Anda di halaman 1dari 14

HIDROLISA PATI (STARCH) MENJADI GLUKOSA

PRELIMINARY STUDY

disusun untuk memenuhi salah satu tugas praktikum mata kuliah sintesis
organik dan anorganik
Dosen Pembimbing : Umar Khayam, Ir., MT

Oleh
Febrian Rifkhi Fahrizal
NIM 161411009

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2017
1. Pengertian Pati

Pati atau amilum (CAS# 9005-25-8) adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut
dalam air, berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Pati merupakan bahan utama yang
dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa (sebagai produk fotosintesis)
dalam jangka panjang. Hewan dan manusia juga menjadikan pati sebagai sumber energi yang
penting.

Pati tersusun dari dua macam karbohidrat, amilosa dan amilopektin, dalam komposisi
yang berbeda-beda. Amilosa memberikan sifat keras (pera) sedangkan amilopektin
menyebabkan sifat lengket. Amilosa memberikan warna ungu pekat pada tes iodin sedangkan
amilopektin tidak bereaksi.

2. Hidrolisis Pati

Hidrolisis adalah jenis reaksi kimia yang terjadi antara air dan senyawa lain. Selama
reaksi, ikatan kimia akan rusak di kedua molekul, menyebabkan mereka menjadi pecah.
Molekul air terpecah untuk membentuk ion hidrogen bermuatan positif (H +) dan hidroksida
bermuatan negatif (OH-), dan molekul lainnya terbagi menjadi dua bagian sederhana, juga
dengan muatan positif dan negatif. Ion H + dan OH- melekat pada masing-masing bagian ini.

Reaksi ini terjadi ketika beberapa senyawa ionik, misalnya, asam tertentu, basa, dan
garam, larut dalam air; mereka terlibat dalam proses yang sangat penting untuk kehidupan;
mereka digunakan dalam beberapa proses industri yang penting, seperti pembuatan sabun; dan
mereka memainkan peranan penting pada pelapukan batuan.

Hidrolisis pati atau polisakarida dalam bidang keilmuan merupakan langkah awal untuk
mengetahui struktur molekul dari polisakarida yang diinginkan. Hidrolisis pati dengan
sejumlah larutan asam (suasana asam) akan menghasilkan unit-unit monosakarida.

Reaksi hidrolisis pati dalam suasana asam berlangsung menurut reaksi sebagai berikut
: (C6H10O5)n + nH2O HCl nC6H12O6

Hidrolisis dengan Asam

Metode kimiawi dilakukan dengan cara hidrolisis pati menggunakan asam-asam


organik, yang sering digunakan adalah H2SO4, HCl, dan HNO3. Pemotongan rantai pati
oleh asam lebih tidak teratur dibandingkan dengan hasil pemotongan rantai pati oleh
enzim. Hasil pemotongan oleh asam adalah campuran dekstrin, maltosa dan glukosa,
sementara enzim bekerja secara spesifik sehingga hasil hidrolisis dapat dikendalikan.

Hidrolisis amilum oleh asam mineral menghasilkan glukosa sebagai produk akhir
secara hampir kuantitatif. Bentuk sederhana amilum adalah glukosa dan rumus struktur glukosa
adalah C6H11O6 dan rumus bangun dari - D- glukosa. Amilum dapat dihidrolisis sempurna
dengan menggunakan asam sehingga menghasilkan glukosa. Hidrolisis juga dapat dilakukan
dengan bantuan enzim amilase, dalam air ludah dan dalam cairan yang dikeluarkan oleh
pankreas terdapat amilase yang bekerja terhadap amilum yang terdapat pada makanan kita oleh
enzim amilase, amilum diubah menjadi maltosa dalam bentuk maltosa.

Hidrolisis secara Enzimatis

Enzim merupakan senyawa protein kompleks yang dihasilkan oleh sel-sel organisme
dan berfungsi sebagai katalisator suatu reaksi kimia (Harwati dkk,1997). Kerja enzim sangat
spesifik, karena strukturnya hanya dapat mengkatalisis satu tipe reaksi kimia saja dari suatu
substrat, seperti hidrolisis, oksidasi dan reduksi. Ukuran partikel mempengaruhi laju hidrolisis.
Ukuran partikel yang kecil akan meningkatkan luas permukaan serta meningkatkan kelarutan
dalam air (Saraswati, 2006). Temperatur hidrolisis berhubungan dengan laju reaksi. Makin
tinggi temperatur hidrolisis, maka hidrolisis akan berlangsung lebih cepat. Hal ini disebabkan
konstanta laju reaksi meningkat dengan meningkatnya temperatur operasi. Enzim dapat
diisolasi dari hewan, tumbuhan dan mikroorganisme (Azmi, 2006).

Pati merupakan cadangan karbohidrat pada tanaman berbentuk granula-granula tak


larut yang tersusun dari dua macam molekul polisakarida yaitu amilosa dan amilopektin,
umumnya ditemukan pada umbi, akar dan biji. Gula reduksi terutama dalam bentuk glukosa
diperoleh dari hidrolisis pati oleh enzim amilase yang terdapat pada kapang Rhizopus. Selain
dari pati, glukosa dapat diperoleh dari hidrolisis isoflavon glikosida oleh kapang Rhizopus
(Septiani dkk., 2004). pH untuk enzim acid fungal amilase optimum pada 4 5 dan untuk
enzim glukoamilase pada 3,5 5 (Novo,1995).

Hidrolisis amilosa oleh a-amilase terjadi melalui dua tahap. Tahap pertama adalah
degradasi menjadi maltosa dan maltotriosa yang terjadi secara acak. Degradasi ini terjadi secara
cepat diikuti pula dengan menurunnya viskositas dengan cepat. Tahap kedua relatif lambat
dengan pembentukan glukosa dan maltosa sebagai hasil akhir. Sedangkan untuk amilopektin,
hidrolisis dengan a-amilase menghasilkan glukosa, maltosa dan berbagai jenis a-limit dekstrin
yang merupakan oligosakarida yang terdiri dari 4 atau lebih residu gula yang semuanya
mengandung ikatan a-1,6 glikosidik (Suhartono, 1989).

3. Kondisi Operasi pada Proses Hidrolisis dalam Pembentukan Pati

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap reaksi hidrolisa :

1) Katalisator

Hampir semua reaksi hidrolisa memerlukan katalisator untuk mempercepat


jalannya reaksi. Katalisator yang dipakai dapat berupa enzim atau asam sebagai
katalisator, karena kerjanya lebih cepat. Asam yang dipakai beranekaragam mulai dari
asam klorida (Agra dkk, 1973; Stout & Rydberg Jr., 1939), Asam sulfat sampai asam
nitrat.

2) Suhu dan tekanan

Pengaruh suhu terhadap kecepatan reaksi mengikuti persamaan Arhenius.


Semakin tinggi suhu, maka semakin cepat jalannya reaksi.

3) Pencampuran (pengadukan)

Supaya zat pereaksi dapat saling bertumbukan dengan sebaik-baiknya, maka


perlu adanya pencampuran. Untuk proses batch, hal ini dapat dicapai dengan bantuan
pengaduk atau alat pengocok (Agra dkk,1973).

4) Perbandingan zat pereaksi

Kalau salah satu zat pereaksi berlebihan jumlahnya, maka keseimbangan dapat
menggeser ke sebelah kanan dengan baik. Oleh karena itu, suspensipati yang kadarnya
rendah member hasil yang lebih baikdibandingkan kadar patinya tinggi.
4. Struktur Amilum
Pati termasuk polisakarida jenis heksosan. Pati merupakan homopolimer glukosa
dengan ikatan -glikosidik. Berbagai macam pati tidak sama sifatnya, tergantung dari
panjang rantai C-nya, serta rantai molekulnya lurus atau bercabang. Pati terdiri dari dua
fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi terlarut disebut amilosa dan fraksi
tidak larut disebut amilopektin. Amilosa mempunyai struktur lurus dengan ikatan -(1,4)-
d-glukosa, sedang amilopektin mempunyai cabang dengan ikatan -(1,4)-d-glukosa
sebanyak 45 % dari berat total. Struktur amilosa sebagai berikut.

Peranan perbandingan amilosa dan amilopektin terlihat pada serealia, contohnya pada
beras. Semakin kecil kandungan amilosa atau semakin tinggi kandungan amilopektinnya,
semakin lekat nasi tersebut. Beras ketan praktis tidak ada amilosanya (1 2%), sedang
beras yang mengandung amilosa lebih besar dari 2% disebut beras biasa atau beras bukan
ketan. Berdasarkan kandungan amilosanya, beras (nasi) dapat dibagi menjadi empat
golongan yaitu (1) beras dengan kadar amilosa tinggi 25 33%; (2) beras dengan kadar
amilosa menengah 20 25%; (3) beras dengan kadar amilosa rendah (9% 20%); dan (4)
beras dengan kadar amilosa sangat rendah (< 9%).

5. Glukosa dan Sukrosa


Glukosa
Glukosa, suatu gula monosakarida, adalah salah satu karbohidrat terpenting yang
digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan. Glukosa merupakan salah
satu hasil utama fotosintesis dan awal bagi respirasi. Bentuk alami (D-glukosa) disebut juga
dekstrosa, terutama pada industri pangan.
Glukosa (C6H12O6, berat molekul 180.18) adalah heksosamonosakarida yang
mengandung enam atom karbon. Glukosa merupakan aldehida (mengandung gugus -
CHO). Lima karbon dan satu oksigennya membentuk cincin yang disebut "cincin
piranosa", bentuk paling stabil untuk aldosa berkabon enam. Dalam cincin ini, tiap karbon
terikat pada gugus samping hidroksil dan hidrogen kecuali atom kelimanya, yang terikat
pada atom karbon keenam di luar cincin, membentuk suatu gugus CH2OH. Struktur cincin
ini berada dalam kesetimbangan dengan bentuk yang lebih reaktif, yang proporsinya
0.0026% pada pH 7.

Glukosa merupakan sumber tenaga yang terdapat di mana-mana dalam biologi. Kita
dapat menduga alasan mengapa glukosa, dan bukan monosakarida lain seperti fruktosa,
begitu banyak digunakan. Glukosa dapat dibentuk dari formaldehida pada keadaan abiotik,
sehingga akan mudah tersedia bagi sistem biokimia primitif. Hal yang lebih penting bagi
organisme tingkat atas adalah kecenderungan glukosa, dibandingkan dengan gula heksosa
lainnya, yang tidak mudah bereaksi secara nonspesifik dengan gugus amino suatu protein.
Reaksi ini (glikosilasi) mereduksi atau bahkan merusak fungsi berbagai enzim. Rendahnya
laju glikosilasi ini dikarenakan glukosa yang kebanyakan berada dalam isomer siklik yang
kurang reaktif. Meski begitu, komplikasi akut seperti diabetes, kebutaan, gagal ginjal, dan
kerusakan saraf periferal (peripheral neuropathy), kemungkinan disebabkan oleh
glikosilasi protein..

Dalam respirasi, melalui serangkaian reaksi terkatalisis enzim, glukosa teroksidasi


hingga akhirnya membentuk karbon dioksida dan air, menghasilkan energi, terutama dalam
bentuk ATP. Sebelum digunakan, glukosa dipecah dari polisakarida.

Glukosa dan fruktosa diikat secara kimiawi menjadi sukrosa. Pati, selulosa, dan
glikogen merupakan polimer glukosa umum polisakarida).
Isomer Glukosa

Gula terdapat dalam dua enantiomer ( isomer cermin), D-glukosa dan L-glukosa, tetapi
pada organisme, yang ditemukan hanya isomer D-isomer. Suatu karbohidrat berbentuk D
atau L berkaitan dengan konformasi isomerik pada karbon 5. Jika berada di kanan proyeksi
Fischer, maka bentuk cincinnya adalah enantiomer D, kalau ke kiri, maka menjadi
enantiomer L. Sangat mudah diingat, merujuk pada D untuk "dextro, yang merupakan
akar bahasa Latin untuk "right" (kanan), sedangkan L untuk "levo" yang merupakan akar
kata "left" (kiri). Struktur cincinnya sendiri dapat terbentuk melalui dua cara yang berbeda,
yang menghasilkan glukosa- (alfa) jeungt (beta). Secara struktur, glukosa- jeung -
berbeda pada gugus hidroksil yang terikat pada karbon pertama pada cincinnya. Bentuk
memiliki gugus hidroksil "di bawah" hidrogennya (sebagaimana molekul ini biasa
digambarkan, seperti terlihat pada gambar di atas), sedangkan bentuk gugus hidroksilnya
berada "di atas" hidrogennya. Dua bentuk ini terbentuk bergantian sepanjang waktu dalam
larutan air, hingga mencapai nisbah stabil : 36:64, dalam proses yang disebut mutarotasi
yang dapat dipercepat.

Sukrosa

Sukrosa merupakan suatu disakarida yang dibentuk dari monomer-monomernya yang


berupa unit glukosa dan fruktosa, dengan rumus molekul C12H22O11. Senyawa ini dikenal
sebagai sumber nutrisi serta dibentuk oleh tumbuhan, tidak oleh organisme lain seperti
hewan Penambahan sukrosa dalam media berfungsi sebagai sumber karbon. Sukrosa atau
gula dapur diperoleh dari gula tebu atau gula beet.Unit glukosa dan fruktosa diikat oleh
jembatan asetal oksigen dengan orientasi alpha. Struktur ini mudah dikenali karena
mengandung enam cincin glukosa dan lima cincin fruktosa. Proses fermentasi sukrosa
melibatkan mikroorganisme yang dapat memperoleh energi dari substrat sukrosa dengan
melepaskan karbondioksida dan produk samping berupa senyawaan alkohol. Penggunaan
ragi (yeast) ini dalam proses fermentasi diduga merupakan proses tertua dalam bioteknologi
dan sering disebut dengan zymotechnology. Sukrosa diproduksi sekitar 150 juta ton setiap
tahunnya.

Isomer Sukrosa

Pada sukrosa, glukosa dan fruktosa terhubung melalui ikatan antara karbon pertama
(C1) pada subunit glukosa dengan karbon kedua (C2) milik fruktosa. Ikatan ini disebut
dengan ikatan glikosida.

6. Bulk Density

Bulk density merupakan petunjuk kepadatan tanah. Makain padat suatu tanah makin
tinggi bulk Density, yang berarti makin sulut meneruskan air atau ditembus akar tanaman.
Tanah yang lebih padat memilki bulk Density yang lebih besar dari tanah yang sama tetapi
kurang padat. Pada umumnya tanah lapisan atas pada tanah mineral mempunyai bulk
density yang lebih rendah dibandingkan dengan tanah dibawahnya. Nilai bulk density tanah
mineral berkisar 1-0,7 gr/cm3, sedangkan tanah organic umumnya memiliki BD antara 0,1-
0,9 gram/cm3. (Hardjowigeno,2003)

Padatan tanah terdiri dari bahan organik dan anorganik kecuali pada histosol (tanah
organik) jumlah bahan organik didalamnya relatif kecil jika dibandingkan dengan bahan
anorganiknya. Padatan tanah yang disusun oleh partikel-partikel tanah mempunyai sifat-
sifat yang penting yaitu tekstur dan struktur tanah. Semua sifat-sifat fisik tanah dan
sebagian sifat-sifat kimia tanah sebenarnya secara ringkas sangat dipengaruhi oleh tekstur
dan struktur tanah (Anonima, 2007).
Kerapatan massa adalah bobot massa tanah kondisi lapangan yang dikering ovenkan
persatuan volume. Nilai kerapatan massa tanah berbanding lurus dengan tingkat kekasaran
partikel-partikel tanah, makin kasar akan makin berat. Tanah lapisan atas yang bertekstur
liat dan berstruktur granular memiliki BI anatara 1,0 1.3 g/cm-3 , sedangkan yang
bertekstur kasar memiliki BI 1,3 1,8 g/cm-3 (Hanafiah, 2005).

Bila dinyatakan dalam gram/cm3, kerapatan massa tanah liat yang ada di permukaan
dengan struktur granular besarnya berkisar antara 1,0 sampai 1,3. Tanah-tanah permukaan
dengan tekstur kasar mempunyai kisaran 1,3 sampai 1,8. Perkembangan struktur yang
lebih besar pada tanah-tanah di permukaan dengan tekstur halus, menyebabkan kerapatan
massanya lebih rendah dibandingkan dengan tanah berpasir (Foth,1994).

Padatan tanah terdiri dari bahan organik dan anorganik kecuali pada histosol (tanah
organik) jumlah bahan organik didalamnya relatif kecil jika dibandingkan dengan bahan
anorganiknya. Padatan tanah yang disusun oleh partikel-partikel tanah mempunyai sifat-
sifat yang penting yaitu tekstur dan struktur tanah. Semua sifat-sifat fisik tanah dan
sebagian sifat-sifat kimia tanah sebenarnya secara ringkas sangat dipengaruhi oleh tekstur
dan struktur tanah. (Anonim, 2009).

7. Air Terikat dan Tidak Terikat

Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O, satu molekul air tersusun atas
dua atom hidrogen yang terikat secata kovalen pada satu atom oksigen. Sifat fisik air yaitu
tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar yaitu pada tekanan 100
kPa (1 bar) dan temperatur 273,15 K (0 C).

Dalam suatu bahan pangan, air dikategorikan dalam 2 tipe yaitu air bebas dan air terikat.
Air bebas menunjukan sifat sifat air dengan keaktifan penuh, sedangkan air terikat
menunjukan air yang terikat erat dengan komponen bahan pangan lainnya. Air bebas dapat
dengan mudah hilang apabila terjadi penguapan dan pengeringan, sedangkan air terikat
sulit dibebaskan dengan cara tersebut. Sebenarnya air dapat terikat secara fisik yaitu ikatan
menurut sistem kapiler dan air terikat secara kimiawi, antara lain air kristal dan air yang
terikat dalam sistem disperse.

Air terikat (bound water) merupakan interaksi air dengan solid atau bahan pangan. Ada
beberapa definisi, air terikat adalah sejumlah air yang berinteraksi secara kuat dengan
solute yang bersifat hidrofilik. Air terikat adalah air yang tidak dapat dibekukan lagi pada
suhu lebih kecil atau sama dengan -40oC, merupakan substansi nonaqueous dan
mempunyai sifat berbeda dengan air kamba. Air dalam bahan pangan terikat secara kuat
pada sisi-sisi kimia komponen bahan pangan misalnya grup hidroksil dari polisakarisa,
grup karbonil dan amino dari protein dari sisi polar lain yang dapat memegang air dengan
ikatan hidrogen.

Menurut Wirakartakusumah dkk (1989) bahwa air dibagi atas empat tipe molekul air
berdasarkan derajat keterikatan air dalam bahan pangan sebagai berikut:

1. Tipe I, yaitu molekul air yang terikat secara kimiawi dengan molekul molekul lain
melalui ikatan hidrogen yang berenergi besar. Derajat pengikatan air ini sangat besar
sehingga tidak dapat membeku pada proses pembekuan dan sangat sukar untuk
dihilangkan dari bahan. Molekul air membentuk hidran dengan molekul molekul lain
yang mengandung atom atom oksigen dan nitrogen seperti karbohidrat, protein dan
garam.

2. Tipe II, yaitu molekul air yang terikat secara kimia membentuk ikatan hidrogen
dengan molekul air lainnya. Jenis air ini terdapat pada mikrokapier dan sukar
dihilangkan dari bahan. Jika air tipe ini dihilangkan seluruhnya maka kadar air bahan
berkisar antara 3 7%.3.

3. Tipe III, yaitu molekul air yang terikat secara fisik dalam jaringan jaringan matriks
bahan seperti membran, kapiler, serat, dan lain-lain. Air tipe ini mudah dikeluarkan dari
bahan dan bila diuapkan seluruhnya kadar air bahan mencapai 12 25%. Air ini
dimanfaatkan untuk pertumbuhan jasat renik dan merupakan media bagi reaksi
kimiawi.

4. Tipe IV, yaitu air bebas yang tidak terikat dalam jaringan suatu bahan atau air murni
dengan sifat-sifat air biasa dengan sifat keaktifan penuh.

Menurut Nagashima dan Suzuki (1981), air terikat meliputi:

1. Air hidratasi

2. Air dalam mikrokapiler atau air yang terjebak dalam mikrokapiler

3. Air yang terabsorbsi pada permukaan solid


Air terikat berhubungan dengan energi pengikatan yang tinggi. Energi pengikatan
merupakan istilah termodinamika yang menyatakan perbedaan antara panas absorbsi
air oleh solid dengan panas kondensasi uap air pada suhu yang sama. Berdasarkan
tingkat energi pengikatan, air terikat terbagi atas tiga fraksi yaitu:

1. Fraksi air terikat primer

2. Fraksi air terikat sekunder

3. Fraksi air terikat tersier

Air dalam Bahan Pangan

Air dalam bahan pangan dapat dibedakan atas:

Air bebas, yaitu air yang tidak terikat pada bahan padat dalam jaringan pangan. Sifat-
sifat fisik dan termodinamika air ini adalah seperti air murni.
Air yang terikat secara mekanik, yaitu air yang memiliki gaya tegangan permukaan. Air
jenis ini terdapat dalam ruang antara partikel-partikel pangan atau terdapat sebagai
lapisan tipis pada permukaan bahan pangan padat.
Air yang teradsorpsi pada permukaan bahan padat karena adanya ikatan yang lemah
antar-molekul yaitu gaya van der Waal.
Air terikat secara kimia. Kekuatan ikatan kimia ini sangat bervariasi, misalnya air
hidrasi pada garam anorganik seperti kalsium-sulfat terikat secara reversibel.

Air yang merupakan bagian dari struktur kimia bahan padat, misalnya air dalam
karbohidrat. Kehilangan air ini bersifat irreversibel dan kehilangan tersebut
menyebabkan dekomposisi bahan padat.

Berdasarkan keterikatannya, Air dalam produk pangan dapat dibedakan menjadi


tiga yaitu :

1. Air bebas (free water).

Terdapat dalam permukaan bahan atau pori-pori bahan pangan yang tidak terjadi
ikatan secara kimia. Air ini mudah diuapkan (vaporable water). Bila air bebas diuapkan
seluruhnya , kadar air bahan berkisar 12%-25% tergantung jenis bahan dan suhu
pengeringan/penguapan. Contoh : Air yang terdapat pada permukaan bahan pangan
yang baru dicuci, sebagai air bebas dalam jambu air, dsb.

2. Air yang terikat secara fisik.

Merupakan air bahan yang terdapat dalam jaringan matriks bahan (tenunan bahan)
karena adanya ikatan-ikatan fisik, terdiri dari :

Air terikat menurut sistem kapiler

Air Absorpsi

Air yang terkurung di antara tenunan bahan karena ada hambatan mekanis.

Ketiga jenis air terikat ini bila teruapkan, menjadi bahan yang tidak mengandung
air, sering disebut sebagai bahan kering.

3. Air terikat secara kimia.

Untuk mengeluarkan air ini perlu energi yang besar. Bila air ini dihilangkan,
mikroorganisme, reaksi pencoklatan, hidrolisis, oksidasi lemak dapat dikurangi. Jika
air ini dihilangkan semuanya, kadar air bahan sekitar 3-7%. Air bahan yang terikat
secara kimia adalah :

1. Air yang terikat sebagai kristal, atau kristal yang mengikat molekul air, misalnya
NaClxH20, CuSO4xH2O

2. Air yang terikat dalm sistem dispersi koloidal, terdiri dari partikel-partikel yang
bentuk dan ukurannya beragam. Partikel-partikel tersebut bermuatan listrik positif atau
negatif sehingga dapat menarik partikel yang berlawanan.

3. Menurut Winarno dan Fardiaz (1973), air mempunyai panas jenis dan panas laten
yang relatif besar dibandingkan dengan benda-benda lainnya.

4. Panas jenis air 1.02Btu/lb/oF, yaitu jumlah panas yang diperlukan untuk
menaikan suhu 1 lb air sebanyak 1oF.

5. Panas laten penguapan air adalah 971 Btu/lb yaitu jumlah panas yang diperlukan
untuk mengubah 1 lb air menjadi uap pada suhu titik didih air (100oC).

Kadar air suatu bahan dapat dinyatakan dalam dua cara yaitu berdasarkan bahan
kering (dry basis) dan berdasarkan bahn basah (wet basis). Kadar air secara dry basis
adalh perbandingan antara berat air di dalam bahan tersebut dengan berat keringnya.
Bahan kering adalah berat bahan asal setelah dikurangi dengan berat airnya. Sedangkan
kadar air secara wet basis adalah perbandingan antara berat air di dalam bahan tersebut
dengan berat bahan mentah.

8. Karakteristik Gula

Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan komoditi
perdagangan utama. Gula paling banyak diperdagangkan dalam bentuk kristal sukrosa
padat. Gula digunakan untuk mengubah rasa menjadi manis pada makanan atau minuman.
Gula sederhana, seperti glukosa (yang diproduksi dari sukrosa dengan enzim atau hidrolisis
asam), menyimpan energi yang akan digunakan oleh sel.Gula sebagai sukrosa diperoleh
dari nira tebu, bit gula, atau aren. Meskipun demikian, terdapat sumber - sumber gula minor
lainnya, seperti kelapa. Sumber-sumber pemanis lain, seperti umbi dahlia, anggir, atau
jagung, juga menghasilkan semacam gula atau pemanis namun bukan tersusun dari
sukrosa.
SUMBER PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Amilum

http://usaha321.net/pengertian-hidrolisis-dan-penggunaannya.html

http://himatekpolban-official.blogspot.co.id/2014/02/hidrolisa-pati-starch-menjadi-
glukosa.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Glukosa

http://himtifapertauh.blogspot.co.id/2013/02/bulk-density-kekuatan-tanah.html

http://risnafranisa.blogspot.co.id/2013/02/air-dalam-bahan-pangan.html

http://giziklinikku.blogspot.co.id/2016/07/karakteristik-gula-dan-sirup.html

http://www.nafiun.com/2013/10/pengertian-polisakarida-struktur-contoh-kegunaan-
fungsi.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Sukrosa

https://apwardhanu.wordpress.com/2009/04/15/air/

Anda mungkin juga menyukai