Anda di halaman 1dari 13

Makalah

PROFESI KEPENDIDIKAN IPA

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Profesi Kependidikan Ipa yang Diampuh
oleh bapak Dr. Citron Payu, S.Pd., M.Pd
Oleh Kelompok V
Sri Astika Adeningsih (433419022)
Asrawati hulinggato (433419017)
Jihan eka putri Lumingkewas (433419040)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas segala
berkat dan rahmat-nya sehingga makala ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan.
Makalah berjudul “Profesi Kependidikan Ipa di susun untuk memenuhi tugas mata
kuliah
Kami telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian makalah ini,
namun kami menyadari masih banyak kelemahan baik baik dari segi isi maupun segi
bahasanya. Untuk itu kami sebagai penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca demi sempurnanya makala ini. Kiranya isi makalah ini
bermanfaat dalam memperkaya khasana ilmu pendidikan. Terimah Kasih.

Gorontalo, September 2022

Kelompok V

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah2
1.3 Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Penyediaan Guru 3
2.2 Induksi Guru Pemula 5
2.3 Profesionalisasi Guru Berbasis Lembaga  7
2.4 Perbedaan Konsep, Konstruk dan Proposisi 8
2.5 Profesionalisasi Guru Berbasis Individu 11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 23
3.2 Saran 23
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini pendidikan di Indonesia dihadapkan dengan beberapa
permasalahan. Dalam Term of Reference EADC 2010 dengan Tema
“CerdasIndonesiaku” memaparkan bahwa rendahnya kualitas guru di Indonesia
merupakan rangkaian dari rantai masalah pendidikan di Indonesia yang harus
diberantas hingga ke akarnya. Hal ini berkaitan dengan peran guru yang merupakan
komponen penting dalam dunia pendidikan yang berada di barisan terdepan.Kualitas
guru kita, saat ini disinyalir sangat memprihatinkan. Berdasarkan data tahun
2002/2003, dari 1,2 juta guru SD kita saat ini, hanya 8,3%nya yang berijasah
sarjana. Realitas semacam ini, pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas anak didik
yang dihasilkan. Belum lagi masalah, dimana seorang guru sering mengajar lebih dari
satu mata pelajaran yang tidak jarang, bukan merupakan corn/inti dari pengetahuan
yang dimilikinya, telah menyebabkan proses belajar mengajar menjadi tidak
maksimal.
Untuk mendapat input guru yang berkualitas dalam rekruitmen perlu di SMA-
SMA ada sosialisasi tentang LPTK dan lulusan yang berprestasi diarahkan untuk
memasuki LPTK. Kecuali itu keberadaan LPTK jumlahnya perlu dibatasi, Perguruan
tinggi yang mencetak guru harus perguruan tinggi yang berkualitas berkembangnya
kesadaran bahwa tidak ada pendidikan yang bermutu, tanpa kehadiran guru yang
professional dengan jumlah yang mencukupi.
Guruyang  professional  nyaris  tidak  berdaya  tanpa  dukungan  tenaga 
kependidikan  yang  profesional  pula.  Syarat  menghadirkan  guru  yang 
professional, yaitu pendidikan, kesejahteraan, perlindungan, dan permartabatan
mereka terjamin. Kesadaran untuk menghadirkan guru dan tenaga kependidikan
yang professional adalah sumber daya utama pencerdas bangsa, barangkali sama taun
t dengan sejarah peradaban pendidikan. Khusus untuk guru, dilihat dari demensi sifat
dan subsitusinya, setidaknya ada empat ranah (takonomy) yang tersedia untuk

1
mewujudkan guru yang benar-benar professional, yaitu penyediaan guru berbasis
perguruan tinggi, induksi guru pemula berbasis sekolah, profesionalisasi guru berbasi
s prakarsa intitus, dan profesionalisasi guru berbasis individu.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar Belakang diatas maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut
diantaranya:
1. Bagaimana cara penyediaan guru?
2. Apa yang dimaksud dengan induksi guru pemula?
3. Apa yang dimaksud dengan profesionalisasi guru berbasis lembaga?
4. Apa yang dimaksud dengan profesionalisasi guru berbasis individu?
1.3 Tujuan
1. Cara penyediaan guru.
2. Maksud dari induksi guru pemula.
3. Maksud dari profesionalisasi guru berbasis lembaga.
4. Maksud dari profesionalisasi guru berbasis individu.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENYEDIAAN GURU


Berkaitan dengan penyediaan guru, Undang-undang No.14 Tahun 2005 tentang
guru dan dosen dan peraturan pemerintah No.74 Tahun 2008 tentang guruyang telah
menggariskan bahwa hal itu menjadi kewenangan lembaga pendidikan tenaga
kependidikan, yang disebut sebagai penyediaan guru berbasis perguruantinggi.
Menurut dua produk hukum ini, lembaga pendidikan tenaga kependidikan dimaksud
adalah perguruan tinggi yang diberi tugas oleh pemerintah untukmenyelenggarakan
program pengadan pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah, serta untuk menyelenggarakan dan mengembangkan
Ilmu kependidikan dan non pendidikan.
Guru harus memiliki kualifikasi akademik sekurang-kurangnya S1/D-1Vdan
bersertifikat pendidik. Jika seorang guru teleh memiliki keduanya, statusnya diakui
oleh Negara sebagai guru professional. Pada sisi lain, baik UU No. 14 Tahun2005
tentang guru dan dosen maupun PP No. 74 tentang guru, telah mengamatkan bahwa
kedepan, hanya yang berkualifikasi S1/D-1V bidang kependidikan dan non-
kependidikan yang memenuhi syarat sebagai guru, itu pun jika mereka telah
menempuh dan dinyatakan lulus pendidikan profesi. Beberapa amanat yang dapat
disadap dari dua produk hukum ini.
1. Calon peserta pendidikan profesi berkulifikasi S1/D-1V.
2. Sertifikat pendidik bagi guru diperoleh melalui program pendidikan
profesi yang diselenggarakan oleh  perguruan  tinggi  yang  memiliki 
program  pengadaan  tenega kependidikan yangterakreditasi, baik yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat, danditetapkan
oleh pemerintah.
3. Sertifikasi pendidik bagi calon guru harusdilakukan secara objektif,
transparan, dan akuntabel.

3
4. Peserta didik program pendidikan profesi setiap tahun ditetapkan oleh
menteri.
5. Program pendidikan profesi diakhiri dengan ujikompetensi pendidik.
6. Uji kompetensi pendidik dilakukan melalui ujiantertulis dan ujian
kinerja sesuai dengan standar kompetensi.
7. Ujian tertulis dilaksanakan secara komprehensif yang mencakup
penguasaan: (1) wawasan atau landasan kendidikan, pemahaman
terhadap peserta didik, pengenbangan kurikulum atau silabus,
perancangan pembelajaran, dan hasil evaluasi hasil belajar; (2)
materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi
mata pelajaran, kelompok mata pelajaran, dan program yang
diampunya; dan (3) konsep-konsep disiplin keilmuan, teknologi, atau
seni yang secara konseptual menaungi materi  pelajaran,  dan  program 
diampunya.
8. Ujian kinerja dilaksanakan secaraholistic dalam bentuk ujian pratik
pembelajaran yang mencerminkan penguasaankompetensi pedagogic,
kepribadian, professional, dan sosial pada satuan pendidikyang relavan.
2.2 Indukasi Guru Pemula
Lahirnya UU No.14 Tahun 2005 dan PP No.74 Tahun 2006 seperti
dimaksudkan di atas mengisyaratkan bahwa kedepan, hanya lulusan S1/ D-1V
yangmemiliki sertifikasi pendidiklah yang akan direkrut menjadi guru. Banyak
literaturakademik, program induksi diyakini merupakan fase yang harus dilalui
ketikaseseorang dinyatakan diangkat dan ditempatkan sebagai guru. Program
induksimerupakan masa transisi bagi guru pemula (beginning teacher) terhitung mulai
dia  pertama  menginjakkan  kaki  di  sekolah atau satuan pendidikan hingga benar-
benarlayak dilepas untuk menjalankan tugas pendidikan dan pembelajaran secara
mandiri.
2.3 Profesionalisasi Guru Berbasis Lembaga
Ketika guru selesai menjalani proses induksi dan kemudian secara rutin
keseharian menjalankan tugas-tugas profesional, profesionalisasi atau proses

4
penumbuhan dan  pengembanga profesinya. Diperlukan upaya yang terus-menerusagar
guru tetap memiliki pengatahuan dan keterampilan yang sesuai dengan dengan tuntutan
kurikulum serta kemajuan ilmu pengatahuan dan teknologi. Pembinaan dan  
pengembangan  professional  guru  dapat  dilakukan  atas   prakarsa  intitusi,  seperti 
pendidikan  dan  pelatihan,  workshop,  magang,  studi banding,  dan  lain-lain  adalah 
penting.  Prakarsa  ini  menjadi  penting,  karena  secara  umum  guru  pemula
masihmemiliki keterbatasan, baik financial, jaringan, waktu, akses, dan sebagainya.
Kegiatan pembinaan dan pengembangan dilaksanakan secara sistematis
dengan menempuh tahapan-tahapan tertentu, seperti analisis kebutuhan, perumusan
tujuan dan sasaran, desain program, implementasi dan deliveri program, danevaluasi
program. Berarti bahwa kegiatan pembinaan dan pengembangan kemampuan
profesional guru secara berkelanjutan harus dilaksanakan atas perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi yang sistematis. Pada fase perencanaan,
fokus perhatian terpusat pada kebutuhan akan kegiatan pendidikan, pelatihan, dan
pengembangan apa yang diperlukan bagi guru. Perumusan tujuan dan sasaran ini akan
menjadi acuan dalam menentukan subsitusidan pelaksanan program, dengan titik tekan
pada upaya memenuhi kebutuhan gurudan satuan pendidikan secara nyata. Pendidikan,
pelatihan, dan pengembangan merupakan proses yang ditempuh oleh guru pada saat
menjalani tugas-tugas kedinasan. Kegiatan ini diorganisasikan secara beragam dan
berspektrum luas dengan tujuan untuk meningkatkan kompetensi, keterampilan, sikap,
pemahaman, dan  performasi  yang  dibutuhkan  oleh  guru  saat 
ini dan di masa mendatang. 
Saat ini berkembang kecenderungan-kecenderungan  baru dalam
pembinaan  dan  pengembangan tenaga kependidikan, terutama guru. Kecenderungan-
kecenderungan yang dimaksud adalah: (1) berbasis pada program penelitian, (2)
menyiapkan guruuntuk menguji dan mengases kemampuan praktis dirinya, (3)
diorganisasikan dengan pendekatan koleagialitas, (4) berfokos pada partisipasi guru
dalam proses pembuatan keputusan mengenai isu-isu  esensial  di  lingkungan
sekolah,  dan  (5) membantu guru yang dipandang masih lemah pada beberapa aspek
tertentu dari kompetensinya. Lebih spesifik kegiatan ini dimaksudkan untuk

5
meningkatkan dan mengembangkan kompetensi pedagogic, kepribadian, profesional,
dan sosial, bahkan dapat sebagai wahana promosi bagi guru.

2.4 Profesionalisasi Guru Berbasis Individu


Untuk menjadi guru profesional, perlu perjalanan panjang. Diawali dengan 
penyiapan   calon  guru,  rekrutmen,  penempatan,  penugasan, 
pengembangan profesidan karir, hingga menjadi guru profesional sungguhan, yang
menjalani profesionalisasi secara terus-menerus.  Guru  professional sesungguhnya
adalah  guru yang di dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya bersifat otonom,
menguasai kompetensi secara komprehensif, dan daya intelektual tinggi. Kata otonom
mengandung makna, bahwa guru profesional adalah mereka yang secara professional
dapat melaksanakan tugas dengan pendekatan bebas dari intervensi kekuasaan
atau birokrasi.
Guru profesional adalah mereka yang memiliki kemandirian tinggi
ketika berhadapan birokrasi pendidikan dan pusat-pusat  kekuasaan  lainnya, 
dan merekayang memiliki ruang gerak yang bebas sebagai wahana bagi
keterlibatannya di  bidang  pendidikan  dan  pembelajaran,  pengembangan 
profesi, pengabdian kepada masyarakat, dan kegiatan penunjang lainya. Dari sisi
kepribadian untuk tumbuh menjalani profesionalisasi, ciri-ciri umum guru profesional
adalah :
1. Melakukan profesionalisasi diri
2. Memotivasi diri
3. Memiliki disiplin diri
4. Mengevaluasi dir
5. Memiliki kesadaran diri
6. Melakukan pengembangan diri
7. Menjadi pembelajar 
8. Melakukan hubungan efektif 
9. Berempati tinggi, dan
10. Taat asas kode etik.

6
Guru profesional pun adalah pembelajar sejati dan menjunjung tinggi kode
etik dalam berkerja. Guru profesional bercirikan seperti berikut ini.
a) Mepunyai kemempuan profesionalnya dan siap diuji kemampuannya
itu.
b) Memiliki kemampuan berintegrasi dan kelompok lain yang
“seprofesi” dengan mereka melalui kontrak dan aliansi sosial.
c) Melepaskan diri dari belenggu kesusahan birokrasi, tanpa
menghilangkan maknaetika kerja dan tata santun berhubungan
dengan atasannya.
d)  Memiliki rencana dan program pribadi untuk meningkatkan
kompetensi, dangemar melibatkan diri secara individual atau
kelompok seminat untuk merangsang pertumbuhan diri.
e) Berani dan mampu memberikan masukan kepada semua pihak dalam
rangka perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran, termasuk dala
m penyusunan kebijakan bidang pendidikan.
f) Siap bekerja tanpa diatur, karena sudah bisa mengatur dan
mendisiplinkandirinya.
g) Siap bekerja tanpa diseru atau diancam, karena sudah bisa
memotivasi dan mengantur dirinya.
h) Secara rutin melakukan evaluasi diri untuk mendapatkan umpan
balik demi perbaikan diri.
i) Memiliki empati yang kuat.
j) Mampu berkomunikasi secara efektif dengan siswa, kolega,
komunitas sekolah,dan masyarakat.
k) Menjunjung tinggi etika kerja dan kaidah-kaidah hubungan kerja.
l) Menjunjung tinggi kode etik organisasi tempat bernaung.
m) Memiliki kesetiaan (loyalty) dan kepercayan (trust), dalam makna
tersebutmengakui keterkaitan dengan orang lain dan tidak
mementingkan diri sendiri.

7
n) Adanya kebebasan diri dalam beraktualisasi melalui kegiatan
lembaga-lembaga sosial dengan berbagai ragam perspektif

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

8
Lembaga pendidikan tentang kependidikan dimaksud adalah perguruan
tinggi diberi tugas oleh pemerintah untuk menyelenggarakan program pengadaanguru
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,
dan pendidikan menengah, serta untuk menyelenggarakan ilmu kependidikan dannon
kependidikan. Program induksi merupakan masa transisi bagi guru pemula,terhitung
mulai dia pertama kali mengginjakkan kaki di sekolah atau satuan  pendidikan
hingga benar-benar  layak  dilepas  untuk  menjalankan  tugas  pendidikandan
pembelajaran secara mandiri.Esensi pembinaan dan pengembangan profesional guru
dapat dilakukanatas prakarsa intitusi, seperti pendidikan dan pelatihan, workshop,
magang, studi banding, dan lain-lain. Kegiatan pembinaan dan pengembangan
dilaksanakan secarasistematis dengan menempuh tahapan-tahapan tertentu, seperti
analisis kebutuhan,  perumusan  tujuan  dan  sasaran,  desain program,  implementasi
dan deliveri program,dan evaluasi program. Guru profesional sesungguhnya adalah
guru yang didalamnyamelaksanakan tugas pokok dan fungsinya bersifat otonom,
menguasai kompetensisecara komprehensif, dan daya intelektual tinggi. Guru
profesional adalah merekayang memiliki kemandirian tinggi ketika berhadapan
birokrasi pendidikan dan pust- pusat kekuasaan lainnya.

3.2. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi
pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan
dan kelemahannya,karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang adahubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap
para pembacayang budiman dapat memberikan kritik dan saran yang membangun
kepada penulisdemi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan-
kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi kita semua.

9
DAFTAR PUSTAKA

Danim, prof. Dr. Sudarwan dan Khairil, Dr.H. 2011. Profesi Kependidikan. Bandung:CV.
ALFABET.Deden. 2011. Manajemen Mutu Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
 
Dedi Supriyadi. 1999. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: AdicitaKarya.
 
Sumargi. 1996. Profesi Guru Antara Harapan dan Kenyataan. Suara Guru No. 3-4/1996.

Anda mungkin juga menyukai