Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM : BIOKIMIA
PERTEMUAN KE :I
JUDUL PERCOBAAN : ANALISIS KUALITATIF &
KUANTITATIF KARBOHIDRAT

DISUSUN OLEH

NAMA : NADYA RAHMAH


NPM : 1848201110090
KELAS/SEMESTER : C/4
TANGGAL PRAKTIKUM : Senin 15 Juli 2020
DOSEN PENGAMPU :

LABORATORIUM FAKULTAS FARMASI


PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
TAHUN AJARAN 2019/2020
PERCOBAAN 1

ANALISIS KUALITATIF & KUANTITATIF KARBOHIDRAT

I. TUJUAN
Mahasiswa mampu melakukan analisis secara kualitatif dan
kuantitatif pada karbohidrat

II. DASAR TEORI


Karbohidrat itu sendiri merupakan senyawa karbon, hydrogen
dan oksigen yang terdapat di alam. Senyawa ini pernah disangka
“hidrat dari karbon”, sehingga disebut karbohidrat. Pada tahun
1880 dinyatakan bahwa gagasan “hidrat dan karbon” merupakan
gagsasan yang salah dan sebenarnya karbohidrat adalah
polihidroksi aldehida danketon atau turunan keduanya (Fessenden
1986)

Karbohidrat yang dihasilkan oleh tumbuhan merupakan


cadangan makanan yang disimpan dalam akar, batang, dan biji
sebagai pati (amilum). Karbohidrat dalam tubuh manusia atau
hewan dibentuk dari beberapa asam amino, gliserol lemak, dan
sebgaian besar diperoleh dari makanan yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan. (Sirajuddin dan Najamuddin 2011). Karbohidrat
ditemukan pada setiap sel makhluk hidup yang berperan antara lain
sebagai alat komunikasi sel (Winarno 2008)

Adanya karbohidrat dalam makanan dapat diidentifikasikan


secara kualitatif maupun kuantitatif. Uji kualitatif karbohidrat
mendasarkan pada pembentukan warna dapat dilakukan dengan
cara :
1. Uji Molish
Uji ini berlaku umum, baik untuk aldosa maupun ketosa.
Caranya, karbohidrat ditambah H2SO4 melalui dinding-dinding
tabung. Asam sulfat akan menyerap air dan membentuk furfural
yang selanjutnya dikopling dengan alfa-naphtol membentuk
senyawa gabungan berwarna ungu. Jika yang dideteksi pentose
akan terbentuk furfural, sementara itu juga aldosa yang dideteksi
akan berbentuk hidrosimetilfurfural. (abdul Rahman dan Sumantri,
2007)

2. Uji Selliwanof
Uji ini pposistif terhadap ketosa, missal fruktosa. Akan tetapi
negative terhadap aldosa. Pereaksi dibuat dengan mencampurkan
resorsinol dengan HCL pekat kemudian diencerkan dengan
aquades. Uji dilakukan dengan menambahkan larutan sampel ke
dalam pereaksi lalu dipanaskan dalam air mendidih. Adanya warna
merah menunjukkan adanya ketosa.
3. Uji Benedict
Uji ini positif untuk gula pereduksi/ gula inverse seperti
glukosa dan fruktosa. Caranya gula reduksi ditambahkan dengan
campuran CuSO4 (tembaga sulfat), natrium sitrat (NaSO3) dan
natrium karbonat (NaCO3) lalu dipanaskan maka akan terbentuk
endapaan kupro oksida (Cu2O) yang berwarna merah coklat. Uji
ini terjadi dalam suasana basa/alkalis karena gula akan mereduksi
dalam suasana basa. Natrium sitrat berfungsi sebagai pengkelat Cu
dengan membentuk kompleks Cu-Sitrat. Natrium karbonat
berfungsi untuk menciptakan suasana basa.
4. Uji Iodium
Polisakarida dengan penambahan iodium akan membentuk
kompleks adsorpsi berwarna yang spesifik. Amilum atau pati yang
dengan iodium menghasilkan warna biru, dekstrin menghasilkan
wrana merah anggur, sedangkan glikogen dan sebagian pati yang
terhidrolisis akan membentuk warna merah.

Analisis Kuantitaif Kadar karbohidrat dalam berbagai bahan


makanan dapat ditentukan dengan berbagai cara,diantaranya cara
kimiawi, cara fisik, cara enzimatik atau biokimia dan cara
kromatografi.Penentuan karbohidrat yang termasuk polisakarida
maupun oligosakarida memerlukan pendahuluan yaitu hidrolisis
lebih dahulu sehingga diperoleh monosakarida. Untuk keperluan
ini,maka bahan dihidrolisa dengan asam atau enzim pada suatu
keadaan tertentu. Salah satu metodeyang dapat digunakan adalah
Luff Schoorl.Penentuan kadar karbohidrat pada percobaan dengan
metode Luff Schoorl dibagi atas tigatahapan, yaitu:
1. Tahap sebelum inverse
2. Tahap setelah inverse lemah
3. tahap setelah inverse kuat
Metode Luff schroorl ini baik digunakan untuk menentukan
kadar karbohidrat yang berukuran sedang. Dalam penelitian M.
Verhaat dinyatakan pada metode Luff Schroorl merupakan metode
terbaik untuk mengukur kadar karbohidrat dengan tingkat
kesalahan sebesar 10 %.

III. Alat
1. Tabung Reaksi
2. Rak tabung Reaksi
3. Pipet tets tangkai panjang
4. Penangas air

IV. Bahan dan Cara Kerja

1. Uji Molisch

a. Reagen dan bahan:

• Larutan glukosa 1%

• Larutan galaktosa 1%

• Larutan maltosa 1%

• Larutan laktosa 1%

• Larutan sukrosa 1%
• Larutan amilum 1%

• 𝐻2𝑆𝑂4 pekat

b. Prosedur:
Tambahkan 2 tetes reagen Molisch ke dalam tabung-tabung reaksi
yang telah berisi 2 ml larutan-larutan glukosa, fruktosa, galaktosa,
laktosa, sukrosa dan amilum, lalu aduk dengan baik, kemudian
dengan hati-hati dan perlahan-lahan tambahkan melalui dinding
tabung-tabung tersebut 5 ml asam sulfat pekat

2. Uji Iodin
Uji Iodin dapat dipakai untuk membedakan amilum dari glikogen

a. Reagen dan bahan:

- Larutan amium 1 %

- HCl 6 N

- Larutan Iodin 0,01 M: larutkan 10 g kalium iodide dalam 1 liter air.


Tambahkan 2,5 iodin dan aduk
b. Prosedur :
Pipet ke dalam tabung reaksi masing-masing 3 ml larutan amilum. Ke
dalam tabung pertama tambahkan 2 tetes air, ke tabung II tambah 2
tetes HCL dank e dalam tabung III tambah 2 tetes NaOH. Kocok
semua tabung, lalu tambahkan 1 tetes larutan iodin ke dalam masing-
masing tabung. Perhatikan warna yang terbentuk. Panaskan tabung
yang berwarna, dinginkan. Perhatikan perubahan- perubahannya.

3. Uji Benedict

a. Reagaen dan Bahan


- larutan glokusa 1 %
- Larutan fruktosa 1 %
- Larutan galaktosa 1 %
- larutan maltosa 1 %
- larutan laktosa 1 %
-larutan sukrosa 1 %
- larutan amilum 1 %
Reagen Benedict: larutkan 175 g kristal natrium sitrat dan 100 g
natrium karbonat dan 100 g natrium karbonat anhidros di dalam kira-
kira 800 ml air, aduk: lalu saring. Kemudian ke dalamnya tambahkan
17,3 g koper sulfat yang telah dilarutkan dalam 100 ml air, buat
volume total 1 liter dengan penambahan air.
b. Prosedur :
Tambahkan 8 tetes dari setiap larutan karbohidrat ke dalam masing-
masing tabung yang telah berisi 5 ml reagen Benedict, kocok. Lalu
tempatkan semua tabung dalam penangas air didih selama 3 menit,
biarkan mendingin, lalu bandingkan.

4. Uji Seliwanoff
a. Reagen dan bahan:

• Larutan glukosa 1%
• Larutan frukrosa 1%
• Larutan galaktosa 1%
• Larutan maltosa 1%
• Larutan laktosa 1%
• Larutan sukrosa 1%
• Larutan amilum 1%
Reagen Seliwanoff: larutkan 0,05 g resorsini dalam 100 ml asam
klorida encer (1 bagian asam klorida pekat diencerkan dengan 2 bagian
air).
b. Prosedur
Ke dalam masing-masing tabung yang telah berisi 5 ml reagen
Seliwanoff ditambahkan 3 tetes larutan glukosa, fruktosa, galaktosa, maltose,
laktosa, sukrosa, dan amilum. Lalu taruh semua tabung di dalam penangas air
didih sampai terlihat warna di dalam beberapa tabung tersebut.
B. ANALISA KUANTITATIF KARBOHIDRAT

Bahan:
1. Bahan untuk isolasi glikogen

a. TCA 5%

b. Etanol 95%

c. Dietil eter

d. Larutan I-KI (0,05 N 𝐼2 didalam 3% KI)

2. Tikus putih jantan

3. Homogeniser Potter-Elvehjem

4. Reagen anthron (0,2% didalam 𝐻2𝑆𝑂4 pekat)

Prosedur:
Percobaan ini menggunakan dua ekor tikus putih yang satu dipuasakan
selama 24 jam.Yang kedua diberi makan ad libitum.

1.Pengambilan hati tikus:

tikus dimatikan dengan menempatkan binatang tersebut dalam bejana


kaca yang berisi uap eter jenuh atau dilakukan dengan cara diskolasi
leher. Setelah mati, tikus segara ditelentangkan di atas gabus,
rentangkan keempat kaki dan defeksasi dengan jarum. Basahilah
permukaan perut dengan alcohol kemudian jepit dinding perut di daerah
median dan gunting dengan arah melintang sehingga tampak
peritoneum, gunting peritoneum ke arah dada sampai diafragma,
lepaskan hati dari jaringan dan tempatkan hati pada NaCl 0,9%.

2. Pelumatan hati:

keluarkan hati dari NaCl 0,9% dan keringkan pada kertas saring,
timbang masing-masing hati tikus yang puasa dan yang tidak puasa
serta timbang beratnya, lakukan pelumatan hati pada masing-masing
tikus dengan penambahan TCA 5% di dalam mortar.

3. Ekstraksi glikogen:

Homogenat dapat didekantir dan disaring dengan kertas whatman


no.54. Filtrat ditampung pada labu yang didinginkan di dalam es,
endapan yang tersisa ditambah lagi 4 TCA separuh dari volume awal
dan homogenkan, disaring seperti di atas. Ambil lah setetes filtrate dan
cek dengan larutan I-KI (Iodium-Kalium Iodida) di dalam cawan.

Apa yang terjadi?.Apa maksudnya?

Filtrat digabung dan ditambah etanol 95% sebanyak 2 x volume filtrate,


aduk pelanpelan dan didiamkan sampai terjadi flokulasi
glikogen.Setelah itu, disentrifugasi dan supernatant dibuang.Larutkan
endapan di dalam sedikit mungkin air.Endapkan lagi dengan 2 x volume
etanol 95%.Sentrifuge endapannya dan dicuci dengan etanol-
eter.Kumpulkan endapan yang diperoleh, keringkan pada desikator dan
ditimbang.

4. Penetapan glikogen dengan reagen anthron

Tambahkan 4 ml pereaksi anthron ke dalam 1 ml larutan karbohidrat


yang bebas protein.Campur baik-baik dan panaskan di dalam air
mendidih selama 10 menit pada tabung yang tertutup
kelerang.Dinginkan dan baca absorbansinya pada 620 nm.
V. Skema Kerja
VI. Hasil Percobaan

. Uji Molisch
 Larutan glukosa 1% = tidak ada endapan larutan berwarna ungu
pekat (-)
 Larutan fruktosa 1 % = membentuk endapan jelas warna coklat
(-)
 Larutan laktosa 1 % = cincin ditengah berwarna ungu (+)
 Larutan sukrosa 1% = tidak ada endapan, larutan warna coklat
(-)
 Larutan amilum 1% = tidak ada endapan, larutan warna coklat
(-)
Senyawa lainnya yang dapat di uji dengan reagen molisch
 Dekstrin = terbentuk cincin ungu (+)
 Arabinosa = terbentuk cincin ungu (+)
 Galaktosa = terbentuk cincing ungu (+)
 Maltosa = terbentuk cincin ungu (+)
 Selulosa = terbentuk cincing ungu sangat pekat (+)

Uji Iodin
 Larutan Amilum
Sampel + air + iodine = ungu muda ke bening (+)
Sampel + HCL + iodine = Biru ke bening (+)
Sampel + NaOH + iodine = bening / tidak ada berubahan warna
(-)
Senyawa lainnya yang dapat di uji dengan reagen iodine
 Amilopektin = warna merah ungu (+)
 Glokogen = warna merah coklat (+)
 Dekstrin = warna merah coklat (+)
VII. Pembahasan
Uj molisch adalah uji yang didasarkan pada prinsip hidrolisis
karbohidrat menjadi monosakarida. Selanjutnya monosakarida jenis pentosa
akan mengeluarkan dehidrasi dengan asam pekat menjadi furfural, sementara
golongan heksosa menjadi hidroksi-metilfurfural menggunakan asam organik
pekat. Pereaksi Molisch yang terdiri dari a-naftol dalam alkohol akan
ditambahkan dengan furfural yang disebutkan sebelumnya merupakan
komposisi kompleks ungu (Sumardjo, 2006)
Pertama- tama yang dilakukan adalah menyiapkan tabung untuk diisi
dengan berbagai macam larutan yaitu, larutan glukosa, fruktosa, sukrosa,
laktosa, dan amilum sebanyak 2 ml dalam setiap tabung. Setelah itu
ditambakan 2 tetes dalam setiap tabung dengan reagen molisch. Kemudian
aduk secara perlahan lalu ditambahkan asam sulfat pekat dengan hati hati
melalui dinding tabung secara perlahan sebanyak 5 ml dalam setiap tabung.
Berdasarkan uji molisch yang dilakukan, sampel glukosa 1%
menunjukkan hasil negatif. Hasil positif sampel ditandai dengan terbentuknya
kompleks warna ungu tua. Hal ini terjadi karena glukosa merupakan golongan
monosakarida. Monosakarida adalah gula yang paling sederhana, hanya
tersusun atas satu gugus gula saja, sehingga akan mudah bereaksi dengan asam
sulfat pekat yang ditambahkan. Asam sulfat akan mendehidrasi gugus gula
pereduksi membentuk cincin fuktural,namun pada hasil tidak menunjukan
adanya cincin fuktural. Hal ini terjadi kemungkinan karena asam pekat
ditambahkan pada larutan sampel tidak secara hati-hati dan tidak melalui
dinding tabung reaksi .karenaJika langsung ke larutan maka akanmerusak
langsung karbohidrat dan yang terbentuk adalahwarna ungu pada larutan dan
mengakibatkan cincin fuktural tidak terbentuk .

Pada sampel fruktosa 1% didapatkan hasil negatif warna larutan coklat dan
ada endapan.Fruktosa merupakan monosakarida.sampel monosakarida akan
bereaksi lebih cepat daripada disakarida dan polisakarida. Hal ini dapat terjadi
karena bentuk monosakarida yang sudah merupakan bentuk paling sederhana,
sehingga tanpa perlu menunggu lebih lama, sampel monosakarida sudah
bereaksi.Jadi seharusnya terjadi perubahan warna kompleks yaitu ungu
pekat.namun hanya terbentuk warna coklat karena tidak adanya cincin
fuktural, sehingga tidak terjadi reaksi juga antara cincin fuktural dan alfa
naftol sehingga sulit terbentuk kompleks warna

Pada sampel laktosa 1% didapatkan hasil positif karena menghasilkan larutan


berwarna ungu dengan cincin di tengahnya.Mekanisme terbentuknya cincin ini
adalah karbohidratoleh asam sulfat pekat akan dihidrolisa
menjadimonosakarida, lalu monosakarida tersebut mengalamidehidrasi oleh
asam sulfat menjadi furfural. Jika senyawanya berupa heksosa-heksosa maka
senyawa yang terbentukberupa hidroksimetil furfural.Furfural tersebut dengan
adanya α-naftol akan berkondensasi membentuk senyawa kompleksberwarna
ungu.

Pada sampel selanjutnya, yaitu sukrosa 1%, hasil uji yang didapat
negatif karena sukrosa juga termasuk jenis karbohidrat, namun tidak terjadi
perubahan warna kompleks. Hal ini ditandai dengan warnanya yang tetap
cokelat tua. Hasil yang didapat sudah sesuai dengan literatur. Sukrosa
merupakan salah satu jenis disakarida, sehingga sulit bereaksi dengan asam
sulfat dan reagen molisch karena gugus gulanya lebih dari satu. Namun
sebenarnya tetap biasa bereaksi, hanya prosesnya lambat, karena gugus
gulanya lebih dari satu. Karena gugus gula yang dimiliki lebih dari satu,
sukrosa sulit didehidrasi oleh asam sulfat sehingga tidak terbentuk cincin
fuktural. Karena tidak adanya cincin fuktural, tidak terjadi reaksi juga antara
cincin fuktural dan alfa naftol sehingga sulit terbentuk kompleks warna
(Wrolstad, 2012).

Pada sampelamilum 1%, hampir sama dengan sukrosa dimana hasil uji
yang didapat . negatif karena sukrosa juga termasuk jenis karbohidrat, namun
tidak terjadi perubahan warna kompleks. Hal ini ditandai dengan warnanya
yang tetap cokelat tua. Hasil yang didapat juga sudah sesuai dengan literatur.
Pati merupakan salah satu jenis karbohidrat kompleks, sehingga sulit
didehidrasi oleh asam sulfat sehingga tidak terbentuk cincin fuktural. Namun
sebenarnya tetap biasa bereaksi, hanya prosesnya lambat, karena gugus
gulanya lebih dari satu, bahkan berjumlah banyak pada pati. Karena tidak
adanya cincin fuktural, tidak terjadi reaksi juga antara cincin fuktural dan alfa
naftol sehingga sulit terbentuk kompleks warna (Wrolstad, 2012).
Uji Iodin Prinsip uji iodin adalah larutan iodium dalam bentuk tri
iodida akan masuk ke dalam struktur helikal pada karbohidrat kompleks dan
akan membentuk biru pekat/biru kehitaman. Karbohidrat kompleks seperti pati
atau dekstrin memiliki gulungan helix yang panjang sehingga akan bereaksi
dengan yodium. Sedangkan pada monosakarida dan disakarida, gulungan helix
yang dimilikinya kecil sehingga terbentuk warna biru pudar bahkan tidak
terbentuk kompleks warna.

Mekanisme uji iodin adalah kalium iodida yang diteteskan pada


sampel akan membentuk suatu ion kompleks tri iodida. Tri iodida ini
kemudian akan masuk ke dalam struktur heliks karbohidrat kompleks dan
membentuk kompleks warna biru/kehitaman.

Dari hasil percobaan pada tabung I,menghasilkan warna ungu muda


yang menandakan postif mengandung karbohidrat.Pada tbung satu ini
ditambahkan aquadest.Aquadest atau aquadestilata atau air denim adalah Air
yang telah dimurnikan, yang telah dilepaskan dari zat besi, mangan, zinc,
kapur dan sejenisnya.Umumnya digunakan untuk keperluan laboratorium dan
pengolahan produk tertentu yang membutuhkan tingkat kemurnian air dengan
ph normal (Yudistira, 2011).

Aquades adalah air hasil destilasi atau penyulingan sama dengan air
murni atau H20, kerena H20 hampir tidak mengandung mineral. Sedangkan
air mineral merupakan pelarut yang universal.Penambahan akuades pada
penetapan karbohidrat metode iodin adalah sebagai larutan netral (Kumalasari,
2012).

Pada tabung II,Penambahan HCL mengakibatkan larutan berwarna


biru,hal ini menandakan bahwa sampel positif mengandung karbohidrat.Hal
ini sesuai dengan teori.Pada tabung II ini larutan yang ditambahkan adalah
Larutan asam klorida atau yang biasa kita kenal dengan larutan HCl dalam air,
adalah cairan kimia yang sangat korosif dan berbau menyengat. HCl termasuk
bahan kimia berbahaya atau B3.Di dalam tubuh HCl diproduksi dalam perut
dan secara alami membantu menghancurkan bahan makanan yang masuk ke
dalam usus (Jefri, 2011).Penambahan larutan HCl ini berfungsi sebagai
pemberi suasana asam pada larutan amilum.Pada larutan dengan penambahan
HCl menyebabkan terjadinya reaksi antara amilum dengan iod.Reaksi ini
membentuk warna biru pada larutan (Anonim, 2011).

Dan untuk tabung terakhir yaitu tabung III,dimana hal ini menandakan
bahwa sampel negatif pada sampel ditambahkan larutan NaoH.Fungsi
penambahan NaOH adalah untuk memberikan suasana basa pada uji
iodin.Pada pengujian larutan amilum dan iod‚ NaOH menghalangi terjadinya
reaksi antara amilum dengan iod.Hal ini disebabkan karena iod bereaksi
dengan basa sehingga tidak mengalami reaksi dengan amilum.Keadaan ini
terjadi sebab NaOH yang sudah ada dalam larutan lebih dulu bereaksi dengan
iod membentuk senyawa NaI dan NaOI‚ sehingga
pada uji dengan penambahan NaOH tidak terjadi perubahan
pada larutan amilum (Kumalasari, 2012).
VIII. Kesimpulan

1. Uji dengan reagen molisch ditandai positif dengan adanya cincin dan
berwarna ungu, untuk karbohidrat baik itu monosakarida, disakarida, maupun
polisakarida akan memberikan reaksi postif, jika hasil tidak menunjukkan hal
positif melainkan negatif mungkin dalam pengerjaan ada kontaminasi dengan
bahan lain atau dalam pengerjaannya tidak berhati- hati atau perlahan-lahan

2. Prinsip dari penetapan karbohidrat dengan larutan amilum dapat


memberikan warna komplek biru
Daftar Pustaka

Abdul Rahman dan Sumantri, Analisis Makanan (2007). Yogyakarta : Gajah Mada
University Press

Fessenden, R.J. and J.S. Fessenden. 1986. Kimia Organik Dasar Edisi Ketiga. Jilid 1.
Terjemahan

Oleh A.H. Pudjaatmaka. Erlangga . Jakarta

Kumalasari I. 2012. Kesehatan Reproduksi. Jakarta : Rineka Cipta

Sumardjo, D. D. 2006. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa


Kedokteran. Jakarta : EGC

Winarmo, Budi. 2008. Kebijakan Publik Teori dan Proses Edisi Revisi. Yogyakarta :
Media Pressindo

Anda mungkin juga menyukai