Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN

PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA 1


(HKKK 217P)

PERCOBAAN 8
ANALISA GLUKOSA

DOSEN PEMBIMBING : JEFRIADI, M.Eng

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK II

ALDANI APRIANTI 1810814220009


MUHAMMAD FADILLAH 1810814110010
RAMADHAN FAURIDA 1810814210014
SITI HUMAEROH FITRIAH 1810814320003

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PERGURUAN TINGGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK KIMIA
BANJARBARU

2019
ABSTRAK

Karbohidrat merupakan senyawa karbon, hidrogen dan oksigen yang terdapat dalam
alam. Karbohidrat mempunyai rumus empiris CH 2O, misalnya rumus molekul glukosa adalah
C6H12O6, contohnya adalah pati yang dijumpai di pati ketan. Percobaan ini bertujuan untuk
menganalisa bahan alam yang berupa bahan makanan untuk menentukan kadar glukosa. Percobaan
ini dilakukan dengan melarutkan pati dalam larutan HCl 1 N dan dihidrolisis pada suhu 95oC
selama 1 jam. Larutan ini kemudian disaring dan dinetralkan menggunakan NaOH 0,1 N dan
digunakan sebagai titran untuk menitrasi campuran larutan Fehling A dan Fehling B. Penambahan
NaOH pada saat titrasi bertujuan untuk menetralkan HCl yang berlebihan dalam larutan. Kadar
glukosa yang didapat dari 2,5 gram tepung ketan dalam 125 mL HCl sebesar 27,52%. Faktor-
faktor yang mempengaruhi hidrolisis adalah suhu, katalisator, waktu, pengadukan, perbandingan
zat dan netralisasi.

Kata kunci: pati, karbohidrat, glukosa, Fehling, hidrolisis, titrasi, kadar.

VIII-i
PERCOBAAN 8
ANALISIS GLUKOSA

8.1 PENDAHULUAN

8.1.1 Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan ini adalah menganalisa bahan alam yang berupa
bahan makanan untuk menentukan kadar gukosa.

8.1.2 Latar Belakang


Glukosa adalah bagian karbohidrat, glukosa sering ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari karena banyak terdapat di alam. Glukosa merupakan
sumber kalori yang penting. Semua jenis sel manusia menggunakan glukosa untuk
memperoleh energi. Gula dalam makanan sperti fruktosa dan galaktosa juga
diubah menjadi glukosa.
Salah satu metode untuk menganalisis kadar glukosa bahan alam
menggunakan metode hidrolisis. Hidrolisis merupakan reaksi pengikatan gugus
hidroksil (-OH) oleh suatu senyawa. Dimana prinsip kerjanya yaitu memecahkan
amilum menjadi bagian-bagian yang lebih sederhana. Dalam penentuan kadar
glukosa juga dikenal istilah titrasi blanko untuk memastikan komponen selain
larutan uji tanpa menggunakan sampel.
Glukosa sangat bermanfaat, contohnya dalam bidang industri glukosa
merupakan bahan baku untuk produksi fruktosa dan sorbital. Glukosa telah
dimanfaatkan oleh industri kembang gula, minuman, biskuit dan sebagainya.
Pembuatan produk es krim, yang dapat meningkatkan kehalusan tekstur. Karena
manfaat dari analisa glukosa yang cukup banyak dan luas, oleh karena itu
percobaan ini penting untuk dilakukan agar dapat memahami cara menentukan
kadar glukosa dengan proses hidrolisis.

VIII-1
8.2 DASAR TEORI

Karbohidrat merupakan senyawa karbon, hidrogen dan juga


oksigen yang terdapat dalam alam. Banyak karbohidrat mempunyai rumus empiris
CH2O misalnya rumus glukosa ialah C6H12O6 (enam kali CH2O). Senyawa ini
pernah disangka “Hidrat dari karbon”, sehingga disebut karbohidrat. Di tahun
1889-an disadari bahwa gagasan “Hidrat dalam karbon” merupakan gagasan yang
salah dan karbohidrat sebenarnya adalah polihidroksi aldehida dan keton atau
turunan benzena (Fessenden, 1986).
Glukosa, monosakarida yang terpenting, kadang-kadang disebut gula darah
(karena dijumpai dalam darah), gula anggur (karena dijumpai dalam anggur), atau
dektrosa (karena memutar bidang polarisasi ke kanan), binatang menyusui
(mamalia) dapat mengubah sukrosa, laktosa, maltosa dan pati menjadi glukosa,
yang kemudian dapat digunakan sebagai energi oleh organisme itu atau disimpan
sebagai glikogen (suatu polisakarida). Karbohidrat dapat juga diubah menjadi
steroid (seperti kolesterol dan secara terbatas akan menjadi protein). Sebaliknya,
suatu organisme dapat mengubah lemak dan protein menjadi karbohidrat
(Fessenden, 1986).
Pati merupakan polisakarida paling melimpah kedua, pati dapat dipisahkan
menjadi dua fraksi utama berdasarkan kelarutan bila dititrasi dengan air panas
sekitar 20% pati dan amilosa (larut) dan 80% sisanya adalah amilopektrin (tidak
larut). Disimpulkan bahwa amilosa adalah polimer linear dan α-0-glukosa yang
dihubungkan dengan selaru -1,4 (Fessenden,1986).
Karbohidrat dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok, seperti dibawah
ini :
1. Karbohidrat sederhana (monosakarida)
2. Karbohidrat kompleks (disakarida, polisakarida)
Monosakarida adalah suatu karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi
molekul yang lebih sederhana lagi. Glukosa dan fruktosa termasuk ke dalam
golongan monosakarida. Karbohidrat kompleks adalah karbohidrat yang terbentuk
dari dua atau lebih monosakarida. Selulosa merupakan polisakarida karena

VIII-2
VIII-3

terbentuk dari beberapa ribu molekul glukosa yang berikatan bersama-sama. Jika
dihidrolisis, polisakarida akan terurai menjadi molekul-molekul monosakaridanya.
Glukosa adalah suatu aldeheksosa (gula aldehida beratom enam karbon), ribosa
suatu aldepentosa (gula aldehida beratom lima karbon) (Riswiyanto, 2009).

Gambar 8.1 Struktur Glukosa (Aldeheksosa, Aldopentosa dan Ketoheksosa)

Pati berupa padatan yang berbentuk kristal yang larut dalam air. Sebagian
terdapat dalam tumbuh-tumbuhan. Sebagai butir-butir kecil yang terdapat
terutama pada akar. Pati terdiri tas 25% amilosa, sebuah polisakarida linear 75%
aminopektin bahan bercabang. Satuan D-glukosa dihubungkan oleh atom
karbonanomer (nomor satu) pada satuan yang satu, dan atom karbon nomor empat
pada satuan lainnya. α-glukosa membentuk pilin (hellins) dengan enam satuan
glukosa tiap putaran. Warna biru yang dibuat pati dengan adanya iodida
diperlukan, disebabkan oleh kampiens yang terbentuk bila spesies 15 terdapat
dalam spiral poliglukosida (Pine,1988).
Faktor-faktor yang mempengaruhi hidrolisis pati adalah sebagai berikut
(Fessenden, 1986):
1. Katalisator
Katalisator digunakan untuk mempercepat laju reaksi. Katalisator yang
dipakai dapat berupa asam atau enzim (HCl, H2SO4 dan HNO3). Kecepatan
reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi ion H+ bukan jenis asamnya.
2. Suhu dan Tekanan
VIII-4

Pengaruh suhu dan tekanan terhadap kecepatan reaksi mengikuti persamaan


Arrhenius, dimana semakin tinggi suhu maka semakin cepat laju reaksinya.
3. Pengadukan
Pengadukan bertujuan untuk membuat zat pereaksi dapat saling bertumbukan
dengan baik dan cepat. Semakin cepat pengadukan dilakukan, maka semakin
cepat juga pereaksi bercampur.
4. Perbandingan Zat Pereaksi
Jika salah satu zat pereaksi dibuat berlebihan jumlahnya maka keseimbangan
dapat bergeser ke arah kanan dengan baik.
Hidrogen klorida (HCl) biasa disebut dengan asam klorida merupakan
senyawa asam kuat. HCl memiliki warna kuning terang, titik didih 108.58°C dan
titik leleh -62.25°C. HCl bersifat korosif, apabila terkenan bagian tubuh yang
terbuka secara langsung dapat menyebabkan kulit melepuh (Syukri, 1999).
Pereaksi Fehling terdiri atas dua macam, yaitu Fehling A dan Fehling B.
Fehling A (34.65 gram kupri sulfat) dalam 500 mL air. Fehling B (campuran 173
gram natrium nitrat) dalam 500 mL air. Campuran dari larutan Fehling A dan
Fehling B merupakan larutan berwarna biru. Pereaksi Fehling ditambahkan
karbohidrat dari pereduksi, kemudian dipanaskan akan terjadi suatu warna dari
biru,hijau, dan kuning kemerah-merahan. Dan akhirnya terbentuk endapan merah
bata kupro oksida bila jumlah karbohidrat pereduksi banyak (Riswiyanto, 2009).
Natrium hidroksida adalah suatu senyawa anorganik dengan rumus kimia
NaOH dan umumnya disebut soda kaustik atau soda api. NaOH berwarna putih
dan memiliki titik didih 138.8°C dengan titik leleh 323°C. NaOH mudah larut
dalam air dan NaOH sangat reaktif terhadap logam (Syukri, 1999).
Sifat fisika dan kimia indikator metil biru yaitu memiliki bentuk sifat fisik
cair, berwarna biru bening dengan pH netral. Titik didih 100°C. Indikator metil
biru memiliki berat jenis 1g/cm3 dan tekanan uap 17.535 mmHg (20°C). Indikator
metil biru mudah larut dalam air dingin (Syukri, 1999).
Indikator phenolphthalein (PP) dibuat dengan cara kondensasi anhidrida
(asam ftalat) dengan fenol. Trayek pH 8.2-10.0 dengan warna asam yang tidak
VIII-4

berwarna dan berwarna merah muda dalam larutan basa. Indikator PP dalam
titrasi
VIII-5

tidak dapat digunakan untuk titrasi asam kuat oleh basa kuat dan hanya boleh
digunakan pH +9 konsentrasi 0.1 M (Anggraeni, 2016).
Tepung ketan diperoleh dari hasil penggilingan beras ketan yang
kemudian diayak dengan kehalusan 200 mesh. Ketan merupakan salah satu variasi
Oryza sativa L golongan glutinous rice. Ketan ini memiliki kandungan pati yang
tinggi, dengan kadar amilosa 1-2% dengan kadar amilopektin 98-99%. Semakin
tinggi kandungan amilopektinnya semakin lekat sifat beras tersebut. Tepung ketan
mengandung zat gizi yang cukup tinggi yaitu karbohidrat 80%, lemak 4%. Dan air
10%. Pati beras ketan mengandung amilosa sebesar 1% dan amilopektin 99%
(Winarno, 2002).
8.1 METODOLOGI PERCOBAAN

8.3.1 Alat dan Rangkaian Alat


Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah gelas ukur 10 mL
dan 100 mL, gelas beker 250 mL, Erlenmeyer 250 mL, gelas arloji, labu leher
tiga, corong, buret 50 mL, kondensor spiral, statif dan klem, neraca analitik,
sudip, pengaduk kaca, thermometer, pipet tetes, pipet volume 5 mL dan 25 mL,
propipet, magnetic hated stirrer, stirrer, labu ukur dan botol semprot.

Rangkaian Alat

Keterangan :
1. Statif dan klem
1 2. 2. Kondensor spiral
2
3. Labu lehertiga

6
4. Magnetic hated
stirrer
3 5. Stirrer
5
4 6.Termometer
Air pendingin
masuk dan keluar

Gambar 8.2 Rangkaian Alat Hidrolisis

8.3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah tepung ketan
2,5 gram, larutan Fehling A, larutan Fehling B, kertas saring, akuades, larutan
glukosa standar, NaOH 0.1N, HCl 1 N, indikator metil biru, dan indikator
fenolftalein (PP).

VIII-6
VIII-6
VIII-7

8.3.3 Prosedur Percobaan


8.3.3.1 Standarisasi Larutan Fehling
Larutan Fehling A dan Fehling B diambil masing-masing 5 mL
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, lalu ditambahkan 15 mL larutan glukosa
standar ke dalam Erlenmeyer, kemudian dipanaskan pada suhu 160°C selama 4
menit. Lalu dititrasi dengan larutan glukosa standar hingga berwarna biru
kemerahan. Selanjutnya ditambahkan indikator metil biru sebanyak 3 tetes, lalu
larutan dipanaskan kembali. Kemudian larutan dititrasi dengan larutan glukosa
standar hingga warna biru benar-benar hilang dan terbentuk endapan merah bata.
Kemudian volume titran yang digunakan (F) dicatat.

8.3.3.2 Analisa Kadar Glukosa


Tepung ketan ditimbang sebanyak 2,5 gram di neraca analitik (W),
dimasukkan ke dalam gelas beker dan ditambahkan HCl 1 N sebanyak 125 mL.
Kemudian dimasukkan ke dalam labu leher tiga yang dihubungkan dengan
kondensor, lalu dihidrolisis selama 1 jam dengan suhu 95 oC. Larutan didinginkan
dan disaring dengan kertas saring. Lalu larutan hasil hidrolisis diambil sebanyak 5
mL, kemudian diencerkan hingga 100 mL. Larutan dinetralkan dengan NaOH 0.1
N hingga berubah menjadi warna merah muda (digunakan indikator PP sebanyak
3 tetes untuk menandai keadaan netral). Kemudian larutan diambil sebanyak 5
mL dan diencerkan hingga 10 mL. Selanjutnya larutan Fehling A, larutan Fehling
B dan larutan hasil pengenceran diambil sebanyak 5 mL, serta larutan glukosa
standar diambil sebanyak 15 mL dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer,
kemudian dipanaskan pada suhu 160°C selama 4 menit. Larutan ditritrasi dengan
larutan glukosa standar hingga warna berubah menjadi biru kemerahan. Setelah
itu ditambahkan indicator metil biru sebanyak 3 tetes. Kemudian dipanaskan
kembali pada suhu 160°C selama 4 menit. Larutan dititrasi dengan larutan glukosa
standar hingga warna biru benar-benar hilang dan terbentuk endapan merah bata.
Selanjutnya volume titran yang dihasilkan (M) dicatat untuk menghitung kadar
glukosa.
VIII-8

8.3.4 Diagram Alir


8.3.4.1 Standarisasi Larutan Fehling
Fehling A dan Fehling B
- Diambil masing-masing sebanyak 5 mL dan dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer.
-
Larutan Glukosa Standar

- Ditambahkan sebanyak 15 mL ke dalam Erlenmeyer.


- Dicampurkan dengan larutan Fehling A dan Fehling B.
- Dipanaskan larutan campuran Fehling A, Fehling B dan larutan
glukosa standar pada suhu 160°C selama 4 menit.
- Dititrasi hingga berwarna biru kemerahan.

Metil Biru

- Ditambahakan sebanyak 3 tetes.


- Dipanaskan kembali.

Larutan Glukosa Standar

- Dititrasi hingga warna biru larutan benar-benar hilang dan terbentuk


endapan merah bata.
- Dicatat volume titran yang diperlukan (F).
-
Hasil

Gambar 8.3 Diagram Alir Standarisasi Larutan Fehling


VIII-9

8.3.4.2 Analisa Kadar Glukosa


Tepung Ketan
- Ditimbang sebanyak 2,5 gram.
HCl 1 N
- Ditambahakan sebanyak 125 mL kedalam labu leher tiga.
- Dihubungkan dengan kondensor.
- Dihidrolisis selama 1 jam pada suhu 95oC.
- Didinginkan.
-
Larutan Hasil Hidrolisis

- Disaring dengan kertas saring.


- Diambil sebanyak 5 mL.
- Diencerkan hingga 100 mL.
- Dinetralkan dengan NaOH 0.1 N (ditambahkan 3 tetes indikator PP
untuk menandai kondisi netral) hingga berubah menjadi warna merah
muda.
- Diambil sebanyak 5 mL.
- Diencerkan hingga 10 mL.
-
Larutan Hasil Pengenceran

- Diambil sebanyak 5 mL.


- Ditambahkan Fehling A, Fehling B masing-masing sebanyak 5 mL
serta larutan glukosa standar sebanyak 15 mL.
- Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.
- Dipanaskan pada suhu 160°C selama 4 menit.

Larutan Glukosa Standar

- Dititrasi hingga berwarna biru kemerahan.

Metil Biru
VIII-10

- Ditambahkan 3 tetes.
- Dipanaskan kembali.

Larutan Glukosa Standar

- Dititrasi hingga warna biru larutan benar-benar hilang dan terbentuk


endapan merah bata.
- Dicatat volume titran yang dihasilkan (M).

Hasil

Gambar 8.4 Diagram Alir Analisis Kadar Glukosa


8.4 HASIL DAN PEMBAHASAN

8.4.1 Hasil Pengamatan

Tabel 8.1 Hasil Pengaman Standarisasi Larutan Fehling


No Langkah Percobaan Hasil Pengamatan
1. Larutan Fehling A dan Fehling B diambil VFehling A = 5 mL.
dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan VFehling B = 5 mL.
ditambahkan larutan glukosa standar ke VLarutan Glukosa Standar = 15 mL.
dalam Erlenmeyer. Larutan berwarna biru
bening.
2. Dipanaskan campuran larutan dengan Larutan berwarna biru
suhu 160℃selama 4 menit. bening.
3. Larutan dititrasi dengan larutan glukosa Vtitran 1 = 3 mL
standar. Larutan berwarna biru
kemerahan.
4. Ditambahkan 3 tetes indikator metil biru. Larutan berwarna biru
kemerahan.
5. Dipanaskan campuran larutan dengan Larutan berwarna biru
suhu 160℃selama 4 menit. kemerahan.
6. Larutan dititrasi dengan larutan glukosa Larutan berwarna
standar. kemerahan dan terbentuk
endapan merah bata.
Vtitran 2 = 11.3 mL
7. Mencatat total volume titran. ƩV= Vtitran 1 + Vtitran 2
= 3 mL + 11.3 mL
= 14.3 mL

VIII-11
VIII-12

Tabel 8.2 Hasil Pengamatan Analisa Kadar Glukosa


No Langkah Percobaan Hasil Percobaan
1. Tepung ketan ditimbang dan dimasukkan MTepung ketan = 2,5 gram.
ke dalam gelas beker.
2 Ditambahkan HCl 1 N dan dipindahkan VHCl = 125 mL.
ke labu leher tiga yang dihubungkan Larutan berwarna putih
dengan kondensor. susu.
3. Larutan dihidrolisis selama 1 jam dengan Larutan menjadi keruh.
suhu 95℃ .
4. Larutan hasil hidrolisis disaring dengan Larutan menjadi bening.
kertas saring.
5. Larutan hasil hidrolisis hasil yang telah V = 5 mL.
disaring diambil.
6. Larutan hasil hidrolisis diencerkan. Vpengenceran = 100 mL.
7. Larutan dinetralkan dengan NaOH dan Larutan berwarna merah
ditambahkan 3 tetes indikator PP. muda.
8. Larutan telah netral diambil dan Vnetral = 5 mL.
diemcerkan kembali. Vpengenceran = 100 mL.
9. Ditambahkan Fehling A, Fehling B, serta VFehling A = 5 mL.
larutan glukosa standar dicampur ke VFehling B = 5 mL.
dalam Erlenmeyer. VLarutan glukosa standar = 15 mL.
Larutan berwarna biru.
10. Campuran larutan dipanaskan. T = 160℃, t = 4 menit.
11. Larutan dititrasi dengan larutan glukosa Vtitran 1 = 1 mL.
standar. Larutan berwarna biru
kemerahan
12. Ditambahkan 3 tetes indikator metil biru. Larutan berwarna biru
kemerahan.
VIII-13

13. Larutan dititrasi dengan larutan glukosa Vtitran 2 = 9 mL.


standar. Larutan berwarna
kemerahan dan terbentuk
endapan merah bata.
14. Dicatat total volume titran. ƩV = Vtitran 1 + Vtitran 2
= 1 mL + 9 mL
= 10 mL.
VIII-14

8.4.2 Pembahasan

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kadar glukosa yang terkandung


dalam suatu bahan makanan. Pada percobaan ini bahan makanan yang diuji yaitu
tepung ketan. Tepung ketan ditambah HCl sebagai katalisator. HCl digunakan karena
dapat mempercepat reaksi atau dapat disebut sebagai katalis dalam percobaan ini.
Pemilihan HCl sebagai katalis karena ketika dinetralkan dengan NaOH akan
membentuk garam natrium klorida yang tidak berbahaya bagi manusia jika
dikonsumsi.
Proses hidrolisis dilakukan selama 1 jam dengan memanaskan campuran
larutan tepung ketan dan larutan HCl 1N. Penambahan HCl 1N dalam metode
hidrolisis sebagai pelarut berguna untuk mengaktifkan air, karena di dalam HCl
terkandung ion H+. Proses hidrolisis terjadi pada saat H2O menyerang larutan-larutan
glikosidik pada pati untuk memutuskan ikatan tersebut dan memecah pati menjadi
monomer-monomernya dengan bantuan HCl yang berperan sebagai katalisator,
sehingga menjadikan pemisahan pati dalam suasana asam, maka pati dapat menyerap
air dan terjadi gelatinasi (berkurangnya viskositas) agar dapat larut dalam air. Reaksi
yang terjadi pada hidrolisis pati adalah:

( C6H10O5)n + nH2O nC6H12O6 … (8.1)

Volume larutan selama hidrolisis tetap konstan karena kondensor yang dialiri
air dingin akan mengembunkan uap larutan akibat pemanasan. Prinsip kerja
kondensor yaitu tiap yang mengembun akan turun kembali, sehingga tidak ada
pengurangan volume larutan. Larutan antara tepung ketan dengan HCl yang
bercampur, membentuk warna putih susu karena warna ini menunjukkan adanya
kandungan karbohidrat. Pada percobaan ini pengadukan dilakukan menggunakan
magnetic stirrer yang berfungsi untuk menghomogenkan suatu larutan.
VIII-15

Setiap leher yang terdapat pada labu leher tiga memiliki fungsi masing-masing. Salah
satu leher pada labu leher tiga digunakan sebagai tempat thermometer, sehingga suhu
larutan dapat dikontrol. Leher lainnya pada labu digunakan sebagai jalannya uap
cairan yang akan dilewatkan ke kondensor. Sedangkan satu leher lainnya bisa
digunakan untuk memasukkan bahan.
Larutan hasil hidrolisis selanjutnya didinginkan dan disaring dengan kertas
saring. Pendinginan larutan dimaksudkan agar partikel tepung ketan dapat
mengendap dan dapat disarig dengan mudah. Penyaringan larutan ditujukan agar
partikel tepung ketan dapat dipisahkan dengan larutannya, sehingga yang didapat
murni larutan tepung ketan.
Larutan hasil penyaringan diambil sebanyak 5 mL dan diencerkan dengan
akuades hingga 100 mL. Pengenceran larutan dilakukan agar konsentrasi larutan yang
didapat mudah dinetralkan dengan NaOH. Pemilihan NaOH akan membentuk garam
dapur (NaCl) dan air. Reaksi yang terjadi adalah:

HCl + NaOH NaCl + H2O …(8.4)

Penambahan indikator fenolftalein (PP) berfungsi untuk menandakan kondisi netral


setelah penambahan NaOH. Indikator PP memiliki trayek pH 8.2-10.0. Pada keadaan
netral terjadi perubahan warna dari bening menjadi merah muda. Maka telah
menunjukkan tercapainya titik ekuivalen.
Larutan Fehling A dan Fehling B ditambahkan masing-masing sebanyak 5 mL
ke dalam larutan hasil hidrolisis yang sudah dinetralkan sehingga membentuk warna
biru. Fehling A adalah campuran larutan CuSO4, sedangkan Fehling B adalah
campuran larutan NaOH dan garam Rochelle. Campuran Fehling A dan Fehling B
membentuk larutan yang tidak mengendap dan berwarna biru tua. Penambahan
larutan Fehling A dan Fehling B berfungsi sebagai indikator ada atau tidaknya
glukosa dalam larutan. Glukosa akan terdeteksi saat terbentuknya endapan merah bata
pada larutan. Reaksi yang terjadi antar Fehling adalah:
VIII-18

CuSO4 + 2 NaOH Cu(OH)2 + Na2SO4 ….(8.3)

Pemanasan dilakukan dengan tujuan untuk mempercepat reaksi sehingga


endapan merah bata dapat terbentuk dengan mudah. Pada tahap reaksi, larutan
glukosa standar digunakan sebagai titran karena memiliki gugus aldehid yang
merupakan reduktor kuat, sehingga dapat mereduksi Fehling menjadi Cu2O. Reaksi
yang terjadi adalah:

R – CHO + 2Cu2+ + SO4- RCOO- + CuO + 3H2O . . .(8.4)

Titrasi blanko maupun titrasi sampel, masing-masing dititrasi dengan larutan


glukosa standar sebagai penstandarisasi. Hal ini dimaksudkan agar larutan dapat
mencapai titik akhir titrasi dan menghasilkan endapan merah bata. Selain itu untuk
membantu membandingkan banyaknya volume titran yang dapat diperlukan. Titrasi
blanko berfungsi untuk mengurangi kesalahan yang disebabkan oleh pereaksi pelarut
atau kondisi pada saat percobaan dilakukan, memastikan komponen selain larutan
uji tidak akan mengganggu pH dari larutan uji dan mengetahui besarnya
serapan oleh zat yang bukan analit.
Larutan yang dititrasi dengan menggunakan larutan glukosa standar pada
titrasi blanko adalah Fehling A dan Fehling B. Titrasi tersebut dilakukan berfungsi
untuk mengetahui jumlah-jumlah titran yang berekasi dengan pereaksi. Jumlah
volume titran blanko lebih banyak daripada titran sampel. Hal ini disebabkan pada
titrasi blanko tidak menyertakan bahan yang mengandung glukosa. Sedangkan pada
titrasi sampel, menggunakan glukosa hasil hidrolisis dari tepung ketan, sehingga
volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekuivalen lebih sedikit pada
titrasi blanko. Volume titran pada titrasi sampel diperoleh 10 mL dan titrasi blanko
14.3 mL. Dari hasil perhitungan kadar glukosa yang diperoleh sebesar 27.52%.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hidrolisis adalah suhu, katalisator, waktu,
pengadukan, perbandingan zat dan netralisasi. Pemilihan HCl sebagai katalisator
VIII-18

adalah berdasarkan sifat garam yang terbentuk pada reaksi penetralan yang tidak akan
mengganggu reaksi yang berlangsung. Pengaruh suhu pada percobaan ini adalah
semakin tinggi suhu, reaksi semakin cepat. Reaksi hidrolisis merupakan reaksi
endotermis sehingga memerlukan panas untuk bereaksi. Namun, jika suhu terlalu
tinggi, maka katalis (HCl) akan menguap sehingga memperlambat reaksi hidrolisis.
Pengaruh waktu terhadap reaksi hidrolisis adalah semakin lama waktu maka akan
memperbanyak jumlah tumbukan zat-zat pereaksi. Pengadukan berpengaruh dalam
memperbesar jumlah tumbukan, sehingga hasil yang diperoleh menjadi besar.
Pengaruh perbandingan zat dalam hidrolisis adalah suspensi pati yang rendah akan
memberikan hasil yang baik dibandingkan dengan kadar pati yang tinggi. Bila kadar
suspensi diturunkan maka konversi akan bertambah. Pengaruh netralisasi pada
hidrolisis berhubungan dengan pH. pH sangat berpengaruh terhadap konsentrasi asam
dan hidrolisis. Apabila konsentrasi asam tinggi, maka pH yang dihasilkan rendah.
Netralisasi dilakukan dengan mengakhiri proses hidrolisis dengan cara menghentikan
pemanasan dan menetralisasi suasana asam.
8.5 PENUTUP

8.5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah :

1. Glukosa bisa didapatkan dari pati tepung ketan melalui proses hidrolisis yang
ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata.
2. Hidrolisis dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya suhu, waktu, konsentrasi,
katalis, pengadukan, perbandingan zat pereaksi dan netralisasi.
3. Persen kadar glukosa yang didapat dari percobaan ini adalah sebesar 27.52%.

8.5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada percobaan ini adalah dapat memvariasikan
volume katalis yang digunakan misalnya 250 mL dan 275 mL agar didapat data
pengaruh jumlah katalis yang digunakan. Untuk percobaan kedepannya menggunakan
variabel lain seperti tepung gandum, beras atau makanan lainnya. Hal ini
dimaksudkan agar dapat menganalisis kadar glukosa pada tiap bahan makanan yang
berbeda dengan cara membandingkannya.

VIII-19
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, W.W.2016. Indikator dalam Reaksi Kimia


http://scribd.com/doc/132611263/Indikator-dalam-Reaksi-Kimia-Oleh-
Anggraeni
Diakses pada tanggal 30 April 2019

Fessenden, Red dan J. S., Fessenden. 1986. Kimia Organik Edisi 3. Erlangga. Jakarta.

Pine, Stonley.H.dkk. 1988. Kimia Organik 2. ITB. Bandung.

Riswiyanto. 2009. Kimia Organik. Erlangga. Jakarta.

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar Jilid 1. ITB. Bandung.

Winarno, F. G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

DP.VIII-1
LAMPIRAN PERHITUNGAN

Diketahui:
F = 14.3 mL
M = 10 mL
W = 2,5 gram

Ditanya : Kadar glukosa (%) =....?


Penyelesaian :
2
( F−M ) × × 40
Kadar Glukosa (%) = 500 x100%
W
2
( 14,3−10 ) × × 40
= 500 x100%
2,5
8
4,3 ×
= 50 x100%
2,5
= 27.52%

Jadi, persentase kadar glukosa yang didapatkan pada percobaan ini adalah 27.52%

LP.VIII-1

Anda mungkin juga menyukai