Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN

PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA 1


(STK2212)

PERCOBAAN 8
ANALISA GLUKOSA
DOSEN PEMBIMBING: Jefriadi, S.T.,M. ENG

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK
XIV(EMPAT BELAS)

NANDA PUTRA WINATA (2210814110013)


REDICA DUMARIA O.P. (2210814230025)
REVALINA PUTRI FAUZIYA (2210814120005)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK KIMIA
BANJARBARU

2023
ABSTRAK

Glukosa adalah salah satu monosakarida sederhana yang mempunyai rumus molekul
C6H12O6. Nama lain antara lain dekstrosa, D-glukosa atau gula buah. Karena glukosa terdapat
banyak dari buah-buahan. Tujuan dari percobaan ini adalah menganalisis bahan alam berupa
tepung beras untuk menentukan kadar glukosa. Percobaan ini menggunakan metode hidrolisis.
Langkah pertama, tepung beras ditimbang sebanyak 3 gram dengan neraca analitik, lalu
dimasukkan ke dalam gelas beker 250 mL dan ditambahkan HCl 0,8 N sebanyak 125 mL
kemudian diaduk hingga homogen. Selanjutnya, larutan campuran dipindahkan ke labu leher tiga
500 mL dan dihubungkan dengan kondensor lurus. Setelah itu, dilakukan hidrolisis pada suhu 65
°C selama 1 jam. Hasil dari percobaan ini yaitu glukosa dapat diperoleh dari tepung beras melalui
proses hidrolisis, adanya glukosa ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata, kadar
glukosa pada tepung beras adalah 12,267%, dan faktor-faktor yang mempengaruhi adalah suhu,
waktu, katalis, pengadukan, perbandingan zat dan netralisasi.

kata kunci : glukosa, hidrolisis, tepung beras


PERCOBAAN 8
ANALISA GLUKOSA Commented [Ma1]: CEK LAPORAN. Ketik dengan
benar, nyambung atau enggak. Pakai kaidah penulisan yg
benar (perhatikan besar kecil tulisan dan istilah asing)

8.1 PENDAHULUAN

8.1.1 Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan ini adalah menganalisis bahan alam berupa tepung
beras untuk menentukan kadar glukosa.

8.1.2 Latar Belakang


Glukosa merupakan karbohidrat yang paling penting karena karbohidrat
diubah menjadi glukosa dan dari glukosa semua karbohidrat lainnya di dalam
tulah dapat dibentuk. Glukosa termasuk jenis pereduksi untuk jenis-jenis
karbohidrat lain yang mempunyai fungsi spesifik, misalnya glukogen untuk
cadangan energi, ribosa untuk struktur asam nukleat. Kelainan yang berhubungan
dengan karbohidrat mencakup diabetes, melitus, galaktosemia, glukogen
veturage disease dan intoleransi Susu (Wahyuni, 2014).
Hidrolisis adalah proses pemisahan yang melibatkan perpindahan ion
OH- dan OH+ dan H 20 terhadap zat yang dihidrolisis. Hasil hidrolisis biasanya
berupa senyawa yang ion H+ dan yang mempengaruhi bersifat asam apabila
menerima basa bila menerima ion OH. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu
reaksi dimana semakin lama waktu reaksi hidrolisis makin besar pula konsentrasi
pas. Tetapi waktu yang terlalu lama akan mempengaruhi warna dan aroma asli
(Purnawati dan Arief, 2021).
Glukosa dapat dimanfaatkan dalam industri, misalnya pembuatan
alkohol. Salah satu golongan yang memiliki sifat metabolisme yaitu fermentatif.
Jenis fermentatif dapat melakukan fermentasi alkohol, yaitu memecah gula
glukosa menjadi alkohol dan gas. Contohnya pada produk roti (Ivanesthi dkk.,
2016). Oleh karena itu percobaan ini penting dipelajari.

VIII-1
8.2 DASAR TEORI

Karbohidrat atau sakarida adalah komponen esensial semua organisme


hidup. Karbohidrat adalah kelompok molekul biologi yang paling melimpah di
bumi. Meskipun semua organisme dapat mensintesis karbohidrat, namun
kebanyakan karbohidrat dihasilkan oleh organisme fotosintetik termasuk bakteri
tertentu. Alga dan tumbuhan organisme ini merubah energi cahaya matahari
menjadi energi kimia, komedian energi kimia digunakan untuk membuat
karbohidrat dan karbondioksida. Karbohidrat memainkan peran penting pada
kehidupan organisme. Polimer karbohidrat pada binatang dan tumbuhan, bertindak
sebagai molekul penyimpan energi. Binatang dan manusia dapat mencerna
karbohidrat yang kemudian dioksidasi menghasilkan energi selama proses
katabolisme (Azhar, 2016).
Karbohidrat biasanya digolongkan menjadi monosakarida disakarida dan
polisakarida. Penggolongan ini didasarkan pada reaksi hidrolisisnya. Adapun
klasifikasi atau penggolongan karbohidrat adalah sebagai berikut (Wahyudiati,
2017):
1. Monosakarida
Monosakarida adalah jenis karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi
gula yang lebih sederhana. Berdasarkan gugus fungsinya, jenis
monosakarida ada dua, yaitu aldosa yang memiliki gugus fungsi aldehid dan
ketosa yang memiliki gugus keton. Berdasarkan jumlah atom karbonnya,
monosakarida terdiri atas triosa, tetrosa, pentosa, dan heksosa.
2. Oligosakarida
Oligosakarida adalah hasil kondensasi dari dua sampai sepuluh
monosakarida. Oligosakarida dapat berupa disakarida, trisakarida, dan
tetrasakarida. Disakarida merupakan hasil kondensasi unit monosakarida.
Contohnya adalah laktosa, maltosa, dan sukrosa. Trisakarida merupakan
hasil kondensasi tiga unit monosakarida.
3. Polisakarida
Polisakarida merupakan hasil kondensasi lebih dari dua puluh unit

VIII-2
VIII

monosakarida. Polisakarida terdiri dari homopolisakarida dan


heteropolisakarida. Homopolisakarida adalah polisakarida yang terdiri dari
unit monosakarida yang sama, sedangkan heteropolisakarida terdiri dari unit
monosakarida yang berbeda.
Gula dengan konfigurasi D disebut gula D, sedangkan gula dengan
konfigurasi L disebut dengan gula L. Suatu gula konfigurasi D jika gugus OH-
yang terikat pada atom C berdekatan, dengan atom C alkohol primer terlebih
disebelah kanan dab berkonfigurasi L jika gugus OH- ini diletakan disebelah kiri
(Wibowo, 2017).
Pati Pada tumbuhan adalah bentuk penyimpanan utama dari glukosa. Pati
terdapat dalam dua bentuk terdiri atas 1. α-amilosa yang terdiri atas rantai-rantai
panjang yang tak bercabang-cabang dan amilopektin bentuk bercabang dan pati
dengan ikatan 1-6 yang membentuk cabangnya. Komponen struktural dalam
tumbuhan tak Larut dalam adalah selulosa, sejenis polisakarida tak larut dalam air
yang membentuk rantai-rantai panjang yang tak bercabangdengan ikatan 1-4.
Rantai-rantai, bercabang tersebut terjalin membentuk sel tumbuhan. Selulosa
menjadi sukar dihidrolisis dan kuat. Sebuah polimer struktural yang mirip dengan
selulosa ditemukan pada fungsi dan ekoskleton dan antropoda lain, adalah kitin
(Fried, 2006).
VIII

Uji khusus karbohidrat antara lain uji terhadap karbohidrat pereduksi, uji
khusus untuk ketosa dan uji khusus untuk pentosa. Karbohidrat untuk pereduksi
dapat ditunjukkan dengan cara, antara lain adalah sebagai berikut (Hanum,
2018):
1. Uji Fehling
Prinsip dari uji ini adalah gugus aldehid dan keton bebas dalam molekul
karbohidrat dapat mereduksi Cu2+ yang terdapat dalam pereaksi fehling
menjadi Cu+ berupa endapan merah Cu2O. Pereaksi fehling ditambahkan
karbohidrat pereduksi, kemudian dipanaskan, akan terjadi perubahan
warna dari biru → hijau → kuning → kemerah- merahan dan akhirnya
terbentuk endapan merah bata Cu2O bila jumlah karbohidrat pereduksi
banyak. Pada reaksi ini, karbohidrat pereduksi akan diubah menjadi onat
yang akan membentuk garam, dimana asam onat akan terbentuk karena
adanya basa, sedangkan pereaksi fehling akan mengalami reduksi
sehingga Cu2+ diubah menjadi Cu+.
2. Uji Benedict
Reaksi ini spesifik untuk karbohidrat yang mempunyai gugus karbonil
bebas, yaitu semua monosakarida dan disakarida, kecuali sukrosa dan
trehalosa. Reaksi yang terjadi adalah reaksi oksidasi.
3. Uji Asam Pikrat
Trinitifenol atau asam pikrat jenuh dalam suasana basa. Suasana bas
dapat digunakan untuk menunjukkan adanya karbohidrat pereduksi.
Pada 5 mL larutan karbohidrat pereduksi ditambahkan 2-3 mL asam
pikrat dan 1 mL natrium karbonat 10%. Pada pemanasan terjadi
perubahan warna kuning menjadi merah. Reaksi yang terjadi dalam uji
ini adalah oksidasi karbohidrat pereduksi menjadi asam onat dan reduksi
asam pikrat yang berwarna kuning menjadi pikramat yang berwarna
merah.
Karbohidrat merupakan makromolekul sumber utama energi bagi tubuh
manusia yang menyediakan 4 kalori energi pangan per gram. Karbohidrat
menentukan karakteristik bahan makanan, misalnya rasa, warna, tekstur, dan lain-
VIII

lain. Dalam tubuh karbohidrat berguna untuk mencegahnya tumbuhnya ketosis,


pemecahan tubuh protein yang berlebihan. Kehilangan mineral dan berguna untuk
metabolisme lemak dan protein
Reaksi hidrolisis merupakan reaksi yang sering terjadi baik pada bahan
pangan maupun proses fermentasi. Reaksi hidrolisis yang banyak terjadi yaitu
hidrolisis pati menjadi glukosa, kemudian menjadi asam lemak, dan gliserol, serta
protein menjadi asam amino. Hidrolisis selulosa menjadi glukosa juga sering
dijumpai pada fermentasi etand generasi kedua sebagai substrat . Adapun
fermentasi bioetanol generasi kedua menggunakan bahan berbasis pati seperti
singkong jagung, buah atau tepung lain sebagai substrat (Yuwono dan Waziroh,
2019).
Sifat-sifat glukosa adalah sebagai berikut (Wibowo, 2017):
1. Reaksi Asam Basa
Bila akan dilarutkan encer setelah beberapa jam. Dihasilkan campuran yang
ferdin dari fruktosa, homogen, dan sebagian glukosa semula. Dalam asam
encer, monosakarida sangat statal tetapi jika aldoheksosa dipanaskan
dengan asam kuat, maka akan mengalami dehidrasi membentuk
hydroxymethyl fultural.
2. Gula Pereduksi
Adanya sifat pereduksi dari gula-gula disebabkan oleh adanya aldehid atau
gugus keton yang bekas. Sehingga dapat mereduksi ion-ion logam dalam
lauten kosa. Oksidasi Sarat kimia terhadap akuaudes pada umumnya
menghasilkan Oksidator kued seperti te akan mengoksidasi gugus dan
gugus Alecial privier menjadi asam aldurat, suatu di karlock silat.
3. Oksidasi
Oksidasi secara kimia terhadap akuades pada umumnya menghasilkan A
aldorat Oksidentor kuon seperti HUS akan mengotesidasi gugus aldehid dan
gugus alkohol privint menjadi asam alderat, suatu asam dikarboksilat..
4. Pembentukan Glikosida
Apabila larutan D glukosa diberi metand day HCI makka akan segerz
terventure dua senyawa, yaitu x dan β—metil-D-glukosida.
VIII

5. Pembentukan Ester
Semua menosakarinda dapat terasetilaci oleh asam asetat anhidrida yang
berlesahan membentuk asetil yang berkatan secara glukosa Gugus exter lut
bisa diurdrolicis oleh asam atau basa. Sifat iut sering digunakan untuk
penentuan Struktur karbohidrat.
6. Orason
Manosakarida dapat bereaksi dengan lantan feuil hidrogin dalam asam
dalam suy 100°%, membentuk Orason. Tes orason penting untuk
identifikasi gula karena orason berbagai karbohidrat mempunyai bentuk
kristal dan titik lebur yang berbeda.
Pada dasarnya yang berbeda. Glukosa dapat diperoleh dan hidrosis pati
Hidrolica pati dapat dilakukan dengan 2 metode, yaitu (Rusnayaningsih, 2011):
1. Hidrolisa Asam
Hidrolisa asam juga dapat dikenal sebagai hidrolisa Secara Ron enzimatike,
Hidrolisa ini menggunakan asam sebagai katalisuya, biasanya yang dipakai
hidrolion pati dengan Hidrolisa adalah asam buat, awalnya HCl. Pada sunu
tinggi Yaitu sebesar 140°C.-160°C dapat menyebabkan terjadinya degradasi
karbohidrat maupun rekombinasi produk yang dapat Mempengaruhi warna,
rasa bahkah dapat menimbulkan masalah telvis.
2. Hidrolisa enzim
Hidrolisa enzim dilakukan menggemakan bantuan enzim x-amilase dan
enzim glukoamilase. Hidrolisa enzim lebih banyak memberikan keuntungan
dibandingkan dengan hidrolisa asam. Hidrolisa enzim juga dapat mencegah
adanya reaksi eta Sifat katalis enzim sangat. Spesifik sehingga samping
karena dapat mempertahankan rasa dan aroma bahan dasar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses hidrolica pati dengan
menggunakan asam Bahan Adalah ukuran bahan konsentrasi asam, suhu, waktu,
rasio, tesis bahan dan pengadukan (Mastuti dkk., 2013):
1. Semakin halus ukuran bahan permukaan bidang kontak akan Semakin luas
sehingga kecepatan reaksi akan bertambah cepat dan memperbesar reaksi
konservasi.
VIII

2. Konsentrasi Asam
Kecepatan reaksi proses hidrolisa akan bertambah oleh konsentrasi Asam
yang tinggi, umumnya kecepatan reaksi sebanding dengan ion+ tetapi pada
konsentrasi tinggi hubungannya tidak terlihat lagi.
3. Suhu
Suhu berpengaruh terhadap konstanta kecepatan reaksi. Jika suhu tinggi,
konstanta kecepatan akan Semakin besar sehingga reaksi-reaksi dapat
semakin cepat.
3. Waktu
waktu yang semakin lama akan memperbanyak jumlah tumbukan zat-zat
pereaksi sehingga molekul-molekul yang bereaksi semakin banyak dan
memperbanyak hal yang terbentuk.
4. Rasio Bahan
Rasio bahan terhadap larutan yang semakin besar konsentrasi glukosa maka
hasil hidrolicis juga semakin besar.
5. Pengadukan
pengadukan berkaitan dengan faktor frekuensi turbulen dengan adanya
pengadukan maka kecepatan reaksi.
Dalam proses hidrolisis monosakarida-monosakarida menggunakan larutan asam
rantai akan meningkat. Politalcanda dipecah menjadi Hidrolisis dengan larutan.
Encer asam biasanya dimana kecepatan reaksinya sanding dengan konsentrasi asam
Reaksi hidrolisis pati dituliskan sebagai berikut (Mastuti dkk., 2013):

(𝐶6𝐻10𝑂5)𝑛 + 𝑛𝐻2𝑂 − −→ (𝐶6𝐻12𝑂6) … . . (3.1)


𝑝𝑎𝑡𝑖 𝐴𝑖𝑟 𝐺𝑙𝑢𝑘𝑜𝑠𝑎

Tetapi reaksi antara air dan pati berjalan sangat lambat sehingga diperlukan bantuan
katalisator Untuk memperbesar kooktiton air. Katalisator yang bisa digunakan
adalah asam klorida, alam nitrat dan asm sulfat. Bila hidrolisis dilakukan dengan
bantuan katalisator Alam, hasil reaksi harus dinetralkan dulu dengan basa.
Sifat fisika dan kimia dari akuades adalah sebagai berikut (Smartlab, 2021):

Bentuk : Cair
Warna : Tidak berwarna
VIII

Bau : Tidak berbau


pH : netral
Titik didih : 100°C
Titik lebur 00
Densitas : 100 g/cm³
Kelarutan dalam air : Larut sepenuhnya
Sifat fisika dan kimia asam klorida adalah sebagai berikut (Smartlab, 2017):
Bentuk : Cair
Warna : Tidak berwarna
Bau : Tidak berbau
Densitas : 1,80 g/cm³
Kelarutan dalam air : Larut pada 20°C
pH : 1,2 Pada 20°C
Sifat fisika dan kimia natrium hidroksida (NaOH) (Smartlab, 2019a):
Bentuk : Padat
Warna : Putih
Bau : Tidak berbau
pH : ≥ 14
Titik lebur : 319-322°C
Titik didih : tidak tersedia
Densitas : 1390 0 C
Kelarutan dalam air : 1,090 g/l pada 20 0C
Sifat fisika dan kimia Fealing A sebagai berikut (Labchem, 2012):
Bentuk : Cair
Warna : Biru tua
Bau : Tidak berbau
Densitas : 1,069/cm³
Kelarutan dalam air : 1,069/cm³
Sifat fisika dan kimia dari Fealing B sebagai berikut (Labchem, 2020):
Bentuk : Cair
Warna : Tidak berwarna
VIII

Bau : Tidak berbau


pH : ≥ 14
Densitas : 1,089/cm³
Kelarutan dalam air : Larut dalam air
Sifat fisika dan kimia indikator metil biru (Smartlab, 2019b):
Bentuk : Padat
Warna : biru tua
pH :±3
Titik lebur : 180°C
Kelarutan dalam air : 5c g/l
Densitas curah : 400-600 Kg/m³
Bau : Tidak berbau
Sifat fisika dan kimia dari fenolftalein sebagai berikut (Smartlab, 2019b):
Bentuk : padat
Warna : putih
Bau : Tidak berbau
Densitas : 1,29691 cm³
Tekanan uap : < 0,00001 Pa pada 50°C
Sifat fisika dan kimia dari glukosa standar sebagai berikut (Merckmillipore,
2012):
Bentuk : padat
Kelarutan dalam air : 470 g/l
8.3 METODOLOGI PERCOBAAN

8.3.1 Alat dan Rangkaian Alat


Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah gelas beker 250 mL,
erlenmeyer 250 mL, labu leher tiga 500 mL, corong, buret 50 mL, statif dan
klem, kondensor lurus, gelas arloji, pipet volume (10 mL dan 100 mL), gelas
ukur (10 mL dan 100 mL), sudip, termometer, pengaduk kaca, stirrer, magnetic
heated stirrer, botol semprot, propipet, pipet tetes, neraca o’hauss dan labu ukur
100 mL.

Rangkaian Alat 8. Penutup Kaca


↱ Air pendingin keluar

↲ Air pendingin masuk

Gambar 8.1 Rangkaian Alat


Hidrolisis
Keterangan :

1. Statif dan Klem


2. Kondensor lurus
3. Labu leher tiga 500 mL
4. Magnetic heated stirrer
5. Stirrer
6. Termometer
7. Penyumbat Karet

VIII-10
VIII-

8.3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah tepung beras 3
gram, larutan fehling A, larutan fehling B, kertas saring, akuades, larutan glukosa
standar 0,02N, NaOH 0,1N, HCl 0,8N, indikator metil biru dan indikator
fenolftalein (PP).

8.3.3 Prosedur Percobaan


8.3.3.1 Standarisasi Larutan Fehling
Alat Hidrolisis dirangkai larutan fehling a fehling b diambil masing-masing
5 mL. Lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml. Kemudian ditambahkan
larutan glukosa standar 15 mL ke dalam erlenmeyer selanjutnya campuran larutan
dipanaskan menggunakan magnetic heated stirrer pada suhu 155°C selama 5 menit.
Lalu dititrasi dengan larutan glukotor standar 0,02 M sehingga larutan berwarna
biru kemerahan. Selanjutnya ditambahkan 3 tetes larutan indikator metil biru lalu
larutan dipanaskan kembali pada suhu 155°C selama 3 menit. Kemudian larutan
tersebut dititrasi kembali dengan larutan glukosa standar 0,02 M hingga warna biru
benar-benar menghilang dan terbentuk endapan berwarna merah bata. Terakhir
dicatat volume titrasi yang diperlukan.

8.3.3.2 Analisa Kadar Glukosa


Langkah pertama, tepung beras ditimbang sebanyak 3 gram dengan
neraca o’hauss. Lalu dimasukkan ke dalam gelas beker 250 mL dan ditambahkan
HCl 0,8 N sebanyak 125 mL. Kemudian diaduk hingga homogen Kemudian
diaduk hingga homogen lalu dipindahkan ke dalam labu leher tiga. Kemudian
labu leher 3 dihubungkan dengan kondensor lurus. selanjutnya dihidrolisis
selama 1 jam dengan suhu 65°C kemudian didinginkan dan disaring dengan
kertas saring. lalu larutan hasil hidrolisis diambil sebanyak 5mL dan larutan
diencerkan hingga volume 100mL. kemudian dinetralkan dengan NaOH 0,1 M
lalu ditambahkan indikator pp sebanyak 3 tetes untuk menandai keadaan Netral
titik Setelah itu larutan hidrolisis yang diambil sebanyak 5mL dan diencerkan
VIII-

hingga 10mL titik lanjutnya larutan fehling A dan fehling B serta larutan hasil
pengenceran masing-masing 5 mL. lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer
Kemudian ditambahkan larutan glukosa standar 0,02 m sebanyak 15 mL ke
dalam erlenmeyer. Lalu campuran larutan dipanaskan dengan suhu 155°C selama
5 menit setelah itu larutan yang sudah dipanaskan dititrasi dengan larutan glukosa
standar 0,02 M sehingga berubah warna menjadi biru kemerahan titik selanjutnya
ditambahkan indikator metil biru sebanyak 3 tetes. dipanaskan kembali pada suhu
155°C selama 3 menit. kemudian larutan dititrasi kembali dengan larutan glukosa
standar 0,02 M sehingga warna biru pada larutan benar-benar hilang dan
terbentuk endapan merah bata titik terakhir dicatat dan dihitung volume titran
untuk menentukan hasil kadar glukosa yang ditentukan.
VIII-

8.3.4 Diagram Alir


8.3.4.1 Standarisasi Larutan Fehling

Fehling A dan Fehling B

- Diambil masing-masing sebanyak 5 mL ke dalam

Larutan Glukosa Standar


Erlenmeyer
- Ditambahkan sebanyak 15 mL ke dalam erlenmeyer
- dicampurkan fehling A dan fehling B
- Dipanaskan larutan campuran fehling A dan fehling B
dan larutan glukosa standar pada suhu 155 °C selama 5
menit
Metil Biru - Dititrasi hingga biru kemerahan
- Ditambahkan sebanyak 3 tetes
- Dipanaskan kembali pada suhu 155 °C selama 3 menit
- Didinginkan
- Dititrasi hingga terbentuk endapan berwarna merah bata
-
Larutan glukosa
- Dititrasi hiingga larutan bening dan terbentuj endapan
merah bata
- Dicatat volume titrasi yang digunakan
Hasil
Gambar 8.2 Diagram Alir Standarisasi Larutan Fehling
VIII-

8.3.4.2 Analisa Kadar Glukosa

Tepung Beras - Ditimbang sebanyak 3 gram

HCl 0,8 N
- Ditambahkan sebanyak 125 mL ke dalam labu leher
tiga
- Dihubungkan dengan kondensor lurus
- Dihidrolisis selama 1 jam dengan suhu 65 °C
- Didinginkan
Larutan Hasil
Hidrolisis
- Disaring dengan kertas saring
- Diambil sebanyak 5 mL
- Diencerkan hingga 100 mL
- Dinetralkan dengan NaOH 0,1 M
- Ditetesi dengan indikator PP sebanyak 3 tetes
- Diambil sebanyak 5 mL
- Diencerkan hingga 10 mL
Larutan Hasil
Pengenceran
- Diambil sebanyak 5 mL
- Ditambahkan fehling A dan larutan fehling B masing-
masing 5 mL
serta larutan glukosa standar 15 mL
- Dipanaskan pada suhu 155°C selama 5 menit
- Didinginkan
Larutan Glukosa
Standar
- Dititrasi hingga berubah warna menjadi biru kemerahan
Indikator Metil
Biru - Ditambahkan 3 tetes
- Dipanaskan kembali pada suhu 155°C selama 3 menit
- Didinginkan
Larutan Glukosa
Standar
- Dititrasi hingga warna biru hilang dan terbentuk
endapan merah bata
- Dicatat volume titrasi yang dihasilkan
Hasil
Gambar 8.3 Diagram Alir Analisa Kadar Glukosa
8.4.1 HASIL DAN PENGAMATAN
8.4.2 Hasil Pengamatan
Tabel 8.1 Hasil Pengamatan Standarisasi Larutan Fehling
No Langkah Percobaan Hasil Pengamatan

1 Larutan fehling A dan fehling B diambil V fehling A = 5 mL


dan dimasukan ke dalam Erlenmeyer dan
V fehling B = 5 mL
ditambahkan larutan glukosa standar ke
dalam Erlenmeyer. V larutan glukosa standar = 15 mL

Larutan berwarna biru.

2 Dipanaskan campuran larutan dengan suhu Larutan berwarna ungu


155°C selama 5 menit.
3 Larutan dititrasi dengan laruran glukosa V titran = 7,8 mL
standar.
Larutan berwarna biru kemerahan.

4 Ditambahkan 3 tetes indikator metil biru Larutan berwarna biru kemerahan.


sebanyak.

5 Dipanaskan campuran larutan dengan suhu Larutan berwarna biru kemerahan.


155°C selama 5 menit.
6 Larutan dititrasi dengan larutan glukosa V titran = 10,7 mL
standar. Warna biru lautan pudar dan membentuk
warna merah bata

7 Dicatat total volume titran. ∑V = V titran 1 + V titran 2

= 7,8 + 10,7
= 18,5mL (F)

Tabel 8.2 Hasil Pengamatan Analisa Glukosa


No Langkah Percobaan Hasil Pengamatan

1 Tepung beras ditimbang dan dimasukan ke m tepung Beras = 3 gram.


dalam gelas beker.
2 Ditambahkan HCl 0,8N dan dipindahkan V HCl = 125 mL
ke labu leher tiga dan dihubungkan
dengan kondensor lurus Larutan berwarna putih keruh.

VIII-15
VIII-

3 Larutan dihidrolisis selama 1 jam dengan Endapan berwarna putih keruh


suhu 60 °C
4 Larutan hasil hidrolisis disaring dengan Larutan menjadi bening.
kertas saring.
Tabel 8.2 Hasil Pengamatan Analisa Glukosa (Lanjutan)
5 Larutan hasil hidrolisis yang telah V = 5 mL
disaring diambil.

6 Larutan hasil hidrolisis diencerkan. V pengenceran = 100 mL

7 Larutan dinetralkan dengan NaOH Larutan menjadi merah muda.


0,2 N dan ditambahkan 3 tetes
indikator pp.
8 Ditambahkan fehling A dan fehling B V fehling A = 5 mL
serta larutan glukosa standar ke dalam
erlenmeyer V fehling B = 5 ml

V larutan glukosa standar = 15 mL


9 Campuran larutan dipanaskan T = °C
t = 3 menit

10 Larutan dititrasi dengan larutan glukosa V titran 1 = 6 mL


standar. Larutan berwarna biru
.
11 Ditambahkan 3 tetes indikator metil biru Larutan berwarna biru.

12 Dipanaskan campuran larutan dengan suhu Larutan berwarna biru kemerahan.


155 °C selama 3 menit.

13 Larutan dititrasi dengan larutan glukosa V titran 2 = 10,2 terbentuk endapan


standar. merah bata.

14 Dicatat volume titrasi. ∑V = titran 1 + titran 2

= 6 mL + 10.2 mL = 16,2 mL
VIII-

Kadar glukosa 12,267%

8.4.3 Pembahasan
Percobaan ini untuk mengetahui kadar glukosa yang terdapat dalam tepung
beras. Tepung beras mengandung nutrisi sebesar 77, 2 gram karbohidrat, 9 gram
protein, 150 mg fosfor, 333 kalori energi, dan sebagainya. Kandungan gizi pada
tepung beras yang termasuk tinggi dan cukup tinggi adalah kandungan energi,
protein, karbohidrat, fosfor, besi, seng, flamina, ribotlavin, dan niasin .
Metode yang digunakan untuk menganalisis kadar glukosa pada percobaan
ini adalah metode hidrolisis. Hidrolisis merupakan pengikatan gugus hidroksil
(OH-) oleh suatu senyawa .Katalis yang digunakan pada proses hidrolisis ini adalah
HCL. Kelebihan proses hidrolisis menggunakan HCL yaitu garam yang terbentuk
setelah penetralan hasil merupakan garam yang tidak berbahaya (garam dapur).
Selain itu, HCL merupakan salah satu oksidator kuat dan lebih aman jika
dibandingkan dengan oksidator yang lain. Proses hidrolisis pada percobaan ini juga
dilakukan dengan pemanasan menggunakan alat magnetic heated stirrer untuk
dapat memastikan pati yang berada pada labu leher tiga sudah dihubungkan dengan
kondensor lurus. Pemanasan pada hidrolisis bertujuan agar pati dapat menguap air
sehingga terjadi tumbukkan antar partikel. Zat yang digunakan pada proses
hidrolisis berfungsi sebagai wadah bagi sampel, tempat penghubung dengan
kondensor lurus, dan sebagai tempat meletakkan thermometer. Kondensor adalah
tabun pendingin yang digunakan dalam sistem distilasi untuk mengubah uap
menjadi air. Uap yang terbentuk akan masuk ke dalam kondensor yang tertahan
pada spiral yang bagian luarnya terdapat air dingin. Air tersebut membuat uap yang
naik berkondensasi atau mengembung membentuk aliran cairan dan akan turun
Kembali ke dalam labu leher tiga.
Produk hasil hidrolisis pati umumnya dikarakterisasi berdasarkan tingkat
derajat hidrolisisnya dan dinyatakan dengan nilai DE (Dekstrosa Equivalen) yang
menunjukkan persentase dekstrosa murni dalam total padatan substrat yang
VIII-

dihidrolisis. Hidrolisis pati menjadi sirup glukosa melalui tiga tahapan. Tahapan
pertama adalah gelatinisasi, kedua likuifikasi, dan ketiga sakarafikasi.

Pada percobaan ini menggunakan titrasi blanko. Larutan yang dititrasi


VIII-

adalah fehling A, fehling B, dan larutan glukosa standar 0,02 M. Pada percobaan
ini, volume titran pada titrasi blanko adalah 18,5 mL. Sedangkan volume titran pada
Analisa glukosa adalah 14 Ml. Volume titrasi blanko lebih besar daripada volume
titran tepung beras. Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh kadar glukosa
pada sampel sebesar 12,267%.
Faktor-faktor yang memengaruhi proses hidrolisis pati antara lain yaitu
konsentrasi substrat, konsentrasi enzim, suhu, pH, dan lama proses hidrolisis.
Enzim mempunyai spesifitas yang tinggi, sehingga kinerja enzim akan optimal jika
sunstart yang digunakan cocok dan dalam konsentrasi yang tepat. Gelatinisasi
merupakan suatu proses Ketika granula pati dipanaskan dengan air yang cukup
sehingga terjadi pengembangan granula pati dan menghasilkan cairan yang kental
untuk memberikan kualitas produk yang diinginkan. Pada proses pemanasan pati,
larutan menjadi putih keruh, dan menjdi bening saat larutan hasil hidrolisis disaring.
Reaksi hasil hidrolisis sebagai berikut

(C6H10O5) (s) + nH2O (aq)  C6H12O6 (aq)


Pati Air Glukosa

Pendinginan larutan hidrolisis bertujuan untuk mendinginkan larutan agar


mendapatkan hasil yang stabil pada saat dinetralkan. Hal ini dikarenakan suhu
memengaruhi reaksi suatu senyawa. Senyawa masih tetap bereaksi pada suhu yang
panas.
Pengenceran larutan hasil hidrolisis dilakukan agar konsentrasi asam pada
larutan sampel tidak terlalu kuat. Proses netralisasi akan lebih mudah karena hal ini.
Penambahan NaOH 0,1 N bertujuan untuk menetralkan larutan HCL 0,8 N pada
sampel. Penetralanan pada sampel menggunakan indicator fenolftalein (PP)
ditandakan dengan perubahan warna pada larutan menjadi berwarna merah muda
yang berrtujuan untuk mendeteksi penetralan sampel atau telah mencapai titik
ekuivalen. Titik ekuivalen adalah titik dimana reaks dinetralisasi terjadi secara
sempurna (Mastuti dkk., 2013). Adapun reaksi yang terjadi pada penambahan HCL
0,8 N dengan NaOH 0,1 N sebagai berikut :
VIII-

HCl (aq) + NaOH (aq)  NaCl (aq) + H2O(l)


Asam klorida Natrium hidroksida Natrium klorida Air

Larutan yang netral ditambahkan dengan fehling A dan fehling B yang


membentuk warna biru. Larutan fehling A adalah campuran larutan CuSO 4 dan
fehling B adalah campuran larutan NaOH denga garam Rochella. Adapun tujuan
ditambahkannya fehling A dan fehling B sebagai pendeteksi untuk ada atau
tidaknya glukosa dalam suatu larutan. Glukosa akan terdeteksi saat larutan menjadi
biru kemerahan. Reaksi yang terjadi yaitu :

CuSO4 + 2NaOH  Cu(OH)2 + Na2SO4


Fehling A FehlingB Tembaga (I) Garam
Pemanasan dilakukan untuk mempercepat reaksi sehingga endapan merah
bata dapat terbentuk dengan mudah. Endapan tersebut sebagai tanda adanya
glukosa dalam larutan. Larutan glukosa standar memiliki gugus aldehid yang
merupakan pereduktor yang kuat, sehingga dapat mereduksi fehling menjadi Cu 2+.
Reaksi yang terjadi Ketika fehling A mereduksi glukosa standar adalah sebagai
berikut :

RCHO (aq) + Cu2+ (aq) + 5H2O-  RCOO- + CO2O (s) + 3H2O


Asetaldehida Tembaga sulfat Etanol Natrium asetat Tembaga (I)
Air
Larutan blanko adalah larutan tidak berisi analit atau larutan tanpa sampel.
Titrasi blanko biasanya dilakukan untuk tujuan kalibrasi sebagai larutan
pembanding (Wahyuni,2014). Peningkatan suhu reaksi yang menyebabkan enzim
yang optimal jika substrat yang dilakukan cocok dan dalam konsentrasi yang tepat.
Selain itu, konsentrasi enzim juga berpengaruh terhadap likuifikasi sebab
efektivitas kerja enzim berbanding lurus dengan konsentrasi enzim, sehingga
semakin optimal kerja enzim, maka proses hidrolisis juga akan semakin cepat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi kondisi pati antara Suny, waktu.
VIII-

Pengadukan, perbandingan saat, fataliserter, don netralicaci (Mastuti dikk, 2013).


Sunu dapat mempercepat reaksinya, karena asam terlalu tingmggi, Ikatan
antarmolekul dalam pati akan mudah putus. Apabila waktu reaksi semakin lang,
maka semakin tinggi pula konversi yang dihasilkan. Tetapi pemanasan dengan
waktu yang terlalu lama. Akan meminimalkan karbon dan haloku exactif.
Katalisator maka Semakin banyak azam yang digunakan sebagai semakin cepat
jalannya hidrolisis. Dalam konsentrasi kecil lebih disukai karena akan.
Percampuran. Sehingga reaksi dapat berjalan merata fatalizator yang berich agar
yang acou dihasilkan agar lain memudahkan dan efektif. Sedangkan penggunaan:
mempengaruhi hasil akuir dan menyebabkan lebih banyak. Pengadukan dilakukan
larutan menjadi homogen. Dengan adanya pengadukan Zat-zat perears dapat saling
bertumbukan sehingga hasil hidroisis dapat bertaubat besar dan mencegah
terjadinya pengendapan ( Mastuti dkk., 2013) Perbandingan zat bereaksi. Jika Salah
Satu zat Pereaksi lebih banyak Kidaliya maka kesetimbangan akan bergeser ke
kanan (Wibowo, 2017). Mauperbesar frekuens, tundukkan reaksi bertambah.
Netralisasi yang mengakibatkan dilakukan dengan. Menghentikan pemanasan
Kecepatan Mengakhir proses hidrolisis dengan menetralisasikan.
VIII-

8.5 PENUTUP

8.5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah :
1. Glukosa dapat diperoleh dari tepung beras melalui proses hidrolisis
2. Adanya glukosa ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata.
3. Kadar glukosa pada tepung beras dipengaruhi oleh suhu, waktu, katalisator,
pengadukan, perbandingan zat reaktan dan netralisasi.
4. Volume titrasi F yang diperlukan sebesar 16.2 mL dan kadar glukosa yang
dihasilkan dari tepung beras sebesar 12.267%.

8.5.2 Saran
Saran untuk percobaan ini adalah agar menggunakan bahan alami yang
mengandung pati seperti tepung gandum, tepung kacang hijau, dan secagainya.
Selanjutnya sehingga didapatkan Pada percobaan kadar glukosa yang berparitaif
Agar praktiknya dapat menambah pengetahuan secara luas.
LAMPIRAN PERHITUNGAN

Diketahui :
F = 18,5 mL

M = 10,2

W= 3 gram

Ditanya:
Kadar
Glukosa%?
Jawab :
(𝐹−𝑀) . 2 . 40
% Glukosa = 𝑊
500
×100 %

(18,5-10,2) . 2 . 40
= 500
×100 %
3

= 12, 267%

Jadi, kadar glukosa yang didapat ialah sebesar 12,267 %

LP.VIII-1
LP.VIII-1

Anda mungkin juga menyukai