PENDAHULUAN
A. Judul
Isolasi DNA Secara Sederhana
B. Tujuan
Praktikum ini memiliki
tiga
tujuan
utama,
antara
lain
untuk
II. METODE
Bawang putih
Buah stroberi
Jus nanas
+++
++++
:
:
:
:
sangat sedikit
Sedikit
Cukup
Banyak
+
B. Pembahasan
Asam nukleat merupakan suatu polinukleotida, yaitu polimer linier yang
tersusun dari monomer-monomer nukleotida yang berikatan melalui ikatan
fosfodiester. Fungsi utama asam nukleat adalah sebagai tempat penyimpanan dan
pemindahan informasi genetik. Informasi ini diteruskan dari sel induk ke sel anak
melalui proses replikasi. Sel memiliki dua jenis asam nukleat yaitu asam
deoksiribonukleat (deoxyribonucleic acid/DNA) dan asam ribonukleat (ribonucleic
acid/RNA) (Dawn dan Mark, 2000).
DNA merupakan sejenis asam nukleat yang tergolong biomolekul utama
penyusun berat kering setiap organisme. DNA umumnya terletak di dalam inti sel.
DNA terdapat pada nukleus, mitokondria, dan kloroplas. DNA ini tersusun atas 3
komponen utama yaitu gula deoksiribosa, basa nitrogen, dan fosfat yang tergabung
membentuk nukleotida (Suryo, 2010).
DNA memiliki struktur pilinan utas ganda yang antiparalel dengan
komponen-komponennya, yaitu gula pentosa (deoksiribosa), gugus fosfat, dan
pasangan basa. Pasangan basa pada DNA terdiri atas dua macam, yaitu basa purin dan
pirimidin. Basa purin terdiri atas adenin (A) dan guanin (G) yang memiliki struktur
cincin-ganda, sedangkan basa pirimidin terdiri atas sitosin (C) dan timin (T) yang
memiliki struktur cincin tunggal. Ketika Guanin berikatan dengan Sitosin, maka akan
terbentuk tiga ikatan hidrogen, sedangkan ketika Adenin berikatan dengan Timin
maka hanya akan terbentuk dua ikatan hidrogen. Satu komponen pembangun
(building block) DNA terdiri atas satu gula pentosa, satu gugus fosfat dan satu pasang
basa yang disebut nukleotida (Lewis, 2003).
Menurut Darnell dkk. (1994), ada tiga struktur DNA yang dikenal selama ini.
Struktur-struktur DNA tersebut adalah sebagai berikut:
1. Struktur primer
DNA tersusun dari monomer-monomer nukleotida. Setiap nukleotida
terdiri dari satu basa nitrogen berupa senyawa purin atau pirimidin, satu gula
pentosa berupa 2- deoksi D - ribosa dalam bentuk furanosa, dan satu molekul
fosfat. Penulisan urutan basa dimulai dari kiri yaitu ujung 5 bebas (tidak terikat
nukleotida lain) menuju ujung dengan gugus 3 hidroksil bebas atau dengan arah
5 3.
2. Struktur Sekunder
Salah satu sifat biokimia DNA yang menentukan fungsinya sebagai
pembawa informasi genetic adalah komposisi basa penyusun. Pada tahun 19491953, Edwin Chargaff menggunakan metode kromatografi untuk pemisahan dan
analisis kuantitatif keempat basa DNA, yang diisolasi dari berbagai organisme.
Kesimpulan yang diambil dari data yang terkumpul adalah sebagai berikut.
a. Komposisi basa DNA bervariasi antara spesies yang satu dengan spesies yang
lain.
b. Sampel DNA yang diisolasi dari berbagai jaringan pada spesies yang sama
mempunyai komposisi basa yang sama.
c. Komposisi DNA pada suatu spesies tidak berubah oleh perubahan usia,
keadaan nutrisi maupun perubahan lingkungan.
d. Hampir semua DNA yang diteliti mempunyai jumlah residu adenine yang
sama dengan jumlah residu timin (A=T), dan jumlah residu guanin yang sama
dengan jumlah residu sitosin (G=C) maka A+G = C+T, yang disebut aturan
Charrgaff.
e. DNA yang diekstraksi dari spesies-spesies dengan hubungan kekerabatan
yang dekat mempunyai komposisi basa yang hamper sama.
Pada umumnhya, penelitian yang menggunakan DNA diawali dengan
ekstraksi. Menurut Lewis (2003), prinsip kerja dari ekstraksi DNA, yaitu:
1. Preparasi sel/jaringan
Darah yang digunakan leukositnya, eritrosit dilisiskan dan dibuang.
Secepatnya diekstraksi untuk mendapat hasil optimal,leukosit disimpan sebaiknya
pada suhu 4 derajat C, penyimpanan yang lama (> 1 bulan) akan menurunkan
hasil ekstraksi, volume 3 5 ml whole blood. Jaringan yang diambil secepatnya
diekstraksi. Jaringan yang disimpan dalam paraffin blok sulit untuk diekstraksi.
2. Lisis membran sel/organella (nukleus)
Senyawa yang digunakan untuk melisiskan membran yaitu fenol, senyawa
yang sangat kuat untuk melisiskan membran, tetapi bersifat toksik. Selain itu, lisis
membran bisa menggunakan guanidine isothicyanate yang tidak toksik sebagai
pengganti fenol.
3. Denaturasi senyawa organik
Pada umumnya, untuk mendenaturisasi protein yang ada digunakan
senyawa kloroform paling banyak digunakan karena prosedur sederhana, murah,
dan mudah diperoleh. Selain kloroform juga digunakan Proteinase K untuk
denaturasi protein tetapi perlu inkubasi.
4. Presipitasi DNA
Presipitasi DNA menggunakan senyawa isopropanol dengan volume 1:1,
atau etanol absolut dan sodium asetat dengan perbandingan 1:10.
5. Pencucian/washing
Pencucian sisa senyawa umumnya mengunakan etanol dengan kadar 70%.
Pada praktikum ini, ada tiga sampel sebagai sumber DNA yang diekstraksi.
Ketiga sampel berasal dari tiga spesies yang berbeda. Hal tersebut mempengaruhi
bentuk, ukuran, dan jumlah kromosom yang berbeda pada setiap spesies sehingga
sangat bernilai untuk tujuan taksonomi, mengetahui keanekaragaman, hubungan
kekerabatan dan evolusi, meskipun dalam keadaan tertentu dapat pula terjadi variasi
(Lewontin, 1974; Lindsey dan Grell, 1967). Ukuran panjang absolut kromosom
berbedabeda antar genus dalam satu familia, meskipun jumlah dasarnya sama.
Perbedaan jumlah kromosom menunjukkan perbedaan susunan duplikasi gen
(Darnaedi, 1991).
Sampel yang pertama adalah bawang putih. Bawang putih merupakan
tanaman herba parenial yang membentuk umbi lapis. (Hernawan dan Setyawan,
2003). Kandungan kimia yang berada dalam bawang putih ialah vitamin C, mineral,
fosfor, kalsium, kalium, besi dan vitamin B (Mukti, 2009). Menurut Supartiatun
(1997), bawang putih bersifat diploid (2n) dengan jumlah kromosom = 16 (2n = 16).
Rasio lengan kromosom bawang putih berkisar antara 1,09-1,93 mikron (Setyawan
dan Sutikno, 2000)
Sampel kedua adalah stroberi. Terdapat lebih dari 20 spesies stroberi di
seluruh dunia, pengelompokan ini berdasarkan jumlah kromosomnya. Panjang
kromosom dari tanaman stroberi berukuran 0,9 sampai 1,7 mikron. Terdapat tujuh
jenis kromosom utama yang tersebar diseluruh spesies. Beberapa spesies adalah
diploid yaitu mempunyai dua pasang dari tujuh kromosom sehingga jumlahnya 14
kromosom. Sementara itu, yang lainnya merupakan tetraploid yaitu memiliki empat
pasang dari ketujuh kromosom sehingga jumlahnya 28 kromosom, hexaploid (6
pasang), oktoploid (8 pasang), dan dekaploid (10 pasang) (Aristya, 2014).
Buah dengan kadar air tinggi akan menghasilkan isolat yang berbeda jika
dibandingkan dengan buah berkadar air rendah. Semakin tinggi kadar air maka sel
yang terlarut di dalam ekstrak akan semakin sedikit, sehingga DNA yang
terpretisipasi juga akan sedikit. Stroberi matang menghasilkan enzim pectinase dan
selulase yang membantu memecah dinding sel. Stroberi yang umum dibudidayakan
adalah octoploid dengan delapan set genom. Hal ini sangat baik untuk menunjukkan
ekstraksi DNA karena memiliki delapan dari setiap jenis kromosom yang juga
dikatakan bahwa strowberi memiliki DNA yang berlimpah (Aristya, 2014).
Sampel yang terakhir adalah saliva manusia. Saliva merupakan cairan mulut
yang kompleks terdiri dari campuran sekresi kelenjar saliva mayor dan minor yang
ada dalam rongga mulut. Saliva sebagian besar yaitu sekitar 90 persennya dihasilkan
saat makan yang merupakan reaksi atas rangsangan yang berupa pengecapan dan
pengunyahan makanan (Soesilo dkk., 2005).
Saliva memiliki berbagai macam fungsi diantaranya adalah untuk lubrikasi
jaringan dalam rongga mulut, melindungi jaringan dalam rongga mulut agar tidak
terjadi abrasi saat mastikasi berlangsung, membantu metabolisme karbohidrat,
aktivitas antibakteri terhadap bakteri patogen rongga mulut, membersihkan debris dan
sisa makanan yang tertinggal dalam rongga mulut, serta saliva juga turut membantu
mempertahankan kestabilan sistem bufer dalam rongga mulut (Minasari, 1999).
Derajat keasaman dan kapasitas bufer saliva selalu dipengaruhi perubahanperubahan, misalnya oleh siang dan malam, diet, perangsangan kecepatan sekresi.
Dukungan terbesar saliva secara kuantitatif diberikan oleh kelenjar parotis,
submandbularis, dan sublingualis. Saliva yang berasal dari manusia terdiri dari sel
dengan kromosom yang bersifat diploid (2n = 46 kromosom) (Chrismawaty, 2006).
Bahan penting lainnya yang digunakan dalam praktikum ini selain sampel
adalah detergen. Detergen berfungsi untuk melisiskan barrier (penghalang) sel secara
kimia sebagai pengganti senyawa kimia yang mampu merusak dinding dan membran
sel antara lain lisozim yang dapat mendegesti senyawa polimerik yang menyebabkan
kekakuan sel dan etil endiamintetra asetat (EDTA) yang berfungsi untuk
menghilangkan ion Mg2+ yang penting untuk mempertahankan keseluruhan struktur
selubung sel, serta menghambat enzim-enzim seluler yang dapat merusak DNA (ion
Mg2+ merupakan kofaktor penting bagi DNAse yang bisa memakan DNA).
Detergen bisa menyebabkan kerusakan membran sel dengan mengemulsi lipid dan
protein sel serta menyela interaksi polar yang menyatukan membran selkarena
detergen mengandung disodium EDTA dan lauril sulfat yang memilikifungsi yang
sama dengan dodesil sulfat (Jamilah, 2005).
dari suatu molekul sebagai akibat terbentuknya konfigurasi tertentu dari atom-atom
penyusunnya. Keadaan ini menyebabkan molekul tersebut dapat tertarik oleh molekul
lain yang juga mempunyai polaritas yang sama. Besarnya polaritas dari suatu zat
pelarut mempunyai hubungan tegak lurus dengan besarnya konstanta dielektriknya
() atau dengan kata lain, semakin besar nilai konstanta dielektrik maka kepolaran
suatu zat akan semakin tinggi (Adnan, 1997). Air memiliki nilai konstanta dielektrik
sebesar 80,10 (Lide, 2004), sementara etanol sebesar 33 (Adnan, 1997). Dengan
begitu, penambahan air pada etanol akan meningkatkan konstanta dielektrik etanol.
Penambahan etanol berfungsi untuk memisahkan DNA sampel yang sudah
terekstrak dari bahan lainnya atau dengan kata lain membersihkan DNA dari
pengotor-pengotornya (Faatih, 2009). Menurut Moulana dkk. (2012), terpisahnya
suatu zat dari pengotornya diduga karena zat tersebut memiliki kepolaran yang relatif
sama dengan etanol. Selain itu, etanol memiliki gugus OH yang bersifat hidrofilik
atau mengikat air sehingga DNA terpisah dari air karena air berikatan dengan etanol.
Etanol yang digunakan harus benar-benar dingin untuk menyempurnakan presipitasi.
Apabila etanol yang digunakan kurang dingin, maka akan mengakibatkan
pembentukan presipitat yang kurang sempurna.
Langkah penting pertama yang dilakukan dalam praktikum ini adalah
mencampurkan sampel dengan larutan detergen yang berfungsi untuk melisiskan
dinding sel secara kimiawi. Agar proses lisis secara kimiawi berlangsung sempurna,
maka perlu dilanjutkan dengan proses lisis secara mekanik, yaitu menggunakan
blender (untuk sampel bawang putih/stroberi) ataupun pengadukan secara manual
(untuk sampel saliva). Pengadukan larutan bertujuan untuk untuk memperbesar
pergerakan partikel sel dan detergenagar reaksi berlangsung cepat, karena detergent
merupakan bahan yang dapat merusak membran sel. Tetapi jika pengadukannya
terlalu cepat akan menimbulkan buih yang dapat menyebabkan terganggunya proses
isolasi DNA. DNA akan sulit diamati karena terhalangnya penyatuan DNA di daerah
atas antara alkohol dengancampuran ekstrak buah, detergent dan garam akibat adanya
rongga udara yangditimbukan oleh adanya buih.
enzim pektinase dan selulase yang membantu memecah dinding sel sehingga
kuantitas DNA yang diperoleh lebih banyak dibandingkan bawang putih. Selain itu,
stroberi memiliki kadar air yang lebih tinggi dibanding bawang putih sehingga selselnya lebih mudah terlarut dan DNA yang terpretisipasi akan lebih banyak.
Hasil selanjutnya, yaitu hasil dari uji pengaruh enzim lisis terhadap kuantitas
DNA dengan menggunakan sampel stroberi ditunjukkan pada Tabel 2. Kuantitas
DNA yang diperoleh dengan penggunaan pelunak daging sebagai sumber enzim lisis
lebih banyak dibandingkan dengan jus nanas. Peristiwa ini terjadi karena adanya
perbedaan keefektifan enzim protease yang terdapat pada jus nanas dan pelunak
daging. Enzim protease yang terdapat dalam jus nanas adalah enzim bromelain atau
bromelin, sedangkan enzim yang terdapat dalam pelunak daging adalah enzim
papain. Kedua enzim ini bekerja memutuskan ikatan peptida sehingga rantai protein
terpotong-potong membentuk rantai yang lebih pendek.
Perbedaan jumlah kuantitas DNA ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor
yang dapat mempengaruhi kerja enzim antara lain suhu, konsentrasi enzim,
konsentrasi substrat, pH, struktur kimia enzim, sifat-sifat enzim, dan juga inhibitor
yang terdapat dalam substrat. Namun, hal yang sangat mempengaruhi kuantitas DNA
yang diperoleh adalah laju reaksi (Km) masing-masing enzim terhadap prekursor
protein, di mana laju reaksi enzim papain lebih tinggi dibanding laju reaksi enzim
bromelin. Dengan begitu, dalam waktu singkat, kuantitas sampel dengan enzim
papain akan lebih banyak dibanding sampel dengan enzim bromelin.
Selain kecepatan laju reaksi, sifat enzim yang khas juga mempengaruhi
kuantitas DNA yang diperoleh. Enzim papain bekerja lebih aktif pada protein nabati
yang terdapat pada sampel bawang putih maupun stroberi, sedangkan enzim bromelin
bekerja lebih aktif pada protein hewani. Papain juga relatif tahan terhadap panas
dibandingkan dengan enzim proteolik lainnya seperti bromelin dan lisin. Konsentrasi
enzim, konsentrasi substrat, dan pH tidak dihitung dalam praktikum kali ini sehingga
tidak menutup kemungkinan perbedaan efektifitas kerja enzim juga dapat dipengaruhi
oleh faktor-faktor tersebut.
IV.KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum kali ini, kesimpulan pertama yang berhasil diperoleh
adalah metode ekstraksi DNA dapat dilakukan secara sederhana menggunakan alat
yang mudah ditemukan, seperti blender dan alat penyaring kopi, juga bahan yang
mudah ditemukan, seperti detergen, pelunak daging, dan jus nanas. Kesimpulan
kedua adalah eksperimen sederhana tentang bahan materi sumber DNA dilakukan
dengan pelisisan dinding sel menggunakan detergen, degradasi senyawa organik
menggunakan jus nanas/pelunak daging, dan presipitasi menggunakan etanol 70%
atau 95%. Kesimpulan terakhir adalah stroberi memiliki kuantitas DNA yang lebih
tinggi dibanding bawang putih, sampel stroberi dengan enzim lisis papain memiliki
kuantitas DNA yang lebih tinggi dibanding sampel stroberi dengan enzim lisis
bromelin, dan sampel saliva dengan presipitan etanol 95% memiliki kuantitas DNA
lebih tinggi dibanding sampel saliva dengan presipitan etanol 70%.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, M. 1997. Teknik Kromatografi untuk Analisis Bahan Makanan. Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.
Aristya, G. R. 2014. Optimalisasi Induksi Poliploid Pada Tanaman Stroberi (Fragaria
spp. Festival dan Californica. Jurnal Penelitian dan Pengembangan
Pemerintah Daerah DIY 6 (10):77-91.
Arsyani, D.M. 2007. Eksperimen Pembuatan Kecap Manis dari Biji Turi dengan
Bahan Ekstrak Nanas. Skripsi. Universitas Negri Semarang. Semarang.
Chrismawaty, E. 2006. Peran Struktur Mukosa Rongga Mulut dalam Mekanisme
Blokade Fisik terhadap Iritan. Jurnal MIKGI 5 : 244 -249.
Lide, D.R. CRC Handbook of Chemistry and Physics 85th Ed. 2004. CRC Press.
Boca Raton.
Darnaedi, D. 1991. Kromosom dalam Taksonomi. Herbarium Bogoriense Puslitbang
Biologi LIPI. Bogor.
Darnell, J., Lodish, H., dan Baltimore, D. 1994. Molecular Cell Biology 2nd edition.
Scientific American Book, Inc. New York. Halaman 76-79.
Dawn, B. dan Mark. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar. EGC. Jakarta.
Donald, K.T. 1997. Fruit and Vegetable Juice Processing Technology. The AUI
publishing. An-Najah.
Faatih, M. 2009. Isolasi dan Digesti DNA Kromosom. Jurnal Penelitian Sains &
Teknologi 10 (1) : 61 67.
Fogle, D.R., Plimton, R.F., Ockerman, H.W., Jarenback, L., dan Persson, T. 1982.
Tenderization of Beef, Effect of Enzyme, Enzyme Level, and Cooking
Method. Journal of Food Science 47 : 1113-1118.
Harianto, E. 1996. Nanas. Penerbit Swadaya. Jakarta.
Hernawan,U.E. dan Setyawan, A.D. 2003. Review: Senyawa Organosulfur Bawang
Putih (Allium sativum L.) dan Aktivitas Biologinya. Jurnal Biofarmasi 1 (2):
65-76.
Hui, Y.H. 1992. Encyclopedia of Food Science and Technology Vol. 3. John Wiley
and Sons, Inc. New York.
Jamilah. 2005. Pengaruh Berbagai Macam Detergen, Penambahan Enzim, dan
Ekstrak Nanas (Ananas comusus (L) Merr) terhadap Hasil Isolasi DNA
Berbagai Macam Buah sebagai Topik Praktikum Matakuliah Genetika.
Skripsi. Universitas Negeri Malang. Malang.
Kilara, A., Shahani, K.M., dan Wanger, F.W. 1977. Preparation and properties of
immobilized papain and lipase. J Biotechnol. Bioeng 19 : 1703-1714.
Lewis, R. 2003. Human genetics: Concepts and Applications. The McGraw-Hills
Company, Inc. Boston.
Lewontin, R.C. 1974. The analysis of variance and and the analysis of causes.
American Journal of Human Genetics 26: 400-411.
Lindsley, D.C. dan Grell, E.H. 1967. Genetics variation of Drosophilla melanogaster.
Carnegie Institute of Washington. Washington.
Machmud, W. 2006. Penentuan LC50 48 Jam Detergen dan Pengaruhnya terhadap
Mortalitas Larva Ikan Mas (Cyprus carpio) Ras Punten dengan Tipe Ploidi
yang Berbeda. Skripsi. Universitas Negeri Malang. Malang.
Mantell, S.H., Matthew, J.A., dan McKee, R.A. 1985. Principles of Plant
Biotechnology: An Introduction to Genetic Engineering in Plants. Blackweell
Scien Publication. London.
Minasari. 1999. Peranan Saliva dalam Rongga Mulut. Dent J: Majalah Kedokteran
Gigi USU 4 (2) : 33-39.
Mitchel, R.E.J., Chaiken, I.M., dan Smith, E.L. 1970. The Complete Amino Acid
Sequence of Papain. J. Biol. Chem. 245 : 3485-3492.
Moulana, R., Juanda, Rohaya, S., dan Rosika, R. 2012. Efektivitas Penggunaan Jenis
Pelarut dan Asam dalam Proses Ekstraksi Pigmen Antosianin Kelopak Bunga
Rosella (Hibiscus sabdariffa L). Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian
Indonesia 4 (3):20-25.
Mukti, A. 2009. Efek Bawang Putih (Allium sativum) dan cabe jawa (Piper
retrofractum Vahl.) terhadap Kadar Albumin pada Tikus yang Diberi
Suplemen Kuning Telur. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
Semarang.
Paul, N.C., Robert, P., dan Ovellette. 1985. Biotechnology. Technomic Publishing,
Inc. Lancater.
Sani. 2008. Penambahan Natrium Bisulfit pada Kualitas Enzim Papain dari Getah
Pepaya secara MCU. UNESA Press. Surabaya.
Setyawan, A.D. dan Sutikno. 2000. Karyotipe Kromosom pada Allium sativum L.
(Bawang Putih) dan Pisum sativum L. (Kacang Kapri). Jurnal BioSMART 2
(1):20-27.
Soesilo, D., Santoso, R.E., dan Diyatri, I. 2005. Peranan Sorbitol. Dent Journal:
Majalah Kedokteran Gigi 38(1):25-8.
Sumarno. 1989, Studi Perbedaan Aktifitas Bromelin dari Buah, Tangkai, dan Batang
Nenas Inaftas comosus L. Merr. terhadap Substrat Kasein. Skripsi.
Universitas Indonesia. Depok.
Supartiatun, E. 1997. Jumlah dan Morfologi Kromosom Beberapa Jenis Tanaman
Bawang. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.
Suryo. 2010. Genetika Manusia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Taqwdasbriliani, E.B., Hutabarat, J., dan Endang, A. 2013. Pengaruh Kombinasi
Enzim Papain dan Enzim Bromelin Terhadap Pemanfaatan Pakan dan
Pertumbuhan Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscogutattus). Journal of
Aquaculture Management and Technology 2(3): 76-85.
Wharton, C.W., Cornish-Bowden, A., Brocklehurst, K., Dan Crook, E.M. 1974.
Kinetics of the Hydrolysis of N-Benzoyl-L-serine Methyl Ester Catalysed by
Bromelain and by Papain. J of Biochem. 141 : 365-381
Winarno, F.G. 1995. Enzim Pangan. PT. Gramedia. Jakarta.
Wirakusumah dan Emma, S. 1999. Buah dan Sayur untuk Terapi. Penebar Semangat.
Jakarta.
LAMPIRAN
Gambar 2. Kuantitas DNA stroberi dengan enzim lisis jus nanas (kiri) dan stroberi
dengan enzim lisis pelunak daging (kanan)
(Sumber: dokumentasi pribadi)
Gambar 3. Kuantitas DNA saliva dengan ethanol 95% (kiri) dan saliva dengan
ethanol 70% (kanan)
(Sumber: dokumentasi pribadi)