Oleh :
Nama : Rahajeng Abigail Fapingala
NIM : 211810301063
Kelas : Ap
Kelompok : 3A
Asisten : Risa Anggraini
LABORATORIUM BIOKIMIA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2023
BAB 1. PENDAHULUAN
1.4 Manfaat
Manfaat dari percobaan isolasi DNA plasmid ini adalah sebagai berikut:
1. Mampu melatih kemampuan mahasiswa untuk mengisolasi DNA plasmid.
2. Mampu memahami dan mengetahui berat molekul DNA plasmid.
3. Mampu membedakan DNA plasmid.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DNA
DNA merupakan suatu materi genetik yang terbentuk dari dua kelompok
basa yang berbeda yang mengandung nitrogen, yaitu purin dan pirimidin. Dua
purin yang paling banyak terdapat dalam DNA adalah adenin dan guanin, dan
pirimidin yang umum adalah sitosin dan timin. Purin dan pirimidin berisi
beberapa ikatan ganda yang berhubungan. DNA tersusun atas 3 komponen utama
yaitu gula deoksiribosa, basa nitrogen, dan fosfat yang tergabung membentuk
nukleotida. DNA terdiri dari 2 rantai polinukleotida yang berpilin (double helix).
Nukleotida berada pada bidang datar yang tegak lurus seolah-olah membentuk
anak tangga (pasangan basa nitrogen), sedangkan ibu tangganya terbentuk dari
gugus fosfat. Polinukleotida di antara kedua rantainya dihubungkan oleh ikatan
hidrogen pada tiap-tiap pasangan basa nitrogennya. Basa pirimidin selalu
berikatan dengan basa purin, dengan pasangan yang selalu tetap (Susanto, 2012).
2.3 Plasmid
Plasmid merupakan DNA ekstrakromosomal yang berbeda karakternya
dengan DNA kromosomal. Plasmid berbentuk sirkuler double helix dengan
ukuran 1 kb sampai lebih dari 200 kb. Plasmid pada bakteri jumlahnya bervariasi
bahkan sampai ribuan, ataupun tidak memiliki plasmid. Plasmid bisa saja tidak
terdapat pada bakteri yang biasa saja karena plasmid tidak mempengaruhi
ketahanan hidup bakteri tersebut. Plasmid hanya memberikan sifat istimewa yang
dimiliki oleh bakteri tersebut, misalnya resistensi terhadap antibiotik. Plasmid
memiliki karakteristik antara lain dapat ditransfer ke bakteri lain dan memiliki
ORI (Origin of Replication) sehingga mampu mereplikasi diri tanpa pengaturan
dari DNA kromosom. Replikasi dimulai dari titik ORI hingga semua plasmid
tereplikasi. Plasmid merupakan potongan melingkar DNA yang ukuranya kecil
(kurang lebih 2000 sampai 10000 pasangan basa) yang berisi informasi genetik
yang penting untuk pertumbuhan bakteri. Gen informasi ini di alam sering
mengkode protein yang akan membuat bakteri resisten terhadap antibiotik.
Plasmid mungkin merupakan hasil dari perkembangan heterotrop yang tertutup.
Bakteri sering tumbuh pada lingkungan yang sama dengan mold dan fungi serta
berkompetisi dengan mereka untuk mendapatkan makanan (bahan organik
kompleks). Mold dan fungi menghasilkan toksin sebagai hasilnya untuk
membunuh bakteri agar supaya menang dalam memperebutkan makanannya.
Bakteri menghasilkan plasmid untuk mempertahankan hidupnya dalam
menganggapi hal tersebut (Martani, 2020).
Plasmid adalah DNA untai ganda yang berbentuk sirkuler yang berada diluar
DNA kromosomal bakteria. DNA ekstrakromosomal yang terjadi secara alamiah
pada bakteria, yeast, dan beberapa sel eukariotik yang berada secara simbiotik
maupun parasitik pada sel inang. Menurut Calladine dkk (2004), plasmid
berdasarkan fungsinya dapat dikelompokkan menjadi:
1. Fertility- F plasmids, merupakan plasmid yang dapat ditransfer dari satu sel ke
sel bakteri lain untuk proses konjugasi. Plasmid ini juga mempunyai
kemampuan untuk mentransfer DNA atau gen baik yang terdapat dalam
plasmid ataupun dalam kromosom. Plasmid ini ditemukan antara lain pada
Eschericia coli, Pseudomonas, dan Streptomyces.
2. Resistance- R plasmids, mengandung gen yang resisten terhadap antibiotik
atau racun dan inhibitor pertumbuhan lainnya. Plasmid R dapat ditemukan
pada Staphylococcus.
3. Plasmid penyandi bacterioci, adalah senyawa yang diproduksi oleh bakteri
untuk menghambat pertumbuhan bakteri lain yang spesises atau galurnya
berbeda. Plasmid ini mengandung gen struktural bacteriocins ataupun gen
yang mengkode protein yang berperan dalam pemrosesan dan transport
bacteriocins. Penamaan plasmid ini tergantung pada organisme yang
memproduksinya, misalnya plasmid Col pada bakteri Escherichia coli yang
mengkode colicins.
4. Degradative plasmids, merupakan plasmid yang mampu mencerna substansi
yang tidak biasa, contoh toluen dan asam salisilat.
5. Virulence plasmids, merupakan plasmid yang menjadikan bakeri tersebut
patogen.
Plasmid berdasarkan jumlahnya di dalam sel dapat dibedakan menjadi:
1. Low copy number plasmid dimana dalam satu sel hanya mengandung satu atau
beberapa plasmid saja.
2. High copy number dimana dalam satu sel mengandung banayak plasmid
hingga ribuan. Contohnya bakteri E-coli.
Plasmid memiliki bentuk yang beragam, antara lain:
1. Supercoiled (covalently closed-circular), DNA plasmid berbentuk sirkular
dengan bentuk rantai yang terpilin.
2. Relaxed circular, kedua ujung DNA menyatu dan berbentuk sirkuler.
3. Supercoiled denature, kedua ujung DNA menyatu tapi pasangan basanya tidak
sempurna.
4. Nicked open circular, rantai DNA yang terpotong pada salah satu sisi saja
(Campbell, 2002).
Plasmid dengan berbagai macam bentuk akan mempengaruhi kecepatan
migrasi plasmid dalam elektroforesis. Urutan migrasi bentuk-bentuk plasmid
tersebut dari yang paling cepat adalah supercoiled, supercoiled denaturated,
relaxed circular, dan nicked open circular. Plasmid dengan bentuk yang semakin
kecil atau ramping akan lebih mudah bergerak melalui pori gel agarosa sehingga
akan mencapai bagian bawah terlebih dahulu. Plasmid memiliki kegunaan dalam
rekayasa genetika, yaitu digunakan sebagai vektor untuk kloning DNA. Plasmid
juga banyak digunakan untuk perbanyakan jumlah DNA tertentu sehingga bisa
mengekspresikan gen tertentu. Alasan utama pengunaan plasmid ini adalah karena
plasmid memiliki peta restriksi, adanya marker sehingga dapat diketahui apakah
gen insert masuk atau tidak, dan memiliki copy number yang besar. Plasmid juga
mudah dimodifikasi sesuai dengan tujuan tertentu. Plasmid memiliki fungi yang
bisa dimanfaatkan keuntungannya, oleh sebab itu ada banyak cara yang digunakan
untuk mengisolasi plasmid tersebut (Campbell et al., 2002).
2.5 Sentrifugasi
Isolasi plasmid diawali dengan kultivasi bakteri yang mengandung plasmid
yang akan diisolasi. Untuk inang E. coli, umumnya bakteri dikultur selama 16-18
jam, karena pada umur tersebut pertumbuhan bakteri berada dalam fase
eksponensial. Pemanenan sel pada jam tersebut bertujuan untuk memperoleh
jumlah sel yang memadai sebagai sumber plasmid. Pemanenan sel dilakukan
dengan sentrifugasi. Sentrifugasi merupakan proses pemisahan partikel
berdasarkan berat partikel. Prinsip utama sentrifugasi adalah memisahkan
substansi berdasarkan berat jenis molekul dengan cara memberikan gaya
sentrifugal sehingga substansi yang lebih berat akan berada di dasar, sedangkan
substansi yang lebih ringan akan terletak di atas (Mujayana dan Nurjanna, 2015).
2.6 Elektroforesis
Elektroforesis gel merupakan suatu teknik analisis penting dan sangat sering
dipakai dalam bidang biokimia dan biologi molekuler. Elektroforesis DNA secara
prinsip merupakan teknik untuk memisahkan sampel DNA berdasarkan atas
ukuran berat molekul dan struktur fisik molekulnya. Gel yang biasa digunakan
antara lain agarosa. Elektroforesis gel agarosa dapat dilakukan untuk memisahkan
sampel DNA dengan ukuran dari beberapa ratus hingga 20.000 pasang basa (bp)
(Artati, 2013).
Elektroforesis dalam kegiatan biologi molekuler merupakan salah satu cara
untuk memvisualisasikan keberadaan DNA, plasmid, dan produk PCR. DNA
dapat dilihat secara langsung dan dapat ditentukan ukurannya berdasarkan
migrasinya pada gel agarosa maupun gel poliakrilamid. Migrasi DNA dalam gel
disebut sebagai elektroforesis. DNA agar dapat divisualisasikan yang terdapat
pada gel perlu diwarnai, kemudian dilihat di atas sinar ultraviolet. Pewarna yang
biasa digunakan adalah ethidium bromida (EB). EB dapat menangkap sinar
ultraviolet sehingga pendaran sinar UV ini dapat terlihat. Ethidium mengikat
molekul DNA, sehingga molekul DNA dapat terlihat ketika dilihat di atas sinar
ultraviolet. Kekurangan dari EB adalah sifatnya yang karsinogenik dan mutagenik
sehingga dapat membahayakan manusia dan lingkungan (Artati, 2013).
Elektroforesis gel merupakan teknik memisahkan fragmen DNA berdasarkan
ukurannya. Sentrifugasi berarti memisahkan molekul menggunakan gravitasi
sementara elektroforesis gel berarti memisahkan molekul dengan menggunakan
listrik. Prinsip kerja elektroforesis gel dimulai saat makromolekul yang bermuatan
listrik ditempatkan pada medium berisi tenaga listrik. Molekul-molekul tersebut
akan bermigrasi menuju kutub positif atau kutub negatif berdasarkan muatan yang
terkandung di dalamnya. Molekul-molekul yang bermuatan negatif (anion) akan
bergerak menuju kutub positif (anoda), sedangkan molekul-molekul yang
bermuatan positif (kation) akan bergerak menuju kutub negatif (katoda)
(Klug dan Cummings, 1994).
BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN
DNA plasmid
Agarosa terlarut
Pita-pita DNA
4.1 Hasil
4.1.1 Tabel Hasil Analisis DNA Plasmid dengan Elektroforesis Gel Agarosa
No Perlakuan Hasil
1. Pembuatan gel agarosa 1 % dengan Larutan gel agarosa, tidak
berwarna
cara melarutkan 0,4 gram agarosa
dalam 40 mL
buffer TAE + dipanaskan
2. Penambahan EtBr ke dalam Gel berwarna kemerahan,
namun saat diaduk berubah
gel agarosa + diaduk
menjadi tidak berwarna
3. Gel agarosa dituangkan pada Terbentuk gel agarosa padat
cetakan
4. Sisir pada cetakan diangkat Terbentuk lubang-lubang kecil
adalah sumur
4.2 Pembahasan
DNA dapat disolasi atau dipisahkan dari zat - zat lain selain DNA. Prinsip-
prinsip yang digunakan untuk mengisolasi DNA yaitu pelisisan, ekstraksi,
pengendapan, dan pemurnian. Pelisisan yang dimaksud yaitu menghancurkan
dinding sel atau membran sel sehingga DNA di dalam sel tersebut dapat keluar
dari sel. Pelisisan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan NLS maupun
melalui pemanasan. Ekstraksi merupakan penghancuran sel. Ekstraksi dapat
dilakukan secara mekanik yaitu dengan menumbuk sel tersebut. Prinsip
selanjutnya yaitu pengendapan. Pengendapan atau presipitasi bertujuan untuk
memisahkan supernatan dengan pellet. Pengendapan tersebut dapat menggunakan
sentrifugator (Sebayang dkk., 2020).
Percobaan kali ini akan melakukan isolasi DNA untuk mendapatkan
plasmid, metode yang digunakan pada proses analisisnya yaitu metode
sentrifugasi. Metode lain yang digunakan yaitu metode elektroforesis untuk
memurnikan hasil isolasi DNA plasmid, dengan medianya gel agarosa. Sampel
yang digunakan dalam percobaan ini yaitu sampel DNA Trans dan sampel DNA
Ladder. Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengisolasi DNA plasmid,
mengetahui berat molekul DNA plasmid dan membedakan DNA plasmid.
Percobaan ini terdiri dari 2 perlakuan yaitu isolasi DNA plasmid pada sampel dan
analisis DNA dengan elektroforensis gel agarosa (Tim Penyusun, 2023).
Perlakuan pertama yang dilakukan yaitu penanaman bakteri pada suatu
media LB cair. Koloni tunggal transforman E.coli diinokulasikan ke dalam 5 ml
media LB cair yang mengandung 2.5 µL kanamisin. Bakteri E.Coli digunakan
untuk menghasilkan DNA plasmid karena mudah didapatkan dan dapat
menghasilkan keturunan yang banyak dalam waktu singkat. Bakteri E.Coli dipilih
yang terpenting karena memiliki komponen plasmid yang banyak sebagai
komponen dari DNA pada bakteri E.Coli tersebut. Fungsi dari inokulasi yaitu
untuk memperbanyak bakteri dengan cara menumbuhkannya atau
pengembangbiakan. Langkah selanjutnya diinkubasi pada shaker incubator pada
suhu 370C dengan kecepatan 150 rpm selama 16 jam. Hal ini berfungsi untuk
membantu proses replikasi dari bakteri E.Coli, sehingga jumlah DNA plasmid
dalam bakteri E.Coli akan semakin banyak. Fungsi shaker incubator yaitu untuk
menumbuhkan bakteri dan mencegah agregasi bakteri sehingga bakteri dengan
memiliki plasmid yang baik dan dapat diisolasi.
Perlakuan selanjutnya yaitu sebanyak 5 ml suspensi sel di sentrifugasi
selama 2 menit dengan kecepatan 10.000 rpm pada suhu 4 0C. Perlakuan ini
dilakukan pada suhu 4 0C atau suhu rendah untuk menjaga terjadinya denaturasi
dan didedgradasi protein rekombinan yang telah dieksperikan. Perlakuan ini juga
dilakukan pada kecepatan 10.000 rpm untuk menjaga kestabilan selam proses
pemisahan, sehingga pelet dan supernatan dapat terpisah. Supernatan merupakan
cairan diatas endapan bakteri yang mengandung enzim, protein dan produk
metabolik yang dihasilkan bakteri selama proses pertumbuhan. Pellet merupakan
endapan padat yang terbentuk dari sel-sel bakteri yang telah tumbuh. Pellet
kemudian disuspensi dengan larutan I (Glukosa 50 mM, Tris-Cl 2.5 mM pH 8, Na
2EDTA 10 mM pH 8) 100 µL dan dihomogenkan lalu didiamkan 5 menit.
Larutan I berfungsi untuk melarutkan pellet karena mengandung EDTA dan
berfungsi untuk meresuspensi sel. Glukosa yang terkandung didalam larutan I
berfungsi untuk meningkatan tekanan osmotik diluar sel yang mampu membantu
proses perlisisan. Larutan Tris-Cl pada pH 8 berfungsi untuk membantu proses
isolasi DNA dengan menjaga pH, yaitu saat pH diatas 5 dan dibawah pH 12
setelah sel dirusak. EDTA dalam larutan I berfungsi untuk menghancurkan sel
secara kimiwawi dan menghelat logam Mg2+ yang menjadi pusat aktif dari enzim
nuklease sehingga mencegah terdenaturasinya DNA oleh aktivitas DNase. Ion-ion
tersebut akan berikatan dengan EDTA membentuk kompleks. Kofaktor yang
berinteraksi dnegan EDTA akan menggangu kerja enzim DNase, karena ion
pengkelat yang terdapat didalam EDTa merupakan activator dari DNase, sehingga
DNase tidak dapat mendegradasi DNA. Hal ini merupakan alasan diperlukan
larutan EDTA karena untuk menghilangkan enzim DNase yang menggangu
proses isolasi DNA. Penambahan larutan 1 juga berfungsi untuk memecah
dinding sel dan melarutkan pellet. Larutan didiamkan sebentar selama 5 menit
untuk menunggu selama proses resuspensi sel berlangsung sehingga dihasilkan
pelet yang homogen, dengan larutan berwarna putih keruh. Fungsi pendiaman
yaitu untuk melihat pertumbuhan atau perkembangbiakan bakteri.
Perlakuan selanjutnya yaitu ditambahkan 200 µL larutan II (Fresh) (NaOH
0.2 N 20 µL, SDS 1% 100 µL, aquades steril 880 µL) dan dihomogenkan dengan
cara membolak balik tabung Eppendorf, larutan di inkubasi di es selama 15 menit.
Fungsi penambahan larutan II yaitu untuk mengendapkan dinding sel bakteri.
Larutan NaOH befungsi untuk memberikan suasana basa pada medium sehingga
molekul DNA akan terdenaturasi dan basa komplementernya tidak akan saling
berikatan lagi. Keadaan tersebut akan memisahkan DNA kromosom dan DNA
plasmid. DNA plasmid yang terdenaturasi tidak akan mengalami pemisahan basa
komplementer karena strukturnya berbentuk sirkuler, sehingga dapat kembali
ternaturasi ketika larutan basa dinetralisasi. SDS yang terkandung dalam larutan II
akan berfungsi untuk merusak membran sel bakteri dan mendenaturasi protein
atau melisikan dinding sel. Membran sel akan dilisis atau dirusak pada bagian
fosfolipid (lemak) dan protein. Komponen- komponen sel akan keluar dari dalam
sel ketika membran sel telah mengalami kerusakan akibat proses lisis oleh SDS.
Pellet yang telah ditambahkan larutan II, kemudian diinkubasi sebentar selama 15
menit didalam es. Fungsi inkubasi yaitu untuk melihat pertumbuhan atau
perkembangbiakan bakteri.
Perlakuan selanjutnya yaitu ditambahkan 150 µL larutan III (Kalium
asetat 5M, asam asetat glasial, ddH2O dingin), di inkubasi dalam es selama 10
menit. Penambahan larutan III berfungsi untuk mempertahankan pH DNA
plasmid agar tidak rusak. Kalium asetat yang digunakan dalam larutan III
berfungsi untuk mengendapkan plasmid dan komponen seluler bakteri, serta
mengikat SDS dan merubah menjadi KDS (Kalium Desosil Sulfat), sehingga
kontaminan protein lebih mudah dibuang. Asam glasial berfungsi untuk
menetralkan pH, sehingga DNA plasmid dapat terenaturasi. Penambahan ddH2O
berfungsi untuk melarutkan kembali DNA plasmid yang telah menggumpal
karena proses sebelumnya. Campuran tersebut disentrifugasi selama 5 menit
dengan kecepatan 12.000 rpm suhu 40C. Fungsi sentrifugasi yaitu untuk
memisahkan supernatan dan pellet.
Perlakuan selanjutnya yaitu supernatan yang diperoleh dipindah secara
perlahan dengan menggunakan pipet kedalam tabung Eppendorf baru yang steril
dan ditambahkan campuran fenol : kloroform : isoamil alkohol (25:24:1) 1 kali
volume total. Proses pemindahan ini bertujuan untuk mencegah terjadinya
kontaminasi sehingga diperoleh DNA plasmid yang lebih murni. Penambahan
larutan campuran tersebut berfungsi untuk melakukan tahap purifikasi yang
bertujuan untuk membersihkan sel dari zat-zat lainnya. Fenol yang terdapat dalam
larutan campuran berfungsi untuk mendegradasi protein. Kloroform yang terdapat
dalam larutan campuran berfungsi untuk mendegradasi lemak. Isomil alcohol
yang terdapat dalam larutan campuran berfungsi untuk memurnikan DNA plasmid
yang masih tercampur dnegan zat pengotornya. Zat pengotor yang dimaksud
dalam hal ini adalah protein yang mungkin masaih tercampur dengan
supernatannya. Fenol-kloroform dan air tidak dapat bersatu sehingga akan
terbentuk dua fase yakni fase air (fase aqueous) dan fase fenol-kloroform. Fenol-
kloroform lebih berat daripada air sehingga fasenya berada di bawah fase air.
Kedua fase kemudian dicampur dengan cara sentrifugasi. Pencampuran akan
membuat fenol merangsek ke dalam lapisan air dan membentuk emulsi turun.
Protein akan terdenaturasi dan terperangkap dalam fase fenol-kloroform,
sedangkan DNA tetap berada di air. Langkah selanjutnya yaitu dikocok sampai
terbentuk emulsi kemudian disentrifugasi lagi 12.000 rpm 2 menit. Fungsi
sentrfifugasi yaitu untuk memisahkan supernatan dan pellet. Hasil yang diperoleh
yaitu larutan 3 lapis, fasa paling bawah adalah fasa organik, fasa tengah adalah
suatu emulsi putih dan fasa paling atas adalah fasa cair. Fasa cair dipindah
dengan cara mempipet secara hati-hati kedalam tabung eppendorf baru yang steril.
Fasa cair tersebut dipekatkan dengan penambahan etanol absolut dingin 2 kali
volume total. Fungsi penambahan etanol absolut yaitu untuk mengendapkan DNA
plasmid yang larut dalam fase cair. Etanol absolut yang ditambahkan harus
dalam keadaan dingin bertujuan agar plasmid yang terendap mejadi lebih
banyak. Hal ini dikarenakan etanol merupakan senyawa organik yang dapat
membatu proses pengendapan tanpa mempengaruhi produk dihasilkan.
Perlakuan selanjutnya fasa cair diinkubasi dalam es selama 1 jam. Fungsi
inkubasi yaitu melihat pertumbuhan atau perkembangbiakan bakteri. Inkubasi
dilakukan dalam es berfungsi untuk menonaktifkan enzim-enzim yang mungkin
masih ada dan mengoptimalkan proses pengendapan pada suhu rendah yang
membantu proses pengendapannya. Hasil yang diperoleh setelah proses inkubasi
didalam es selama 1 jam adalah adanya pellet dibagian bawah eppendrof.
Campuran disentrifugasi 12.000 rpm selama 5 menit, pellet dicuci dengan etanol
dingin 70% sentrifugasi lagi dan tabung eppendorf di keringkan dari etanol
dengan cara membalikkan tabung dan didiamkan 5 menit. Fungsi sentrifugasi
yaitu untuk memisahkan supernatan dan pellet. DNA plamid yang terbentuk
dalam bentuk pelet dipisahkan dari supernatannya yang mengandung NaOAc dan
etanol absolut. Pencucian dengan etanol dingin bertujuan untuk menghilangkan
pengotor sisa larutan yang digunakan untuk mengendapkan plasmid sebelumnya.
Pellet kemudian dikeringkan dengan membalik tabung eppendorf dan didiamkan
selama 5 menit untuk memastikan pelarutnya benar-benar hilang. Pellet
selanjutnya dilarutkan dalam 30 µL ddH2O. Fungsi penambahan ddH2O yaitu
untuk menjaga kondisi DNA agar tidak kering dan rusak.
Perlakuan selanjutnya yaitu analisis DNA dengan elektroforesis gel agarosa.
Hasil isolasi DNA plasmid selanjutnya dianalisis dengan elektroforesis gel
agarosa untuk mendeteksi apakah isolasi DNA ini berhasil atau tidak. Klug dan
Cummings (1994), menyebutkan bahwa elektroforesis gel agarosa merupakan
suatu teknik pemisahan berdasarkan muatan dan ukuran molekul dengan
menggunakan medan listrik. Proses elektroforesis dibantu dengan adanya
kekuatan medan listrik yang dialirkan pada suatu medium yang berisi sampel
DNA.
Perlakuan pertama yang dilakukan adalah membuat gel agarosa 2% yang
dilakukan dengan menggunakan agarosa 0,8 gram dan dilarutkan dengan 40ml
buffer TAE (40 mM Tris-asetat dan 1 mM Na 2EDTA pH 8). Larutan kemudian
dipanaskan. Buffer TAE ini berfungsi untuk menambah aktivitas ionik dan juga
sebagai sumber ion yang mendukung konduktivitas, sehingga gel agarosa yang
dibuat bisa mempermudah fragmen DNA bergerak karena adanya kekuatan ionik.
Proses pemanasan bertujuan untuk mempercepat agarosa larut dalam larutan
buffer TAE. Hasil pelarutan dan pemanasan menunjukan bahwa agarosa larut dan
tidak berwarna.
Gel agarosa didinginkan terlebih dahulu sampai suhunya sekitar 450C sebelum
dituang ke dalam cetakan. Pendinginan bertujuan untuk memadatkan gel agarosa
sehingga dapat digunakan sebagai media untuk proses elektroforesis. Larutan
EtBr sebanyak 10 µL ditambahkan ke dalam cetakan gel agarosa sambil dilakukan
pengadukan secara perlahan. Larutan EtBr berfungsi untuk mengikat sampel dan
memunculkan warna flourecance ketika disinari sinar UV. Hasil yang diperoleh
setelah gel agarosa memadat dan sisir pada cetakan diangkat yaitu terbentuk
lubang-lubang yang disebut sebagai sumur pada gel agarosa. Perlakuan disisir
perlahan ketika cetakan diangkat bertujuan untuk membentuk lubang-lubang atau
yang biasa disebut sumur. Sumur digunakan untuk meloading DNA hasil isolasi.
Gel yang dihasilkan kemudian direndam dengan buffer TAE. Buffer TAE
berfungsi sebagai buffer running pada proses elektroforesis. Buffer TAE juga
berfungsi dalam menjaga kestabilan pH agar tetap memiliki pH 8 dan untuk
menambah aktivitas inonik serta sebagai sumber ion yang mendukung
konduktivitas. Hasil pencetakan agarosa adalah agarosa mulai memadat. Hasil
perubahan setelah ditambahkan EtBr menunjukkan adanya warna kemerahan.
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan kali ini yaitu sebagai berikut:
1. Proses isolasi DNA plasmid dapat dilakukan dengan beberapa cara salah
satunya dengan metode alkalis lisis dalam suasana basa. Metode ini dapat
dilakukan dengan beberapa tahap yaitu lisis, denaturasi, renaturasi/netralisasi
dan purifikasi. Proses pemisahan dari hasil lisis dapat menggunakan metode
sentrifugasi. Prinsip sentrifugasi yaitu pemisahan berdasarkan perbedaan berat
molekulnya. Berat molekul yang lebih kecil akan menjadi supernatan yang
terletak dilapisan atas dan apabila berat molekulnya lebih besar akan menjadi
pellet yang letaknya dilapisan bawah. Pemurnian dari hasil isolasi DNA bisa
menggunakan metode analisis elektroforesis dengan media pergerakan
fragmen molekul DNA pada gel agarosa.
2. Penentuan berat molekul DNA plasmid dapat dilakukan dengan cara
elektroforesis. Elektroforesis DNA secara prinsip merupakan teknik untuk
memisahkan sampel DNA berdasarkan atas ukuran berat molekul dan struktur
fisik molekulnya. Elektroforesis dapat digunakan untuk memperkirakan berat
molekul DNA plasmid.
3. DNA terbagi menjadi dua yaitu DNA kromosom dan DNA ekstrakromosomal
seperti DNA mitokondria, kloroplas dan plasmid. DNA plasmid (± 2 kb)
memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan DNA kromosom (>0,5
Mb). Plasmid dan kromosom memiliki perbedaan dalam hal ukuran, fungsi,
lokasi, penyebaran, peranan dalam bioteknologi, dan kepadatan genetik.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada praktikum percobaan kali ini yaitu praktikan
sebaiknya memahami prosedur dengan baik dan melakukan praktikum sesuai
dengan petunjuk praktikum serta dilakukan dengan teliti. Hal tersebut bertujuan
agar tidak terjadi kesalahan dan hasil yang diperoleh sesuai dengan literatur.
DAFTAR PUSTAKA
Artati, D. 2013. Sensitivitas Gel Red Sebagai Pewarna DNA pada Gel
Elektrolisis. Buletin teknik Litkayasa Akuakultur. 11(1): 11-14.
Baruno, A. 2021. Peningkatan Kemampuan Berpikir Analisis pada Materi Genetik
Melalui Model Pembelajaran Guided Inquiry Terintregasi Virtual Lab.
Jurnal Karya Ilmiah Guru. 6(2): 176-182.
Calladine, C.R., R.D Horace., F.L Ben., and A.T Andrew. 2004. Understanding
DNA. Amsterdam: Academic Press.
Campbell, N.A., J.B Reece., and L.G Mitchell. 2002. Biologi 5th ed. Jakarta:
Erlangga.
Klug, W.S., and M.R Cummings. 1994. Concepts pf Genetics. Colombus: Charles
E.Merrill Publishing.
Martani, N.S. 2020. merA Echerichia Coli. Bandung: Media Sains Indonesia.
Mujayana., dan Nurjanna. 2015. Teknik Isolasi DNA Plasmid dari Bankteri
Terkonstruksi Gen Antivirus PMAV. Buletin Teknik Litkayasa
Akuakultur. 13(1): 67-71.
Murakami, K. 2007. The Divine Message Of The DNA. Bandung: Mizan Pustaka.
Nishiguchi, M.K., P. Daukakis., and M. Egan. 2002. DNA Isolation Procedures.
Berkauser: Bassel (SWZ).
Nusantari, E. 2015. Genetika. Yogyakarta: Deepublish.
Sabrina., Z. Suhaemi., dan S.G Hidayati. 2022. Intensitas dan Presentase
Keberhasilan Isolasi DNA Darah Itik Lokal Sumatera Barat pada Lama
Inkubasi Lysis Sel yang Berbeda. Jurnal Inspirasi Peternakan. 2(2): 293-
298.
Sebayang, R., Y. Idawati., dan H. Sinaga. 2020. Analisis Lactat Dehydrogenase
dalam Serum Darah Menggunakan Sentrifugasi. Jurnal Keperawatan
Silampari. 4(1): 274-280.
Suryo. 2004. Genetika Strata 1. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Surzycki, S.J. 2000. Basic Techniques in Molecular Biology. Springer: Verlag
Publisher
Susanto, A.H. 2012. Bahan Ajar Biologi Molekuler. Purwokerto: Universitas
Jenderal Sudirman.
Tim Penyusun. 2023. Petunjuk Praktikum Biomolekul. Jember: Universitas
Jember.
Triani, N. 2020. Isolasi DNA Tanaman Jeruk dengan Menggunakan Metode
CTAB (Cetyl Trimetyl Ammonium Bromide). Jurnal Teknologi Terapan.
3(2): 221-226.
Zein, S.A., dan D.M. Prawiradilaga. 2013. DNA Barcode Fauna Indonesia.
Jakarta: Kencana.
No Perlakuan Hasil
1. Pembuatan gel agarosa 1 % dengan Larutan gel agarosa, tidak
berwarna
cara melarutkan 0,4 gram agarosa
dalam 40 mL
buffer TAE + dipanaskan
2. Penambahan EtBr ke dalam Gel berwarna kemerahan,
namun saat diaduk berubah
gel agarosa + diaduk
menjadi tidak berwarna
3. Gel agarosa dituangkan pada Terbentuk gel agarosa padat
cetakan
4. Sisir pada cetakan diangkat Terbentuk lubang-lubang kecil
adalah sumur