Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia diseluruh muka bumi pastinya memiliki golongan darah yang
bervariasi. Golongan darah adalah salah satu bentuk pembagian darah yang
berbeda-beda yang diketahui berdasarkan ada atau tidaknya zat antigen berupa
warisan yang terdapat pada permukaan membran pada sel darah merah. Hal ini
disebabkan karena adanya perbedaan. Jenis karbohidrat dan pada permukaan
membran sel darah merah tersebut. Adapun pembagian dari golongan darah yang
utama yaitu golongan darah ABO dan Rhesus. Di dunia ini sebenarnya dikenal
berbagai jenis antigen selain antigen ABO dan Rhesus hanya saja lebih jarang
dijumpai. Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat
menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat pada kematian.
Proses penggolongan darah dari seseorang secara umun dapat ditetapkan
melalu berbagai macam antigen dalam sel darah merahnya. Antigen diwariskan
oleh suatu seri alel ganda. Alel itu diberi simbol I (berasal dari kata isoaglutinin,
suatu protein yang terdapat pada permukaan sel eritrosit). Orang yang mampu
membentuk antigen A memiliki alel IA dalam kromosom, yang mampu
membentuk antigen B memiliki alel IB, yang memiliki alel IA dan IB dapat
membentuk antigen A dan antigen B, sedangkan yang tidak membentuk antigen
sama sekali memiliki alel resesif.
Alel berasal dari kata Allelon yang berarti bentuk lain. Disebut juga versi
alternatif gen yang menjelaskan adanya variasi dan pewarisan suatu sifat. Alel
adalah gen-gen yang terletak pada lokus yang sama (bersesuaian) dalam
kromosom homolog. Bila dilihat dari pengaruh gen pada fenotipe, alel ialah
anggota dari sepasang gen yang memiliki pengaruh berlawanan, jadi alel adalah
gen-gen yang terletak pada lokus yang sama dan memiliki pekerjaan yang sama
atau hampir sama. Alel merupakan bentuk alternatif suatu gen yang terdapat pada
lokus (tempat) tertentu. Pada individu homozigot, pasangan kedua alel
mempunyai simbol yang sama persis: misalnya AA. BB, sedangkan genotip

1
heterozigot pasangan kedua alel mempunyai simbol yang tidak sama misal Aa,
Bb, namun Ab dan aB bukan alelnya (Hartati dan Ferry, 2017).
Alel adalah gen-gen yang terletak pada lokus yang sama (bersesuaian) dan
memiliki pekerjaan yang hampir sama dalam kromosom homolog. Apabila dilihat
dari pengaruh gen pada fenotip, alel memiliki pengaruh yang saling berlawanan
dalam pengekspresian suatu sifat. Pada suatu lokus yang didalamnya terdapat
sepasang alel maupun lebih dari sepasang alel. Apabila didalam suatu lokus
dimana hanya terdapat satu pasang alel dapat disebut sebagai alel tunggal. Apabila
didalam suatu lokus terdapat lebih dari sepasang alel dapat disebut sebagai alel
ganda. Alel ganda terjadi karena timbulnya mutasi gen namun pada umumnya
hasil varian tidak sama pada gen yang bermutasi.
Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan untuk melakukan praktikum
untuk dapat mengenal sifat keturunan pada manusia yang ditentukan oleh
pengaruh alel ganda dan mencoba menetapkan genotip golongan darah diri
sendiri. Dari praktikum ini juga dapat diketahui bergbagai jenis golongan darah
dengan genotip yang berbeda-beda dari berbagai sifat individu dari parental
masing-masing. Hal ini tentunya diperngaruhi oleh adanya alel ganda yang berada
dalam stu lokus yang sama.
B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum yang dapat diperoleh yaitu :
1. Mengenali sifat keturunan yang terdapat pada manusia yang dapat ditentukan
oleh adanya pengaruh dari alel ganda.
2. Mencoba menetapkan genotip golongan darah dirinya sendiri.
C. Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari praktikum yang dapat diperoleh yaitu :
1. Mahasiswa dapat mengenal sifat keturunan pada manusia yang ditentukan
oleh pengaruh alel ganda.
2. Mahasiswa dapat menetapkan genotip golongan darah dirinya sendiri.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Alel Ganda
Apabila dalam satu lokus terdapat lebih dari satu pasang alel maka disebut
alel ganda, misalnya warna bulu pada kelinci dan golongan darah sistem A B O
pada manusia. Meskipun demikian, pada individu diploid, yaitu individu yang tiap
kromosomnya terdiri atas sepasang kromosom homolog, betapa pun banyaknya
alel yang ada pada suatu lokus, yang muncul hanyalah sepasang (dua buah).
Katakanlah pada lokus X terdapat alel Xl, X2, X3, X4, X5. Maka, genotip
individu diploid yang mungkin akan muncul antara lain XIX, x,x2, XX3, X2X2
dan seterusnya. Secara matematika hubungan antara banyaknya anggota alel
ganda dan banyaknya macam genotip individu diploid. Biasanya kita beranggapan
bahwa suatu lokus (tempat) di kromosom itu hanya ditempati oleh sebuah gen
tunggal saja. Tetapi kenyataan menunjukkan bahwa sebuah lokus dari kromosom
dapat ditempati oleh suatu seri dari alel (Hartati dan Ferry, 2017).
Biasanya kita berpendirian bahwa sebuah gen itu hanya memiliki
sebuahalel saja. Misalnya gen dominan R (merah) mempunyai alel r (putih), T
(tinggi) mempunyai alel t (pendek), B (bulat) mempunyai alel b (oval). Kenyataan
menunjukkan bahwa sebuah gen dapat memiliki lebih dari sebuah alel. Peristiwa
ini disebut multipel alelomorfi, sedang alel-alelnya dinamakan alel ganda.
Golongan darah pada manusia itu herediter (keturunan) yang ditentukan pula oleh
alel ganda. Berhubung dengan itu golongan darah seseorang dapat mempunyai
arti penting dalam kehidupan (Suryo, 2013).
Pengacakan Mendel adalah penggunaan varian genetik sebagai instrumen
variabel untuk menilai hubungan sebab akibat dari data pengamatan. Semakin,
pengacakan Mendel analisis sedang dilakukan dengan menggunakan data yang
dirangkum, di khususnya asosiasi (koefisien beta dan standar kesalahan) dari
masing-masing varian genetik dengan paparan dan hasil variabel. Asosiasi
semacam itu sering dibuat secara publik tersedia oleh studi atau konsorsium. Yang
diusulkan sebelumnya Metode tertimbang invers-varians memberikan perkiraan

3
yang sama menggunakan data yang diringkas ini sebagai kedudukan mapan
metode kuadrat terkecil yang menggunakan data tingkat individu. Metode invers-
variance weighted (IVW) menyediakan perkiraan yang konsisten dari efek kausal
dari paparan pada hasil ketika masing-masing varian genetik memenuhi asumsi
variabel instrumental. Dua selanjutnya metode telah diusulkan untuk memberikan
yang konsisten perkiraan sebab akibat dari data yang dirangkum untuk banyak
genetika varian di bawah asumsi yang lebih lemah (Yavorska dan Stephen, 2017).
Sistem-sistem genetik yang diajukan sejauh ini terbatas pada alel-alel
pasangan tunggal. Jumlah maksimum alel pada sebuah lokus gen yang dimiliki
oleh suatu individu adalah dua, dengan satu pada masing-masing kromosom
homolog. Tapi karena sebuah gen hanya dapat diubah menjadi bentuk
alternatifnya melalui proses mutasi, dalam populasi individu banyak sekali alel
yang secara teoritis mungkin terjadi. Setiap kali ada lebih dari dua alel yang
diidentifikasi pada sebuah lokus gen dalam sebuah populasi, kita memiliki satu
dari seri alel ganda. Hierarki dominansi harus didefinisikan pada bagian awal
setiap soal tentang alel ganda. Sebuah huruf besar biasanya digunakan untuk
menunjukkan alel yang dominan terhadap alel-alel lainnya yang terdapat dalam
seri tersebut (Elrod dan William, 2007).
B. Golongan Darah Sistem ABO
Tranfusi darah harus memperhatikan jenis golongan darah donor dan
resipien. Beberapa kasus lain seperti kecelakaan, luka bakar dan proses persalinan
yang memungkinkan tingginya tingkat pendarahan pasien. Transfusi darah dari
golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan beberapa reaksi transfusi
imunologis dan aspek klinis seperti ketidakcocokan pada sistem golongan darah
ABO. Apabila pemberian darah golongan A kepada penderita golongan O dapat
menimbulkan reaksi transfusi yang hebat dan menimbulkan kematian karena
ketidakcocokan pada sistem golongan darah lain. Selanjutnya transfusi iso
agglutinin. Misalnya plasma golongan O diberikan kepada penderita golongan A
dapat menyebabkan reaksi transfusi yang hebat, dan dapat menimbulkan kematian
juga (Suyasa dkk, 2017).

4
ABO dan Rh (D) adalah golongan darah yang paling terkenal. Terlepas
dari pentingnya mereka dalam transfusi darah, antigen yang diturunkan secara
genetik ini juga digunakan dalam studi populasi dan dianggap terkait dengan
kerentanan terhadap penyakit tertentu. Frekuensi mereka dalam populasi manusia
bervariasi di seluruh dunia. Studi distribusi ras dan etnis juga menunjukkan variasi
dalam populasi tertentu. Di Mauritania, meskipun cocok dengan ABO dan
Kelompok Rh (D) antara donor dan penerima adalah prasyarat sebelum transfusi
darah, tidak ada tersedia data tentang prevalensi dan distribusi etnis mereka. Kami
menggunakan basis data 5 tahun yang berisi ABO ⁄Rh fenotip dan etnis asal donor
memberikan darah di pusat transfusi darah nasional untuk menghitung frekuensi
dan distribusi etnis ABO dan Rh (D) dalam populasi Mauritania yang terjadi pada
golongan darah (Hamed dkk, 2012).
Sistem golongan darah ABO adalah sistem golongan darah manusia
pertama ditemukan oleh Karl Landsteiner, seorang Ilmuwan Austria pada tahun
1900. Sistem golongan darah ABO adalah satu-satunya sistem di mana antibodi
secara konsisten dan dapat diprediksi hadir dalam serum normal individu yang sel
darah merahnya tidak memiliki antigen yang sesuai. Itu klasifikasi golongan darah
menjadi tipe A, B, AB dan O dalam sistem ABO, didasarkan pada ada atau tidak
adanya zat antigenik yang diwariskan pada permukaan sel darah merah dan
antibodi yang sesuai di serum individu. Sistem golongan darah ABO memiliki
tiga yaitu, A, B, O gen, dimana gen A dan B adalah co-dominan atas O resesif
gen. Frekuensi golongan darah ABO bervariasi dari satu populasi ke populasi lain
dan waktu ke waktu di wilayah yang sama. Pengetahuan ini sangat tentang
distribusi golongan darah ABO dan Rhesus (Rh) di lokal dan Indonesia tingkat
regional sangat membantu dalam manajemen bank darah yang efektif dan layanan
transfusi darah yang aman (Kumar dkk, 2019).
C. Golongan Darah Sistem MN
Sepanjang tahun 1927 Landstciner dan Levine menemukan antigen baru
lagi yang disebut antigcn-M dan antigen-N. Mereka berpendapat bahwa sel darah
merah seseorang dapat memiliki salah satu atau kedua macam antigen tersebut.
Jika dilakukan tes dengan antiserum yang mengandung anti-M tampak adanya

5
agglutinasi sedangkan anti_N tidak maka orang itu termasuk golongan M. Jika
anti serumnya mengandung anti-N terjadi aglutinasi sedangkan anti-M tidak maka
orang itu dinyatakan sebagai orang bergolongan darah N. Akan tetapi jika tes
dilakukan dengan anti-M dan anti-N menunjukkan terjadinya aglutinasi. Maka
orang itu masuk golongan MN (Hartati dan Ferry, 2017).
Golongan darah merupakan sistem pengelompokkan darah yang
didasarkan pada jenis antigen yang dimilikinya. Antigen tersebut dapat berupa
karbohidrat dan protein. Faktor yang menentukan golongan darah manusia berupa
antigen yang terdapat pada permukaan luar sel darah merah disebut aglutinogen.
Zat anti terhadap antigen disebut antibodi (aglutinin) yaitu antibodi alamiah yang
terdapat dalam serum, bila bereaksi akan mengaglutinasikan antigen yang
bersangkutan. Serum merupakan komponen bukan sel darah ataupun faktor
pembekuan darah. Serum merupakan plasma darah dengan fibrinogen yang telah
dipisahkan, serum mengandung semua protein yang tidak digunakan mekanisme
pembekuan darah (Rahman dkk, 2019).
Proses penurunan sifat dalam golongan darah pada masing-masing orang
tua memiliki peranan yang sama karena masing-masing orang tua akan
memberikan satu alel kepada anaknya yang kemudian dua alel tersebut akan
berpasangan membentuk golongan darah anak. Golongan darah dipengaruhi
sepenuhnya oleh genetika dari kedua orang tua. Karena pasangan alel golongan
darah anak selalu didapatkan dari satu alel yang diberikan oleh orang tua mereka.
Golongan darah merupakan salah satu substansi genetik yang ada dalam tubuh
manusia. Masing-masing orang tua akan mewariskan salah satu alel golongan
darahnya kepada anak mereka. Ketika sejumlah gen asli mengalami mutasi maka
akan membentuk alel, jika mutasi berlangsung sekali maka jumlah alel akan
terbentuk berjumlah dua, namun apabila mutasi terjadi berulang-ulang maka
jumlah alel yang terbentuk lebih banyak sehingga disebut alel (Raditya, 2016).
Terdapat perbedaan yang bermakna antara menggunakan reagen antisera
dan serum. Hasil pemeriksaan golongan darah menggunakan reagen anti-sera dan
serum terdapat perbedaan, perbedaan itu terjadi karena antibodi yang terdapat
pada reagen anti-sera dalam keadaan murni dan spesifik, sedangkan pada serum

6
selain terdapat antibodi juga terdapat komponen protein yang lain sehingga grade
aglutinasi yang dihasilkan berbeda Pemeriksaan golongan darah menggunakan
reagen anti-sera didapatkan hasil positif 4 (+4) apabila terjadi aglutinasi antara
antigen pada eritrosit dengan antibodi yang terdapat pada antisera, dan didapatkan
hasil negatif apabila tidak terjadi reaksi aglutinasi antara antigen pada eritrosit
dengan antibodi yang ada pada reagen antisera (Rahman dkk, 2019).

7
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Hari/Tanggal : Rabu, 23 Oktober 2019
Pukul : 09.10-10.50 WITA
Tempat : Laboratorium Mikrobiologi Lantai II Jurusan Biologi FMIPA
UNM
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Antiserum (serum anti-A, anti-B dan anti Rh (D)+) (secukupnya)
b. Jarum (1 buah)
c. Plat tetes (1 buah)
2. Bahan
a. Jari Tangan (1 jari)
b. Darah sendiri (secukupnya)
C. Prosedur Kerja

Membersihkan jari Menusuk salah Meletakkan


tangan dengan satu jari tangan beberapa tetes
alkohol dengan jarum.
darah diatas kaca
pengamatan.

8
Meneteskan serum Meneteskan serum Meneteskan serum
anti-Rh (D+ ) anti-B anti-A

Mengamati
golongan darah.

9
14

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Golongan Darah Kelompok 6
No Nama A B AB O
1 Fitria Ramadhana √
2 Irmawati H √
3 Rahmawati √
4 Siti Rahmawati √
5 Nahla Eka Wahyuni √
6 Ade Utari Jasri √
Sumber : Data Primer, 2019
Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Golongan Darah Kelas
No Nama A B AB O
1 Friska Novia Upriana √
2 Nurfagianti Harisyah R √
3 Christie Novri Yanti Thung √
4 Kusmira Nur Fadilla √
5 Nurhidayah Hasan √
6 A.Muh Ilham Ogi Saputra √
7 Rifka Almuawarah √
8 Nuzulia √
9 Norazmaniar √
10 Nurasia Amin √
11 Irna Kurniaty √
12 Wahdaniah √
13 Fitria Ramadhana √
14 Irmawati H √
15 Rahmawati √
14

16 Siti Rahmawati √
17 Nahla Eka Wahyuni √
18 Ade Utari Jasri √
19 Syarifuddin √
20 Nadya Lestari Ningrum Nagoro √
21 Andi Hastialihaesar Dwi Murti √
22 Mir Atul Ginayah √
23 Nurul Fadilla Ridwan √
24 Siska Sari √
25 Nur Rabiyatul Awaliah √
26 Zakia Asrifah Ramly √
27 Dian Aulia Insani √
28 Rifka Annisa √
29 Monita √
30 Muh. Rifky Haikal Sahid √
31 Nurul Azma √
32 Nur Asia √
33 Fajriani Asysyura √
34 Suci Arsi Ramdani √
35 Sinta Anjar Sari √
Sumber : Data Primer, 2019
B. Analisis Data
1. Data Kelompok
Jumlah Golongan Darah
Persentase Golongan Darah A = x 100%
Jumlah Mahasiswa
2
= 6 x 100%

= 33,33 %
Jumlah Golongan Darah
Persentase Golongan Darah B = x 100%
Jumlah Mahasiswa
4
= 6 x 100%

= 66,67 %
14

2. Data Kelas
Jumlah Golongan Darah
Persentase Golongan Darah O = x 100%
Jumlah Mahasiswa
14
= 35 x 100%

= 40 %
Jumlah Golongan Darah
Persentase Golongan Darah A = x 100%
Jumlah Mahasiswa
9
= 35 x 100%

= 25,71 %
Jumlah Golongan Darah
Persentase Golongan Darah B = x 100%
Jumlah Mahasiswa
11
= 35 x 100%

= 31,41 %
Jumlah Golongan Darah
Persentase Golongan Darah AB = x 100%
Jumlah Mahasiswa
1
= 35 x 100%

= 2,85 %
C. Pembahasan
Alel ganda (multiple alleles) merupakan suatu keadaan dimana adanya
lebih dari satu alel pada lokus yang sama. Pada manusia, hewan dan tumbuhan
dikenal beberapa sifat keturunan yang ditentukan oleh suatu seri alel ganda. Pada
dasarnya terdapat dua macam aglutinogen yaitu aglitinogen α dan aglutinogen β.
orang yang bergolongan darah A mempunyai aglutinogen jenis α pada permukaan
sel darah merahnya. Sedangkan orang yang bergolongan darah B mempunyai
aglutinogen β. Pada orang yang bergolongan darah AB, ia mempunyai kedua
aglutinogen tersebut. Sedangkan orang yang bergolongan darah O tidak
mempunyai aglutinogen sehingga disebut bergolongan darah kosong atau nol. Jadi
penamaan golongan darah seseorang didasarkan atas jenis aglutinogen yang
dimilikinya.
Pada percobaan alel ganda dilakukan pengamatan golongan darah untuk
data kelompok dan data perkelas. Kegiatan paktikum ini bertujuan untuk
mengenal beberapa sifat genetik pada manusia yang ditentukan oleh seri alel
14

ganda, mengetahui distribusi golongan darah sistem ABO pada populasi kelas.
Pengujian golongan darah ini dilakukan untuk mengetahui golongan darah
melalui perbedaan reaksi antara berbagai golongan darah kemudian menentukan
golongan darah sistem ABO.
Berdasarkan dari tabel hasil percobaan serta pengamatan yang telah
dilakukan, dapat diketahui bahwa golongan darah pada setiap individu manusia
bersifat terwariskan. Dalam hal ini ditentukan oleh adanya alel ganda serta
golongan darah seseorang tentu dapat mempunyai arti yang cukup penting dalam
proses berlangsungnya kehidupan. Alel ganda adalah salah satu faktor yang
didalamnya terdapat lebih dari dua macam alel, meskipun tidak ada satupun
makhluk hidup diploid yang mempunyai lebih dari dua macam alel dari setiap
faktor. Adapun penyebab dari adanya alel ganda adalah peristiwa mutasi gen.
Membran sel darah manusia mengandung bermacam-macam protein,
oligosakarida dan senyawa lainya salah satunya antigen. Golongan darah sistem
ABO yang akan diuji kali ini, didasari pada keberadaan antigen, yaitu antigen A
dan antigen B di membran sel darah merah. Golongan darah A mempunyai
antigen A, golongan darah B mempunyai antigen B, golongan darah AB
mempunyai antigen A dan B, sedangkan golongan darah O tidak mempunyai
kedua antigen tersebut. Darah yang diambil berasal dari kapiler pada bagian ujung
jari tangan. Sebelum darah diambil dengan menggunakan blood lancet, ujung jari
tangan dibersihkan dengan alkohol 70% agar terhindar dari kuman-kuman yang
dapat menyebabkan infeksi. Selanjutnya, darah yang keluar diteteskan pada kertas
golongan darah. Masing-masing tetesan darah diberi serum anti A dan anti B.
Penentuan golongan darah dilakukan dengan melihat apakah terjadi
penggumpalan setelah mencampurkan darah dengan masing-masing antiserum A
dan B. Reaksi penggumpalan dapat terjadi akibat antigen darah terhadap serum
anti-A dan anti-B yang berasal dari masing-masing darah B dan A. Serum anti-A
yang diteteskan menandakan bahwa darah yang diuji tersebut diberikan antigen A
dari golongan darah B. Sedangkan serum anti-B yang diteteskan merupakan
antigen B dari golongan darah A. Jika pengumpalan darah ketika ditetesi serum
anti-A, maka darah tersebut memiliki anti-B pada darahnya. Sedangkan jika
14

penggumpalan terjadi akibat ditetesi serum anti-B, maka darah tersebut memiliki
anti-B pada darahnya.
Berdasarkan dari data kelompok menunjukkan bahwa hanya terdapat 2
macam golongan darah saja, dimana golongan darah terbanyak adalah golongan
darah B, dengan presentase golongan darah B sebanyak 66,67%, dan golongan
darah A 33,33 %. Data kelas menunjukkan bahwa golongan darah terbanyak
adalah golongan darah O, dengan persentase golongan darah O sebanyak 40%
golongan darah A 25,71 %, golongan darah B sebanyak 31,41%, dan golongan
darah AB sebanyak 2,8 %. Menurut Suryo (2013), golongan darah orang
Indonesia secara umum adalah B. Hasil praktikum menunjukkan bahwa hasil
praktikum sama dengan teori yang dikemukakan oleh Suryo . Penyebaran
golongan darah A,B,O, dan AB bervariasi di dunia tergantung populasi atau ras.
Salah satu pembelajaran menunjukkan distribusi golongan darah terhadap
populasi yang berbeda-beda.
Penentuan golongan darah seorang individu dapat diwariskan dari
perpaduan antara gen ayah dan ibu. Tentu dalam proses pewarisan ini berdasarkan
dari adanya persilangan dari hukum Mendel. Pada ibu saya memiliki golongan
darah A dan ayah saya golongan darah O genotip untuk golongan darah A yaitu IA
IA jika homozigot dan genotip IA IO jika heterozigot dan untuk golongan darah O
genotipnya adalah IO IO, saya sendiri memiliki golongan darah A maka genotip
golongan darah yang saya miliki yaitu IA IA jika homozigot IA dan genotip IA IO
jika heterozigot. Berdasarkan teori diatas hal ini sesuai dengan hasil perkawinan
atau persilangan dari pria bergolongan darah O dengan genotip IO IO menikah
dengan wanita bergolongan darah A genotip IA IO dapat menghasilkan keturunan
100 % bergolongan darah O. Hal ini sesuai dengan realita keluarga saya dimana
seluruh saudara saya memiliki golongan darah A, maka dapat di pastikan bahwa
genotip dari ibu saya adalah IA IO.
14

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, maka kesimpulan beberapa
hal sebagai berikut :
1. Sifat keturunan genetik pada manusia dapat ditentukan dari adanya pengaruh
alel ganda pada suatu lokus yang sama. Adapun seri alel ganda diantaranya
adalah golongan darah dengan sistem ABO. Golongan darah dibagi menjadi 4
bagian, yaitu golongan darah A, B, O, dan AB. Golongan darah ini
dogolongkan berdasar dari berbagai jenis antigen serta adanya antibodi yang
terkandung dalam darah tersebut.
2. Pada percobaan alel ganda yang diperoleh dari hasil pengidentifikasian
golongan darah pada diri saya sendiri yang memiliki genotip IAIo jika
heterozigot dan IAIA jika homozigot dengan fenotip golongan darah A.
B. Saran
1. Praktikan
Praktikan disarankan lebih patuh terhadap aturan dan memahami setiap
prosedur-prosedur kerja yang telah ada dan yang ingin dilakukan.
2. Asisten
Pada praktikum selanjutnya, disarankan agar asisten bisa membimbing
praktikan lebih baik lagi, agar praktikan dapat mengerti bagaimana proses
pengamatan siklus hidup lalat buah.
3. Laboran
Pada praktikum selanjutnya alat-alat yang digunakan dalam praktikum kiranya
dapat dilengkapi agar praktikum berjalan dengan lancar.
14

DAFTARA PUSTAKA

Elrod, S., dan William, S. 2007. Schaum’s Outlines Teori dan Soal-soal Genetika
Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Hamed, CT., Bollahi, MA., Abdelhamid, I., Med, MMA., BA, B., Ghaber, S.,
Habti, N., Houmeida, A. 2012. Frequencies and Ethnic Distribution Of
ABO And Rh(D) Blood Groups In Mauritania: Results Of First
Nationwide Study. International Journal of Immunogenetics. Vol. 39 (1) :
151-154.

Hartati., dan Ferry, I. 2017. Modul Genetika Berbasis Pendekatan Saintifik.


Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.

Kumar, I.S.C., Babu, B.S., Arun, R., Babu K.V.S., dan Sriranjitha, T.V.N. 2019.
A Study To Assess The ABO Blood Group Antigen Phenotype and Gene
Distribution Among Blood Donors At A Tertiary Care Research Institute
In South India. International Journal Of Scientific Research. Vol. 8 (1) :
70-71.

Raditya, A. 2016. Distribusi Golongan Darah ABO Pada Masyarakat Tengger.


Antro Unairdot Net. Vol. 5(3) : 411-421.

Rahman, I., Sri, D., dan Aprilia, IK. 2019. Penentuan Golongan Darah Sistem
ABO Dengan Serum dan Reagen Anti-Sera Metode Slide. GASTER. Vol.
17 (1) : 77-85.

Suryo. 2013. Genetika Untuk Strata 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University


Press.

Suyasa, I.G.P.D., Nadya, T.W., Ni, P.K., Ayu, D.M., Ni, K.S., Made, R. 2017.
Pemeriksaan Golongan Darah dan Rhesus pada Anak Kelas 4, 5 dan 6
Sekolah Dasar di Desa Tribuana Kecamatan Abang Kabupaten
Karangasem. Jurnal Paradharma. Vol. 1(2) : 115-119.

Yavorska, O.O., dan Stephen, B. 2017. Mendelian Randomization: an R package


For Performing Mendelian Randomization Analyses Using Summarized
Data. International Journal of Epidemiology. Vol. 46 (6) : 1734–1739.

Anda mungkin juga menyukai