Oleh:
Andriy Anta Kacaribu
1808103010002
LABORATORIUM BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM-BANDA ACEH
2020
Lembar Pengesahan
Oleh:
Andriy Anta Kacaribu
1808103010002
Hasil
3.3.2 Uji Iod
2 tetes glukosa, pati 1%
Hasil
ditambahkan 5 ml benedict
Hasil
didinginkan
didinginkan
dikocok
Hasil
BAB IV
DATA HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.2. PEMBAHASAN
Karbohidrat adalah Polihidroksi aldehida dan Polihidroksi keton atau zatzat
yang bila dihidrolisis akan menghasilkan derivat senyawa-senyawa tersebut. Suatu
kharbohidrat tergolong aldehida (CHO), jika oksigen karbonil berikantan dengan
suatu atom karbon terminal dan suatu keton (C=) jika oksigen karbonil berikatan
dengan suatu karbon internal. Pada umumnya karbohidrat merupakan zat padat
berwarna putih, yang sukar larut dalam pelarut organik, tetapi larut dalam air
(kecuali beberapa sakarida). Sebagian besar karbohidrat dengan berat melekul yang
rendah, manis rasanya. Karena itu, juga digunakan istilah gula untuk zat-zat yang
tergolong karbohidrat (Wibawa, 2017).
Terdapat tiga golongan karbohidrat yang utama yaitu: monosakarida,
oligosakarida dan polisakharida. Kata sakarida diturunkan dari bahasa Yunani yang
berarti gula. Monosakarida atau gula sederhana, terdiri dari hanya satu unit
polisakharida aldehida atau keton. D-glukosa adalah monosakarida yang paling
banyak dijumpai di alam. Oligosakarida (bahasa Yunani oligos yang artinya sedikit)
terdiri dari rantai pendek unit monosakarida yang digabungkan bersamasama oleh
ikatan kovalen. Diantaranya yang paling dikenal adalah disakarida yang mempunyai
dua unit monosakarida. Teristimewa adalah sukrosa (gula tebu) yang terdiri gula D-
glukosa dan D-fruktosa yang digabungkan oleh ikatan kovalen. Kebanyakan oligo
sakarida yang mempunyai tiga atau lebih unit monosakarida tidak terdapat secara
bebas, tetapi digabungkan sebagai rantai samping polipeptida pada proteoglikan.
Polisakharida terdiri dari rantai panjang yang mempunyai ratusan atau ribuan unit
monosakarida. Beberapa polisakharida seperti selulosa, mempunyai rantai lenier,
sedangkan yang lain seperti amilum (pati) dan glikogen mempunyai rantai yang
bercabang.Polisakharida yang paling banyak dijumpai pada dunia tanaman yaitu pati
dan selulosa. Nama semua monosakarida dan disakarida berakhiran –osa (Wibawa,
2017).
Percobaan pertama, uji Molisch, untuk membuktikan karbohidrat secara
umum atau uji karbohidrat yang paling sederhana seperti glukosa, sukrosa dan
fruktosa. Pertama, disiapkan 3 tabung reaksi, tabung I untuk larutan glukosa 1%,
tabung II untuk larutan sukrosa 1% dan tabung III untuk larutan pati 1%. Ke dalam
masing-masing telah berisi 2 mL larutan glukosa 1%, sukrosa 1% dan pati 1%
ditambahkan 2 tetes pereaksi Molisch, lalu diaduk dengan baik dan tambahkan 5 mL
asam sulfat pekat melalui dinding tabung, dengan hati-hati dan perlahan-lahan. Asam
sulfat pekat berfungsi agen penghidrolisis, pada ikatan glikosidik menghasilkan
monosakarida sehingga pada glukosa atau gula sederhana lainnya akan terjadi
dehidrasi dan akan menghasilkan larutan berwarna ungu. Tabung I, II dan III
menghasilkan larutan bening, ini menandakan uji adanya karbohidrat hasilnya
negatif. Hal ini bisa disebabkan karena kurangnya asam sulfat atau pereaksi Molisch
yang digunakan sudah terkontaminasi atau bahkan sudah kadaluarsa. Posistif adanya
karbohidrat ditandai dengan berubahnya warna larutan dari bening menjadi ungu
atau ungu kecoklatan (membentuk senyawa kompleks).
Percobaan kedua yakni uji iod, yaitu pereaksi spesifik pada pati yang bertujua
untuk mengidentifikasi polisakarida. Pertama diambil 2 tetes larutan glukosa 1% dan
pati 1%. Lalu dimasukkan ke dalam test plate dan tambahkan 2 tetes larutan iod.
Larutan glukosa menghasilkan larutan berwarna kuning menandakan positif bukan
polisakarida. Larutan pati menghasilkan larutan berwarna kuning pekat dan
membuktikan bahwa uji ini negatif mengandung karbohidrat (polisakarida) karena
glukosa bubkanlah polisakarida. Seharusnya uji pada pati ini positif mengandung
karbohidrat (polisakarida), karena pati adalah suatu polisakarida dan hasil yang
seharusnya adalah larutan berwarna merah.
Percobaan berikutnya yaitu Uji Benedict, untuk menentukan jenis gula
pereduksi pada sampel glukosa, fruktosa dan sukrosa. Pertama diambil 8 tetes larutan
glukosa 1%, fruktosa 1% dan sukrosa 1% dan masing-masing dimasukkan ke dalam
tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 5 mL pereaksi Benedict. Lalu ditempatkan
dalam penangas air mendidih selama 3 menit, pemanasan ini berfungsi untuk
mempercepa reaksi lalu dibiarkan dingin. Larutan glukosa dan fruktosa
menghasilkan larutan berwarna biru, seharusnya menghasilkan larutan dengan
endapan berwarna merah bata. Hal ini menandakan bahwa sampel glukosa dan
fruktosa yang digunakan negatif sebagai gula pereduksi dan hasil ini dikatakan gagal
atau salah karena glukosa dan fruktosa merupakan gula pereduksi. Kemudian larutan
sukrosa menghasilkan warna biru, menandakan positif bukan gula pereduksi karena
sukrosa memang bukan gula pereduksi.
Percobaan selanjutnya yaitu Uji Barfoed, untuk mengidentifikasi
monosakarida di dalam sampel glukosa, fruktosa dan sukrosa. Pertama diambil 1 mL
larutan glukosa 1%, fruktosa 1% dan sukrosa 1% dan masing-masing dimasukkan
kedalam tabung reaksi. Lalu ditambahkan 3 mL reagen Barfoed. Kemudian
ditempatkan dalam penangas air mendidih selama 1 menit sampai terlihat adanya
reaksi reduksi. Ketiga uji mengasilkan larutan berwarna biru. Hasil yang diperoleh
pada sampel Glukosa dan fruktosa seharusnya positif suatu monosakrida, karena
glukosa dan fruktosa adalah monosakarida. Namun pada percobaan ini negatif suatu
monosakarida karena menghasilkan larutan biru. Hal ini disebabkan karena pereaksi
yang digunakan sudah tercemar atau terkontaminasi. Seharusnya menghasilkan suatu
larutan yang memiliki endapan berwarna merah orange dari reaksi reduksi barfoed
oleh monosakarida. Untuk sampel sukrosa positif bukan monosakarida karena
sukrosa adalah suatu disakarida.
Percobaan selanjutnya yaitu Uji Seliwanoff, untuk identifikasi gugus aldose
dan gugus ketosa pada sampel glukosa, fruktosa dan sukrosa. Peratama, dimasukkan
kedalam masing-masing tabung reaksi 3 ml reagen Seliwanoff, lalu ditambahkan 3
tetes larutan glukosa 1%, fruktosa 1% dan sukrosa 1%. Letakkan semua tabung
dalam air mendidih sampai terlihat perubahan warna. Pemanasan berfungsi untuk
mempercepat reaksi. Pada glukosa menghasilkan larutan berwarna bening, fruktosa
berwarna bening kekuningan dan sukrosa berwarna bening kekuningan lebih pudar.
Seharusnya terjadi perubahan warna larutan menjadi merah (terhidrasi sempurna)
atau merah jambu (belum terhidrasi sempurna) pada percobaan. Fruktosa dan sukrosa
lebih cepat menghasilkan warna dibandingkan gukosa namun pada percobaan ini
tidak terhidrasi sempurna sehingga warnana lebih pudar dibandingkan glukosa.
Reagen Seliwanoff ini terdiri dari resorsinol dan asam klorida pekat. Asam reagen ini
menghidrolisis polisakarida dan oligosakarida menjadi gula sederhana. Ketosa yang
terhidrasi kemudian bereaksi dengan resorsinol, menghasilkan zat berwarna merah
tua. Aldosa dapat sedikit bereaksi dan menghasilkan zat berwarna merah muda.
Fruktosa dan sukrosa merupakan dua jenis gula yang memberikan uji positif ketosa.
Sedangkan glukosa merupakan gugus aldosa
Percobaan selanjutnya yaitu Hidrolisis Sukrosa. Pertama, diambil 25 mL
larutan sukrosa 1% dan ditambahkan 1 mL HCl pekat yang berfungsi untuk hidrolisis
dengan asam lalu dipanaskan dalam penangas air mendidih selama 15 menit yang
bertujuan untuk mempercepat reaksi. Kemudian didinginkan dan dilakukan
penetralan dengan menambahkan 8 mL NaOH 10%. Kemudian dibagi larutan ini ke
5 tabung dengan volume masing-masing 2 mL. Lalu diuji larutan ini dengan pereaksi
Molisch, Benedict, Barfoed, Seliwanoff dan Tauber. Sukrosa adalah disakarida yang
ketika dihidrolisis menghasilkan monosakarida. Uji dengan perekasi molisch
menghasilkan larutan keruh (negatif), seharusnya berwarna kuning. Uji dengan
pereaksi Barfoed menghasilkan larutan biru muda (negatif), seharusnya terbentuk
endapan merah. Uji dengan Seliwanoff menghasilkan larutan putih (negatif)
terhidrolisis. Uji Benedict menghasilkan larutan biru pudar (negatif) terhidrolisis. Uji
Tauber menghasilkan larutan keruh (negatif) terhidrolisis, seharusnya menghasilkan
larutan merah ceri atau jingga.
Percobaan berikutnya Hidrolisis pati. Pertama dimbil 25 mL larutan pati 1%
dan ditambahkan 1 mL HCl pekat yang berfungsi untuk hidrolisis dengan asam lalu
dipanaskan dalam penangas air mendidih selama 15 menit yang bertujuan untuk
mempercepat reaksi. Kemudian didinginkan dan dilakukan penetralan dengan
menambahkan 8 mL NaOH 10%. Kemudian dibagi larutan ini ke 5 tabung dengan
volume masing-masing 2 mL. Lalu diuji larutan ini dengan pereaksi Molisch,
Benedict, Barfoed, Seliwanoff dan Tauber. Hidrolisis pati menghasilkan
monosakarida. Uji dengan perekasi molisch menghasilkan larutan bening (negatif),
seharusnya berwarna ungu. Uji dengan pereaksi Barfoed menghasilkan larutan biru
(negatif), seharusnya terbentuk endapan merah. Uji dengan Seliwanoff menghasilkan
larutan bening (negatif) terhidrolisis. Uji Benedict menghasilkan larutan biru pudar
(negatif) terhidrolisis. Uji Tauber menghasilkan larutan keruh (negatif) terhidrolisis,
seharusnya menghasilkan larutan merah ceri atau jingga.
Percobaan terakhir yaitu pengendapan Polisakarida. Pertama disediakan 4
buah tabung reaksi, diberi label tabung I, II, III dan IV. Pada tabung I dan III diisi
dengan larutan pati 1% dan tabung II dan IV diisi dekstrin 1%. Pada tabung I dan III
ditambahkan alkohol 95% sampai berlebih dan dikocok. Pada tabung II dan IV
ditambahkan Al2(SO4)3 jenuh. Pada tabung 1 menghasilkan larutan keruh (positif)
mengandung endapan polisakarida, hanya saja endapan belum terbentuk karena bisa
disebabkan karena konsentrasi alkohol sudah tidak tepat 95% dan sudah
terkontaminasi. Pada tabung II menghasilkan larutan keruh (positifI mengadung
endapan polisakarida, hanya saja endapan belum terbentuk karena Al 2(SO4)3
terkontaminasi. Pada tabung III dan IV menghasilkan larutan bening (positifI bukan
polisakarida, karena dekstrin bukan polisakarida.
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapatkan dari percobaan ini, yaitu:
1. Uji Molisch menghasilkan larutan bening, ini menandakan uji adanya karbohidrat
hasilnya negatif. Hal ini bisa disebabkan karena kurangnya asam sulfat atau
pereaksi Molisch yang digunakan sudah terkontaminasi atau bahkan sudah
kadaluarsa. Posistif adanya karbohidrat ditandai dengan berubahnya warna larutan
dari bening menjadi ungu atau ungu kecoklatan (membentuk senyawa kompleks).
2. Uji Iod, Larutan glukosa menandakan positif bukan polisakarida karena glukosa
bukanlah polisakarida. Larutan pati pada uji ini negatif mengandung karbohidrat
(polisakarida). Seharusnya uji pada pati ini positif mengandung karbohidrat
(polisakarida), karena pati adalah suatu polisakarida dan hasil yang seharusnya
adalah larutan berwarna merah.
3. Uji Benedict, sampel glukosa dan fruktosa yang digunakan negatif sebagai gula
pereduksi dan hasil ini dikatakan gagal atau salah karena glukosa dan fruktosa
merupakan gula pereduksi. Kemudian larutan sukrosa menghasilkan warna biru,
menandakan positif bukan gula pereduksi karena sukrosa memang bukan gula
pereduksi.
4. Uji Barfoed, Hasil yang diperoleh pada sampel Glukosa dan fruktosa seharusnya
positif suatu monosakrida, karena glukosa dan fruktosa adalah monosakarida.
Namun pada percobaan ini negatif suatu monosakarida karena menghasilkan
larutan biru. Seharusnya menghasilkan suatu larutan yang memiliki endapan
berwarna merah orange dari reaksi reduksi barfoed oleh monosakarida. Untuk
sampel sukrosa positif bukan monosakarida karena sukrosa adalah suatu
disakarida.
5. Uji Seliwanoff, Fruktosa dan sukrosa merupakan dua jenis gula yang memberikan
uji positif ketosa. Sedangkan glukosa merupakan gugus aldosa.
6. Hidrolisis Sukrosa pada percobaan ini semuanya gagal atau negatif terhidrolisis
menjadi monosakarida
7. Hidrolisis Pati pada percobaan ini semuanya gagag atau negative terhidrolisis.
8. Pengendapan Polisakarida pada tabung I dan II positif terbentuk endapan
polisakarida sedangkan tabung III dan IV negative terbentuk endapan
polisakarida.
5.2 SARAN
Tidak ada saran yang dapat diberikan
DAFTAR KEPUSTAKAAN