Anda di halaman 1dari 19

GRAVIMETRI METODE PENYARIAN dan METODE EVOLUSI

A. GRAVIMETRI
Gravimetri dalam ilmu kimia merupakan salah satu metode kimia analitik untuk
menentukan kuantitas suatu zat atau komponen yang telah diketahui dengan cara
mengukur berat komponen dalam keadaan murni setelah melalui proses pemisahan. Analisis
gravimetri

melibatkan

proses

isolasi

dan

pengukuran

berat

nsuatu unsur atau senyawa tertentu. Metode gravimetri memakan waktu yang cukup lama,
adanya pengotor pada konstituen dapat diuji dan bila perlu faktor-faktor koreksi dapat
digunakan. Gravimetri dapat digunakan dalam analisis kadar air. Kadar air bahan bisa
ditentukan dengan cara gravimetri evolusi langsung ataupun tidak langsung. Bila yang
diukur ialah fase padatan dan kemudian fase gas dihitung berdasarkan padatan tersebut
maka disebut gravimetri evolusi tidak langsung. Untuk penentuan kadar air suatu kristal
dalam senyawa hidrat, dapat dilakukan dengan memanaskan senyawa dimaksud pada suhu
110130C. Berkurangnya berat sebelum pemanasan menjadi berat sesudah pemanasan
merupakan berat air kristalnya.
Ada 4 macam metode penetapan gravimetri :
1. Metode pengendapan.
2. Metode evolusi.
3. Metode penyarian.
4. Metode elektrogravimetri.
Yang kami akan bahas disini adalah metode penyarian dan metode evolusi.

B. PRINSIP METODE
1. Metode penyarian
Dengan cara ini, komponen dari zat uji disari dengan pelarut spesifik. Sari yang
diperoleh kemudian diuapkan hingga bobot tetap. Cara ini cocok apabila teknik
isolasi sederhana, konsentrasi zat aktif cukup tinggi, dan zat aktif yang diperoleh
harus murni atau mudah dimurnikan.
Contoh : penetapan alkaloid; penetapan zat aktif dari sediaan farmasi preparat galenik
(ex. Colchicine, luminal Na)

2. Metode Evolusi
Metode evolusi didasarkan pada penguapan komponen zat uji dengan cara
pemanasan. Komponen yang menguap adalah perbedaan dari berat penimbangan zat
uji sebelum dan sesudah penguapan. Cara ini sering digunakan untuk penetapan
kadar air dari zat uji dengan dengan pemanasan pada 105C sampai 110C dan
penetapan CO2 dengan pemijaran pada suhu yang lebih tinggi. Metoda ini
memungkinkan untuk menyerap komponen yang menguap (air atau karbondioksida)
menggunakan penyerap yang cocok. berat dari komponen yang menguap adalah
pertambahan berat dari penyerap.
contoh : Susut pengeringan NaCl ditetapkan dengan mengeringkan sejumlah zat uji
dalam oven pada suhu 105 0C hingga diperoleh bobot tetap. Kadar Abu (sisa
pemijaran) simplisia ditetapkan dengan mengubah zat uji dalam tanur listrik (Muffle
Furnace) hingga bobot tetap.

C. LANGKAH-LANGKAH MENENTUKAN SUATU KADAR


1. Metode Penyarian
Misalnya menetapkan kadar
1. Buatlah larutan 1 N asam klorida (HCl). Cara membuat : Ambil 6,54 mlHCl 25
% (7,32 g),

larutkan ke dalam 20 ml H2O kemudian

adkanhingga 50 ml

3.

dengan H2O.
Larutkan 5 g opium dalam 35 - 50 ml HCl 1 N.
Tuang kedalam Erlenmeyer bertutup dengan

4.

kemudian tambahkan 30 ml Eter kocok kuat


Pisahkan lapisan yang terbentuk. Terdapat 2 lapisan yaitu lapisan air dan lapisan

2.

5.
6.
7.

menggunakan corong

pisah,

eter. Buang lapisan eter dan ambil lapisan airnya.


Lapisan air di kocok kembali dengan eter.
Terbentuk 2 lapisan kembali, ambil lapisan airnya.
Buatlah larutan sodiumhydroxide (NaOH) pH 7. Tambahkan ke dalam lapisan
air. Morfin akan mengendap.

2. Metode Evolusi
Bahan yang direaksikan akan menimbulkan gas. Gas didapatkan dengan cara
pemanasan atau mereaksikan dengan pereaksi tertentu. Pada umumnya yang dicari
ialah banyaknya gas yang terjadi.
Cara mencari jumlah gas tersebut yaitu :
1. Cara tidak langsung.
Dalam hal ini analatlah yang ditimbang setelah bereaksi, berat gas diperoleh
sebagai selisih berat analat sebelum dan sesudah reaksi.
Contoh : Penentuan kadar air.
Bahan yang akan dianalisis dipanaskan pada suhu tertentu dalam jangka waktu
tertentu sehingga air menguap dan beratnya diperoleh sebagai selisih berat bahan
sebelum dan sesudah pemanasan. Contoh lain adalah penentuan karbonat, karena
pemanasan, karbonat terurai dan mengeluarkan gas CO2. Berat gas juga
ditentukan dengan menimbang bahan sebelum dan sesudah pemanasan.
2. Cara langsung.
Gas yang terjadi ditimbang setelah diserap oleh suatu bahan yang khusus untuk
gas tertentu.
Contoh : Pada penentuan kadar air.

Pada uap air yang terjadi dilewatkan tabung berisi bahan higroskopis yang tidak
menyerap gas-gas lain. Berat tabung dengan isi sebelum dan sesudah uap diserap
menunjukkan jumlah air. Gas yang terjadi ditimbang setelah diserap oleh suatu bahan
yang khusus untuk gas yang bersangkutan. Sebenarnya yang ditimbang ialah bahan
penyerap itu yaitu sebelum dan sesudah penyerapan sedangkan berat gas diperoleh dari
selisih kedua penimbangan. Dalam cara pengendapan, analat sekarang direaksikan
sehingga terjadi suatu endapan dan endapan itulah yang ditimbang.
D. ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN
1. Metode penyarian
a. Erlenmeyer
b. Beker gelas
c. Corong Kaca
d. Pipet tetes
e. Batang pengaduk
f. Labu ukur
2. Metode Evolusi
a. Botol timbang
b. Neraca analitik
c. Eksilator
d. Oven (thermostat)
e. Cawan porselin
f. Pembakar gas
g. Tanur listrik

E. CONTOH JURNAL
1. Metode Penyarian
ABSTRAK
Bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) secara tradisional digunakanm
sebagai peluruh dahak. Berdasarkan atas Bioassay Guided Fractionation, fraksi aktif

berhasil dipisahkan dan alkaloid merupakan kandungan utama fraksi. Oleh karena itu
alkaloid digunakan sebagai senyawa penanda (marker) ekstrak etanol Hibiscus rosasinensis L. Nilai viskositas digunakan sebagai model untuk aktivitas peluruh dahak,
dengan asetil sistein sebagai kontrol positif. Selanjutnya penetapan kadar alkaloid dalam
ekstrak etanol dilakukan secara KLT-Densitometri (n=5), kadar alkaloid dibandingkan
dengan kurva baku dari alkaloid (marker) hasil isolasi (Y=12,1360X+2901,4474). Kadar
alkaloid dalam ekstrak etanol kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) sebagai 2,35
0,67 %.
PENDAHULUAN

Herbal merupakan obat alternatif yang telah dimanfaatkan oleh nenek moyang. Salah satu
yang digunakan adalah bunga kembang sepatu. (Hibiscus rosa-sinensis L.), sebagai peluruh
dahak (Anonim, 1985). Untuk mendapatkan efek yang konsisten, ekstrak harus terstandar dan
dapat menjadi referensi material bagi peningkatan produk herbal Indonesia (Eye, 2007).
Murrukmihadi (2009) menyatakan bahwa didalam ekstrak bunga kembang sepatu terdapat
alkaloid dapat digunakan sebagai marker untuk standar produk bunga kembang sepatu. Senyawa
marker dapat sebagai senyawa aktif, penanda analitik maupun penanda negatif. Bunga kembang
obat batuk (Dalimartha, 1999), sehingga alkaloid dalam kembang sepatu dapat digunakan
sebagai marker/senyawa penanda.Penetapan kadar suatu senyawa dapat dilakukan dengan
mengukur kerapatan noda dari senyawa yang bersangkutan dan telah dipisahkan dengan cara
kromatografi lapis tipis dengan menggunakan KLT-Densitometer. Penampaka noda menunjukkan
hasil positif alkaloid dengan munculnya noda berwarna jingga-kecoklatan lempeng KLT ketika
ditampakkan denagn pereaksi Dragendorff. (Anonim, 2000).

METODOLOGI

Bahan
Bunga kembang sepatu dipetik dari taman Graha Sabha Pramana, Universitas Gadjah Mada,
Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan diidentifikasi di Bagian Biologi Farmasi, Fakultas
Farmasi, Universitas Gadjah Mada pada bulan September sampai dengan Oktober tahun 2008.

Bunga kembang sepatu dicuci dan dikeringkan dengan oven yang temperaturnya diatur antara
40-50 0C. Bunga kering diserbuk dan disimpan di alamari es (40C) sampai saat untuk
diekstraksi.
Ekstraksi untuk Penetapan Kadar Alkaloid
Ekstraksi isolat untuk penetapan kadar dilakukan berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan
(Murrukmihadi, 2011).

PENENTUAN KADAR ALKALOID


Pembuatan kurva baku alkaloid
Pembuatan kurva baku alkaloid dilakukan dengan cara 390 mg isolat kering dilarutkan dalam
metanol 1 mL (larutan stok), kemudian dibuat seri konsentrasi 24, 49, 98, 130, dan 293 g/L,
dengan volume penotolan 15 L. Cara pembuatannya yaitu, dari larutan stok diambil 751 L
dilarutkan dalam metanol sampai 1 mL, sehingga didapat konsentrasi 293 g/L (dalam 15 L
berisi 293x15=4395 g). Dari larutan ini diambil 500 L dilarutkan dalam metanol sampai 1 mL,
kemudian diambil 667 g/L dilarutkan dalam metanol sampai 1 mL, sehingga didapat
konsentrasi 130 g/L (dalam 15 L berisi 130x15=1950 g). Kemudian diambil 500 L
dilarutkan dalam metanol sampai 1 mL, didapat konsentrasi 98 g/L (dalam 15 L berisi
98x15=1470g). Dari larutan ini diambil 500 L dilarutkan dalam metanol sampai 1 mL, didapat
konsentrasi 49 g/L (dalam 15 L berisi 49x15=735g). Terakhir diambil 500 L dari larutan
tersebut kemudian diencerkan dengan metanol sampai 1 mL, sehingga didapat konsentrasi 24
g/L (dalam 15 L berisi 24x15=360 g).

Penentuan alkaloid dalam ekstrak etanolik


Penentuan alkaloid dilakukan dengan cara menimbang ekstrak etanol 3 g dilarutkan dalam 1 mL
metanol dan ditotolkan pada pelat KLT sebanyak 5 kali replikasi dengan volume masingmasing
10 L. Setelah pengembangan pelat KLT, bercak yang diperoleh diukur dengan KLT
Densitometer untuk mendapatkan AUC.
Analisis Hasil

Data luas area yang didapatkan dari isolate dibuat persamaan regresi linier sebagai persamaan
kurva baku. Persamaan garis kurva baku : Y = a+bx, dengan Y = AUC, X = kadar isolate
(g/15L). Harga AUC sampel kemudian dimasukkan ke dalam persamaan garis kurva baku,
maka didapatkan kadar dari masing-masing sampel (persen kadar alkaloid dalam ekstrak).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembuatan kurva baku
Penentuan panjang gelombang dilakukan pada scanning panjang gelombang 200-700 nm untuk
senyawa alkaloid dan memberikan maks pada 200 nm. Tabel 1 menunjukkan kadar isolate
versus AUC hasil densitometri untuk kurva baku ekstrak. Tabel I. Nilai Kadar Isolat vs AUC
hasil densitometri untuk kurva baku ekstrak
No Kadar baku (g/L) Kadar baku dalam 1 15 L AUC
1 24 360 9928, 6 2 49 735 12034 ,4 3 98 1470 18605, 24 130 1950 24416,7 5 293 4395 57654,4
Keterangan : Persamaan garis regresi kurva baku adalah Y =12,1360 X + 2901,4474 r = 0,9939,
X = kadar alkaloid (g/ 15L), Y = AUC Kenaikan konsentrasi atau kadar isolate tertentu
sebanding dengan kenaikan nilai AUC pada densitometer. Hal ini sesuai dengan apa yang
didapat, semakin tinggi kadar isolat, semakin besar AUC (Tabel I). Setelah dilakukan
perhitungan secara regresi liniair, maka didapat persamaan garis regresi liniair sebagai kurva
baku alkaloid yaitu Y =12,1360 X + 2901,4474 dengan r = 0,9939. Linieritas merupakan salah
satu parameter untuk menilai kesahihan metode analisis dengan melihat nilai hubungan respon
dari berbagai konsentrasi zat baku pada suatu kurva baku yang dilihat sebagai nilai koefisien
korelasi (r).
Penetapan kadar alkaloid dalamekstrak etanol
Sampel ekstrak sebesar 3 g dilarutkan dalam metanol sampai 1 mL, sehingga didapatkan
konsentrasi 3 mg/L. Sebanyak 10 L ditotolkan (n=5) pada plat silika gel F254 (Merck) tebal
0,25 mm sebanyak lima replikasi. Kemudian plat KLT dikembangkan dengan fase gerak etil
asetat:metanol (1:5 v/v). Karena bercak yang diharapkan tidak terdeteksi dengan UV 254
maupun 366 nm, maka bercak ditandai pada tepi plat sesuai dengan KLT isolat yang telah

dilakukan sebelumnya dan dideteksi dengan pereaksi semprot Dragendorff. Bercak yang telah
ditandai atau sesuai Rf dengan Dragendorff ditentukan AUC (luas dibawah kurva) pada maks
200 nm menggunakan KLTDensitometer. Nilai AUC sampel ekstrak etanolik bunga kembang
sepatu dengan kadar 30 mg/ 10L. Nilai AUC replikasi sampel memenuhi rentang nilai AUC
pada isolat yaitu pada 9928,6 hingga 57654,4
(Tabel II).
Tabel II. Nilai Kadar alkaloid dalam sampel ekstrak etanolik
No Kadar (mg/10L) AUC Kadar (%)
1 30 21725,7 3,45 2 30 16560,2 2,50 3 30 12729,6 1,80 4 30 15516,2 2,31 5 30 12156,1 1,70
2,35 SD 0,67
Tabel II menunjukkan bahwa dalam ekstrak etanolik bunga kembang sepatu terdapat alkaloid
yang dapat diisolasi dan sebagai senyawa penanda dengan kadar sebesar 2,35 0,67 %.
KESIMPULAN
Bunga kembang sepatu memiliki kandungan alkaloid yang dapat diisolasi dan dapat dijadikan
sebagai senyawa penanda. Kadar alkaloid dari ekstrak etanolik bunga kembang sepatu adalah
2,350,67%.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1985, Tanaman Obat Indonesia, Jilid I, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta. Eye, 2007, Memodernkan Obat Tradisional dari Tanaman, Republika, 23 November
2007 cit Anonim, 2007, Obat Tradisional dari Tanaman, http://www.kimialipi. net/index.php?
pilihan=berita&id=58, 1 Juli 2009. Murrukmihadi, M., 2009, Aktivitas Mukolitik Ekstrak
etanolik dan Fraksi Aktif Bunga Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) pada Mukus Usus
Sapi secara In Vitro,Laporan Penelitian Program Hibah Penelitian Berkualitas Prima Fakultas
Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Dalimartha, S., 1999, Atlas Tumbuhan Obat
Indonesia. Ungaran : Trubus Agriwidya. Anonim, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak
Tumbuhan Obat, Cetakan Pertama, 3, 9-11, Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Direktorat Pengawasan Obat Tradisional,
Jakarta. Murrukmihadi, M., 2011, Isolasi dan Penetapan Kadar Alkaloid Dalam Ekstrak Etanolik,

Fraksi Tidak larut Etil Asetat dan Fraksi Hasil VLC Dalam Bunga Kembang Sepatu (Hibiscus
rosa-sinensis L.), 2011, Disampaikan pada Kongres Ikatan Apoteker Indonesia di Manado.

2. Metode Evolusi
GRAVIMETRI : PENETAPAN KADAR AIR DAN KADAR ABU JARINGAN
TANAMAN
Prinsip Percobaan
Gravimetri adalah metode analisis kimia secara kuantitatif dimana jumlah analit
ditentukan dengan mengukur bobot substansi murni yang hanya mengandung analit.
(Skoog 2004) Penentuan kadar zat berdasarkan pengukuran berat analit atau senyawa
yang mengandung analit dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu metode
pengendapan melalui isolasi endapan sukar larut dari suatu komposisi yang tak
diketahui dan metode penguapan dimana larutan yang mengandung analit diuapkan,
ditimbang, dan kehilangan berat dihitung. (Harvey 2000) Berdasarkan cara
mengukur fase, gravimetri dibedakan menjadi dua jenis, yaitu gravimetri evolusi
langsung dan gravimetri evolusi tidak langsung. Gravimetri evolusi langsung
berfungsi untuk mengukur fase gas secara langsung, sedangkan gravimetri evolusi
tidak langsung berfungsi untuk mengukur fase gas dan fase padat dari padatan yang
terbentuk.(Skoog 2004) Kadar air suatu bahan menunjukkan kandungan air bebas
dalam bahan tersebut yang berikatan hidrogen dengan sesama molekul air bebas.
Kadar abu suatu bahan adalah residu senyawa oksida dan garam yang tersisa dari
pengeringsn suatu bahan pada temperatur yang tinggi.(Fennema 1996) Pada
percobaan ini, gravimetri digunakan untuk melakukan penetapan kadar air dan kadar
abu bubuk temu giring (Curcuma heyneana). Temu giring adalah semak semusim
yang hidup secara liar di pekarangan dan ladang pada tanah lembab dan sedikit
cahaya. Zat kimia yang terkandung dalam temu giring antara lain minyak atsiri dan
zat pati.(Davy 1996) Pada percobaan ini, sampel yang digunakan berupa bubuk temu
giring, bukan bahan segar temu giring. Penetapan kadar air bubuk temu giring

dilakukan berdasarkan metode penguapan, sedangkan penetapan kadar abu bubuk


temu giring dilakukan berdasarkan metode pengendapan.
Tujuan Percobaan
Percobaan ini bertujuan menetapkan kadar air dan kadar abu suatu bahan.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang dipakai adalah botol timbang, neraca analitik, eksikator, oven
(thermostat), cawan porselin, pembakar gas, dan tanur listrik. Bahan-bahan yang
digunakan adalah bubuk temu giring (Curcuma heyneana).
Prosedur Percobaan
Penetapan Kadar Air
Botol timbang dikeringkan pada temperatur 105C selama 30 menit. Setelah
didinginkan dalam eksikator selama 15 menit, kemudian ditimbang. Kira-kira 3
gram bubuk temu giring dimasukkan dalam botol timbang, kemudian dikeringkan
pada temperatur 105C hingga bebas air selama 60 menit. Setelah didinginkan
dalam eksikator selama 15 menit, botol timbang dan isinya ditimbang. Pekerjaan
dilakukan rangkap 3 (triplo).
Penetapan Kadar Abu
Cawan porselin dikeringkan pada temperatur 600C selama 30 menit, dinginkan
dalam eksikator kemudian ditimbang. Kira-kira 2 gram bubuk temu giring
dimasukkan ke dalam cawan porselin. Cawan dan isinya dipanaskan dengan nyala
bunsen sampai tidak berasap lagi. Kemudian dimasukkan ke dalam tanur listrik
dengan temperatur 600C selama 30 menit. Setelah didinginkan dalam eksikator,
cawan dan isinya ditimbang. Pekerjaan dilakukan rangkap 3 (triplo).
DATA HASIL PENGAMATAN
Penetapan Kadar Air
U

la

as

sa

k
P

a
n
g
a
n

ar

ut

ir

u
p

a
m

3,

6,

0,

4
2

9
2

9
3

5
3

6
R
a
t
a
r
a
t

2
5,
7
5
0
0
2
8,
8
4
0
0
2
9,
0
8
0
0

2
7,
8
9
0
0

a
S

1,

.
D
e

a
s
i
Contoh Perhitungan Kadar Air (Ambil data ulangan ke-2) :
Kadar Air =
=
= 28,8400 %
Perhitungan Rata-rata Kadar Air :
Rata-rata =
=
= 27,8900 %
Perhitungan Standar Deviasi Kadar Air :
Sd =
=
= = = 1,8572
Ketelitian =
=

Penetapan Kadar Abu


Ula

Ma

Ma

Ma

Ka

nga

ssa

ssa

ssa

dar

Ca

Bu

ss

ss

Ab

Ab

wa

bu

S
e
b
el
u
k
n +
Tut
up
gra
m

Te
mu
Gir
ing
(b)
gr
am

m
P
e
n
g
er
in
g
a
n
g
r
a
m

1
30,

2,0

007

05

2
34,

2,0

471

00

S
e
s
u
d
a
h
P
e
n
g
er

(a)
gr

am

in
g
a
n
g
r
a

m
3

2,

0,

1
3

6
3

6,

4,

1,5

89

1,5

78,

74

520

79,
446
0

3
30,

2,0

584

00

2,

1,

1,5

78,

72

612

Rat
arat
a
St.

859
7

De

0,5

via

098

si

78,

Contoh Perhitungan Kadar Abu (Ambil data ulangan ke-3) :


Kadar Abu =
=
= 78,5208 %
Perhitungan Rata-rata Kadar Abu :
Rata-rata =
=
= 78,8597 %
Perhitungan Standar Deviasi Kadar Abu :
Sd =
=
= = = 0,5098
Ketelitian =
=

PEMBAHASAN
Percobaan ini menentukan kadar air dan kadar abu bubuk temu giring (Curcuma
heyneana) dengan menggunakan metode gravimetri evolusi tidak langsung. Cara
yang dilakukan untuk pengeringan adalah dengan menggunakan oven dan tanur
listrik karena bubuk temu giring merupakan contoh bahan yang kandungan airnya
dapat diuapkan dengan oven dan tanur listrik pada kondisi temperatur tinggi.
Desikator digunakan untuk memperkecil resiko hilangnya air saat pendinginan.
(Skoog 2004) Kadar air ditentukan dengan membandingkan selisih bobot bubuk
temu giring sebelum pengeringan pada suhu 105C selama 60 menit dan bobot
bubuk temu giring setelah pengeringan dengan bobot bubuk temu giring sebelum
pengeringan. Kadar abu ditentukan dengan membandingkan bobot abu yang didapat
dengan bobot bubuk temu giring sebelum pengeringan pada suhu 600C selama 30
menit. Proses perpindahan cawan selalu menggunakan gegep agar lemak dari tangan
yang mungkin menempel pada cawan tidak ikut tertimbang. Pada percobaan
penentuan kadar air, didapatkan hasil kadar air bubuk temu giring sebesar (27,8900
1,8572) % dengan ketelitian 93,3409 %. Hal ini berarti bubuk temu giring tidak
dapat disimpan lama pada suhu kamar dengan kemasan terbuka. Karena bahan yang
dapat disimpan lama pada suhu kamar dengan kemasan terbuka harus memiliki
kadar air kurang dari 10 %.(Acker 1969) Pada percobaan penentuan kadar abu,
didapatkan hasil kadar abu bubuk temu giring sebesar (78,8597 0,5098) % dengan
ketelitian 99,3535 %. Hal ini berarti sebagian besar kandungan bubuk temu giring
tersusun atas molekul mineral. Karena penentuan kadar abu biasa digunakan untuk
menentukan kadar mineral yang terdapat dalm suatu bahan, walaupun jenis mineral
yang terkandung tidak dapat diidentifikasi menggunakan metode ini.(Fennema 1996)
Ketelitian yang didapat dari percobaan sangat tinggi. Hal ini berarti kesalahan yang
mungkin terjadi sudah bisa dihindari. Kesalahan ini meliputi kurang hati-hati dalam
pemindahan cawan, kesalahan kalibrasi neraca analitik, dan kesalahan penyimpanan
dalam desikator. Namun demikian, ketepatan pada percobaan ini tidak dapat dicari
karena tidak ada sumber yang mencantumkan kadar air dan kadar abu bubuk temu

giring. Kesalahan ini dapat teratasi dengan koordinasi yang baik antara asisten
dengan praktikan sehingga praktikan dapat membawa bahan segar yang akan diuji.
Dengan demikian, pencarian literatur tentang bahan tersebut akan lebih mudah.

KESIMPULAN
Percobaan ini telah berhasil menentukan kadar air dan kadar abu bubuk temu giring
(Curcuma heyneana). Kadar air bubuk temu giring sebesar (27,8900 1,8572) %
dengan ketelitian 93,3409 % dan kadar abu bubuk temu giring sebesar (78,8597
0,5098) % dengan ketelitian 99,3535 %.

PUSTAKA RUJUKAN
Acker L.W. 1969. Water Activity and Enzyme Activity. Food Technology.
23(10):1257-1270. Davy H. 1996. Elements of Agricultural Chemistry 5 th Edition.
London: Green and Longman. Fennema Owen. 1996. Food Chemistry Third Edition.
New York: Marcel Dekker Inc. Harvey David. 2000. Modern Analytical Chemistry.
New York: McGraw-Hill Comp. Skoog Douglas et al. 2004. Fundamental of
Analytical Chemistry. Singapura: Thomson Learning.

DAFTAR PUSTAKA
-

Kurniawan,Ricky.2013. tugas-teknologi-bahan-alam-resume.Dalam: http://ricky-kurniawan20-12-1993.blogspot.com/2013/06/tugas-teknologi-bahan-alam-resume_6.html, diakses pada 17

Januari 2014
Wikipedia.2013.gravimetri.Dalam:

pada 17 Januari 2014


8

http://id.wikipedia.org/wiki/Gravimetri_(kimia) ,

diakses

Anda mungkin juga menyukai