Anda di halaman 1dari 16

KIMIA ANALISIS

REVIEW MATERI

OLEH :

Dimas Agma Mahendra

202010410311107

Farmasi C

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2021
GRAVIMETRI

A. Pengertian Gravimetri

Gravimetri dalam ilmu kimia merupakan salah satu metode kimia analitik
untuk menentukan kuantitas suatu zat atau komponen yang telah diketahui
dengan cara mengukur berat komponen dalam murni setelah melalui proses
pemisahan. Analisis gravimetri melibatkan proses isolasi dan pengukuran
berat suatu unsur atau senyawa tertentu.

B. Prosedur Gravimetri
1. Pengendapan
Ion atau molekul (kation atau anion) yang akan dianalisis diendapkan.
Setelah didapatkan endapan kemudian senyawa tersebut disaring,
penyaring yang digunakan dapat berupa :
- Saringan porselen
- Wadah saringan kaca
- Kertas saring (bebas abu)
Kelemahan kertas saring :
- Tidak inert
- Kekuatan mekanisnya kurang
- Dapat mengadsorpsi bahan-bahan dari larutan yang disaring
Kelebihan kertas saring :
- Mudah diperoleh
- Murah
- Efisiensi penyaringan tinggi

2. Elektrogravimetri
Elektrogravimetri adalah jika endapan menggunakan cara
elektrokimia. Zat dielektrolisa sehingga terbentuk endapan logam.
Umumnya yang diendapkan adalah bentuk kation.
3. Termogravimetri
Analisis termogravimetri atau analisis gravimetri termal adalah metode
analisis termal dimana massa sampel diukur dari waktu ke waktu
seiring perubahan suhu. Analisis termogravimetri (TGA) dilakukan
pada instrumen yang disebut sebagai penganalisis termogravimetri.
Sebuah analisa termogravimetri terus menerus mengukur massa
sementara suhu sampel berubah dari waktu ke waktu.

C. Tahap-tahap Proses Gravimetri


1. Melarutkan analitnya (bahan yang dianalisa).
2. Mengatur keadaan larutan (ph).
3. Membentuk endapan.
4. Menumbuhkan krista endapan.
5. Menyaring dan mencuci endapan.
6. Memanaskan atau memijarkan, untuk memperoleh endapan kering dan
dengan susunan tertentu.
7. Mendinginkan atau menimbang endapan.
Kelebihan analisis gravimetri :
- Penanganan yang relatif sederhana.
- Metode absolut ( pengukuran langsung, tanpa perlu pembanding).
- Peralatan sederhana tidak mahal.
- Akurasi yang umumnya baik.
Kekurangan analisis gravimetri :
- Cara kerja butuh waktu relatif lama.
- Bobot tertimbang harus memperhatikan kapasitas dan kepekaan neraca
analitik yang digunakan.
- Untuk penetapan kadar jumlah kecil kurang efektif dan efisien.

D. Hal-hal yang Harus Diperhatikan :


a. Penimbangan
- Menggunakan analytical balance yang sama pada penimbangan pertama
dst.
- Untuk memperoleh berat konstan : lama penyimpanan didesikator harus
sama.
- Pemijaran sampai bobot tetap : pemijaran pada 800°C ± 25°C hingga
hasil dua penimbangan berturut-turut berbeda tidak lebih 0.50 mg tiap
gram zat yang digunakan : penimbangan kedua dilakukan setelah dipijar
lagi selama 15 menit.

b. Pengendapan
Endapan ideal : murni, krstal besar, kelarutan kecil, stabil, komposisi tetap
/pasti, tidak higroskopis.
Faktor – faktor yang berpengaruh terhadap endapan :
- Cara mereaksikan
- Konsentrasi
- Suhu
- Keasaman
- Ageing
- Kelarutan
- Ion asing
Tipe endapan :
- Kristal
- Koloid

c. Susut Pengeringan
(Penetapan kadar air F.I. ): kehilangan bobot disebabkan oleh adanya sisa
bahan mudah menguap (termasuk pelarut organik dan alr). a. Untuk bahan
kimia : Sesuai monograf pada F.l. () Untuk bahan blologis b. Sesuai yang
tertera pada masing-maeing monografi. c. Untuk obat tanaman: Lampiran :
10 g zat-dikeringkan pada 105°C-6 Jam- timbang. Pengeringan dilanjutkan
dan ditimbang pada jarak 1 Jam - beda dua penimbangan berturut-turut tak
lebih dari 0.25%.
d. Pengeringan - Pemanasan - Pemijaran
- Api langsung : pengontrolan suhu → susah
- Oven :suhu dapat diatur dan terkontrol
- Furnace : Suhu > Oven
• DRYING: suhu < 250°C
• IGNITION : > 250°C
• ASHING : > 400°C
• PENYARINGAN : kertas saring ashfree, sinterredglass

CONTOH 1 : PENETAPAN SULFAT


Larutan sampel sulfat + HCl – dipanaskan + pereaksi BaCl2 berlebih –
endapan (BaSO4) diageing – disaring – dicuci (bebas ion Cl-) – dipijar –
ditimbang sebagai BaSO4.
CONTOH 2 : PENETAPAN KADAR PIPERASINA SITRAT/SIRUP
FI-IV
3000.0 mg sampel sirup + 10 ml air + 75 ml pereaksi Asam pikrat 1%
endapan (Piperasina pikrat) yang terjadi disaring - dicuci- dikeringkan-
ditimbang sampai berat konstan, diperoleh bobot = 512.2mg Reaksi:
(C4H10N2)3-(C6H8O7)2 + 6
H3C6N307→ 2 H8C607 + [(C4H10N2)
(H3C6N307)2]
Mr 624 Mr 544 1
1 grl Piperasina sitrat = 3 grl Piperasina pikrat → Kadar Piperasina sitrat =
{1/3x(512.2/544)x642}/(3000.0) x 100% = 6.72 %
ARGENTOMETRI

A. Pengertian
Titrasi argentometri merupakan jenis titrasi yang melibatkan ion perak (I).
Titrasi ini digunakan untuk menentukan jumlah klorida (atau ion halida
lainnya)dalam sampel. Larutan sampel dititrasi terhadap larutan perak nitrat
dengan konsentrasi yang diketahui. lon kiorida bereaksi dengan ion perak
untuk menghasilkan perak klorida yang tidak larut.
Ag (aq) + CI- (aq) AgCI (s) (K = 5.88 x 109)

B. Faktor Yang Mempengaruhi


a. Temperatur Sifat pelarut
b. Efek ion sejenis
c. Efek ion-ion lair
d. Pengaruh pH
e. Pengaruh hidrolisis
f. Pengaruh kompleks

C. Metode dalam Titrasi Agentrometri


1. Volhard
- Ditemukan oleh Jacob Volhard
- Menambahkan perak nitrat berlebih ke analit
- Perak klorida disaring sisa perak nitrat dititrasi
- Besi amonium sulfat sebagai indikator
- TAT berwarna merah karena membentuk [Fe(OH2)s(SCN)]2+ hasil
reaksi dengan amonium fiosianat
• Ag' (aa) + SCN (ag)-AgSCN (s) (K= 1.16 x 10-12
• Fe(OH)IOH)2 (aq) + SCN- (aq) [Fe(OHISCN]2+ OH
- Harus dalam kondisi asam
- Dinamakan juga sebagai titrasi balik
2. Mohr
- Ditemukan oleh Karl Friedrich Mohr
- Indikator yang digunakan adalah kalium kromat TAT berwarna merah
setelah semua ion klonda bereaksi
• 2Ag" (aa) + Cro2 (og)Ag.Cro (s) (K 1.1 x 10-12
- Metode Mohr dapat diadaptasi untuk menentukan kandungan klorin
total sampel dengan memijar sampel dengan kalsium, kemudian
ditambah dengan asam asetat
- Hanya dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi ion klorida,
sianida, bromido
- Terbatas untuk pH 4-6
3. Fajans
- Ditemukan oleh Kazimierz Fajans
- Indikator yang digunakan adalah diklorofluorescein
- TAT ditandai dengan suspensi hijau yang berubah merah muda
- Selain itu juga bisa menggunakan indikator lain seperti cosine dan
fluonescein
Metode Indikator Suasana Metode Yang di Titik Akhir
Reaksi dalam Buret Titrasi
Mohr 𝐾2 𝐶𝑟𝑂4 Netral Langsung 𝐴𝑔𝑁𝑂3 Endapan
Merah Bata
Volhard 𝐹𝑒 3+ Asam Tidak KCN5 atau Larutan
Langsung NH4SCN Merah Bata
Fajans Adsorpsi Netral Langsung 𝐴𝑔𝑁𝑂3 Larutan Pink
(fluorescein)

4. Liebieg-Deniges

Contoh Soal KA Kuanti-II / 2019-2020

ARGENTOMETRI 1

Suatu sampel infus NaCI fisiologi ditetapkan kadarnya secara titrasi Argentometri
dan untuk pelaksanaannya dilakukan sebagai berikut :
- dipipet aquades 50.0 ml, dimasukkan kedalam labu uku- kemudian+ sampet
infus NaCI ad 200.0 ml-kemudian dari infus yang telah diencerkan diatas dipipet:

10.0 ml +50 ml aqua+ indikator 1 ml K.CrO, 5% - dititrasi dengan larutan baku


AgNo, 0.1014N dan untuk mencapai ttik akhir titasi petu: 11.07 ml

a) Bila diketahui: BM dari NaCI- 58.44, berapa % kadar infus dimaksud ?


b) Apakah pada kondisi diatas, sudan terjadi endapan
𝐴𝑔2 𝐶𝑟𝑂4 ?

Titik akhir titasi dianggap sama dengan titik ekivaler

BM K,CrO, = 194.20, pKsp AgCI= 10.00 dan pKsp Ag,Cro, =11.70

Jawaban :

Reaksi : Infus NaCI + 𝐴𝑔𝑁𝑂3 (Pentiter/ Titran) AgCl (endapan)

Ekivalensi : 1 mgrek sampel infus NaCI = 1 mgrek 𝑨𝒈𝑵𝑶𝟑 (titran) = 1mgrl

Perhitungan : mgrek sampel = mgrek titran

= 11.07 x 0.1014 N untuk 10 ml larutan infus


pengenceran atau (10/200) x 150 ml infus asli = 7.5
ml infus asli.

% b/v : berat gram/ 100 ml larutan sampel atau infus

a. Kadar infus = 11.07 x 0.1014 x (100/7.5) x 58.44 (BM NaCI) x 10−3 = 0.8747
atau = 0.87 %
Atau : V infus (pengenceran) x N Infus = V 𝐴𝑔𝑁𝑂3 x N 𝐴𝑔𝑁𝑂3
V infus (pengenceran) = (11.07 x 0.1014)/(10)
N infus (asli) = (200/150) x (11.07 x 0.1014)/(10)
(1 N infus = 1M M x BM = gram/1000 ml )
Kadar infus : g / 100ml = (200/150) x (11.07 x 0.1014)/(10) x 58.44 x
(100/1000) = 0.8747 = 0.87%
b. Tinjauan endapan pada titik ekivalen / TAT :
Agcl (hasil reaksi, ekivalen) === 𝐴𝑔+ + 𝐶𝑙 −
(X) (X)
Ksp = [𝐴𝑔+ ] x [𝐶𝑙 − ] = (X) x (X) = 10−10X = [𝐴𝑔+ ] = 10−5
[𝐶𝑟𝑂4− ] = (50/194.20) x (1) / (50 + 10 + 1 + 6.15) = 3.83 x 10−3
[𝑨𝒈+ ] x [𝑪𝒓𝑶−
𝟒 ] = ( 𝟏𝟎
−𝟓 𝟐
) x 3.83 x 𝟏𝟎−𝟑 = 3.83 x 𝟏𝟎−𝟏𝟑 < Ksp 𝑨𝒈𝟐 𝑪𝒓𝑶𝟒
𝟏𝟎−𝟏𝟏.𝟕𝟎 belum ada endapan 𝑨𝒈𝟐 𝑪𝒓𝑶𝟒
ARGENTOMETRI 2
Suatu sampel infus NaCl fisiologi ditetapkan kadarnya secara titrasi
Argentometri dan untuk pelaksanaannya dilakukan sebagai berikut:
-dipipet sample infus sebanyak 25.0 ml-djencerkan dengan aqua ad 100.0 ml-
kemudian dari infus yang telah diencerkan diatas dipipet
10.0 ml+40 ml aqua indikator 1 ml K.CrO, 5%-dititrasi dengan larutan baku
AgNO, 0.0654N dan untuk mencapai titik akhir titrasi diperlukan 5.85 ml

a). Bila diketahui: BM dani NaCi- 58.44, berapa % kadar infus dimaksud ?
b). Apakah pada kondisi diatas, sudah teriadi endapan 𝐴𝑔2 𝐶𝑟𝑂4 ?
titik akhir titrasi dianggap sama dengan titik ekivaler
BM K.CrO 194 20, pKsp AgC 10.00 dan pKsp AgCro, 11.70
Jawaban :

Reaksi : Infus NaCI + 𝐴𝑔𝑁𝑂3 (Pentiter/ Titran) AgCl (endapan)

Ekivalensi : 1 mgrek sampel infus NaCI = 1 mgrek 𝑨𝒈𝑵𝑶𝟑 (titran) = 1mgrl

Perhitungan : mgrek sampel = mgrek titran

= 5.85 ml x 0.0654 N untuk 10 ml larutan infus


pengenceran atau (10/100) x 25 ml infus asli = 2.5
ml infus asli.

% b/v : berat gram/ 100 ml larutan sampel atau infus

c. Kadar infus = 5.85 x 0.0654 x (100/2.5) x 58.44 (BM NaCI) x 10−3 = 0.8943
atau = 0.89 %
Atau : V infus (pengenceran) x N Infus = V 𝐴𝑔𝑁𝑂3 x N 𝐴𝑔𝑁𝑂3
V infus (pengenceran) = (5.85 x 0.0654)/(10)
N infus (asli) = (100/25) x (5,85 x 0.0654)/(10)
(1 N infus = 1M M x BM = gram/1000 ml )
Kadar infus : g / 100ml = (100/25) x (5.85 x 0.0654)/(10) x 58.44 x
(100/1000) = 0.8943 = 0.89%
d. Tinjauan endapan pada titik ekivalen / TAT :
Agcl (hasil reaksi, ekivalen) === 𝐴𝑔+ + 𝐶𝑙 −
(X) (X)
Ksp = [𝐴𝑔+ ] x [𝐶𝑙 − ] = (X) x (X) = 10−10X = [𝐴𝑔+ ] = 10−5
[𝐶𝑟𝑂4− ] = (50/194.20) x (1) / (10 + 40 + 1 + 5.85) = 4.53 x 10−3
[𝑨𝒈+ ] x [𝑪𝒓𝑶−
𝟒 ] = ( 𝟏𝟎
−𝟓 𝟐
) x 4.53 x 𝟏𝟎−𝟑 = 4.53 x 𝟏𝟎−𝟏𝟑 < Ksp 𝑨𝒈𝟐 𝑪𝒓𝑶𝟒
𝟏𝟎−𝟏𝟏.𝟕𝟎 belum ada endapan 𝑨𝒈𝟐 𝑪𝒓𝑶𝟒
ARGENTOMETRI 3
Suatu sampel infus NaCI fisiologi ditetapkan kadarnya secara titrasi
Argentometri dan untuk pelaksanaannya dilakukan sebagai berikut:
dipipet sample infus sebanyak 25.0 ml- diencerkan dengan aqua ad 100.0 ml-
kemudian dari infus yang telah diencerkan diatas dipipet:
20.0 ml +40 ml aqua indikator 1 ml KCrO, 5%-dititrasi dengan larutan baku
AgNo, 0.0834N dan untuk mencapai titik akhir titrasi diperlukan 9.05 m
a). Bila diketahui: BM dari NaCı=58 5, berapa % kadar infus dimaksud ?
b). Apakah pada kondisi diatas, sudah ferjadi endapan Ag.Cro.?
Titik akhir titrasi dianggap sama dengan titik ekivalen
BM K.CrO,= 194 20, pKsp AaCi= 10.00 dan pKsp Ag-CrO,= 11.70
c). Bila penambahan titran dilebihkan 0.05 ml dari jumlah ekivalennya,
apakah sudah dapat dilihat adanya endapan 𝐴𝑔2 𝐶𝑟𝑂4?
Jawaban :

Reaksi : Infus NaCI + 𝐴𝑔𝑁𝑂3 (Pentiter/ Titran) AgCl (endapan)

Ekivalensi : 1 mgrek sampel infus NaCI = 1 mgrek 𝑨𝒈𝑵𝑶𝟑 (titran) = 1mgrl

Perhitungan : mgrek sampel = mgrek titran


= 9.05 x 0.0834 N untuk 20 ml larutan infus
pengenceran atau (25/100) x 20 ml infus asli = 5.0
ml infus asli.

% b/v : berat gram/ 100 ml larutan sampel atau infus

a. Kadar infus = 9.05 x 0.0834 x (100/5.0) x 58.44 (BM NaCI) x 10−3 = 0.8831
atau = 0.88 %
Atau : V infus (pengenceran) x N Infus = V 𝐴𝑔𝑁𝑂3 x N 𝐴𝑔𝑁𝑂3
V infus (pengenceran) = (9.05 x 0.0834)/(20)
N infus (asli) = (100/25) x (9.05 x 0.0834)/(20)
(1 N infus = 1M M x BM = gram/1000 ml )
Kadar infus : g / 100ml = (100/25) x (9.05 x 0.0834)/(20) x 58.44 x
(100/1000) = 0.8831 = 0.88%
b. Tinjauan endapan pada titik ekivalen / TAT :
Agcl (hasil reaksi, ekivalen) === 𝐴𝑔+ + 𝐶𝑙 −
(X) (X)
Ksp = [𝐴𝑔+ ] x [𝐶𝑙 − ] = (X) x (X) = 10−10X = [𝐴𝑔+ ] = 10−5
[𝐶𝑟𝑂4− ] = (50/194.20) x (1) / (50 + 10 + 1 + 6.15) = 3.83 x 10−3
[𝑨𝒈+ ] x [𝑪𝒓𝑶−
𝟒 ] = ( 𝟏𝟎
−𝟓 𝟐
) x 3.83 x 𝟏𝟎−𝟑 = 3.83 x 𝟏𝟎−𝟏𝟑 < Ksp 𝑨𝒈𝟐 𝑪𝒓𝑶𝟒
𝟏𝟎−𝟏𝟏.𝟕𝟎 belum ada endapan 𝑨𝒈𝟐 𝑪𝒓𝑶𝟒
c. Titran AgNO3 berlebih 0.05 ml 0.0834 N
[𝐴𝑔+ ] baru = (0.05) x 0.0834 / (20 + 40 + 1 + 9.05 + 0.05 ) = 5.95 x 10−5
[𝐶𝑟𝑂4− ] = (50/194.20) x (1) / (20 + 40 + 1 + 9.05 + 0.05 ) = 3.67 x 10−3
[ 𝐴𝑔+ ]2 x [3.67 x 10−3 ] = (5.95 x 10−5 )2 x (3.67 x 10−3) = 1.30 x 10−11 >
10−11.70 (Ksp) 2.00 x 10−12
Kesimpulan : Sudah Terjadi Endapan 𝑨𝒈𝟐 𝑪𝒓𝑶𝟒
IODOMETRI

A. Pengertian
Titrasi iodometri adalah titrasi reduksi oksidasi yang melibatkan titrasi iodin
yang dihasilkan dalam reaksi dengan larutan standar natrium tiosulfat, digunakan
untuk zat-zat yang bersifat oksidator seperti Fe (III) dan Cu(II). Zat oksidator
tersebut akan mengoksidasi iodida menjadi iodin. Iodin yang terbentuk akan
ditentukan dengan menggunakan larutan baku tiosulfat. Banyaknya volume
tiosulfat yang dipakai untuk titran setara dengan iodin dihasilkan dan setara
dengan jumlah sampel :
- Oksidator + KI→ 1₂ +2e
- 1₂+ Na₂S₂O, → Nal + Na₂S₂O6
Zat-zat yang digunakan bersifat reduktor
- Zat oksidator tersebut akan mengoksidasi iodin menjadi iodida
Reduktor + 12 → 21
I, Na₂S₂O, → Nal + Na₂S₂O6

B. Indikator yang digunakan


- Larutan iodin berwarna coklat gelap → Larutan Na₂S406 yang sudah
teroksidasi berwaran kuning pucat → Tidak perlu indicator.
- Kelebihan iodin pada TAT memberikan warna TAT (ekivalen) susah yang
sama penetapan.
- Indikator yang digunakan adalah indikator amilum → berwarna biru.

C. Hal yang perlu diperhatikan


- Larutan harus terjagga agar pH < 8 → Iodium bereaksi dengan OH
menghasilkan ion hipoiodit yang menghasilkan ion iodat
- 1₂ + OHHI + 10
310> 10+ 21
- Larutan natrium tiosulfat tidak stabil dalam jangka waktu yang lama
- Oksidasi oleh udara, larutan ini cukup mudah teroksidasi membentuk sulfur.
- Kesamaan, larutan ini mudah terurai menjadi ion hydrogen sulfit (HSO₂) dan
secara pelan pelan akan terurai membentuk pentationat (S-06).
- Mikroorganisme, ada bakteri dari udara yang menggunakan larutan natrium
tiosulfat sebagai sumber sulfur di dalam metabolismenya dan
mengoksidasinya menjadi sulfat.
- Amilum/ indikator kanji yang digunakan haruslah ditambahkan mendekati
titik akhir titrasi dapat menyebabkan terbentuknya iod-amilum akan
membentuk kompleks warna biru yang tak larut dalam air dingin → titran
akan semakin bertambah mengganggu penentuan kadar sampel

Contoh soal IODOMETRI


Pada penentuan sampel tablet Vit C secara lodimetri dilakukan seperti
berikut ditimbang seksama sampel tablet Vit C yang telah diserbuk seberat 156 5
mg dilarutkan dalam 50 ml air + 0.5 ml larutan Ki 1% + 2 ml indikator larutan
amylum 0.5% +1 ml HCI 2% - kemudian di titrasi dengan larutan baku 0.0952N
KIO,- yang untuk mencapai titik akhir titrasi memerlukan 7.96 ml.
a) Berapa kandungan Vit. C pertablet (BM 176.13),
bila berat rata-rata tablet= 234.5 mg
Diketahui KIO, 5 KI 6HCl = 31₂ 6KCI+ 3H₂0 CHO + b 2 HI - CHO (Vit. C)
b) Berapa mg KIO, (BM 214.0) yang dibutuhkan untuk membuat larutan
0.0952N sebanyak 50.0 ml ?
Jawaban
a. Ekivalensi 1 gr KIO₂-3 grl 12 1 gr 12-2 grek 1gr KIO, 6 grek atau 1 grek
KIO₂= 1/6 gri 1 grl Vit C 1 grl 122 grek atau 1 grek Vit. C=1/2 gr
Perhitungan mgrek sampel = mgrek titran
I = 7.98 x 0 0952
= 796x0.0952 x 1/2 gri
Kadar sampel
7.96 x 0.0952 x 1/2 grl =7 96 x 0.0952 x 1/2 x 176, 13 (BM) mg
atau
7.96 x 0.0952 x 1/2 x 176.13 x (234.5/156.5) mg/tablet mg/tablet
= 100.0 mg/tablet
b. KIO, yang dibutuhkan = 50 x 0.0952 x 214.0 (BM) x 1/6 (ekivalensi) mg
= 169 7733 mg atau 169.8 mg/50 ml larutan.
SIGNIFICANT FIGURES DAN
REJECTION OF THE RESULTS

A. SIGNIFICANT FIGURES
SIGNIFICANT FIGURES Is digit which denotes the amount of quantity in
the place which it stands.
1. 2680 g dan 1.0062 g : angka (digit) 0 pada keduanya: significant 0.0025g\
angka 0 : bukan significant tapi hanya menyatakan letak desimal saja, sebab
bisa ditulis : 2.5 mg.
2. 1546 g: angka terakhir adalah angka tidak pasti sehingga bisa : 2.1547 g
atau 2.1545 g
3. 150 g 2.151 g atau 2.149 g
The digits of a number which are needed to express the precision of the
measurement from which the number was derived are known as SIGNIFICANT
FIGURES.

B. TATACARA PENULISAN
1. Dituliskan sebanyak mungkin angka pasti (significant figures) dan hanya
ada satu angka tidak pasti. Misalnya : volume antara 20.5 ml dan 20.7 ml →
20.6 I dan bukan 20.60 ml. 20.60 ml bisa : 20.59 ml atau 20.61 ml
Berat dengan ketelitian 0.1 mg 5.2600 g tidk boleh ditulis : 5.260 g atau
5.26 g

2. Harga rata-rata dari: 0.2628 +0.2623 +0.2626 adalah 0.26257 → 0.2626


(digit terakhir > 5 dibulatkan keatas untuk digit didepannya).
3. Penjumlahan atau pengurangan
1.26 x 1.236 x 0.6834 x 24.8652 = 1.26 x 1.236 x 0.683 x 24.87
= 26.4536440126.454

C. REJECTION OF A RESULT:
Contoh :
Data suatu rata-rata
30.34 %
30.22% → misalnya: direject (diragukan) 30.42%
30.38 %

Rata-rata hasil = 1/3 x (30.34 + 30.42 + 30.38) = 30.38%


Rata-rata deviasi = 1/3 x { (30.38 - 30.34) + (30.38 - 30.38) + (30.42 -
30.38)}
= 0.03
Hasil dapat direject bila (30.38 - 30.22)/(0.03) > 2.5 5.3 > 2.5
Kesimpulan: 30.22% direject

Anda mungkin juga menyukai