Anda di halaman 1dari 15

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Suryo (2013), bagian terkecil dari tubuh makhluk hidup
dinamakan sel. Dalam suatu jenis makhluk hidup memiliki sel, namun sel tersebut
pastinya tidak memiliki bentuk yang selalu sama. Hal ini terjadi pada sel otot yang
tentu sangatlah berbeda dari pada sel syaraf hingga sel darah yang sangat berbeda.
Inti sel dari kebanyakan makhluk terdapat kromosom, yaitu benda-benda halus
berbentuk batang panjang atau pendek dan lurus atau bengkok. Kromosom adalah
pembawa bahan keturunan. Seperti yang kita ketahui kromosom berkaitan erat
dengan DNA maupun gen. Suatu sel terdapat kromosom, didalam kromosom
Isolasi DNA merupakan langkah mempelajari DNA. Salah satu prinsip
isolasi DNA yaitu dengan sentrifugasi. Sentrifugasi merupakan teknik untuk
memisahkan campuran berdasarkan berat molekul komponennya. Molekul yang
mempunyai berat molekul besar akan berada di bagian bawah tabung dan molekul
ringan akan berada pada bagian atas tabung . Hasil sentrifugasi akan menunjukkan
dua macam fraksi yang terpisah, yaitu supernatan pada bagian atas dan pelet pada
bagian bawah.
DNA adalah asam nukleat yang mengandung materi genetik dan berfungsi
untuk mengatur perkembangan biologis seluruh bentuk kehidupan secara seluler.
DNA ini tersusun atas 3 komponen utama yaitu gula deoksiribosa, basa nitrogen
dan fosfat yang tergabung membentuk nukleotida. Molekul DNA ini terikat
membentuk kromosom, dan ditemukan di nukleus, mitokondria dan kloroplas.
Perbedaan ketiganya adalah DNA nukleus berbentuk linier dan berasosiasi. Jadi
DNA merupakan bahan pembawa informasi genetik pada setiap organisme
kecuali beberapa virus tertentu. Metode isolasi DNA tergantung pada sumber,
umur, dan ukuran sampel dan bertujuan untuk menyajikan DNA terpisah dalam
inti sel dari komponen seluler lainnya Isolasi DNA biasanya dimulai dengan lisis
atau rusaknya jaringan atau sel.
2

Keseluruhan DNA dalam suatu sel akan membentuk genom. Genom


meliputi bagian gen yang fungsional maupun non-fungsional dalam sel
organisme. DNA genom meliputi gen dan intergen. Penambahan deterjen dalam
isolasi DNA dapat menyebabkan rusaknya membrane sel, melalui ikatan yang
dibentuk melalui sisi hidrofobik deterjen dengan protein dan lemak pada membran
membentuk senyawa "lipid protein-deterjen kompleks". Senyawa tersebut dapat
terbentuk karena protein dan lipid memiliki ujung hidrofilik dan hidrofobik,
demikian juga dengan deterjen, sehingga dapat membentuk suatu ikatan kimia.
Pada praktikum kali ini, kita akan melakukan isolasi DNA pada berbagai
jenis buah dan bunga yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
bagaimana bentuk DNA dari masing-masing bahan yang digunakan dengan
melakukan pengamatan langsung. Pengamatan ini dilakukan dengan
menggunakan pencampuran deterjen dan etanol yang merupakan bahan
pendukung yang digunakan untuk memudahkan proses isolasi DNA.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum yang dapat diperoleh yaitu :
1. Mengetahui cara memisahkan/ekstraksi DNA dari jaringan tumbuhan
dengan metode sederhana
2. Melihat secara langsung DNA
C. Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum yang dapat diperoleh yaitu :
1. Mahasiswa mampu mengetahui cara memisahkan/ekstraksi DNA dari
jaringan tumbuhan dengan metode sederhana
2. Mahasiswa mampu melihat secara langsung DNA
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Isolasi DNA
Isolasi DNA adalah proses pengeluaran DNA dari tempatnya berada
(ekstraksi atau lisis) biasanya dilakukan dengan homogenasi dan penambahan
ekstraksi atau lisis untuk mencegah DNA rusak. Metode yang digunakan untuk
mengisolasi DNA tergantung pada sumber, umur, dan ukuran sanıpel, dan
bertujuan untuk menyajikan DNA terpisah dalam inti sel dari komponen seluler
lainnya. Isolasi DNA biasanya dimulai dengan lisis atau rusaknya jaringan atau
sel. Proses ini sangat penting untuk penghancuran struktur protein dan
memungkinkan untuk pelepasan asam nukleat dari inti. Proses lisis ini dilakukan
dalam larutan garam atau deterjen yang mengandung protein denaturasi atau
protease, tentu hal ini mengakibatkan kerusakan sel dan melarutkan ke dalam sel
membran (Hartati dan Ferry, 2019).
Prinsip isolasi DNA adalah mendapatkan DNA murni yang tidak
tercampur dengan komponen sel lainnya seperti protein dan karbohidrat.Isolasi
DNA genom dapat dilakukan dengan metode lisis sel secara fisik dan kimia.
Secara fisik sel dipecah dengan kekuatan mekanik yaitu secara freeze thaw, bead
mill homogenization dan resonansi misalnya dengan sonikasi. Sedangkan secara
kimia sel dirusak dengan buffer lisis berisi senyawa kimia yang dapat merusak
integritas barrier dinding sel, misalnya SDS (Sodium Dedocyl Sulfate) dan CTAB
(Cetyltrimethylammonium bromide) (Murtiyaningsih, 2017).
Isolasi DNA merupakan salah satu teknik dasar dalam biologi molekuler
yang dapat dikembangkan menjadi penelitian-penelitian yang kompleks mengenai
informasi genetik yang dimiliki oleh suatu organisme. Informasi pada DNA
disimpan dalam bentuk basa nukleotida yaitu adenine (A), guanine (G), cytosine
(C), dan timin (T). Setiap sekuen basa nukleotida mengandung informasi genetik
yang berperan dalam perkembangan dan pengaturan organisme. Sebuah sel
memiliki DNA yang merupakan materi genetik dan bersifat herediter pada seluruh
sistem kehidupan.Suatu sel lengkap dari materi genetik (DNA) yang dimiliki oleh
4

organisme dan terorganisasi menjadi kromosom disebut sebagai genom. DNA


dapat diisolasi, baik pada manusia, tumbuhan, hewan, maupun mikroorganisme
(Widyastuti, 2017).
Isolasi DNA adalah sebuah proses yang sederhana. Isolasi DNA
diperlukan untuk analisis genetik yang digunakan untuk tujuan ilmiah dan medis
atau forensik. Para ilmuwan menggunakan DNA disejumiah aplikasi seperti
pengenalan DNA ke dalam sel dan binatang atau tanaman atau untuk tujuan
diagnostik atau anorganik lainnya dałam penyusunan DNA dapat mengganggu
metode analisis DNA khususnya dengap reaksi rantai polimerase mereka juga
dapat menurunkan mułu DNA yang mengarah ke penyimpanan yang lebih
pendek. Setelah iłu melalui aplikasi dari deterjen protein dan lipid selular terpisah
jauh dari DNA dan Sejumlah kit pemurnian DNA menggunakan prinsi-prinsip
komersial yang berbeda pada setiap prinsip kerjanya (Hartati dan Ferry, 2019).
B. DNA
DNA ditemukan oleh seorang dokter muda Reidrich Miescher yang
percaya bahwa rahasia kehidupan dapat diungkapkan melalui penelitian kimia
pada sel-sel. la memilih sel yang terdapat pada nan h untuk dipelajari dan ia
mendapatkan sel-sel tersebut dari bekas pembalut lu -a yang diperolehnya dari
ruang bedah. Sel-sel tersebut dilarutkan dalanı asam ncer dan dengan cara ini
diperolehnya inti sel yang masih terikat pada scjumlah protein. kemudian dengan
menambahkan enzim pemecah protein ia dapat memperoleh inti sel saja dan
dengan cara ekstraksi terhadap inti sel ini ia memperoleh suatu zat yang larut
dalam basa tetapi tidak larut dalam asam. Dengan adanya pembuktian
transformasi DNA oleh Avery, Mc Leod. dan Nic Carty serta percobaan pelabelan
fage oleh Hershey dan Chase pada sekitar tahun 1950-an maka terpaparlah bukti
yang meyakinkan bahwa DNA adalah bahan genetik. Akhirnya kita mengetahui
bahwa DNA merupakan bahan pembavxa informasi genetik pada setiap
organisme kecuali beberapa virus tertentu (Hartati dan Ferry, 2019).
DNA menyimpan informasi genetik yang spesifik untuk setiap individu
dan spesies tertentu, yang akan diwariskan ke generasi berikutnya. Semua sel
menggunakan sistem dimana informasi yang terdapat dalam DNA di copy
5

menjadi RNA dan kemudian dirubah menjadi protein oleh mesin molekul yang
disebut ribosom. Pada tingkat molekul, sel-sel memiliki lebih banyak kesamaan
daripada perbedaan. Asam nukleat dan protein merupakan senyawa polimer utama
yang terdapat pada sel. Asam nukleat berfungsi menyimpan dan mentransmisikan
informasi genetik dalam sel. Sel mempunyai dua jenis molekul asam nukleat yaitu
DNA (asam deoksiribonukleat) dan RNA (asam ribonukleat) yang terdapat dalam
sel (Morihito dkk, 2017).
DNA yang diisolasi menggunakan kedua metode diuji untuk amplifikasi
PCR. Amplifikasi fragmen gen mitokondria sitokrom oksidase I (COI)
menggunakan DNA segar yang diperoleh dengan kedua metode berhasil dicapai.
Namun, amplifikasi fragmen gen COI diamati hanya untuk DNA terisolasi
CTAB-PVP setelah sampel DNA disimpan selama tiga bulan. Hasil ini
menunjukkan bahwa DNA yang diisolasi dengan metode CTAB tradisional tidak
cocok untuk periode penyimpanan yang lebih lama. Hasil serupa telah dilaporkan
sebelumnya. Sediaan DNA yang mengandung kontaminan memiliki umur
penyimpanan yang lebih pendek. Polisakarida dan fenolik biasanya masing-
masing menghasilkan larutan yang sangat berbeda. Mengingat bahwa kontaminasi
RNA biasanya dihilangkan dengan pengobatan dengan RNase dan DNA yang
diisolasi tidak kental, ada kemungkinan bahwa fenolik adalah kontaminan yang
terdapat dalam DNA-terisolasi CTAB. Selain itu, dimasukkannya PVP dan β-
merkaptoetanol membersihkan solusi DNA. Ini menunjukkan bahwa DNA yang
diisolasi dengan metode CTAB-PVP memiliki konsentrasi fenolat yang lebih
rendah dibandingkan dengan metode CTAB yang digunakan secara tradisional.
Kemurnian dan kualitas DNA yang diisolasi juga divalidasi oleh pembatasan yang
berbeda (Cortés dkk, 2010).
Organisme hidup pada setiap individu terdapat materi genetik. Asam
nukleat merupakan salah satu makromolekul yang memegang peranan sangat
penting dalam kehidupan organisme karena di dalamnya tersimpan informasi
genetik. Asam nukleat sering dinamakan juga polinukleotida karena tersusun dari
sejumlah molekul nukleotida sebagai monomernya. Tiap nukleotida mempunyai
struktur yang terdiri atas gugus fosfat, gula pentosa, dan basa nitrogen atau basa
6

nukleotida (basa N). Ada dua macam asam nukleat, yaitu asam deoksiribonukleat
atau deoxyribonucleic acid (DNA) dan asam ribonukleat atau ribonucleic acid
(RNA). Asam-asam nukleat seperti asam dioksiribosa nukleat (DNA) dan asam
ribonukleat (RNA) memberikan dasar kimia bagi semua sel. DNA dan RNA
mempunyai sejumlah sifat kimia dan fisika yang sama sebab antara unit-unit
mononukleotida terdapat ikatan yang sama yaitu melalui jembatan fosfodiester
antara posisi suatu mononukleotida (Nusantari, 2015).
C. Bentuk-Bentuk DNA
Beberapa pakar DNA tertarik untuk mempelajari struktur DNA. Mereka
mencari infomłasi yang mungkin mampu menjawab pertanyaan yang sangat
penting dan mengundang rasa ingin tahu dalam biologi. Bagaimana DNA dapat
berfungsi sebagai bahan genetik untuk proses kehidupan? Jawaban terhadap
pertanyaan tersebut sangat tergantung pada struktur kimia molekul DNA yang
fungsinya sangat kompleks tetaíŕi teratur. Usaha ini membuahkan hasil yang
sangat luar biasa dengan ditemgkannya struktur DNA heliks ganda oleh Watson
dan Crick pada tahun 1953. Sejak saat itu fungsi molekul DNA dapat dijelaskan
dengan baik dan genetika molekuler berkembang pesat. Percobaan genetika
molekuler telah banyak dilakukan pada berbagai perguruan tinggi di Indonesia
seperti isolasi DNA, transformasi gen, kloning gen. Percobaan tersebut ditunjang
oleh alat yang memadai dan bahan yang mahal. Karena terbatasnya peralatan
maka kita hanya mencoba mengisolasi/mengekstrak DNA dari berbagai jaringan
tumbuhan dengan alat sederhana (Hartati dan Ferry, 2019).
Berdasarkan data kimia Chargaff serta difraksi sinar X Wilkins dan
Franklin tersebut Watson dan Crick mengusulkan model struktur DNA yang
dikenal sebagai model tangga berpilin/double helix. Menurut model ini kedua
untai polinukleotida saling memilin di sepanjang sumbu yang sama. Satu sama
lain arahnya sejajar tetapi berlawanan (antiparalel). Basa-basa nitrogen
menghadap ke arah dalam sumbu, dan terjadi ikatan hidrogen antara basa A pada
satu untai dan basa T pada untai lainnya. Begitu pula, basa G pada satu untai
selalu berpasangan dengan basa C pada untai lainnya melalui ikatan hidrogen.
Oleh karena itu, begitu urutan basa pada satu untai polinukleotida diketahui, maka
7

urutan basa pada untai lainnya dapat ditentukan pula. Adanya perpasangan yang
khas di antara basa-basa nitrogen itu menyebabkan kedua untai polinukleotida
komplementer satu sama lain (Nusantari, 2015).
MicroRNA (miRNA) adalah sejenis RNA molekul kecil yang tidak
dikode, yang panjangnya hanya sekitar 22 pangkalan. Ini banyak ditemukan pada
hewan, tumbuhan, dan organisme bersel tunggal fungsi biologis yang sangat
penting. MicroRNA memainkan peran penting dalam beberapa hal proses
fisiologis dan patologis, seperti diferensiasi sel induk, kekebalan tubuh respon,
perkembangan sel kanker dan metastasis. Dalam beberapa tahun terakhir, sebagai
hal yang penting indikator fungsi miRNA, penelitian gen target (TGs) menjadi
lebih dan lebih mendalam, seperti prediksi titik target, pengayaan simpul GO dan
jalur KEGG pengayaan dan distribusi genom (Xingfeng, 2016).
Molekul DNA dari sel-sel dengan nukleus sejati mempunyai bentuk
sebagai benang lurus dan tak bercabang, sedangkan pada sel-sel tanpa nukleus
sejati, mitokondria dan plastida molekul DNA berbentuk lingkaran. DNA terdapat
dalam kromosom yang berada didalam sel. Ukuran molekul DNA berbeda-beda
dari satu spesies ke spesies lainnya. Pada mitokondria, molekul ADN mempunyai
ukuran 5 , pada virus lebih panjang, sedang molekul ADN tunggal pada sel
bakteri berukuran 1,4 mm. Dalam sel-sel yang berinti sejati, beberapa orang
peneliti menemukan molekul ADN dari berbagai ukuran, yaitu 50 — 60 , 500 
dan 1,6-1,8 mm (Suryo, 2013).
Struktur dari DNA dan RNA dari sel merupakan polimer linier
(polinukleotida) yang tersusun dari subunit atau monomer nukleotida. Komponen
penyusun nukleotida terdiri dari tiga jenis molekul, yaitu gula pentosa
(deoksiribosa pada DNA atau ribosa pada RNA), basa nitrogen, dan gugus fosfat.
Basa yang ditemukan pada nukleotida adalah basa purin (adenin = A, guanin = G)
dan basa pirimidin yaitu cytosin = C, tymin = T, urasil = U. Struktur double heliks
DNA telah membuka pengertian tentang replikasi, transkripsi dan translasi dari
gen. Sejak saat itu terdapat perkembangan yang spektakuler tentang interaksi
kompleks yang dibutuhkan untuk mengekspresikan kode informasi kimia dalam
molekul DNA menjadi komponen sel dan organisme (Morihito dkk, 2017).
8

BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Hari /Tanggal : Rabu, 6 November 2019
Waktu : Pukul 09.10-10.50 WITA
Tempat : Laboratorium Mikrobiologi Lantai 2 Jurusan Biologi FMIPA
UNM
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Tabung reaksi 2 buah
b. Corong 1 buah
c. Rak tabung 1 buah
d. Spoit 1 buah
e. Mortar dan pistil 1 Pasang
f. Gelas ukur 10 ml 1 buah
g. Neraca 1 buah
h. Gelas kimia 250 ml 1 buah
i. Pisau 1 buah
2. Bahan
a. Buah Anggur ((Vitis vinifera) 1 buah
b. Buah Strawberry (Fragaria vesca) 1 buah
c. Buah kiwi 1 buah
d. Buah Naga ( 1 buah
e. Bunga Tasbih (Canna hibrida) 1 tangkai
f. Bunga Kembang Sepatu (Hibiscus rosasinensis) 1 tangkai
g. Aquades 250 ml
h. Etanol 9 ml
i. Detergen 25 ml
j. Garam 7,5 gram
k. Plastik gula 1 buah
9

l. Aluminium foil 1 lembar


m. Kertas saring 1 lembar
C. Prosedur Kerja

Memotong bunga kecil-kecil dan Menyaring ekstrak buah


menggerus bunga hingga halus dan memasukkan
secara merata. kedalam tabung reaksi

Memasukkan etanol 9 ml Melarutkan garam 7,5 gram


kedalam tabung reaksi yang dan detergen 25 ml kedalam
terisi ekstrak buah aquades sebanyak 250 ml

Mengamati DNA dan


menghitung waktu presitipasi
10

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Tabel 4.1. Hasil pengamatan isolasi DNA
Gambar Waktu
No Sampel Bentuk DNA
Pengamatan Presitipasi
1 Buah Anggur
(Vitis vinifera)
09:10 Benang memisah

2 Bunga Kembang Sepatu


(Hibiscus Rosasinensi)
03:54 Benang

3 Buah Strawberry
(Fragaria vesca)
08:29 Benang memisah

4 Buah Kiwi
(Actinidia deliciosa)
07:16 Benang kusut

5 Buah Naga
(Hylocereus polyrhizus)
11:11 Benang memisah
11

6 Bunga Tasbih
(Canna hibrida)
02:30 Benang memisah

B. Pembahasan
Berdasarkan dari tabel hasil pengamatan serta percobaan yang telah
dilakukan, dilakukan pada praktikum isolasi DNA pada buah dan bunga. Buah
yang digunakan yaitu, buah buah anggur (Vitis vinifera), bunga kembang sepatu
(Hibiscus Rosasinensi), buah strawberry (Fragaria vesca), buah kiwi (Actinidia
deliciosa), buah naga (Hylocereus polyrhizus) dan bunga tasbih (Canna hibrida).
Praktikum ini diawali dengan menghaluskan buah dan bunga masing-masing
dengan menggunkan mortal dan alu. Kelompok yang kami dapat yaitu bunga
tasbih. Kemudian dicampurkan dengan berbagai deterjen yaitu sunlight, lalu
ditambahkan dengan etanol.
Hasil pengamatan dapat dilihat bahwa masing-masing ekstrak buah
maupun bunga yang diberi deterjen yang berbeda-beda semuanya dapat
membentuk benang-benang putih yang terletak di antara lapisan etanol dan
lapisan ekstrak. Benang-benang putih tersebut nampak seperti kabut. Benang-
benang putih yang terbentuk itu adalah pita DNA hasil isolasi. Semua ekstrak
buah dan bunga yang diberi detergen Sunlight dapat membentuk bentukan yang
berbeda-beda, dan waktu pembentukan dan kuantitas banyak sedikitnya DNA,
berbeda-beda. Bunga tasbih (Canna hibrida) yang digunakan pada kelompok
kami terlihat DNA hasil isolasi terlihat seperti benang-benang yang memisah.
Benang-benang DNA tersebut terbentuk paling cepat yaitu pada waktu 02:30
menit. Hal ini membuktikan bahwa DNA pada buah pisang yaitu DNA yang
paling mudah didapat hal ini terjadi karena penambahan deterjen sunlight yang
diberikan. Hal serupa juga terjadi pada hasil isolasi DNA buah dan bunga pada
kelompok lainnya. Adapun bentuk DNA yang diperoleh yaitu berupa benang
memisah.
Kuantitas DNA yang terbentuk paling cepat yaitu pada ekstrak bunga
tasbih hal ini terjadi karena tekstur ekstrak bunga yang lembek, kemudian ekstrak
12

buah dan buanga lainnya yang agak keras. Hal ini juga dipengaruhi dari proses
penghalusan menggunkan mortal yang harus sampai halus agar memudahkan
proses isolasi DNA. Terbentuknya DNA karena adanya penambahan deterjen dan
etanol dingin yang dapat mempengaruhi ekstrak buah, DNA yang terbentuk
berbeda-beda karena buahnya juga berbeda, buah yang teksturnya lembek atau
mudah hancur saat ditumbuk, maka DNA nya semakin cepat terbentuk. Hal ini
disebabkan karena tekstur buahnya yang keras. Jadi semakin keras buahnya
semakin lama terbentuk DNA nya semakin lembek semakin cepat terbentuk DNA
nya, hal ini juga dipengaruhi pada penambahan detrjen sunlight dan etanol dingin.
Berdasarkan hasil yang diperoleh sesuai dengan yang dinyatakan oleh
Murtiyaningsih (2017), bahwa etanol absolut digunakan sebagai agen presipitasi
lanjutan. Etanol memiliki dielektrik lebih rendah daripada air sehingga
memudahkan garam yang memiliki muatan positif (Na+) untuk berinteraksi
dengan DNA yang bermuatan negatif. Interaksi tersebut menyebabkan DNA
bersifat hidrofob dan mengendap. Pellet DNA kemudian dicuci dengan etanol
70% untuk menghilangkan kelebihan garam.
Penambahan deterjen dalam isolasi DNA dapat dilakukan karena deterjen
dapat menyebabkan rusaknya membran sel, melalui ikatan yang dibentuk melalui
Sisi hidrofobik deterjen dengan protein dan lemak pada membran membentuk
senyawa lipid protein-deterjen kompleks. Senyawa tersebut dapat terbentuk
karena protein dan lipid memiliki ujung hidrofilik dan hidrofobik, demikian juga
dengan deterjen, sehingga dapat membentuk suatu ikatan kimia. Isolasi DNA
dapat dilakukan melalui tahapan-tahapan antara Iain: preparasi ekstrak sel,
pemurnian DNA dari ekstrsk sel dan presipitasi DNA. Meskipun isolasi DNA
dapat dilakukan dengan berbagai cara, akan tetapi pada setiap jenis atau bagian
tanaman dapat memberikan hasil yang berbeda, hal ini dikarenakan adanya
senyawa polifenol dan polisakarida dalam konsentrasi tinggi yang dapat
menghambat pemurnian DNA.
Proses isolasi DNA dilakukan dengan sampel buah, maka kadar air pada
masing-masing buah berbeda, dapat memberi hasil yang berbeda-beda pula.
Semakin tinggi kadar air, maka sel yang terlarut di dalam ekstrak akan semakin
13

sedikit, sehingga DNA yang terpretisipasi juga akan sedikit. Hal ini sesuai
dengan yang dinyatakan oleh Murtiyaningsih (2017), bahwa isolasi DNA
menggunakan larutan deterjen anion kuat yang dapat melarutkan lipid sebagai
penyusun membran, sehingga DNA akan terekspos ke luar sel, sedangkan
penambahan proteinase berfungsi untuk menghilangkan protein dalam larutan
dengan memotong ikatan peptida.Sentrifugasi pada tahap ini berfungsi untuk
memisahkan debris dan komponen sel lainyang menjadi penyebab kontaminasi
dengan DNA.
14

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, maka kesimpulan beberapa
hal sebagai berikut :
1. DNA dapat diisolasikan dari sumber DNA berupa buah dengan penambahan
larutan deterjen dan etanol untuk membantu presipitasi DNA. Perbedaan waktu
dan bentuk DNA yang dihasilkan dalam proses isolasi disebabkan oleh jenis buah
yang digunakan berbeda-beda serta penambahan deterjen dan etanol dingin
sehinggga DNA dapat terbentuk.
2. Melihat secara langsung DNA dapat disimpulkan bahwa semakin keras buah
yang diamati maka semakin lama DNA yang terbentuk dan sebaliknya. Namun
pada pengamtan yang dilakukan lamanya proses presipitasi DNA disebabkan
karena proses penghalusan buah maupun bunga yang tidak optimal dan hasil dari
ekstrak buahnya berbeda. Pada pengamatan kami buah yang tercepat terbentuk
DNA yaitu pada buah bunga tasbih (Canna hibrida) dengan waktu 02:30 menit
dan yang palin lama adalah buah naga (Hylocereus polyrhizus) yaitu selama 11:11
menit. Adapun bentuk DNA yang diperoleh yaitu benang-benang yang memisah
maupun benang-benang kusut.
B. Saran
1. Praktikan
Praktikan disarankan lebih patuh terhadap aturan dan prosedur-prosedur kerja
yang telah ada.
2. Asisten
Pada praktikum selanjutnya, disarankan agar asisten bisa membimbing praktikan
lebih baik lagi, agar praktikan dapat mengerti bagaimana proses pengamatan
isolasi DNA.
3. Laboran
Pada praktikum selanjutnya alat-alat yang digunakan dalam praktikum kiranya
dapat dilengkapi agar praktikum berjalan dengan lancar.
15

DAFTARA PUSTAKA

Cortés, N.C., Mauricio, Q., Horacio, C.C., dan Guadalupe, Z.P. 2010. A Simple
and Rapid Method For DNA Isolation From Xylophagous Insects.
International Journal Of Molecular Sciences. Vol. 11 (1).
Hartati dan Irawan, F. 2017. Modul Genetika Berbasis Pendekatan Saintifik.
Makassar : Penerbit Jurusan Biologi FMIPA UNM.
Mohorito, R.V.S.A., Stephanie, E.C., Timboeleng, A.N., Muhammad, I.P., Roy,
A.M.M., dan Benny, P. 2017. Identifikasi Perubahan Struktur DNA
Terhadap Pembentukan Sel Kanker Menggunakan Dekomposisi Graf.
Jurnal Ilmiah Sains. Vol.17 (2).
Murtiyaningsih, H. 2017. Isolasi DNA Genom dan Identifikasi Kekerabatan
Genetik Nanas Menggunakan RAPD (Random Amplified Polimorfic
DNA). Jurnal Agritrop. Vol. 15 (1).
Nusantari, E. 2015. Genetika. Yogyakarta : Budi Utama.
Suryo. 2013. Genetika Untuk Strata 1. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.
Widyastuti, D.A. 2017. Isolasi DNA Kromosom Salmonella sp. dan
Visualisasinya Pada Elektroforesis Gel Agarosa. Jurnal Seminar
Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek II. Vol. 1 (1).
Xingfeng, L.V. 2016. MTGC Finder : A Web Tools For Mining Micro RNA
Target Genes Clusers on Chromosome. International Journal of u- and e-
Service, Science and Technology. Vol. 9 (4).

Anda mungkin juga menyukai