beberapa enzim penghidrolisis pati yang bekerja spesifik yaitu ikatan glikosida yang diputus,
pola pemutusan, aktivitasnya dan spesifitas substrat serta produk yang dihasilkan. Tingginya
keragaman jenis pati, maka produk yang dibentuk akan mempunyai komposisi karbohidrat
yang beragam.
Polisakarida adalah senyawa yang terdiri dari unit terkecil monosakarida yang
dihubungkan oleh ikatan glikosidik. Polisakarida akan menjadi monosakarida bila dihidrolisis
secara lengkap. Pati merupakan polimer dari 1,4--D-glukosa yang terdiri dari amilosa dan
amilopektin. Amilosa akan berubah menjadi warna biru bila diwarnai dengan reagen iodin.
Berikut adalah gambar dari struktur amilosa dan amilopektin :
yang
tidak
larut
dalam
air,
berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Pati merupakan bahan utama yang dihasilkan
oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa (sebagai produk fotosintesis) dalam
jangka panjang. Pati tersusun dari dua macam karbohidrat, amilosa, dan amilopektin, dalam
komposisi yang berbeda. Amilosa akan berubah menjadi warna biru bila diwarnai dengan
reagen iodin.
Hidrolisis adalah reaksi kimia yang memecah molekul air (H2O) menjadi kation
hidrogen (H+) dan anion hidroksida (OH) melalui suatu proses kimia. Proses ini biasanya
digunakan untuk memecah polimer tertentu, terutama yang dibuat melalui polimerisasi
tumbuh bertahap (step-growth polimerization). Hidrolisis tidak berbeda hidrasi. Pada hidrasi,
molekul terpecah menjadi dua senyawa baru.
Hidrolisis pati oleh enzim -amilase akan menghasilkan dekstrin sebagai produk
utama, di mana hidrolisis lengkap akan menghasilkan glukosa sebagai produk akhir. Enzim
ini dapat diperoleh dari hewan, tumbuhan, dan mikroba.
Enzim -amilase adalah salah satu enzim yang berperan dalam proses degradasi pati,
sejenis makromolekul karobohidrat. Struktur molekul dari enzim ini adalah -1,4glukanohidrolase. Bersama dengan enzim pendegradasi pati lain, pululanase, -amilase,
termasuk ke dalam golongan enzim kelas 13 glikosil hidrolase (E.C.3.2.1.1). -amilase ini
memiliki beberapa sisi aktif yang dapat mengikat 4 hingga 10 molekul substrat sekaligus.
METEDOLOGI
Praktikum Hidrolisis Pati Enzimatis ini dilakukan pada Senin, 21 November 2016
pukul 14.30 WIB yang berlangsung di laboratorium Fisiologi Hewan Air (FHA) Fakultas
Perikanan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran.
Alat yang digunakan dalam praktikum ini diantaranya gelas ukur yang berfungsi
untuk mengukur sampel yang akan dianalisis. Gelas kimia yang berfungsi untuk tempat
sampel yang akan dianalisis. Spatula yang berfungsi untuk mengaduk sampel/larutan. Hot
plate yang berfungsi untuk menghomogenkan larutan. Tabung reaksi yang berfungsi untuk
tempat mereaksikan suatu larutan dengan sampel lain. Pipet tetes yang berfungsi untuk
meneteskan larutan dengan jumlah kecil. Inkubator yang berfungsi untuk memanaskan
sampel pada suhu tertentu, dan
Di Panaskan perlahan hingga mendidih selama 15 menit, lalu dinginkan pada suhu
ruang sambil terus diaduk.
Di Pisahkan pati 0,1ml untuk tabung 1 dan tabung 2, dan pati 0,25ml untuk tabung 3
dan tabung 4 (Total 4 tabung).
2.
3.
Di Buat pengenceran glukosa dengan konsentrasi 0,01 gr/ml pada tabung 1; 0,02
gr/ml pada tabung 2; 0,03 gr/ml pada tabung 3; 0,04 gr/ml pada tabung 4; 0,05
gr/ml pada tabung 5
Hasil
Berdasarkan praktikum hidrolisis pati enzimatis, kelompok 01 mendapatkan hasil
Vol
Pemanasan
Iodin
Amylase
Incubator
01
4 ml
Warna
bening
kental, ada
gumpalan
bening
Warna
jadi
biru
pekat
tabung
1 kental
tabung
2 cair
Tabung 1 :
Larutan
menjadi cair
dan warna
menjadi
lebih
sempurna,
bau iodin
Tabung 2:
Larutan
Warna jadi
bening
kekuningan
terdapat
endapan
putih
kebirubiruan
Tabung 2:
Warna jadi
Tepung
aci
Pemana
san
absorb
ansi
Warna
menjadi
bening
Tabung
1=
0,110
Warna
menjadi
Tabung
2= 0,94
tetap
warna
pekat
iodin
cir, bening
jadi kekuningan
bau terdapat
endapan
putih
bening
X
(Konsentrasi
Glukosa)
0,4 gr/ml
0,3 gr/ml
0,027
0,0081
0.09
3
Jumla
h
0,2 gr/ml
0,016
0,0032
0,04
0,9
0,085
0,0281
0,29
No
a.
1)
Y
(Absorbansi)
X.Y
X2
0,042
0,0168
0.16
( X 2 ) Y X XY
2)
n X ( X )
0.024650.02529
0.870.81
0.00064
0.06
= -0,0107
Mencari Nilai b
b
b
=
=
n XY X Y
n X ( X )
3 ( 0.0281 ) (0.9)(0.085)
3 ( 0.29 )(0.81)
3)
0.08430.0765
0.870.81
0,0078
0.06
= 0,13
Y = - 0,0107 + 0,13x
4)
sebagai berikut :
Konsentrasi
persamaan berikut:
R
R
N ( xy ) x y
{N x 2( x )2 }{N y 2( y )2 }
0.08430.0765
{0.870.81}{0.0082470.007225}
0.0078
{0.06 }{0.001022 }
= 6,132
= 0.996078
0.0078
0,00
0,20
0,40
0,60
0,80
0,199
0,399
0,599
0,799
1,000
=
=
=
=
=
sangat rendah
rendah
sedang
kuat
sangat kuat
Berdasarkan data dari nilai koefisien korelasi standart glukosa, maka nilai koefisien
korelasi kelas a sangat kuat sebesar 0, 0.996078.
a.
1)
Jawab :
Untuk Y1 = 0,110 A
Y
= a + bx
0,110
= - 0,01 + 0,13x
-0,13x
= -0,110 - 0,0107
-0,013x
= -0,12
0,12
= 0,013
= 9, 28 gr/mL
Jadi, konsentrasi glukosa di dalam tepung aci yang ditambahkan 3 tetes amilase
adalah 9, 28 gr/mL.
2)
Untuk Y2 = 0,94 A
Y
= a + bx
0,94
= - 0,01 + 0,13x
-0,13x
= -0,94 - 0,0107
-0,013x
= -0,95
0,95
= 0,013
= 73,07 gr/mL
Jadi, konsentrasi glukosa di dalam tepung yang ditambahkan 5 tetes amilase adalah
73,07 gr/mL.
Tabel 3. Data Kandungan Glukosa Lab Fisiologi Hewan Air
Kelompok
2.
Sampel
Konsentrasi Glukosa
(gr/mL)
Tabung 1
(3 Tetes)
Tabung 2
(5 Tetes)
9.28
73.07
0,882
1,044
1,91
18,92
10
5,89
18,92
1,059
2,112
11
18,81
18,95
1,043
1,574
12
5
13
6
14
7
15
8
16
1,451
0,451
7,805
9,52
0,18
1,1207
0,759
1,266
6,08
1,997
0,874
11,05
6,05
6,18
5,197
0,915
1,605
6,08
Pembahasan
Berdasarkan Hukum Lamber-Beer, absorbansi akan berbanding lurus dengan
konsentrasi. Artinya, jika konsentrasi makin tinggi maka absorbansi yang dihasilkan makin
tinggi, begitupun sebaliknya, apabila konsentrasi makin rendah absorbansi yang dihasilkan
makin rendah. Hubungan antara absorbansi terhadap konsentrasi akan linear apabila nilai
absorbansi larutan antara 0,2-0,8 (0,2 A 0,8) atau sering disebut sebagai daerah berlaku
hukum Lambert-Beer. Jika absorbansi yang diperoleh lebih besar maka hubungan absorbansi
tidak linear lagi. Kurva kalibrasi hubungan antara absorbansi versus konsentrasi dapat dilihat
pada gambar 4 :
Sampel pertama yang diukur adalah tepung aci. Sampel tepung di gunakan oleh
kelompok 1 dan 9 sebanyak 4 ml dan kelompok 2 dan 10 sebanyak 5 ml. Berdasarkan hasil
praktikum, kelompok 01 mendapat sampel tepung aci, tepung aci yang di tambahkan
sebanyak 0, 2 gram, lalu di larutkan dengan akuadest sebanyak 8 ml, Dari data hasil
pengamatan, maka dapat dianalisis bahwa kandungan pati yang terdapat dalam aci adalah
amilosa. Hal ini dibuktikan saat pati pada tabung I dan II ditetesi oleh reagen iodin, maka
larutan yang awalnya putih menjadi biru pekat. Perubahan warna tersebut menunjukkan
adanya zat pati dalam aci. Kemudian, aci ditambahkan enzim amilase sebanyak 3 tetes dan 5
tetes. Tidak ada reaksi yang terjadi, karena enzim amilase belum aktif. Setelah itu, aci
diinkubasi pada suhu 55 oC agar enzim amilase menjadi aktif dan bekerja optimum. Hal ini
terbukti saat kedua tabung reaksi diamati setelah inkubasi, terdapat perubahan yang terjadi,
Meskipun perubahan yang terjadi pada kelompok 01 berlangsung lama sekitar 30 menit hal
tersebut terjadi karena reagen iodin yang di berikan terlalu banyak sehingga enzim amylase
lama untuk aktif, tetapi pada akhirnya terjadi perubahan meskipun sedikit.
Perubahan
tersebut adalah pada tabung I, warna larutan menjadi bening kekuningan terdapat endapan
putih. Pada tabung II, warna larutan menjadi bening kekuningan terdapat endapan putih
kebiru-biruan. Perbedaan ini disebabkan jumlah enzim amilase yang diteteskan juga berbeda.
Kemudian, kedua tabung reaksi dipanaskan pada air yang mendidih dengan suhu 100 oC.
Pemanasan ini bertujuan untuk menonaktifkan enzim amilase yang telah ditambahkan pada
tabung. Hasilnya, pada tabung I warna larutan menjadi bening, dan tabung II warna menjadi
bening. Setelah itu dilakukan uji absorbansi menggunakan spektofotometer sehingga di
dapatkan hasilnya pada tabung I sebesar 0,110 A dan tabung II sebesar 0,94 A. sedangkan
nilai konsentrasi glukosa pada tabung I sebesar 9,28 gr/ml dan pada tabung II sebesar 73,09
gr/ml. Sedangkan pada kelompok 9 nilai konsentrasi glukosa pada tabung I sebesar 0,882
gr/ml dan pada tabung II sebesar 1,044 gr/ml, kelompok 2 nilai konsentrasi glukosa pada
tabung I sebesar 1,91 gr/ml dan pada tabung II sebesar 18,92 gr/ml. Sedangkan kelompok 10
nilai konsentrasi glukosa pada tabung I sebesar 6,043 gr/ml dan pada tabung II sebesar
0,8204 gr/ml. Pada kelompok 1, 9, dan 2 nilai konsentrasi glukosa pada tabung II lebih besar
dari ada tabung I, hal tersebut sesuai dengan Hukum Lamber-Beer, absorbansi akan
berbanding lurus dengan konsentrasi. Artinya, jika konsentrasi makin tinggi maka absorbansi
yang dihasilkan makin tinggi, begitupun sebaliknya, apabila konsentrasi makin rendah
absorbansi yang dihasilkan makin rendah, tetapi kelompok 10 nilai konsentrasi glukosa pada
tabung I lebih besar daripada tabung II hal tersebut terjadi karena beberapa faktor, seperti
kurangnya pengadukan pada saat pemanasan sehingga larutan tidak homogen. Seharusnya,
konsentrasi glukosa berbanding lurus dengan jumlah enzim amylase sesuai dengan hukum
lamber-Beer yang berlaku.
Sampel kedua yang diukur adalah tepung maizena. Sampel tepung maizena di
gunakan oleh kelompok 3 dan 11 sebanyak 4 mL, dan kelompok 4 dan 12 sebanyak 5 ml.
pada kelompok 3 nilai konsentrasi glukosa pada tabung I sebesar 1,059 gr/ml dan pada
tabung II sebesar 2,112 gr/ml. Sedangkan pada kelompok 11 nilai konsentrasi glukosa pada
tabung I sebesar 18,81 gr/ml dan pada tabung II sebesar 18,95 gr/ml. Pada kelompok 4 nilai
konsentrasi glukosa pada tabung I sebesar 1,043 gr/ml dan pada tabung II sebesar 1,574
gr/ml, dan pada kelompok 12 nilai konsentrasi glukosa pada tabung I sebesar 1,451 gr/ml
dan pada tabung II sebesar 1,997 gr/ml. Kelompok 3, 11, 4, dan 12 memiliki nilai konsentrasi
glukosa pada tabung II lebih besar daripada tabung I, hal tersebut sesuai dengan Hukum
Lamber-Beer, absorbansi akan berbanding lurus dengan konsentrasi. Artinya,
jika
konsentrasi makin tinggi maka absorbansi yang dihasilkan makin tinggi, begitupun
sebaliknya, apabila konsentrasi makin rendah absorbansi yang dihasilkan makin rendah.
Sampel ketiga yang diukur adalah tepung terigu. Sampel tepung terigu di gunakan
oleh kelompok 5 dan 13 sebanyak 4 mL, dan kelompok 6 dan 14 sebanyak 5 ml. Kelompok 5
memiliki nilai konsentrsi glukosa pada tabung I sebesar 0,451 gr/ml dan tabung II sebesar
0,874 gr/ml. Sedangkan kelompok 13 memiliki nilai konsentrsi glukosa pada tabung I sebesar
7,805 gr/ml dan tabung II sebesar 0,8711 gr/ml. Pada kelompok 6 memiliki nilai konsentrsi
glukosa pada tabung I sebesar 10,26 gr/ml dan tabung II sebesar 1,42 gr/ml, dan pada
kelompok 14 memiliki nilai konsentrsi glukosa pada tabung I sebesar 0,18 gr/ml dan tabung
II sebesar 6,18 gr/ml. Kelompok 5, 6, dan 14 memiliki nilai konsentrasi glukosa pada tabung
II lebih besar daripada tabung I, hal tersebut sesuai dengan Hukum Lamber-Beer, absorbansi
akan berbanding lurus dengan konsentrasi. Artinya, jika konsentrasi makin tinggi maka
absorbansi yang dihasilkan makin tinggi, begitupun sebaliknya, apabila konsentrasi makin
rendah absorbansi yang dihasilkan makin rendah. Sedangkan pada kelompok 6 nilai
konsentrasi glukosa pada tabung I lebih besar daripada tabung II, hal tersebut terjadi karena
beberapa factor seperti proses pengadukan yang kurang homogen, Seharusnya, konsentrasi
glukosa berbanding lurus dengan jumlah enzim amylase sesuai dengan hokum lamber-Beer
yang berlaku.
Sampel keempat yang diukur adalah tepung beras. Sampel tepung beras di gunakan
kelompok 7 dan 15 sebanyak 4 mL, dan kelompok 8 dan 16 sebanyak 5 ml. Kelompok 7
memiliki nilai konsentrasi glukosa pada tabung I sebesar 1,1207 gr/ml dan tabung II sebesar
5,197 gr/ml. Kelompok 15 memiliki nilai konsentrasi glukosa pada tabung I sebesar 0,759
gr/ml dan tabung II sebesar 0,915 gr/ml. Kelompok 8 memiliki nilai konsentrasi glukosa pada
tabung I sebesar 1,266 gr/ml dan tabung II sebesar 1,605 gr/ml. Dan Kelompok 16 memiliki
nilai konsentrasi glukosa pada tabung I sebesar 6,08 gr/ml dan tabung II sebesar 6,08 gr/ml.
Pada kelompok 7, 15, dan 8 nilai konsentrasi glukosa pada tabung II lebih besar dari ada
tabung I, hal tersebut sesuai dengan Hukum Lamber-Beer, absorbansi akan berbanding lurus
dengan konsentrasi. Artinya, jika konsentrasi makin tinggi maka absorbansi yang dihasilkan
makin tinggi, begitupun sebaliknya, apabila konsentrasi makin rendah absorbansi yang
dihasilkan makin rendah. Sedangkan kelompok 16 nilai konsentrasi glukosa pada tabung I
sama dengan tabung II. hal tersebut terjadi karena beberapa faktor, seperti kurangnya
pengadukan. Seharusnya, konsentrasi glukosa berbanding lurus dengan jumlah enzim
amylase sesuai dengan hukum lamber-Beer yang berlaku.
Berdasarkan hasil praktikum tersebut dapat di simpulkan bahwa nilai konsentasi
glukosa berbanding lurus dengan konsentrasi sesuai dengan hukum Lamber-Beer.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum hidrolisis pati enzimatis, dapat di simpulkan bahwa
bahwa nilai absorbansi yang di dapat kelompok 1 pada tabung I sebesar 0,110 A dan tabung
II sebesar 0,94 A dengan nilai konsentrasi glukosa standart pada tabung I sebesar 9,29 gr/ml
Dan tabung II sebesar 73,7 g/ml.
DAFTAR PUSTAKA
Nangin, Debora. A. Sutrisno. 2015 . Enzim Amilase Pemecah Pati Mentah Dari Mikroba :
Kajian Pustaka. Jurnal Pangan Dan Agroindustri. 3 (3). 1032 1039.
Nasrullah. 2009. Hidrolisis Asam Dan Enzimatis Pati Ubi Jalar (Ipomoea batatas L) Menjadi
Glukosa Sebagai Substrat Fermentasi Etanol. Skripsi. Fakultas Sains Dan Teknologi.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Rahmawati, Arik. Dan Yunianta. 2015. Hidrolisis Enzimatis Dengan Enzim Alfa Amilase
(Kajian Pengaruhnya Enzim Kimia Dan Lama Inkubasi Terhadap Sifat Fisik Dan
Kimia Dextrin). Jurnal Pangan Dan Agroindustri. 3 (3). 1252- 1262.
Yunianta, dkk. Hidrolisis secara Sinergis Pati Garut (Marantha arundinaceae L.) oleh Enzim
-amilase, Glukoamilase, dan Pullulanase untuk Produksi Sirup Glukosa. Fakultas
Teknologi Pertanian. Univrsitas Brawijaya.
LAMPIRAN
1.
Alat Dan Bahan Yang Digunakan
2.
Gambar. Aquadest
Gambar. Iodine
Gambar. Amylase
Kegiatan Praktikum