Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOKIMIA
JUDUL PERCOBAAN

KARBOHIDRAT

DISUSUN OLEH:

NAMA : IDMAR TRYANDI


NIM : 175090200111009
KELOMPOK : 1
TANGGAL PRAKTIKUM : 12 SEPTEMBER 2019
ASISTEN : BIGRAM REFSILANGI

LABORATORIUM BIOKIMIA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi tubuh manusia, yang menyediakan
4 kalori (kJ) energi pangan pergram. Karbohidrat juga mempunyai peranan penting dalam
menentukan karakteristik makanan, misalnya rasa, warna, tekstur dan lain-lain. Sedangkan
dalam tubuh, karbohidrat berguna untuk mencegah timbulnya ketois, pemecahan tubuh
protein yang berlebihan, kehilangan mineral dan berguna untuk membantu metabolisme
lemak dan protein. Karbohidrat banyak ditemukan pada serealia (beras, gandum, jagung,
kentang dan sebagainya), serta pada biji-bijian yang tersebar luas di alam. Karbohidrat
termasuk penyusun sel karena penyusun sel terdiri dari molekul organik, yaitu molekul yang
mengandung atom karbon(C), hidrogen(H), dan aksigen(O). Secara biologis, karbohidrat
memiliki fungsi sebagai bahan baku sumber energi baik pada hewan, manusia dan tumbuhan
( Daryatmo, 2017).
Karbohidrat bersama senyawa lemak dan protein memegang peranan dasar bagi
kehidupan di bumi. Karbohidrat merupakan bahan makanan penting dalam sumber tenaga
yang terdapat dalam tumbuhan dan hewan. Selain itu karbohidrat juga menjadi komponen
struktur penting pada makhluk hidup dalam bentuk serat (fiber), seperti selulosa, pektim, serta
lignin. Karbohidrat menyediakan kebutuhan dasar yang diperlukan tubuh.

1.2. Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan karbohidrat adalah untuk melakukan identifikasi senyawa-
senyawa karbohidrat, mengetahui reaksi-reaksi yang terjadi dan menentukan senyawa-
senyawa karbohidrat secara kualitatif dan kuantitatif
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Karbohidrat adalah senyawa organik yang mengandung unsur karbon (C), hidrogen
(H), dan oksigen (O) dalam perbandingan dua atom hidrogen dan satu atom oksigen untuk
setiap satu atom karbon (CH2O). Dua atau lebih molekul gula dapat dirakit untuk membentuk
karbohidrat yang semakin kompleks. dua jenis utama karbohidrat dalam makanan adalah
karbohidrat sederhana (gula) dan karbohidrat kompleks (pati dan serat). Karbohidrat
merupakan sumber energi utama tubuh. Senyawa karbohidrat tergolong menjadi tiga
golongan utama yaitu monosakarida, disakarida, oligosakarida dan polisakarida. (Insel, dkk,
2016).
Monosakarida atau adalah senyawa yang mengandung enam atau lima atom karbon.
Monosakarida tidak akan terhidrolisis menjadi senyawa sederhana lagi karena monosakarida
merupakan senyawa hasil hidrolisis dari dua golongan lainnya sehingga disebut sebagai gula
sederhana. Monosakarida memiliki gugus aldehid dan keton dengan jumlah gugus hidroksi
dua atau lebih. Monosakarida merupakan senyawa yang tidak bewarna, mempunyai rasa
manis dan berbentuk kristal serta larut dalam air. Monosakarida terdiri atas glukosa, fruktosa
dan galaktosa(Rodríguez, 2017).

Gambar 2.1. Struktur senyawa Monosakarida (Navarro,dkk, 2019)


Disakarida merupakan karbohidrat yang terdiri dari dua gugus gula. Disakarida
memiliki rasa manis, dan mudah larut dalam air. Disakarida terdiri atas sukrosa, maltosa, dan
laktosa. Sukrosa, atau gula yang kita kenal sehari-hari yang berasal dari tebu maupun dari bit.
Selain pada tebu dan bit, sukrosa terdapat pula pada turnbuhan lain, rnisalnya dalarn buah
nanas dan wortel. Dengan pencernaan atau hidrolisis sukrosa akan terpecah dan menghasilkan
glukosa dan fruktosa yang disebut gula invert. Maltosa adalah gabungan dari dua glukosa.
Biasa ditemukan pada sirup, malt, dan madu dan dapat dicerna. Laktosa, atau gula susu
merupakan bentuk disakarida dari karbohidrat yang dapat dipecah menjadi bentuk lebih
sederhana yaitu galaktosa dan glukosa. Laktosa ada di dalam kandungan susu, dan merupakan
2-8 persen bobot susu keseluruhan(Rodríguez, 2017).

Gambar 2.2. Struktur senyawa Disakarida (Navarro, dkk, 2019)

Oligosakarida adalah gabungan dari molekul-molekul monosakarida yang


jumlahnya antara 2 sampai dengan 10 molekul monosakarida (oligo berarti sedikit). Sehingga
oligosakarida dapat berupa disakarida, trisakarida dan lainnya. Oligosakarida secara
eksperimen banyak dihasilkan dari proses hidrolisa polisakarida dan hanya beberapa
oligosakarida yang secara alami terdapat di alam. Oligosakarida terdiri atas rafinosa, stakiosa,
dan verbaskosa dll. Rafinosa, stakiosa, dan verbaskosa merupakan oligosakarida yang terdiri
atas unit-unit glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Ketiga jenis oligosakarida ini tidak dapat
dipecah oleh enzim-enzim pencernan. Seperti halnya pada polisakarida non pati,
oligosakarida ini didalam usus besar mengalami fermentasi. Oligosakarida ini banyak terdapat
di dalam biji tumbuh-tumbuhan dan kacang-kacangan(Hou, dkk, 2015).

Gambar 2.3. struktur senyawa Oligosakarida (Navarro, dkk, 2019)

Polisakarida yaitu senyawa yang terdiri atas banyak ikatan gula sederhana yang
dihubungkan dalam ikatan glikosida. Polisakarida merupakan senyawa biomolekul yang
tersusun lebih dari 20 unit monosakarida. Polisakarida terdiri dari polimer gula yang
bervariasi ukuran dan bisa linear atau bercabang. Polisakarida dibagi menjadi pati dan
glikogen sertapolisakarida non-pati(Hou, dkk, 2015).
Gambar 2.4. struktur senyawa polisakarida (Navarro, dkk, 2019)

Spektrofotometri UV VIS adalah metode yang digunakan untuk mengukur seberapa


zat kimia menyerap cahaya dengan mengukur intensitas cahaya sebagai sinar cahaya yang
melewati sampel. Prinsip dari spektrofotometri uv-vis adalah mengukur jumlah cahaya yang
diabsorbsi atau ditransmisikan oleh molekul-molekul di dalam larutan. Ketika panjang
gelombang cahaya ditransmisikan melalui larutan, sebagian energi cahaya ditransmisikan
melalui larutan dan sebagian lagi dari cahaya tersebut akan diserap (Thomas, 2011).
Prinsip uji karbohidrat umumnya didasarkan atas reaksi- reaksi warna yang
dipengaruhi oleh produk- produk hasil penguraian gula dalam asam-asam kuat dengan
berbagai senyawa organik, sifat mereduksi dari gugus karbonil dan sifat oksidasi dari gugusan
hidroksil yang berdekatan. Reaksi dengan asam-asam kuat seperti asam sulfat, hidroklorat dan
fosfat pada karbohidrat menghasilkan pembentukan produk terurai yang berwarna. Beberapa
uji karbohidrat yang sering dilakukan adalah uji Molish, uji benedict, uji barfoed, uji iodine
dan uji Seliwanof (Andarwulan, dkk, 2011).
Uji molisch adalah salah satu uji untuk membuktikan adanya karbohidrat. Uji ini
efektif untuk berbagai senyawa yang dapat dihidrasi menjadi turtural atau subsitusi turtural
oleh asam sulfat pekat. Senyawa turtural akan membentuk kompleks dengan –naftol yang
dikandung oleh pereaksi molisch dengan memberikan warna ungu pada larutan.( Kusbandari,
2015)
Uji benedict bertujuan untuk mengetahui adanya gula pereduksi dalam larutan sampel.
Prinsip dari uji ini adalah gugus aldehid atau keton bebas pada gula reduksi yang terkandung
dalam sampel mereduksi ion Cu2+ dari CuSO4.5H2O dalam suasana alkalis menjadi Cu+
yang mengendap menjadi Cu2O. Suasana alkalis diperoleh dari Na2CO3 dan Na sitrat yang
terdapat pada reagen Benedict. Pada uji ini menghasilkan endapan merah bata yang
menandakan adanya gula pereduksi pada sampel. Endapan yang terbentuk dapat berwarna
hijau, kuning atau merah bata tergantung pada konsentrasi gula reduksinya.semakin berwarna
merah bata maka gula reduksinya semakin banyak (Kusbandari, 2015).
Uji barfoed adalah suatu uji untuk mendeteksi karbohidrat yang tergolong
monosakarida. Endapan berwarna merah orange menunjukkan adanya monosakarida dalam
sampel. Ion Cu2+ dari pereaksi Barfoed dalam suasana asam akan direduksi lebih cepat oleh
gula reduksi monosakarida dari pada disakarida dan menghasilkan Cu2O (kupro oksida)
berwarna merah bata. Hal inilah yang mendasari uji Barfoed. Pada uji Barfoed, yang
terdeteksi monosakarida membentuk endapan merah bata karena terbentuk hasil Cu2O
(Kusbandari, 2015).
Uji iodine Amilosa dalam pati bertanggung jawab untuk pembentukan warna biru di
hadapan yodium. Molekul Iodium berada dalam kumparan amilosa. Iodium sangat tidak larut
dalam air, oleh karena reagen Iodium dibuat dengan melarutkan Iodium dalam air dengan
kalium iodida. Hal ini membuat triiodida kompleks ion linear dengan larut. Ion ion triiodida
tergelincir ke dalam kumparan pati yang menyebabkan warna hitam biru intens (Kusbandari,
2015)
Uji Seliwanoff digunakan untuk ketohesksosa. Reagen Ini terdiri dari resorsinol
(C6H4(OH)) dalam 6M HCl. Konsentrasi asam klorida memungkinkan ketosa mengalami
dehidrasi dibandingkan aldoses dan lebih lanjut membentuk produk merah ceri. Ketose
mengandung senyawa dapat menghasilkan hasil yang positif, Fruktose dan sukrosa adalah
ketosa sementara laktosa, glukosa, xilosa, dan galaktosa adalah aldosa (Kusbandari, 2015)
BAB III
METODOLOGI
3.1 ALAT
Alat yang digunakan dalam percobaan ini meliputi tabung reaksi, saringan, penangas
air, neraca analitik, pipet, kertas saring, blender, labu takar, gelas kimia, dan corong buchner.

3.2 BAHAN
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan karbohidrat 1% (glukosa,
fruktosa, maltosa, laktosa, amilum, selulosa, glikogen dan inulin), reagen molisch, reagen
benedict, reagen barfoed, larutan iodin, reagen seliwanoff, asam sulfat pekat, larutan HCl
2M, larutan fenol 5%, etanol 95%, jeruk, pepaya dan akuades.

3.3 METODE PERCOBAAN


3.3.1 Uji Molish
Disiapkan larutan karbohidrat meliputi glukosa, fruktosa, galaktosa, maltose, laktosa,
sukrosa, dan amilum. Kemudian ditambahkan 2 tetes reagen molish ke dalam tabung – tabung
reaksi yang telah berisi larutan karbohidrat dan dikocok hingga homogen. Setelah itu
ditambahkan tetes demi tetes asam sulfat pekat melalui dinding tabung reaksi secara perlahan-
lahan sampai terbentuk cincin ungu.

3.3.2 Uji Benedict


Dipipet sebanyak 6 tetes reagen benedict kedalam 7 tabung yang berbeda. Kemudian
disiapkan larutan karbohidrat meliputi glukosa; fruktosa; galaktosa; maltosa; laktosa; sukrosa;
dan amilum. Setelah itu ditambahkan 5 tetes larutan karbohidrat ke dalam masing – masing
tabung yang telah berisi reagen benedict, kemudian dikocok. Selanjutnya dimasukkan semua
tabung reaksi ke dalam penangas air mendidih selama 3 menit, dibiarkan dingin dan
dibandingkan perubahan warna dan endapan yang terjadi.

3.3.3 Uji Barfoed


Dipipet sebanyak 2 mL reagen barfoed kedalam masing-masing tabung reaksi.
Kemudian disiapkan larutan karbohidrat meliputi Glukosa; Fruktosa; Galaktosa; Maltosa;
Laktosa; Sukrosa; dan Amilum ke dalam masing-masing tabung reaksi. Setelah itu
ditambahkan 1 mL larutan karbohidrat kedalam masing – masing tabung yang telah berisi 2
mL reagen barfoed dan dimasukkan dalam penangas air mendidih selama 1 menit, kemudian
angkat dan biarkan dingin. Dilihat perubahan yang terjadi.

3.3.4 Uji Iodine


Disiapkan larutan karbohidrat meliputi Sellulosa; Maltosa; Amilum; dan Inulin.
Kemudian diasamkan 1 mL larutan-larutan sellulosa; glikogen; amilum dan inulin dengan
larutan HCl sebanyak 1 mL. Selanjutnya pada semua tabung ditambahkan 2 tetes larutan
Iodine dan diamati warna yang terjadi.
3.3.5 Uji Saliwanoff
Dipipet 2 mL reagen saliwanoff kedalam tabung reaksi yang berbeda. Kemudian
disiapkan larutan karbohidrat meliputi glukosa; fruktosa; galaktosa; maltosa; laktosa; sukrosa
dan amilum. Setelah itu ditambahkan dua tetes larutan karbohidrat ke dalam tabung-tabung
yang telah berisi 2 mL reagen saliwanoff. Dimasukkan semua tabung reaksi selama enam
menit ke dalam penangas air mendidih atau sampai terbentuk warna merah tua dibeberapa
tabung reaksi dan diamati perubahan yang terjadi.
3.3.6 Analisa Gula Total Dalam Sari Buah Secara Spektrofotometri
Dikupas jeruk, diperas ke dalam gelas kimia dan dipotong pepaya serta dihaluskan
dengan mortar. Lalu ditimbang 1 g sari buah, kemudian dilarutkan dalam labu ukur 100 mL.
Dipipet larutan sari buah tersebut sebanyak 5 mL dan diencerkan dengan air hingga 100 mL.
Dipipet 1,0 mL larutan sari buah dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Ditambahkan 1 mL
larutan fenol 5%, dan diaduk. Ditambahkan 5 mL asam sulfat pekat melalui dinding tabung
dan diaduk kembali. Didinginkan selama 30 menit lalu diukur serapannya pada panjang
gelombang 490 mµ. Dibuat larutan standar dari 0; 10; 20; 30; 50; dan 70 ppm sebanyak 1 mL.
Ditambahkan 1 mL fenol 5% ke dalam masing-masing larutan standar. Ditambahkan asam
sulfat pekat sebanyak 5 mL. Didinginkan dan diukur pita serapan pada panjang gelombang
490 µm.

3.3.7 Isolasi Karbohidrat

Disipakan larutan etanol 95%, kentang, blender, kain penyaring, labu dan penyaring
buchner. Kemudian kentang dikupas, dicuci dan dipotong-potong lalu ditimbang sebanyak
300g. Dimasukkan kentang ke dalam blender dan ditambahkan 200 mL air serta
dihomogenkan selama 30 detik. Campuran disaring melalui secarik kain dan filtrate
ditampung dalam gelas kimia 600 mL. Ditambahkan 100 mL air, kocok, campuran dibiarkan
mengendap, kemudian didekantasi. Pati disuspensikan dengan 100 mL etanol 95%, disaring
melalui corong Buchner dan pati dikeringkan pada suhu kamar dan ditimbang.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL DAN PERHITUNGAN


4.1.1 Kadar Gula Total

Larutan blanko (x) Absorbansi (y) x.y x2


0 ppm 0,0 A 0 0
10 ppm 0,083 A 0,83 100
20 ppm 0,098 A 1,96 400
30 ppm 0,218 A 6,54 900
50 ppm 0,410 A 20,5 2500
70 ppm 0,464 A 32,48 4900
∑ 62,31 8800

• Kurva Baku Larutan Standart

y = a1 + b
a2 = ∑x.y = 62,31 = 0,0071
∑ x2 8800

No Sampel A (y)

1 Jeruk 0,464

2 Pepaya 1,108
➢ Konsentrasi Sampel (x)
• Konsentrasi Sampel (x) Jeruk
a) Secara teori
x = y = 0,464 = 65,3521 ppm
a1 0,0071

b) Secara eksperimen
x = y = 0,464 = 65,3521 ppm
a2 0,0071

• Konsentrasi Sampel (x) Pepaya


a) Secara teori
x = y = 1,108 = 156,0563 ppm
a1 0,0071

b) Secara eksperimen
x = y = 1,108 = 156,0563 ppm
a2 0,0071

➢ Kadar Gula Total


• Kadar Gula Total Jeruk
a) Secara teori
% = Xteori x Faktor pengenceran x 100%
100000
% = 65,3521 x 10 x 100%
100000
= 0,65 %

b) Secara eksperimen
% = Xeksperimen x Faktor pengenceran x 100%
100000
% = 65,3521x 10 x 100%
100000
= 0,65 %

• Kadar Gula Total Pepaya


a) Secara teori
% = Xteori x Faktor pengenceran x 100%
100000
% = 156,0563 x 10 x 100%
100000
= 1,56 %

b) Secara eksperimen
% = Xeksperimen x Faktor pengenceran x 100%
100000
% = 156,0563 x 10 x 100%
100000
= 1,56 %
4.2.1. Rendemen pati
4.2.1.1. Rendemen Pati Pada Kentang
% Rendemen = Massa Pati x 100%
Massa sampel
% Rendemen = 2,646 g x 100%
100,1 g
= 2,643 %

5.1. PEMBAHASAN
4.2.1 Uji Molisch
4.2.1.1 Analisa Prosedur
Pada percobaan ini, hal yang dilakukan pertama kali adalah menyiapkan
masing-masing larutan meliputi glukosa, fruktosa, galaktosa, maltose, laktosa, sukrosa, dan
amilum ke dalam tabung reaksi dengan dipipet beberapa tetes untuk membuktikan adanya
kandungan karbohidratnya. Kemudian masing-masing sampel dalam tabung reaksi diteteskan
reagen molisch sebanyak 2 tetes dan dikocok supaya homogen. Setelah itu, larutan dalam
masing tabung reaksi di tambahkan beberapa tetes asam sulfat pekat sampai terbentuk cincin
ungu untuk membuktikan adanya kandungan karbohidrat dari sampel tersebut.

4.2.1.2 Analisa Hasil


Berdasarkan dari percobaan yang telah dilakukan, larutan karbohidrat yang
semula tidak bewarna berubah ketika diberi reagen molisch dan diasamkan dengan asam
sulfat pekat. Glukosa menjadi keruh dan terbentuk cincin ungu, laktosa menjadi keruh dan
terbentuk cincin ungu, amilum menjadi keruh dan terbentuk cincin ungu, maltosa menjadi
keruh dan terbentuk cincin ungu, galaktosa menjadi keruh dan terbentuk cincin ungu, fruktosa
berubah warna menjadi jingga dengan cincin merah kecoklatan didalamnya. Sedangkan
sukrosa berubah warna menjadi jingga dengan cincin kehitaman. Cincin ungu dapat terbentuk
pada saat uji molisch terhadap larutan yang mengandung karbohidrat karena adanya dehidrasi
oleh asam sulfat terhadap karbohidrat dan kondensasi antar senyawa furfural dengan 𝛼-naftol
dalam raeagen molisch(Kusbandari, 2015). Pada literatur, seharusnya terbentuk cincin ungu
dalam masing-masing larutan karbohidrat yang ditambahkan dengan reagen molisch dan
diasamkan dengan asam sulfat, tetapi pada percobaan ini tidak semuanya terbentuk cincin
ungu. Hal ini terjadi karena adanya kesalahan pada saat mengasamkan larutan dengan asam
sulfat dan juga terjadi karena sampel dari larutan karbohidrat dan reagen molisch yang sudah
tidak murni atau kadaluarsa.

4.2.2 Uji Benedict


4.2.2.1 Analisa prosedur
Pada percobaan ini, dipipet reagen benedict ke dalam tabung reaksi yang berbeda
sebanyak masing-masing 6 tetes untuk melakukan uji benedict. Kemudian dimasukkan
masing-masing larutan karbohidrat ke dalam tabung reaksi yang berbeda meliputi glukosa,
fruktosa, galaktosa, maltose, laktosa, sukrosa, dan amilum sebanyak 5 tetes untuk menentukan
uji benedictnya. Masing-masing tabung reaksi dipanaskan dengan penangan air selama 3
menit supaya reagen benedictnya dapat bereaksi dengan masing-masing larutan karbohidrat
dan didinginkan. Sehingga dapat ditentukan larutan karbohidrat mana yang positif dan negatif
uji benedict.
4.2.2.2 Analisa Hasil
Berdasarkan dari percobaan yang telah dilakukan, larutan karbohidrat yang semula
tidak bewarna berubah ketika diberi reagen benedict menjadi warna biru muda. Kemudian
dipanaskan selama 3 menit. Setelah dipanaskan selama 3 menit, larutan didinginkan dan
diamati perubahannya. Dari percobaan didapatkan : glukosa berubah warna dari biru muda
menjadi jingga, amilum berubah warna dari biru muda menjadi jingga, laktosa berubah warna
dari biru muda menjadi jingga, fruktosa berubah warna dari biru muda menjadi jingga,
galaktosa berubah warna dari biru muda menjadi jingga, maltosa berubah warna dari biru
muda menjadi jingga, sukrosa berubah warna dari biru muda menjadi jingga. Dari percobaan
didapatkan bahwa semua larutan karbohidrat positif uji benedict. Hal ini tidak sesuai dengan
literasi dimana sukrosa dan amilum negatif pada uji benedict karena tidak memiliki gugus
karbonil bebas sedangkan larutan karbohidrat lainnya termasuk dalam gula
pereduksi(Kusbandari, 2015). Hal ini bisa terjadi karena kesalahan pada reagen benedict atau
pada larutan sampel karbohidrat yang sudah tidak murni atau kadaluarsa terutama pada
amilum dan sukrosa.

4.2.3 Uji Barfoed


4.2.3.1 Analisa Prosedur
Berdasarkan dari percobaan yang telah dilakukan, masing-masing tabung reaksi
ditambahakan reagen barfoed sebanyak 2 mL untuk uji barfoed. Kemudian dimasukkan
masing-masing larutan karbohidrat ke dalam tabung reaksi yang berbeda meliputi glukosa,
fruktosa, galaktosa, maltose, laktosa, sukrosa, dan amilum 20 tetes dan dilakukan pengocokan
agar larutan menjadi tercampur secara homogen. Dimasukkan semua tabung reaksi ke dalam
penangas air mendidih selama 1 menit yang bertujuan untuk mempercepat reaksi karbohidrat
dengan reagen barfoed serta reaksi berlangsung sempurna. Setelah itu, dipanaskan lagi selama
1 menit dan didinginkan untuk melihat perubahan dan endapan yang terbentuk.

4.2.3.2 Analisa Hasil


Dari percobaan yang telah dilakukan, perubahan warna terjadi pada masing-masing
larutan karbohidrat meliputi glukosa, fruktosa, galaktosa, maltose, laktosa, sukrosa, dan
amilum setelah ditambahkan reagen barfoed. Kemudian terjadi perubahan warna dari tidak
bewarna menjadi biru. Setelah itu, dilakukan pemanasan selama 1 menit dengan penangas air
untuk semua larutan karbohidrat sehingga mengalami perubahan menjadi keruh kecuali
sukrosa. Kemudian dipanaskan lagi selama 1 menit sehingga terbentuk endapan kecuali
sukrosa. Larutan karbohdirat didinginkan dan didiamkan beberapa saat sehingga hanya
fruktosa yang berubah menjadi endapan berwarna merah bata, sedangkan larutan karbohidrat
yang lain tidak terbentuk endapan. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, sudah sesuai
dengan literatur karena monosakarida akan memberikan hasil positif jika dilakukan uji
menggunakan reagen barfoed. Hal ini ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata. Ini
terjadi karena ion Cu2+ dalam reagen barfoed akan direduksi lebih cepat oleh gula
monosakarida daripada gula disakarida maupun polisakarida sehingga menghasilkan Cu2O
berwarna merah bata pada suasana asam (Kusbandari, 2015). Berdasarkan percobaan ini, hanya
fruktosa yang membentuk endapan merah bata. Hal ini disebabkan karena kurang cepatnya
reaksi yang terjadi atau mungkin disebabkan larutan karbohidrat lain yg tidak murni bahkan
kaduluarsa.

4.2.4 Uji Iodine


4.2.4.1 Analisa Prosedur
Pada percobaan ini, hal yang dilakukan pertama kali adalah menyiapkan masing-
masing larutan meliputi maltosa, selulosa, inulin dan amilum ke dalam tabung reaksi dengan
dipipet sebanyak 1 mL. Fungsi penambahan HCl 2 N sebanyak 1 mL adalah untuk
memberikan suasana asam dalam sistem dan sebagai agen penghidrolisis. Setelah itu
ditambahkan dengan reagen iodine sebanyak 2 tetes dan dilakukan pengocokan agar larutan
tercampur secara homogen. Kemudian diamati dan dicatat perubahan yang terjadi terhadap
masing-masing larutan karbohidrat.

4.2.4.2 Analisa Hasil


Dari percobaan yang telah dilakukan, terjadi perubahan warna pada masing-masing
larutan karbohidrat meliputi selulosa, maltosa, inulin dan amilum yang semula tidak berwarna
setelah ditambahkan reagen iodine dan HCl menjadi kuning. Dari hasil percobaan ini, tidak
sesuai dengan literatur bahwa polisakarida jenis amilum akan menghasilkan warna biru yang
dihasilkan akibat adanya ikatan kompleks antara amilum dan iodin(Kusbandari, 2015).
Harusnya amilum ketika direaksikan dengan HCl dan larutan iodin akan berubah warna
menjadi biru. Hal ini terjadi salah satunya karena kesalahan praktikan dalam praktikum dan
mungkin bisa terjadi karena larutan sampel amilum yang sudah terkontaminasi atau
kadaluarsa.

4.2.5 Uji Saliwanoff


4.2.5.1 Analisa Prosedur
Pada uji saliwanoff digunakan beberapa alat seperti tabung reaksi yang digunakan
sebagai wadah untuk mereaksikan karbohidrat dengan reagen saliwanoff. Pipet tetes
digunakan untuk mengambil sampel dan penetesan reagen. Penangas air digunakan untuk
memanaskan sampel. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan dalan uji saliwanoff ini adalah
larutan karbohidrat meliputi glukosa, fruktosa, galaktosa, maltose, laktosa, sukrosa, dan
amilum sebagai sampel yang akan diidentifikasi dengan reagen saliwanoff. Reagen saliwanoff
yang digunakan untuk identifikasi gugus ketosa yang terdehidrasi membentuk derivat furfural.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, masing-masing tabung reaksi
ditambahakan reagen saliwanoff sebanyak 2 mL yang kemudian ditambahkan larutan
karbohidrat meliputi glukosa, fruktosa, galaktosa, maltosa, laktosa, sukrosa, dan amilum
kedalam tabung reaksi sebanyak 2 tetes. Seletelah itu dilakukan pengocokan agar larutan
menjadi tercampur secara homogen. Kemudian dimasukkan semua tabung reaksi ke dalam
penangas air mendidih yang bertujuan untuk mempercepat reaksi karbohidrat dengan reagen
saliwanoff dan agar reaksi berlangsung sempurna, setelah itu dibiarkan mendingin serta
diamati dan dibandingkan perubahan warna yang terjadi.

4.2.5.2 Analisa Hasil


Dari percobaan yang telah dilakukan, terjadi beberapa perubahan warna pada larutan
karbohidrat yang awalnya tidak berwarna menjadi berubah warna setelah ditambahkan reagen
saliwanoff dan dipanaskan. Fruktosa berubah warna menjadi merah kecoklatan dan sukrosa
berubah warna menjadi merah seri sedangkan yang lain tidak mengalami perubahan warna.
Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa fruktosa dan sukrosa yang
mengandung gugus keton sehingga akan bereaksi dengan pereaksi saliwanoff dan akan
menghasilkan perubahan warna menjadi merah kecoklatan dan merah seri. (Kusbandari, 2015).
Faktor-faktor yang mentebabkan perubahan warna adalah gugus keton yang ada pada
fruktosa terdehidrasi oleh HCl yang ada di dalam reagen saliwanoff membentuk hidroksimetil
furfural dan kondensasi hidroksimetil furfural ysng resorsinal membentuk senyawa berwarna
merah.
Gambar 4.6 Reaksi Uji Saliwanoff.

4.2.6 Analisa Gula Total dalam Sari Buah Secara Spektrofotometri


4.2.6.1 Uji Prosedur
Berdasarkan percobaan ini, ditimbang buah pepaya dan jeruk masing-masing
sebanyak 1 gram agar massa buah tersebut diketahui. Selanjutnya dihaluskan pepaya dengan
mortar dan jeruk di kupas kulitnya lalu diperas airnya. Hasil penghancuran berupa sari buah
dimasukkan kedalam gelas kimia dan diencerkan dengan akuades dalam labu takar 100 mL.
Setelah itu diambil masing-masing 5 mL sari buah yang telah diencerkan dalam labu takar
100 mL untuk diencerkan kembali dengan tujuan agar lebih mudah dideteksi pada
speektrofotometer. Kemudian diambil 1 mL sari buah hasil pengenceran kedua kedalam
tabung reaksi dan dibuat larutan standar 0, 10, 20, 30, 50, 70 ppm yang kemudian dimasukkan
dalam tabung reaksi untuk masing-masing larutan standart sebanyak 1 mL. Setelah semua
sampel siap ditambahkan fenol 5% sebanyak 1 mL dan 5 mL H2SO4 pekat, hal ini dilakukan
agar terbentuk larutan kompleks, setelah itu didiamkan selama 30 menit. Selanjutnya larutan
diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometri dengan panjang gelombang 490 µm,
dengan tujuan diperoleh hasil absorbansi masing-masing sampel.

4.2.6.2 Analisa Hasil


Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan hasil dari pengukuran absorbansi
pada panjang gelombang 490 µm pada masing-masing konsentrasi 0, 10, 20, 30, 50 dan 70
ppm secara berturut – turut adalah 0; 0,083; 0,098; 0,218; 0,410 dan 0,464. Selain itu juga
didapatkan data absorbansi pisang sebesar 1.085 dan nilai absorbansi jeruk sebesar 0.562.
Dari kurva baku larutan standar, didapatkan regresi linear sebesar 0,965. Berdasarkan
percobaan yang dilakukan, didapatkan kadar gula total dari buah jeruk dan pepaya baik secara
teori maupun eksprimen. Secara teoritis, didapatkan kadar gula total dari jeruk sebesar 0,65%
sama dengan eksperimen sebesar 0,65%. Kadar gula total dari pepaya secara teoritis
didapatkan sebesar 1,56% dan secara ekperimen sebesar 1,56%. Menurut literatur,
kandungan kadar gula total pada jeruk sebesar 2,67 dan pada pepaya sebesar 1,33%. Hal ini
sedikit berbeda dengan hasil percobaan yang telah dilakukan, mungkin terjadi kesalahan pada
saat praktikum dimana praktikan kurang teliti.
4.2.7 Isolasi Karbohidrat

4.2.7.1 Analisa Prosedur


Pada percobaan ini digunakan beberapa alat meliputi neraca analitik untuk
menimbang dan mengukur massa dari kentang. Blender digunakan untuk menghaluskan
kentang. Kain berfungsi untuk menyaring filtrat dari kentang agar tidak teercampur dengan
residunya. Pada percobaan ini juga menggunakan bahan meliputi kentang sebagai bahan
utama untuk menentukan isolasi karbohidratnya. Etanol 95% sebagai reagen suspense dan
akuades sebagai pelarut.
Bedasarkan percobaan yang telah dilakukan, pertama kentang dikupas, dibersihkan
dan dipotong kecil-kecil supaya mudah hancur saat diblender. Kentang ditimbang sebanyak
100,1 g supaya diketahui massanya. Kentang dimasukkan ke dalam blender untuk
dihaluskan. Kentang yang sudah halus disaring dengan kain agar terpisah dari residu atau
ampasnya. Filtrat hasil penyaringan didiamkan selama 15 menit didapatkan endapan
padatnya. Endapan yang tertinggal dalam filtrat dipisahkan agar tidak ada pengotornya. Filtrat
ditambahkan etanol agar terbentuk endapan putih. Endapan putih yang terbentuk disaring dan
dioven lalu ditimbang setelah kering agar didapatkan massa patinya. Fungsi percobaan ini
adalah menentukan kadar karbohidrat didalam kentang dengan cara mengisolasi karbohidrat
didalam kentang menggunakan etanol 95% sehingga didapatkan massa patinya.

4.2.7.2 Analisa Hasil


Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, didapatkan massa pati dari kentang
sebesar 2,646 g dari sampel kentang semula sebesar 100,1 g. Dari data tersebut didapatkan
persentasi dari rendemen kentang sebesar 2,643%. Hasil ini menunjukkan bahwa percobaan
yang telah dilakukan berhasil karena mendapatkan pati kentang sebagai bentuk isolasi dari
karbohidrat. Menurul literatur (Broto, dkk ,2017) kadar pati dari kentang mengandung
karbohidrat sebesar 18%. Hasil ini sangat berbeda dari percobaan dimana persentase
perbedaanya sangat signifikan. Hal ini bisa terjadi karena kesalahan pada praktikan yang
kurang teliti dalam melakukan percobaan. Secara umum, percobaan isolasi karbohidrat
berhasil dilakukan karena didapatkan pati dari kentang yang mengandung karbohidrat
walaupun jumlahnya tidak sesuai dengan literatur.
BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, didapatkan hasil yang berbeda terhadap
semua uji yang dilakukan. Pada uji molisch, umumnya semua sampel larutan karbohidrat
meliputi glukosa, laktosa, fruktosa, galaktosa, amilum, maltosa dan sukrosa positif terhadap
uji ini. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya cincin ungu yang terbentuk pada masing-
masing sampel. Pada uji benedict, semua larutan sampel karbohidrat meliputi glukosa,
laktosa, fruktosa, galaktosa, amilum, maltosa dan sukrosa positif uji ini. Hal ini terbukti
karena adanya endapan jingga pada masing-masing sampel. Seharusnya menurut literatur,
amilum dan sukrosa tidak positif uji benedict karena terdapat gugus gula pereduksi keton. Hal
ini dapat terjadi karena sampel amilum dan sukrosa tidak murni lagi. Pada uji barfoed, sampel
larutan fruktosa yang positif dalam uji ini. Hal ini dapat dibuktikan dengan terbentuknya
endapan merah bata pada tabung reaksi. Pada uji iodine, semua larutan sampel karbohidrat
meliputi sukrosa, maltosa, amilum dan inulin positif pada uji ini. Hal ini dibuktikan dengan
terjadinya perubahan warna pada sampel menjadi warna kuning. Berdasarkan literatur,
amilum tidak mengalami perubahan warna. Hal ini dapat terjadi karena sampel amilum sudah
mengalami kerusakan. Pada uji saliwanoff, hanya sampel larutan fruktosa dan sukrosa yang
positif dalam uji ini. Hal ini dibuktikan dengan terjadinya perubahan warna fruktosa menjadi
merah kecoklatan dan sukrosa menjadi merah ceri. Menurut literatur, ini terjadi karena
fruktosa dan sukrosa memiliki gugus ketosa yang dapat dihidrasi oleh reagen saliwanoff. Pada
analisa gula total buah menggunakan buah jeruk dan pepaya, didapatkan absorbansi larutan
standar sebesar 0; 0,083; 0,098; 0,218; 0,410 dan 0,464 untuk 0, 10, 20, 30, 50, 70 ppm
dengan regresi sebesar 0,965. Dari persamaan tersebut, didapatkan kadungan gula total pada
jeruk berdasarkan teoritis sebesar 0,65% dan berdasarkan eksperimen sebesar 0,65%.
Sedangkan untuk pepaya, didapatkan sebesar 1,56% dan 1,56% untuk teoritis dan eksperimen.
Pada isolasi karbohidrat, didapatkan pati kentang sebanyak 2,646 g dari massa keseluruhan
100,1 g sehingga didapatkan persentase rendemen sebanyak 2,643%.

5.2 Saran
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, disarankan agar praktikan lebih berhati-
hati dalam menggunakan alat-alat praktikum dan agar teliti dalam menggunakan masing-
masing instrumen agar hasil yang didapatkan lebih teliti dan akurat. Sebaiknya menggunakan
masing-masing larutan sampel dalam keadaan yang masih baik agar hasil yang didapatkan
lebih bagus dan optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Andarwulan, N., Kusnandar, F & Herawati, D. 2011. Analisis Pangan. Dian Rakyat. Jakarta.

Broto, Wisnu, Dondy A Setyabudi, Sunarmani, Qanytah, and Irpan Badrul Jamal. 2017.
Teknologi Penyimpanan Umbi Kentang (Solanum tuberosum L.) Var. GM-05 dengan
Rekayasa Pencahayaan untuk mempertahankan Kesegarannya. Jurnal Penelitian
Pascapanen Pertanian Volume 14 No.2 September 2017 : 116 - 124

Daryatmo, J., dkk. 2017. Pengunaan Berbagai Sumber Karbohidrat Untuk Pembuatan Silase
Rumput Gajah, Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Magelang.

Hou Y, Wang X-L, Saha TT, Roy S, Zhao B, Raikhel AS, et al. (2015). Temporal
Coordination of Carbohydrate Metabolism during Mosquito Reproduction. PLoS
Genet 11(7): e1005309. doi:10.1371/journal.pgen.1005309

Insel, Paul, Don Ross, Kimberley McMahon, Melissa Bernstein. 2016. Discovering Nutrition,
Jones & Barnes Learning; Burlington.

Kusbandari, Aprilia. 2015. Analisis Kualitatif Kandungan Sakarida Dalam Tepung Dan Pati
Umbi Ganyong (Canna edulis Ker.) Pharmaҫiana, 5(1):35-42.

Navarro, Diego M.D.L, Jerubella J, Abelilla and Hans H. Stein. 2019. Structures and
characteristics of carbohydrates in diets fed to pigs: a review. Journal of Animal
Science and Biotechnology.

Rodríguez-Viera et al. (2017), Carbohydrates digestion and metabolism in the spiny lobster
(Panulirus argus): biochemical indication for limited carbohydrate utilization. PeerJ
5:e3975; DOI 10.7717/peerj.3975

Thomas, Burgess. 2011. UV Visble spectrophotometry of water and wasteloafei, United


Kingdom.
LAMPIRAN
SOAL

A. Uji Molisch
1. Apa warna cincin yang terbentuk?
Jawab : ungu
2. Gugus apa dari karbohidrat yang memberikan uji molisch yang positif?
Jawab : Glukosa, galaktosa, fruktosa dan maltosa.
3. Mengapa banyak protein juga memberikan uji Molisch yang positif ?
Jawab : Karena memiliki senyawa yang dapat dihidrasi oleh asam pekat menjadi
senyawa furfural.
B. Uji Benedict
1. Apa warna endapan yang terjadi?
Jawab : Jingga dan sedikit Merah bata
2. Apa fungsi natrium sulfat?
Jawab : Sebagai zat pengompleks untuk mencegah terjadinya pengendapan CuCO3
dalam larutanNaCO3.
3. Apa perbedaan antara reagen Benedict dan Fehling?
Jawab : Pereaksi benedict bereaksi positif dengan senyawa yang mempunyai gugus α
hidroksi aldehida. Pereaksi Fehling bereaksi positif dengan gula aldose dan
ketosa.
4. Senyawa apa di dalam urine yang mengganggu uji Fehling?
Jawab : Senyawa yang memiliki gugus aldehid.
C. Uji Barfoed
1. Apa perbedaan antara reagen Barfoed dan Benedict?
Jawab : Reagen barfoed adalah pereaksi yang terdiri dari kuprit sulfat dan asam asetat
dengan air sedangkan pereaksi benedict adalah pereaksi yang mengandung
kupri sulfat saja.
2. Larutan gula mana yang teroksidasi?
Jawab : Galaktosa dan glukosa
3. Apa pengaruhnya bila larutan – larutan tersebut dipanaskan terlalu lama?
Jawab : Akan terjadi perubahan warna yang tidak sesuai
4. Dapatkah uji Barfoed dipakai untuk menentukan gula dalam urine?
Jawab : dapat digunakan
D. Uji Salinawoff
1. Larutan apa yang memberikan uji positif tercepat ?
Jawab : Sukrosa dibandingkan fruktosa.
2. Dapatkah uji ini dipakai untuk membedakan sukrosa dari fruktosa?
Jawab : bisa untuk membedakan sukrosa dan fruktosa karena fruktosa diakibatkan
oleh asam klorida panas menjadi asam levulinat dan hidroksi-metil furfural.

Anda mungkin juga menyukai