Anda di halaman 1dari 13

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Makanan diperlukan oleh tubuh yang paling utama adalah sebagai sumber

energi. Salah satu sumber energi yang paling banyak dibutuhkan oleh tubuh

ialah karbohidrat. Karbohidrat diperlukan tubuh sebagai senyawa yang akan

diolah menjadi energi melalui proses metabolisme. Karbohidrat atau juga

sering disebut dengan hidrat arang merupakan zat penghasil kalori dengan

angka kalori 4. Karbohidrat merupakan zat makanan yang mengandung unsur

C (Karbon), H (Hidrogen), dan O (Oksigen). Karbohidrat dipecah menjadi

molekul gula yang lebih sederhana seperti glukosa, fruktosa, dan galaktosa

pada sistem pencernaan. Salah satu jenis karbohidrat adalah polisakarida.

Polisakarida merupakan karbohidrat kompleks sampai tiga ribu kompleks

gula sederhana yang tersusun dalam bentuk rantai panjang lurus atau

bercabang. Jenis polisakarida yang penting salah satunya adalah pati. Pati

merupakan karbohidrat yang tersebar dalam tanaman terutama tanaman

berklorofil. Bagi tanaman, pati merupakan cadangan makanan yang terdapat

pada biji, batang dan pada bagian umbi tanaman. Struktur pati yang sangat

kompleks membuat strukturnya susah untuk dipecah menjadi molekul

sederhan, akan tetapi untuk saat ini telah ditemukan cara untuk memecah

molekul pati tersebut, yaitu dengan proses hidrolisis dengan asam.

Hidrolisis adalah proses pemecahan senyawa kompleks menjadi senyawa

sederhana dengan bantuan air. Hidrolisis sendiri, dalam prosesnya

membutuhkan sebuah katalisator untuk mempercepat reaksi, salah satunya


adalah dengan Proses hidrolisis menggunakan katalis asam. Penggunaan asam

dipilih karena asam dapat memecah struktur pati yang kompleks secara acak

sehingga banyak dihasilkan gula pereduksi. Hidrolisis pati biasanya digunakan

dalam pembuatan tepung, sirup industri tekstil dan masih banyak lagi.

Berdasarkan penjelasan dan uraian diatas, maka penting untuk melakukan

praktikum dengan judul Hidrolisis Pati dengan Asam.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tahapan hidrolisis pati dengan asam?

2. Bagaimana mengetahui nilai absorbansi pati yang terhidrolisis dengan


asam ?

C. Tujuan Praktikum

Tujuan yang ingin di capai pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui tahapan hidrolisis pati dengan asam.

2. Untuk mengetahui nilai absorbansi pati yang terhidrolisis dengan asam .

D. Manfaat Praktikum

Manfaat yang dapat di peroleh pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat mengetahui tahapan hidrolisis pati dengan asam.

2. Dapat mengetahui nilai absorbansi pati yang terhidrolisis dengan asam .


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pati

Pati merupakan salah satu polimer alami yang tersusun dari struktur

bercabang yang disebut amilopektin dan struktur lurus yang disebut amilosa.

Pati diperoleh dengan cara mengekstraksi tanaman yang kaya akan karbohidrat

seperti sagu, singkong, jagung, gandum, dan ubi jalar. Pati juga dapat diperoleh

dari hasil ekstraksi biji buah-buahan seperti pada biji nangka, biji alpukat, dan

biji durian. Ekstraksi pati merupakan proses untuk mendapatkan pati dari suatu

tanaman dengan cara memisahkan pati dari komponen lainnya yang terdapat

pada tanaman tersebut Pati merupakan karbohidrat cadangan yang terdapat

dalam batang dan biji suatu tanaman dan membentuk butiran dalam sel di

plastid, terpisah dari sitoplasma (Sakinah, 2018).

B. Hidrolisis Pati dengan Asam

Hidrolisis adalah suatu reaksi penguraian antara suatu senyawa dengan air

agar senyawa tersebut pecah atau terurai. Pada reaksi hidrolisis pati dengan air,

air akan menyerang pati pada ikatan1-4α glukosida menjadi rantai yang lebih

pendek. Hasilnya berupa dekstrin, sirup atau glukosa, tergantung pada derajat

pemecahan rantai polisakharida dalam pati. Perbandingan suspensi dan waktu

tepat, dekstrin yang terbentuk akan terhidrolisis menjadi glukosa. Reaksi antara

pati dengan air berlangsung sangat lambat, sehingga perlu bantuan katalisator,

bisa berupa enzim atau asam. Katalisator yang sering digunakan adalah

katalisator asam (Yuniwati, 2011).


Hidrolisis pati dapat dilakukan dengan cara hidrolisis katalis asam,

kombinasi enzim dengan asam serta kombinasi enzim dengan enzim. Hidrolisis

pati dengan asam memerlukan suhu yang tinggi yaitu 120-160 ᵒC. asam akan

memecah molekul pati secara acak dan gula yang dihasilkan sebagian besar

adalah gula pereduksi. Penggunaan asam dalam hidrolisis memiliki kelebihan

yaitu lebih mudah dalam proses karena tidak dipengaruhi oleh berbagai factor,

hidrolisis terjadi secara acak dan waktu lebih cepat (Nasrulloh, 2009).

C. Pengaruh Suhu pada Hidrolisis Pati

Hidrolisis pati menggunakan asam memerlukan suhu yang tinggi yaitu

berkisar antara 140-160 °C. Semakin tinggi suhu hidrolisis pati menggunakan

asam menyebakan semakin tinggi kadar gula reduksi yang dihasilkan, karena

pati dengan katalis asam yang dipanaskan dengan suhu tinggi maka pati lebih

cepat menggelembung dan mudah pecah sehingga ikatan antar unit glukosa

dari amilosa dan amilopektin meregang dan lepas menghasilkan rantai pendek

unit-unit glukosa. Penambahan asam HCl dengan suhu hidrolisis menyebabkan

tingkat degradasi pati terhidrolisis lebih tinggi sehingga gula reduksi

meningkat, karena asam kuat HCl dapat merusak ikatan polisakarida dengan

memotong molekul pati secara acak menjadi bagian yang lebih kecil (Dewi,

2018).

D. Tahapan Hidrolisis Pati

Proses hidrolisis menggunakan perbandingan pati dan air 1:30 dengan pH

2 dan temperatur 80 °C. langkah-langkahnya, sebanyak 15 gr pati kering


dicampur dengan 450 ml aquades kemudian diblender agar homogen.

Campuran yang telah homogen diaduk dengan kecepatan 200 rpm dalam labu

leher 3 kemudian dipanaskan dan dipertahankan temperaturnya 80 °C. setelah

temperatur tercapai diatur pH 2 dengan menambahkan HCl 1,4 ml dan waktu

reaksi mulai dijalankan selama 60 menit. Hasil hidrolisis didinginkan dan

selanjutnya dianalisa kadar glukosanya menggunakan spektrofotometer

(Dinarsari, 2013).
III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari kamis, 10 Oktober 2019, pukul

13.00- selesai WITA, bertempat di Laboratorium Biologi Unit Genetika,

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo,

Kendari.

B. Alat Praktikum

Alat yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada Table 2.

Table 2. Alat dan kegunaan


No. Alat kegunaan
1 2 3
1. Tabung reaksi Untuk mereaksikan
2. Rak tabung reaksi Untuk menyimpan tabung reaksi
3. Spektrofotometer Untuk mengukur kadar pati
4. UV Untuk memudahkan pengukuran kadar pati
5. Gelas ukur Untuk mengukur larutan
6. Pipet volume Untuk mengambil larutan
7. Gelas kimia Sebagai tempat reaksi
8. Timbangan Untuk menimbang
9. Penangas air Untuk memanaskan air

C. Bahan Praktikum

Bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada Table 1.

Tabel 1. Bahan dan kegunaan


No. Bahan Kegunaan
1 2 3
1. Pati Sebagai objek pengamatan
2. Aquades Sebagai bahan hidrolisis
3. HCl 4N Sebagai bahan larutan
4. K2HPO4 Sebagai bahan larutan
5. Reagen nelson A dan B Sebagai bahan larutan
6. Reagen arsenomolibdat Sebagai bahan larutan
D. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Menyediakan pati yang telah diperoleh dari sumber pati.

2. Menyaring dengan kain, ambil saja ekstraknya.

3. Tambahkan air 100 ml, kemudian kocok campuran hingga mengendap.

4. Mendidekantasi cairan diatasnya., kemudian pati disuspensikan dengan air

100 ml, lalu di dekantasi ulang.

5. Pati disuspensikan dengan 30 ml etanol 95 %.

6. Menyaring pati dan keringkan pada suhu kamar dengan cara penyebaran

7. Menimbang pati yang diperoleh untuk percobaan berikutnya.


C. Pembahasan

Pati tersusun dari dua macam karbohidrat, amilosa dan amilopektin,

dalam komposisi yang berbeda-beda. Amilosa memberikan sifat keras

sedangkan amilopektin menyebabkan sifat lengket. Amilosa memberikan

warna ungu pekat pada tes iodin sedangkan amilopektin tidak bereaksi. Pati

digunakan sebagai bahan yang digunakan untuk memekatkan makanan cair

seperti sup dan sebagainya. Dalam industri, pati dipakai sebagai komponen

perekat,campuran kertas dan tekstil, dan pada industri kosmetika. Secara

alami pati merupakan butiran-butiran kecil yang sering disebut granula. Bentuk

dan ukuran granula merupakan karakteristik setiap jenis pati, karena itu

digunakan untuk identifikasi. Karakteristik lain granula adalah bentuk,

keseragaman granula,lokasi hilum, serta permukaan granulanya.

Pengamatan kali ini menggunakan sisa pati pada praktikum

sebelumnya, dilakukan untuk menghidrolisis pati. Nasrulloh (2009)

mengatakan bahwa hidrolisis pati dapat dilakukan dengan cara hidrolisis

katalis asam, kombinasi enzim dengan asam serta kombinasi enzim dengan

enzim. Praktikum kali ini digunakan katalis asam HCl 2N. Perlakuan pertama

menambahkan 0,5 gr pati dari jagung putih yang dimasukkan kedalam tabung

reaksi sebanyak 4 tabung dengan 10 ml H2O, kemudian mengambil 5 ml pati

saja yang kemudian ditambahkan 5 ml HCl 4N. HCl yang merupakan asam

kuat akan cenderung memberikan proton jika dilarutkan dalam air, sehingga

asam ini akan berubah seluruhnya menjadi basa pasangannya/konjugat.

Larutan pati ditambahkan HCl dan dipanaskan dengan waktu 0’ , 15’ , 30’ , 45’
dan 60’ pada tiap tabung. Larutan asam HCl akan menghidrolisis pati melalui

proses pemotongan rantai, hasil pemotongannya adalah campuran dekstrin,

maltosa dan glukosa.

Pati yang telah terhidrolisis dengan asam ini kemudian ditambahkan

dengan reagen nelson A+B. Reagen nelson merupakan reagen yang akan

mengalami reduksi oleh gula reduksi,reagen ini berperan sebagai oksidator.

Reagen nelson yang digunakan merupakan gabungan dari reagen nelson A dan

reagen nelson B dengan perbandingan volume 25 : 1 (mL). Warna dari reagen

nelson ini adalah biru. Gula pereduksi (glukosa) akan mereduksi

senyawa pengoksidasi menjadi endapan berwarna merah bata (Cu2O).

Menambahkan reagen nelson lalu dilakukan pemanasan, baru kemudian

akan terlihat adanya endapan pada dasar tabung reaksi yang diasumsikan

sebagai endapan merah bata Cu2O pada sampel yang memiliki konsentrasi

gula reduksi yang tinggi.

larutan kemudian ditambahkan reagen arsenomolibdat. Penggunaan

reagen arsenomolibdat ini dimaksudkan agar terbentuk senyawa kompleks

yang akan memudahkan dalam proses pengukuran absorbansi larutan melalui

instrumen spektrofotometer UV. Perlakukan ini terjadi perubahan pada larutan

dimana larutan yang semulanya bening berubah menjadi warna biru muda.

Hasil akhir diproleh, nilai absorbansi tertinggi adalah pada tabung 5 yaitu

0,091, dimana dilakukan pemanasan paling lama yaitu 60 menit, dan juga

memiliki konsentrasi yang paling tinggi yaitu 0,6966 M. Perbedaan hasil ini

dikarenakan adanya perbedaan lama pemanasan, dimana semakin lama waktu


pemanasan maka pati yang terhidrolisis akan semakin banyak. Hal ini sejalan

dengan pendapat Wulandari (2017), bahwa Semakin lama waktu hidrolisis

maka akan semakin tinggi kadar glukosa yang dihasilkan sampai waktu

optimum. Hal ini disebabkan karena apabila semakin lama waktu hidrolisis

maka kontak antara pati dengan reaktan akan semakin sempurna, sehingga

kadar glukosa yang dihasilkan juga akan semakin besar. Namun apabila

melebihi waktu optimum maka akan terbentuk inhibitor pada glukosa yang

dihasilkan sehingga kadar glukosa yang dihasilkan juga akan semakin kecil.

Pembuatan glukosa standar dimaksudkan sebagai pembanding antara

larutan hasil hidrolisis pati, apakah memang benar yang terhidrolisis adalah

pati atau bukan. Pembuatan larutan dilakukan dengan menambahkan 1 ml

reagen nelson A+B pada masing-masing tabung yang telah dibuat campuran

glukosa dan air dengan perbandingan sesuai pada buku penuntun, kemudian

dipanaskan dalam air selama 20 menit. Hasil akhir pemanasan diperoleh warna

glukosa menjadi merah bata. Hasil ini sesuai dengan pernyataan Razak (2012)

yang menyatakan bahwa Ion tembaga (II) dari pereaksi Nelson akan tereduksi

oleh glukosa menjadi tembaga(I).

Pemanasan campuran sampel dengan pereaksi nelson dimaksudkan untuk

mempercepat reaksi dan mempertegas warna yang menunjukkan adanya gula

pereduksi, adanya gula pereduksi teridentifikasi dengan adanya endapan merah

bata yang berasal dari tembaga (I) oksida (Cu2O). Hasil absorbansi larutan

glukosa standar terlihat pada kurva, bahwa yang paling tinggi adalah larutan

glukosa standar pada tabung 5 dengan konsentrasi 0,45. Pembuatan larutan


blanko sendiri, menurut Ardiansyah (2018) dimaksudkan untuk tujuan kalibrasi

sebagai larutan pembanding dalam analisis fotometri.


V. PENUTUP

A. Simpulan

Simpulan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Tahapan hidrolisis pati dilakukan dengan menambahkan 0,5 gr pati dengan

air kemudian ditambahkan 5 ml HCL 4 N, menambahkan 2,5 ml K2HPO4,

menambahkan 7 ML H2O, kemudian dipanaskan, setelah dipanaskan,

kemudian ditambahkan 1 ml reagen nelson A+B kemudian dipanaskan

selama 20 menit, setelah dingin kemudian ditambahkan 1 ml reagen

arsenomolibdat, baru kemudian dihitung nilai absorbansinya.

2. Pati yang terhidrolisis dengan asam dapat diketahui setelah menghitung

absorbansinya menggunakan spektrofotometer. Pati tertinggi berasal dari

hidrolisis pati pada tabung 5 dengan lama waktu pemanasan 60 menit

dengan nilai absorbansi 0,091 dan konsentrasi sebesar 0,6966 M.

B. Saran

Saran yang dapat saya ajukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk laboratorium agar praktikum hidrolisis pati kedepannya dapat

dilakukan dengan jenis tumbuhan lain.

2. Untuk asisten pembimbing agar adapat menjelaskan materi praktikum lebih

jelas lagi.

3. Untuk praktikan agar dapat melakukan praktikum dengan baik sehingga

diproleh hasil yang maksimal


DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah., Nurlansi. dan Rustam, M., 2018, Waktu Optimum Hidrolisis Pati
Limbah Hasil Olahan Ubi Kayu (Manihot esculenta) menjadi Gula Cair
Menggunakan Enzim α-Amilase dan Glukoamilase, Jurnal Indo. Chem.
Res., 5(2) : 88

Dewi, N.K.A., Amna, H. dan Bambang A.H., 2018, Pengaruh Suhu dan Jenis
Asam pada Hidrolisis Pati Ubi Talas (Colocasia esculenta L. Schott)
terhadap Karakteristik Glukosa, Jurnal Rekayasa dan Manajemen
Agroindustri, 6 (4): 310

Dinarsari, A.A. dan Alfiana, A., 2013, Proses Hidrolisa Pati Talas Sete menjadi
Glukosa: Studi Kinetika Reaksi, Jurnal Teknologi Kimia dan Industri,
2(4): 255

Nasrulloh, 2009, Hidrolisis Asam dan Enzimatis Pati Ubi Jalar (Ipomea batatas
L) menjadi Glukosa sebagai Substrat Fermentasi Etanol, Skripsi, UIN
Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Wulandari, R. 2017, Pengaruh Suhu, Ph, Waktu Hidrolisis dan Konsentrasi


H2SO4 terhadap Kadar Glukosa yang dihasilkan dari Limbah Kulit Kakao,
Skripsi, UM Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

Razak, A.R., Ni, K.S. dan Basuki, R., 2012, Optimalisasi Hidrolisis Sukrosa
menggunakan Resin Penukar Kation Tipe Sulfonat, Jurnal Natural
Science, 1(1): 124

Sakinah, A.R. dan Insan, S.K., 2018, Isolasi Karakterisasi Sifat Fisikokimia, dan
Aplikasi Pati Jagung dalam Bidang Farmasetik, Jurnal Farmaka
Suplemen, 16 (2): 431

Yuniwati, M., Dian, I. dan Reny, K., 2011, Kinetika Reaksi Hidrolisis Pati Pisang
Tanduk dengan Katalisator Asam Chlorida, Jurnal Teknologi, 4 (2): 107

Anda mungkin juga menyukai