Anda di halaman 1dari 4

Nama : Ilda Yatul Hayani

NIM : 19/441935/KU/21481
Analisis Kuantitatif Karbohidrat
Terdapat banyak cara yang dapat digunakan untuk menentukan banyaknya
karbohidrat yang terdapat suatu bahan yaitu antara lain dengan cara kimiawi, cara enzimatis
atau biokimiawi, cara optic atau fisis, dan cara khomatografi.
1. Cara Kimiawi
Cara kimiawi terdiri dari beberapa metoda yaitu metoda oksidasi dengan kupri, cara luff
schoorl, cara Lane-Eynon, metoda oksidasi dengan larutan ferrisianida alkalis, dan
metode iodometri.
1.1 Metode Oksidasi dengan kupri
a. Cara Luff-Schoorl
Prinsip : kuprooksida yang ada dalam reagen akan membebaskan in dari garam K-
iodida. Banyaknya ion yang dibebaskan ekuivalen dengan banyaknya kuprioksida.
Banyaknya ion akan diketahui dengan mentitrasi dengan Na-thiosulfat dengan
indikator amilum (Sudarmaji et al., 2010).
Prosedur (Afriza & Ismanilda, 2019) :
1) Sebanyak 5-10 g sampel ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu takar 250
ml, ditambah Pb asetat untuk penjernihan, kemudian ditambah Na2CO3 untuk
menghilangkan kelebihan Pb.
2) Ambil 10 ml larutan dan masukkan kedalam Erlenmeyer, ditambahkan 25 ml
larutan luff schoorl.
3) Buatlah perlakukan blanko yaitu 25 ml larutan luff schoorl ditambahkan 25 ml
aquadest.
4) Panaskan larutan dalam air mendidih selama beberapa saat.
5) Setelah mendidih erlenmeyer dihubungkan dengan pendingin balik dan
dididihkan selama 10 menit, kemudian didinginkan.
6) Tambahkan 15 ml KI 20 % dan dengan hati- hati tambahkan 25 ml H2SO4 26,5
%.
7) Titrasi larutan dengan Na2S2O3 0,1 N dengan menggunakan indikator amilum
1 % sampai warna biru hilang.
b. Cara lane-eynon
Prinsip : menitrasi reagen Soxhlet (larutan CuSO4, K-Na-tartat) dengan larutan gula
yang akan dicari tahu. Reagen soxhlet perlu distarisasi dengan larutan gula standar
agar mendapatkan hasil yang tepat. Titrasi dianggap berakhir bila warna larutan
berubah warna dari biru menjadi tidak bewarna. Menggunakan indkator methilen
biru.
Prosedur (Afriza & Ismanilda, 2019) :
1) Timbang dengan teliti 10 g sampel, lalu dihaluskan dengan mortar.
2) Sampel yang sudah halus ditambah aquades 50 ml, dipindahkan ke dalam
erlenmeyer, kemudian ditambah 2 ml HCl pekat dan dihomogen
3) Larutan dipanaskan dalam kompor selama 15 menit, lalu dinginkan.
Tambahkan indikator Bromthymol-blue 3 tetes.
4) Larutan dinetralkan dengan menambah Na2CO3 10% sampai larutan berwarna
kehijauan.
5) Larutan tersebut dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu seukuran 250 ml.
Dengan menambahkan H2O sampai tanda batas.
6) Larutan dikocok sampai homogen kemudian disaring dan filtrat ditampung.
7) Pipet 5 ml tepat larutan fehling 1 dan 5 ml larutan fehling 2 kedalam erlenmeyer,
kemudian dihomogenkan. h. Filtrat dipindahkan ke dalam buret.
8) Tambahkan larutan bahan 15 ml dari buret ke dalam erlenmeyer yang berisi
larutan fehling 1 dan fehling 2 kemudian dipanaskan sampai mendidih.
9) Tambahkan 3 tetes methylen blue, jika terbentuk warna biru, larutan dititrasi
dalam keadaan mendidih sampai warna biru hilang.
1.2 Metoda oksidasi dengan Larutan Ferrisianida alkalis
Prinsip : berdasarkan peristiwa terduksinya ferrisianida menjadi ferrosianida oleh
senyawa gula reduksi. Jumlah ferro-sianida yang terbentuk ekuivalen dengan jumlah
gula reduksi dalam sampel. Penentuan gula reduksi dapat ditentukan berdasarkan
jumlah iodin yang dibebaskan dengan menitrasi dengan Natrium-thiosulfat. Titrasi
dikakhiri tepat saat warna biru dari iod-amilum hilang.
Cara lain bisa dugunakan yaitu dengan menentukan jumlah ferrosianida dengan
cericsulfat menggunakan indikator phenantroline atau ditentukan secara kolorimetri
1.3 Metode iodometri
Prinsip : ion medium yang akan dialkalisis dapat terkonversi dengan cepat menjadi
hipoiodida. Hipoiodida akan mengoksidasi aldosa, sedangkan ketosahanya sedikit
yang mengalami oksidasi.
Prosedur (Sudarmaji et al., 2010) :
1) Sampel yang telah disediakan dicampur dengan iodin encer dan NaOH lalu
dicampur secepatnya
2) Lalu diasamkan dengan asam klorida atau asam sulfat dan dibiarkan beberapa
menit
3) Lalu kelebihan iodin dititrasi dengan larutan thiosulfat standar.
4) Hitung volume titrasinya

2. Cara enzimatis
 Penentuan glukosa dan fruktosa
Dasar penentuan cara ini adalah glukosa dan fruktosa diforforilasikan menjadi
glukosa-6-fosfat dan gruktosa-6-fosfat dengan bantuan enzim heksokinase dan
adenosin-5-trifosfat.
 Penentuan laktosa dan glukosa (Sudarmaji et al., 2010).
Dasar penentuan laktosa dan fruktosa menggunakan enzim adalah laktosa dapat
dihidrolisa menjadi glukosa dan β-galaktosa oleh enzim β-galaktosidase dan air,
lalu β-galaktose akan dioksidasi oleh nikotinamida adenin-dinukleotida menjadi
asam galatonat dengan bantuan enzim galatosa dehidrogenase (Sudarmaji et al.,
2010).

Prosedur (Holidah et al., 2018) :

1) Sebanyak 10 μL larutan sampel ditambah 120 μL 0,1 M dapar fosfat pH 6,


dan 20 μL larutan enzim dimasukkan dalam microwell
2) Iinkubasi selama 15 menit suhu 37oC
3) Tambahkan 20 μL substrat PNPG konsentrasi 10 mM
4) diinkubasi kembali selama 60 menit suhu 37 oC.
5) Hentikan reaksi dengan penambahan 80 μL natrium-karbonat 0,2 M.
6) p-Nitrofenol yang dihasilkan dibaca absorbansinya pada 415 nm.
3. Cara optis atau fisis
Metoda fisika yang sering digunakan untuk menganalisis kandungan karbohidrat
berdasarkan sifat optis dari gula yang memiliki stuktur asimetris adalah metode
polarimetri dan menggunakan alat yang disebut sakarimeter. Menurut hukum biot,
besarnya rotasi tiap individu gula sebanding dengan konsentrasi larutan dann tebal
cairan dalam tabung (Abdul Rohman, 2019). Dapat dihitung menggunakan rumus:

100 a
[α]D20=
L.c

[α]D20 = rotasi jenis pada 20o


a = derajad rotasi terbaca
c = kadar (dalam g/100mL)
L = panjang tabung (dalam dm)
Glukosa memberikan rotasi jenis +53,5° ; fruktosa +92,5°; gula inversi -20,6°; laktosa
+52,5°; dan sukrosa +66,5°.

Prosedur penetapan kadar sukrosa secara polarimetri (Abdul Rohman, 2019) :


1) kurang lebih 25 gram sirup yang telah ditimbang ditambahkan air 50 ml dan
sedikit alumunium hidroksida
2) tambahkan timbal (II) subasetat tetes demi tetes hingga tidak menimbulkan
kekeruhan, lalu ditambah air hinggal 100 ml.
3) 10 mL filtrat pertama dibuang, 40 mL filtrat dimasukan ke labu takar 50 mL dan
ditambahkan campuran yang terdiri dari 79 bagian volume asam klorida 25%
dana 21 bagian air lalu tambah air hingga 50 mL.
4) Campuran dimasukan dalam pemanas air dengan suhu antara 60-70°C selama
10 menit, lalu dingingan hingga suhu ± 20°C.
5) Larutan diukur rotasi optiknya sebelum dinversikan dan sesudah dinversikan
dengan tabung 20 cm pada suhu pengaturan yang sama yatitu antara 10-25°C.
Besarnya kadar dapat dihitung dalam persen sukrosa dengan rumus :
300 x ( α 1−α 2)
Kadar Sukrosa (%) =
(144−0,5t )
α1 = rotasi optik larutan sebelum diinversi
α2 = rotasi optik larutan setelah diinversi
t = suhu (°C)
4. Cara kromatografi
Penentuan karbohidrat dengan metoda khomatografi adalah dengan mengisolasi dan
mengidentifikasikan karbohidrat dalam suatu campuran. Isolasi karbohidrat ini mirip
dengan prinsip pemisahan suatu campuran berdasarkan distribusi rasionya pada fase
tetap dengan fase bergerak. Apabila zat padat sebagai fase tetapnya maka disebut
khomatografi serapan sedangkan bila zat cair sebagai fase tetapnya maka disebut
khomatografi partisi (Sudarmaji et al., 2010).
Prosedur (Sudarmaji et al., 2010):
1) Buat potongan kertas ukuran yang tertentu sesuai kebutuhan.
2) Teteskan sampel yang digunakan pada salah satu ujung kertas dengan mikro pipet
sehingga diperoleh spot yang bulat.
3) Agar didapatkan spot yang cukup besar maka lakukann penetesan sampel 3-4 kali
dengan cara penetesan berikutnya setelah penetesan pertama kering.
4) Spot yang dihasilkan harus sekecil mungkin karena spot yang besar akan
menyebabkan pemisahan tidak sempurna atau tailing.
5) Selanjutnya kertas dimasukkan kedalah wadah yang berisi pelarut sehingga
kedudukan kertas tegak lurus dan spot berada ± 1 cm diatas permukaan pelarut.
6) Tutup wadah dan tunggu beberapa saat hingg pelarut merambat pada kertas
sampai ujung kertas yang lain.
7) Setelah pelarut merambat sampai tanda yang dibuat. Kertas diambil dan
dikeringkan.
8) Setelah kertas kering lakukan identifikasi dan deteksi gula dalam kertas
khromatografi secara fisis dengan menyinari kertas dengan sinar ultraviolet yang
meiliki panjang gelombang sinar 254 nm – 370 nm. Dapat pula dengan cara kimiawi
yaitu dengan menyemprotkan larutan kimia tertentu.
Daftar Pustaka
Abdul Rohman. (2019). Analisis Makanan. UGM PRESS.
Afriza, R., & Ismanilda. (2019). Analisis Perbedaan Kadar Gula Pereduksi Dengan Metode
Lane Eynon Dan Luff Schoorl Pada Buah Naga Merah (Hylocereus Polyrhizus). Jurnal
Teknologi Dan Manajemen Pengelolaan Laboratorium, 2(2), 90–96.
Holidah, D., Yasmin, & Christianty, F. M. (2018). Uji Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Teh
Hitam dan Teh Hijau secara In Vitro Menggunakan Metode Inhibisi Enzim α-
Glukosidase ( In Vitro Antidiabetic Activity of Black Tea and Green Tea Extracts by
Inhibition of α-Glucosidase Method ). E-Jurnal Pustaka Kesehatan, 6(2), 235–239.
Sudarmaji, S., Haryono, B., & Suhardi. (2010). analisa bahan makanan dan pertanian.
liberty yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai