilalui ketika seseorang dinyatakan diangkat dan
ditempatkan sebagai guru. Program induksi merupakan masa transisi bagi guru pemula
(beginning teacher) terhitung mulai dia pertama menginjakkan kaki di sekolah atau satuan
pendidikan hingga benar-benar layak dilepas untuk menjalankan tugas pendidikan dan
pembelajaran secara mandiri.

3. Profesionalisasi Guru Berbasis Lembaga


Ketika guru selesai menjalani proses induksi dan kemudian secara rutin keseharian
menjalankan tugas-tugas profesional, profesionalisasi atau proses penumbuhan dan
pengembangan profesinya. Diperlukan upaya yang terus-menerus agar guru tetap memiliki
pengatahuan dan keterampilan yang sesuai dengan dengan tuntutan kurikulum serta kemajuan
ilmu pengatahuan dan teknologi. Pembinaan dan pengembangan profesional guru dapat
dilakukan atas prakarsa intitusi, seperti pendidikan dan pelatihan, workshop, magang, studi
banding, dan lain-lain adalah penting. Prakarsa ini menjadi penting, karena secara umum guru
pemula masih memiliki keterbatasan, baik financial, jaringan, waktu, akses, dan sebagainya.
Kegiatan pembinaan dan pengembangan dilaksanakan secara sistematis dengan
menempuh tahapan-tahapan tertentu, seperti analisis kebutuhan, perumusan tujuan dan
sasaran, desain program, implementasi dan deliveri program, dan evaluasi program. Berarti
bahwa kegiatan pembinaan dan pengembangan kemampuan profesional guru secara
berkelanjutan harus dilaksanakan atas perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
evaluasi yang sistematis.
Pada fase perencanaan, fokus perhatian terpusat pada kebutuhan akan kegiatan
pendidikan, pelatihan, dan pengembangan apa yang diperlukan bagi guru. Perumusan tujuan
dan sasaran ini akan menjadi acuan dalam menentukan subsitusi dan pelaksanan program,
dengan titik tekan pada upaya memenuhi kebutuhan guru dan satuan pendidikan secara nyata.

4
Pendidikan, pelatihan, dan pengembangan merupakan proses yang ditempuh oleh guru pada
saat menjalani tugas-tugas kedinasan.
Kegiatan ini diorganisasikan secara beragam dan berspektrum luas dengan tujuan
untuk meningkatkan kompetensi, keterampilan, sikap, pemahaman, dan performasi yang
dibutuhkan oleh guru saat ini dan di masa mendatang. Saat ini berkembang kecenderungan-
kecenderungan baru dalam pembinaan dan pengembangan tenaga kependidikan, terutama
guru. Kecenderungan-kecenderungan yang dimaksud adalah: (1) berbasis pada program
penelitian, (2) menyiapkan guru untuk menguji dan mengases kemampuan praktis dirinya, (3)
diorganisasikan dengan pendekatan koleagialitas, (4) berfokos pada partisipasi guru dalam
proses pembuatan keputusan mengenai isu-isu esensial di lingkungan sekolah, dan (5)
membantu guru yang dipandang masih lemah pada beberapa aspek tertentu dari
kompetensinya. Lebih spesifik kegiatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan dan
mengembangkan kompetensi pedagogic, kepribadian, profesional, dan sosial, bahkan dapat
sebagai wahana promosi bagi guru.

4. Profesionalisasi Guru Berbasis Individu


Untuk menjadi guru profesional, perlu perjalanan panjang. Diawali dengan penyiapan
calon guru, rekrutmen, penempatan, penugasan, pengembangan profesi dan karir, hingga
menjadi guru profesional sungguhan, yang menjalani profesionalisasi secara terus-menerus.
Guru profesional sesungguhnya adalah guru yang di dalam melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya bersifat otonom, menguasai kompetensi secara komprehensif, dan daya intelektual
tinggi. Kata otonom mengandung makna, bahwa guru profesional adalah mereka yang secara
profesional dapat melaksanakan tugas dengan pendekatan bebas dari intervensi kekuasaan
atau birokrasi.
Guru profesional adalah mereka yang memiliki kemandirian tinggi ketika berhadapan
birokrasi pendidikan dan pusat-pusat kekuasaan lainnya, dan mereka yang memiliki ruang
gerak yang bebas sebagai wahana bagi keterlibatannya di bidang pendidikan dan
pembelajaran, pengembangan profesi, pengabdian kepada masyarakat, dan kegiatan
penunjang lainya. Dari sisi kepribadian untuk tumbuh menjalani profesionalisasi, ciri-ciri
umum guru profesional adalah:
a. Melakukan profesionalisasi diri
b. Memotivasi diri
c. Memiliki disiplin diri
d. Mengevaluasi diri
5
e. Memiliki kesadaran diri
f. Melakukan pengembangan diri
g. Menjadi pembelajar
h. Melakukan hubungan efektif
i. Berempati tinggi, dan
j. Taat asas kode etik.
Guru profesional pun adalah pembelajar sejati dan menjunjung tinggi kode etik dalam
berkerja. Guru profesional bercirikan seperti berikut ini.
a. Mepunyai kemempuan profesionalnya dan siap diuji kemampuannya itu.
b. Memiliki kemampuan berintegrasi dan kelompok lain yang “seprofesi” dengan mereka
melalui kontrak dan aliansi sosial.
c. Melepaskan diri dari belenggu kesusahan birokrasi, tanpa menghilangkan makna etika
kerja dan tata santun berhubungan dengan atasannya.
d. Memiliki rencana dan program pribadi untuk meningkatkan kompetensi, dan gemar
melibatkan diri secara individual atau kelompok seminat untuk merangsang pertumbuhan
diri.
e. Berani dan mampu memberikan masukan kepada semua pihak dalam rangka perbaikan
mutu pendidikan dan pembelajaran, termasuk dalam penyusunan kebijakan bidang
pendidikan.
f. Siap bekerja tanpa diatur, karena sudah bisa mengatur dan mendisiplinkan dirinya.
g. Siap bekerja tanpa diseru atau diancam, karena sudah bisa memotivasi dan mengantur
dirinya.
h. Secara rutin melakukan evaluasi diri untuk mendapatkan umpan balik demi perbaikan
diri.
i. Memiliki empati yang kuat.
j. Mampu berkomunikasi secara efektif dengan siswa, kolega, komunitas sekolah, dan
masyarakat.
k. Menjunjung tinggi etika kerja dan kaidah-kaidah hubungan kerja.
l. Menjunjung tinggi kode etik organisasi tempat bernaung.
m. Memiliki kesetiaan (loyalty) dan kepercayan (trust), dalam makna tersebut mengakui
keterkaitan dengan orang lain dan tidak mementingkan diri sendiri.

6
n. Adanya kebebasan diri dalam beraktualisasi melalui kegiatan lembaga-lembaga sosial
dengan berbagai ragam perspektif.

B. Pegembangan Profesi dan Karir


1. Alasan Esensial
Guru dan tenaga kependidikan profesional secara kontinyu. Kegiatan pembinaan dan
pengembagan guru menuju derajat profesional yang ideal, termasuk dalam kerangka
mengelola kelas untuk pembelajaran yang efektif, dilakukan atas dasar prakarsa pemerintah,
pemerintah daerah, penyelenggara satuan pendidikan, asosiasi guru, guru secara pribadi, dan
lain-lain. Kegiatan pembinaan dan pengembangan kemempuan guru secara berkelanjutan
harus dilaksanakan atas perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, evaluasi yang
sistematis.
Pada fase perencanaan, fokus perhatian terpusat pada kebutuhan atau kegiatan
pendidikan, pelatihan , dan pengembangan (Diklatbang) yang diperlukan bagi guru.
Pendidikan, pelatihan, dan pengembangan merupakan proses yang ditempuh oleh guru saat
menjalani tugas-tugas kedinasan. Kegiatan ini diiorganisasikan secara beragam dan
berspektrum luas dengan tujuan untuk meningkatkan kompetensi, keterampilan, sikap,
pemahaman, dan performansi yang dibutuhkan oleh guru saat ini dan di masa mendatang. Di
banyak negara, saat ini berkembang kecendrungan-kecendrungan baru dalam diklatbang
tenaga kependidikan, terutama tenaga guru.Kecendrungan-kecendrungan itu antara lain :
a. Berbasis pada program penelitian,
b. Menyiapkan guru untuk menguji dan mengakses kemampuan praktis dirinya,
c. Pengorganisasian dengan pendekatan kolegalitas,
d. Berfokus pada partisipasi guru dalam proses pembuatan keputusan mengenai isu-isu
esensial di lingkungan sekolah, dan
e. Membantu guru-guru yang dipandang masih lemah pada beberapa aspek tertentu dari
kompetensinya.
Alasan lain diperlukannya pembinaan dan pengembangan guru adalah karakteristik
tugas yang harus terus berkembang seirama dengan perkembangan iptek, disamping reformasi
internal pendidikan itu sendiri. Secara umum kegiatan ini dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
metode-metode praktis dan teknik-teknik presentasi atau metode-metode simulasi.
 

7
2. Fokus Pengembangan
Seperti telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, P3KG meliputi pembinaan
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional. Pertama, kompetensi pedagogik. Kompetensi ini terdiri dari lima subkompetensi,
yaitu : memahami peserta didik secara mendalam; merancang pembelajaran, termasuk
memahami landasan pendidikan unutk kepentinagan pembelajaran; melaksanakan
pembelajaran; dan mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensinya. Kedua, kompetensi kepribadian. Kompetensi ini terdiri dari lima subkompetensi.
yaitu kepribadian yang mantab dan stabil, dewasa, arif, berwibawa, dan berakhlak mulia.
Ketiga, kompetensi sosial. Kompetensi ini memiliki tiga subranah. Pertama, mampu
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik. Kedua, mampu
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan.
Ketiga, mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orangtua/wali peserta didik
dan masyarakat sekitar. Keempat, kompetensi profesional. Kompetensi ini terdiri dari dua
ranah subkompetensi. Pertama, subkompetensi menguasai substansi kelimuan yang terkait
dengan bidang studi. Kedua, menguasai struktur dan metode keilmuan.
Keempat kompetensi tersebut dalam praktiknya meupakan satu kesatuan yang utuh.
Beberapa ahli mengatakan istilah kompetensi profesional sebenarnya merupakan “payung”,
karena telah mencakup semua kompetensi lainnya. Sedangkan penguasaan materi ajar secara
luas dan mendlam lebih tepat disebut dengan penguasaan sumber bahan ajar (disciplinary
content) atau sering disebut bidang studi keahlian.
Hal ini mengacu pandangan yang menyebutkan bahwa sebagai guru yang
berkompeten memiliki (1) pemahaman terhadap karakteristik peserta didik, (2) penguasaan
bidang studi, baik dari sisi keilmuan maupun kependidikan, (3) kemampuan penyelenggaraan
pembelajaran yang mendidik, dan (4) kemauan dan kemampuan mengembangkan
profesionalitas dan kepribadian secara berkelanjutan.
Kegiatan pengambangan profesi guru terkait langsung dengan tugas utamanya. Tugas
dan fungsi guru adalah : menyusun kurikulum, membuat silabus pembelajaran/membuat RPP,
melakukan kegiatan pembelajaran dan bimbel, membuat alat ukur sesuai mata
pelajaran/menilai dan mengevaluasi proses dan hasil belajar, menjadi pengawas dalam
penilaian atau menganalisis hasil penilaian pembelajaran dan melakukan perbaikan.
 

8
3. Kesamaan Hak atas Pengembangan
Semua guru dan tenaga kependidikan memiliki hak yang sama utk mengikuti kegiatan
pembinaan dan profesi. Dilihat dari sisi guru secara inidividual, mereka yang akan mengikuti
kegiatan pembinaan dan pengembangan ini dikelompokkan menjadi empat kategori.
Pertama, guru yang memerlukan promosi kenaikan jabatan fungsional. Kedua, guru
belum mencapai standar kerja berdasarkan penilaian kerja. Ketiga, guru yang bermasalah,
terutama dilihat dari dimensi sosial, moral, dan kepribadian. Keempat, guru memerlukan
pembinaan dan pengembangan profesi secara berkelanjutan.
C.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Lembaga pendidikan tentang kependidikan dimaksud adalah perguruan tinggi diberi
tugas oleh pemerintah untuk menyelenggarakan program pengadaan guru pada pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah, serta
untuk menyelenggarakan ilmu kependidikan dan nonkependidikan. Program induksi
merupakan masa transisi bagi guru pemula, terhitung mulai dia pertama kali mengginjakkan
kaki di sekolah atau satuan pendidikan hingga benar-benar layak dilepas untuk menjalankan
tugas pendidikan dan pembelajaran secara mandiri.
Esensi pembinaan dan pengembangan profesional guru dapat dilakukan atas prakarsa
intitusi, seperti pendidikan dan pelatihan, workshop, magang, studi banding, dan lain-lain.
Kegiatan pembinaan dan pengembangan dilaksanakan secara sistematis dengan menempuh
tahapan-tahapan tertentu, seperti analisis kebutuhan, perumusan tujuan dan sasaran, desai
program, implementasi dan deliveri program, dan evaluasi program. Guru profesional
sesungguhnya adalah guru yang didalamnya melaksanakan tugas pokok dan fungsinya
bersifat otonom, menguasai kompetensi secara komprehensif, dan daya intelektual tinggi.
Guru profesional adalah mereka yang memiliki kemandirian tinggi ketika berhadapan
birokrasi pendidikan dan pust-pusat kekuasaan lainnya.

B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul
makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dapat memberikan kritik
dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan
makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi kita
semua.

10
DAFTAR PUSTAKA

Danim, prof. Dr. Sudarwan dan Khairil, Dr.H. 2011. Profesi Kependidikan. Bandung: CV.
ALFABET.

11

Anda mungkin juga menyukai