Anda di halaman 1dari 19

I.

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Bioteknologi berasal dari dua kata, yaitu ‘bio’ yang berarti makhuk hidup dan
‘teknologi’ yang berarti cara untuk memproduksi barang. Dengan definisi tersebut
bioteknologi bukan merupakan sesuatu yang baru. Nenek moyang kita telah
memanfaatkan mikroba untuk membuat produk-produk berguna seperti tempe,
oncom, tape, arak, terasi, kecap, yogurt, dan nata de coco. Hampir semua
antibiotik berasal dari mikroba, demikian pula enzim-enzim yang dipakai untuk
membuat sirop fruktosa hingga pencuci pakaian.
DNA adalah asam nukleat yang mengandung materi genetik dan berfungsi
untuk mengatur perkembangan biologis seluruh bentuk kehidupan secara seluler.
DNA terdapat pada nukleus, mitikondria, dan kloroplas. DNA mitokondria dan
kloroplas memiliki ciri khas, yaitu hanya mewariskan sifat-sifat yang berasal dari
garis ibu. Sedangkan DNA nukleus memiliki pola pewarisan sifat dari kedua
orangtua. Dilihat dari organismenya, struktur DNA prokariot tidak memiliki
protein histon dan berbentuk sirkular, sedangkan DNA eukariot berbentuk linier
dan memiliki protein histon.
Isolasi DNA merupakan langkah mempelajari DNA. Salah satu prinsip
isolisasi DNA yaitu dengan sentrifugasi. Sentrifugasi merupakan teknik untuk
memisahkan campuran berdasarkan berat molekul komponennya. Molekul yang
mempunyai berat molekul besar akan berada di bagian bawah tabung dan molekul
ringan akan berada pada bagian atas tabung. Hasil sentrifugasi akan menunjukkan
dua macam fraksi yang terpisah, yaitu supernatan pada bagian atas dan pellet pada
bagian bawah.

I.2 Tujuan
1. Melatih praktikan untuk dapat cara mengekstraksi DNA secara sederhana.
2. Melatih praktikan untuk dapat melihat presipitasi DNA dari hasil ekstraksi.
3. Melatih praktikan untuk dapat melakukan analisa hasil ekstraksi DNA
I.3 Manfaat
1. Mahasiswa mampu melakukan ekstraksi DNA dari berbagai macam sampel.
2. Mahasiswa mampu melakukan analisa terhadap hasil ekstraksi DNA.
II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1 DNA
DNA adalah polimer dari nukleotida-nukleotida. Nukleotida-nukleotida dalam
DNA dihubungkan satu dengan yang lainnya oleh ikatan fosfodiester, yaitu ikatan
yang terjadi antara Carbon katida dari satu nukleotida terdiri dari sebuah gula
pantosa (deoksiribosa), satu buah fosfat dan satu basa nitrogen. Basa nitrogen
tersebut berikatan dengan carbon pertama dari gula deoksiribosa, sedangkan
fosfat berikatan dengan Carbon kelima dari gula yang sama. Basa nitrogen yang
menyusun nukleotida dikelompokan menjadi 2 yaitu: ¾ Purine, yaitu basa
nitrogen yang strukturnya berupa dua cincin. Termasuk diantaranya adalah :
adenin dan guanin. ¾ Pirimidin, yaitu basa nitrogen yang strukturnya berupa satu
cincin. Termasuk diantaranya adalah : citosin dan timin (Priyani, 2004).
DNA pertama kali berhasil dimurnikan pada tahun 1868 oleh ilmuan Swiss
Friedrich Miescher, di Tubingen, Jerman yang menamainya DNA
nuclein berdasarkan lokasinya di dalam inti sel. Namun demikian, penelitian
terhadap peranan DNA di dalam sel baru dimulai pada awal abad 20, bersamaan
dengan ditemukannya postulat genetika Mendel. DNA dan protein dianggap dua
molekul yang paling memungkinkan sebagai pembawa sifat genetis berdasarkan
teori tersebut. Dua eksperimen pada dekade 40-an membuktikan fungsi DNA
sebagai materi genetik. Dalam penelitian oleh Avery dan rekan-rekannya, ekstrak
dari sel bakteri yang satu gagal men-transform sel bakteri lainnya kecuali jika
DNA dalam ekstrak dibiarkan utuh. Eksperimen yang
dilakukan Hershey dan Chase membuktikan hal yang sama dengan
menggunakan pencari jejak radioaktif (Priyani, 2004).
Asam-asam nukleat seperti asam dioksiribosa nukleat (DNA) dan asam
ribonukleat (RNA) memberikan dasar kimia bagi pemindahan keterangan di
dalam semua sel. Asam nukleat merupakan molekul makro yang memberi
keterangan tiap asam nukleat mempunyai urutan nukleotida yang unik sama
seperti urutan asam amino yang unik dari suatu protein tertentu karena asam
nukleat merupakan rantai polimer yang tersusun dari satuan monomer yang
disebut nukleotida (Kusuma, 2010).
DNA (Deoxyribose Nucleic Acid) merupakan suatu makromolekul beruntai
ganda dan berbentuk heliks dengan basa yang menonjol ke bagian dalam molekul
tersebut. Basa nitrogen DNA terdiri atas adenin, timin, sitosin dan guanin. Adenin
selalu berikatan dengan timin dan sitosin dengan guanian, urutan nukleotida
kedua untai bersifat komplementer. Untaian yang satu merupakan cetakan
pembentuk untaian yang lain (Kusuma, 2010).

II.2 Pengertian Ekstraksi DNA


Ekstraksi DNA merupakan prosedur rutin dalam analisis molekuler. Masalah-
masalah dalam ekstraksi DNA masih merupakan hal penting yang perlu diatasi.
Jumlah dan kualitas DNA hasil ekstraksi bervariasi tergantung dari spesies
tanaman sehingga mempengaruhi analisis lebih lanjut seperti hibridisasi DNA,
pemotongan DNA dengan enzim restriksi maupun analisis dengan polymerase
chain reaction (PCR) (Susanti, 2003).
Ekstraksi DNA adalah langkah pertama yang sangat penting dalam langkah-
langkah kerja analisis DNA sequencing. Kualitas secara keseluruhan, akurasi dan
panjang pembacaan urutan basa DNA dapat dipengaruhi secara signifikan oleh
karakter sample itu sendiri, dan metode yang dipakai untuk ekstraksi DNA.
Mengisolasi DNA dengan kualitas tinggi dari berbagai jenis sample memiliki
tantangan tersendiri, dan metode yang ideal akan beragam bergantung pada jenis
jaringan (termasuk darah), bagaimana ia diperoleh dari sumbernya, dan
bagaimana sample ditangani atau disimpan sebelum diekstrak. Metode untuk
isolasi asam nukleat sering dikerjakan menggunakan penghancuran mekanik atau
metode kimiawi, yang kadang-kadang juga terotomatisasi. Baik metode ekstraksi
manual maupun otomatis yang digunakan, kita harus berhati-hati untuk
meminimalisir degradasi DNA, dengan menghindari ekspos terhadap panas,
cahaya, freeze-thaw yang berulang-ulang dan vortex. Selanjutnya, laboratorium
harus diatur sedemikian rupa untuk meminimalisir kemungkinan kontaminasi
silang diantara sample (Susanti, 2003).
Secara kimiawi penghancuran sel dilakukan dengan memanfaatkan senyawa
kimia seperti EDTA (ethylenediamine tetraacetic), SDS (Sodium dodecyl
sulphate). EDTA berfungsi sebagai perusak sel dengan cara mengikat ion
magnesium (ion ini berfungsi untuk mempertahankan integritas sel maupun
mempertahankan aktivitas enzim nuclease yang merusak asam nukleat). SDS
merupakan sejenis detergent yang berfungsi merusak membrane sel. Enzim
proteinase K dapat digunakan untuk menghancurkan protein. Kotoran akibat lisis
sel dipisahkan dengan cara sentrifugasi. Kemudian molekul nukleotida (DNA dan
RNA) yang telah dipisahkan dibersihkan dari protein yang masih ada dengan
menggunakan phenol. Dalam proses ini sebagian kecil RNA juga dapat
dibersihkan. Sedangkan chloroform digunakan untuk membersihkan sisa – sisa
protein dan dan polisakarida dari larutan. Enzim RNAase digunakan untuk
menghancurkan RNA sehingga DNA dapat diisolasi secara utuh. Pemurnian atau
purifikasi DNA dapat dilakukan dengan mencampur larutan DNA tersebut dengan
NaCl yang berfungsi memekatkan, memisahkan DNA dari larutan, dan
mengendapkan DNA sewaktu dicampur dengan ethanol. Proses sentrifugasi
dengan kecepatan tinggi akan mengendapkan tepung berwarna putih (DNA) dan
menempel di dasar tabung sentrifuge (Gibbons, 1993).

II.3 Metode Ekstraksi DNA


Prinsip isolasi DNA pada berbagai jenis sel atau jaringan pada berbagai
organisme pada dasarnya sama namun memiliki modifikasi dalam hal teknik dan
bahan yang digunakan. Bahkan beberapa teknik menjadi lebih mudah dengan
menggunakan kit yang diproduksi oleh suatu perusahaan sebagai contoh kit yang
digunakan untuk isolasi DNA pada tumbuhan seperti Kit Nucleon Phytopure
sedangkan untuk isolasi DNA pada hewan digunakan GeneJETTM Genomic DNA
Purification Kit. Namun tahapan-tahapan isolasi DNA dalam setiap langkahnya
memiliki protokol sendiri yang disesuaikan dengan keperluan. Penggunaan teknik
isolasi DNA dengan kit dan manual memiliki kelebihan dan kekurangan
(Muladno, 2002).
Metode konvensional memiliki kelebihan harga lebih murah dan digunakan
secara luas sementara kekurangannya membutuhkan waktu yang relatif lama dan
hasil yang diperoleh tergantung sampel. Tahap pertama dalam isolasi DNA adalah
proses perusakan atau penghancuran membran dan dinding sel. Pemecahan sel
(lisis) merupakan tahapan dari awal isolasi DNA yang bertujuan untuk
mengeluarkan isi sel (Holme dan Hazel, 1998). Tahap penghancuran sel atau
jaringan memiliki beberapa cara yakni dengan cara fisik seperti menggerus
sampel dengan menggunakan mortar dan pestle dalam nitrogen cair atau dengan
menggunakan metode freezing-thawing dan iradiasi (Chirikjian, 1995).
Cara lain yakni dengan menggunakan kimiawi maupun enzimatik.
Penghancuran dengan menggunakan kimiawi seperti penggunaan detergen yang
dapat melarutkan lipid pada membran sel sehingga terjadi destabilisasi membran
sel (Brown, 1992).
Pada proses lisis dengan menggunakan detergen, sering digunakan Sodium
Dodecyl Sulphate (SDS) sebagai tahap pelisisan membran sel. Detergen tersebut
selain berperan dalam melisiskan membran sel juga dapat berperan dalam
mengurangi aktivitas enzim nuklease yang merupakan enzim pendegradasi DNA.
Selain digunakan SDS, detergen yang lain seperti cetyl trimethylammonium
bromide (CTAB) juga sering dipakai untuk melisiskan membran sel pada isolasi
DNA tumbuhan (Attwood, 1999).
Parameter keberhasilan dalam penggunaan CTAB bergantung pada beberapa
hal. Pertama, Konsentrasi NaCl harus di atas 1.0 M untuk mencegah terbentuknya
kompleks CTAB-DNA. Karena jumlah air dalam pelet sel sulit diprediksi, maka
penggunaan CTAB sebagai pemecah larutan harus dengan NaCl dengan
konsentrasi minimal 1.4 M. Kedua, ekstrak dan larutan sel yang mengandung
CTAB harus disimpan pada suhu ruang karena kompleks CTAB-DNA bersifat
insoluble pada suhu di bawah 15°C. Ketiga, penggunaan CTAB dengan
kemurnian yang baik akan menentukan kemurnian DNA yang didapatkan dan
dengan sedikit sekali kontaminasi polisakarida. Setelah ditambahkan CTAB,
sampel diinkubasikan pada suhu kamar. Tujuan inkubasi ini adalah untuk
mencegah pengendapan CTAB karena CTAB akan mengendap pada suhu 15°C
(Muladno, 2002).
Pada tahapan ekstraksi DNA, seringkali digunakan chelating agent seperti
ethylenediamine tetraacetic acid (EDTA) yang berperan menginaktivasi enzim
DNase yang dapat mendenaturasi DNA yang diisolasi, EDTA menginaktivasi
enzim nuklease dengan cara mengikat ion magnesium dan kalsium yang
dibutuhkan sebagai kofaktor enzim DNAse (Corkill dan Rapley, 2008). DNA
yang telah diekstraksi dari dalam sel selanjutnya perlu dipisahkan dari
kontaminan komponen penyusun sel lainnya seperti polisakarida dan protein agar
DNA yang didapatkan memiliki kemurnian yang tinggi. Fenol seringkali
digunakan sebagai pendenaturasi protein, ekstraksi dengan menggunakan fenol
menyebabkan protein kehilangan kelarutannya dan mengalami presipitasi yang
selanjutnya dapat dipisahkan dari DNA melalui sentrifugasi. Setelah sentrifugasi
akan terbentuk 2 fase yang terpisah yakni fase organik pada lapisan bawah dan
fase aquoeus (air) pada lapisan atas sedangkan DNA dan RNA akan berada pada
fase aquoeus setelah sentrifugasi sedangkan protein yang terdenaturasi akan
berada pada interfase dan lipid akan berada pada fase organik (Muladno, 2002).
yang didapat dapat dipekatkan melalui presipitasi. Pada umumnya digunakan
etanol atau isopropanol dalam tahapan presipitasi. Kedua senyawa tersebut akan
mempresipitasi DNA pada fase aquoeus sehingga DNA menggumpal membentuk
struktur fiber dan terbentuk pellet setelah dilakukan sentrifugasi (Switzer, 1999).
Hoelzel (1992) juga menambahkan bahwa presipitasi juga berfungsi untuk
menghilangkan residu-residu kloroform yang berasal dari tahapan ekstraksi
(Muladno, 2002).
Setelah dilakukan proses presipitasi dan dilakukan pencucian dengan etanol,
maka etanol kemudian dibuang dan pellet dikeringanginkan, perlakuan tersebut
bertujuan untuk menghilangkan residu etanol dari pelet DNA. Penghilangan
residu etanol dilakukan dengan cara evaporasi karena etanol mudah menguap
(Muladno, 2002).

II.4 Elektroforesis
Elektroforesis merupakan proses migrasi molekul bermuatan dalam medium
yang dialiri arus listrik. Prinsip dasar elektroforesis adalah molekul dan partikel
bermuatan akan bergerak ke arah elektrode yang memiliki muatan berlawanan di
bawah pengaruh medan listrik. Laju migrasi molekul bermuatan tersebut menuju
elektrode yang bermuatan negatif disebut elektromobilitas. Elektromobilitas suatu
molekul dipengaruhi oleh beberapa faktor, semakin besar muatan molekul maka
semakin besar pula elektromobilitasnya, nilai elektromobilitas berbanding terbalik
dengan besar ukuran molekul sehingga molekul dengan ukuran lebih besar
memiliki elektromobilitas yang lebih kecil bila dibandingkan dengan molekul
yang berukuran lebih kecil. Selain besar muatan dan ukuran molekul tersebut,
topologi atau bentuk molekul turut berpengaruh pula terhadap elektromobilitas
suatu molekul. Elektroforesis DNA umumnya menggunakan metode
elektroforesis gel agarosa (Giri, 2004).
Metode elektroforesis tersebut pada prinsipnya melibatkan fase stasioner yang
berupa gel agarosa dan fase gerak berupa buffer Tris-acetate EDTA (TAE) atau
Tris-borat EDTA (TBE). TBE (Tris-borat EDTA) 1X, Tris/Borat merupakan
buffer yang umum digunakan sebagai buffer elektroforesis karena memiliki
kapasitas buffering yang tinggi pada titik isoelektriknya. Borat bertindak sebagai
conducting ion sehingga dapat mempertahankan kesetimbangan ion H+ dan OH-
yang dihasilkan oleh elektrode, hal ini berhubungan dengan fungsi buffer dalam
menjaga kesetimbangan pH saat migrasi fragmen DNA berlangsung, perubahan
pH dapat mendenaturasi struktur DNA sehingga merubah elektromobilitas DNA
(Giri, 2004).
Elektroforesis merupakan suatu teknik analisis penting dan sangat sering
dipakai dalam bidang Biokimia dan Biologi Molekular. Secara prinsip, teknik ini
mirip dengan kromatografi, memisahkan campuran bahan-bahan berdasarkan
perbedaan sifatnya. Dalam elektroforesis gel, pemisahan dilakukan terhadap
campuran bahan dengan muatan listrik yang berbeda-beda (menggunakan prinsip
dalam elektroforesis) (Jean, 2010).
Secara teknis, elektroforesis merupakan istilah yang diberikan untuk migrasi
partikel yang bermuatan akibat diberikan arus listrik searah atau DC (Direct
Current). Umumnya teknik dari cikal- bakal elektroforesis digunakan untuk
menentukan muatan dari suatu koloid. Teknik elektroforesis ditentukan oleh ciri
molekular ionik dan adanya muatan sebagai sifat fisik. Arah dan laju pergerakan
tergantung pada spot dan intensitas muatan ionik. Buffer elektroda digunakan
untuk konduktor arus dengan menjadi jembatan konduksi diantara dua elektroda
sehingga memungkinkan terjadinya aliran medan listrik (Jean, 2010).

II.5 DNA Ladder


DNA ladder merupakan salah satu komponen elektoforesis, Dna ladder
digunakan untuk membandingkan ukuran panjang basa pada fragmen DNA
sampel. Pemendaran yang dihasilkan dihasilkan oleh pewarna ElBr dapat dilihat
menggunakan sinar UV (Susanti, 2005).
DNA ladder di dalamnya terdiri dari satu set fragmen DNA dengan ukuran
yang berbeda. Fragmen DNA ini dipisahkan dan divisualisasikan sebagai pita
DNA pada gel. Pita DNA dipisahkan bersama-sama terlihat seperti ladder
(tangga) pada gel. DNA ladder yang digunakan dalam elektroforesis gel untuk
menentukan ukuran dan jumlah fragmentes DNA dari genom (Susanti, 2005).
DNA ladder yang ukurannya sudah diketahui dimasukkan juga kedalam gel
untuk mengidentifikasi DNA.Agarose gel elektroforesis adalah suatu prosedur
yang terdiri dari pengisian DNA dalam agarose gel dan kemudian
menghubungkan arus listrik pada gel (Gibbons, 1993).
III. Materi Metode
III.1 Waktu dan Tempat

Hari, tanggal : Selasa, 3 Mei 2016

Waktu : 14.00 – 16.00

Tempat : Laboratorium Bioteknologi, Gedung E Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan

III.2 Alat dan Bahan


III.2.1 Alat

NO Nama Alat Gambar Fungsi


1 Erlenmeyer Wadah bagi buffet lysis

2 Tabung Mengukur buffet lysis


Centrifuge

3 Mikropipet Mengambil larutan


dalam jumlah kecil

4 Mikrotip Tempat sampel saat


pengambilan dengan
mikropipet

5 Saringan Menyaring sampel


6 Jarum Ose Mengaduk sampel

7 Cawan Petri Wadah bagi cairan hasil


penyaringan saampel

8 Corong Membantu memasukkan


larutan

9 Vial Tempat aquabides

10 Kamera Alat dokumentasi

3.2.1.1 Alat Elektroforesis

NO Nama Alat Gambar Fungsi


1 Mikropipet Alat untuk
mengambil larutan
dalam jumlah
tertentu
2 Mikrotip Tempat sampel saat
pengaambilan
dengan mikropipet
3 Perangkat Gel Memisahkan
Elektroforesis fragmen DNA

4 UV Visualisasi DNA
Transluminator

5 Mikrotube Tempat meletakkan


supernatan dan
aquadest

III.2.2 Bahan

NO Nama Bahan Gambar Fungsi


1 Strawberry, Bahan yang diuji
Pisang, Rumput
laut

2 Enzim Protease Memecah RNA


3 Shampo Memecah dinding sel

4 Aquabides Melarutkan sampel untuk


buffer lysis

5 Alkohol 95% Presipitasi DNA

6 Tissue Mengeringkan alat

7 Kertas saring Menyaring sampel

8 Zip lock Tempat menghaancurkan


sampel

9 Garam Memecah dinding sel dan


protein
3.2.2.1 Bahan Elektroforesis

No Nama Bahan Gambar Fungsi


1. Buffer TAE 1x Pemberat gel
agarose

2. Agarose 1% Media sumuran


untuk sampel

3. Sampel Sebagai sampel


ekstraksi

4. Loading dye Sebagai pemberat


sampel supaya dapat
dimasukkan ke gel
agarose

III.1 Cara Kerja


III.1.1 Ekstraksi DNA

Strawberry, rumput laut, dan pisang diambil dan dibelah menjadi 2


bagian

Bahan dimasukkan kedalam ziplock lalu diremas dengan jari tangan


Buffer lysis dibuat dengan menggunakan 135 ml aquadest, 15ml
shampo dan setengah sendok garam kemudian dihomogenkan

Buffer lysis ditambahkan kedalam plastik ziplock berisi sampel


sebanyak 10 ml

Sampel yang telah ditambahkan buffer lysis dihomogenkan

Larutan sampel disaring menggunakan saringan

masukkan sampel ke dalam tabung sentrifuge

Alkohol 95% ditambahkan pada sampel sebanyak 30 ml

Tabung dilihat sampai terlihat DNA

Sampel dipindahkan kedalam mikrotube yang berisi aquadest 1 ml


lalu dihomogenkan

III.1.2 Gel Elektroforesis

Gel agarose 1% dimasukkan ke dalam elektroforesis dan


ditambahkan buffer TAE 1X

loading dye 1µl ditambahkan pada parafilm lalu ditambahkan 3µl


sampel kemudian dihomogenkan

Campuran tersebut dimasukkan ke sumuran elektroforesis

Elektroforesis dinyalakan selama 30 menit dengan 100 volt

Kemudian hasil diamati dengan UV - transluminator


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil
IV.1.1 Ekstraksi DNA

Gambar 1. Hasil ekstraksi DNA strawberry

Gambar 2. Hasil ekstraksi DNA pisang


Gambar 3. Hasil ekstraksi DNA rumput laut
IV.1.2 Gel Elektroforesis

Gambar 3. Sumuran gel agarose

Gambar 4. Hasil visualisai elektroforesis


IV.2 Pembahasan
IV.2.1 Ekstraksi DNA
Pada praktikum kali ini, digunakan tiga sampel untuk diekstrak
DNAnya yaitu strawberry, pisang dan rumput laut. Metode yang
digunakan ialah ekstraksi sederhana. Proses penghaluskan sampel
dimaksudkan untuk mempermudah proses pengambilan ekstrak yang ada
didalam sampel.
Apabila dilihat dari sumber DNA yang digunakan untuk
pengekstraksian ini, macam buah yang digunakan tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata. Masing-masing buah untuk sumber DNA
menghasilkan DNA yang berbentuk benang-benang halus berwarna putih.
macam buah yang digunakan dalam proses pengekstraksian DNA kali ini
adalah jenis buah yang memiliki kadar air yang tinggi. Dengan
penambahan alkohol 95% pada permukaan larutan betujuan untuk
melakukan presipitasi sehingga DNA yang telah terkumpul tadi mampu
memisah dari larutan dan terbentuklah lapisan-lapisan yang dapat
diidentifikasi unsur penyusunnya

IV.2.2 Gel Elektroforesis


Hasil ekstraksi DNA yang sudah didapatkan benang-benang DNA nya
kemudian diambil sebanyak 3µl dan dicampurkan dengan loading dye
sebanyak 1µl. Loading dye sendiri berfungsi sebagai pewarna dan
pemberat dari benang-benang DNA agar tidak berceceran saat masuk
kedalam gel agarose. Saat proses elektroforesis sudah selesai maka
hasilnya dapat dilihat di UV-Transluminator untuk melihat hasil dari
sequence DNA. Namun, pada praktikum kali ini gagal dilakukan karena
hasil tidak muncul saat dilihat di UV-Transluminator. Hal ini terjadi
dapat disebabkan oleh salah satunya adalah human error atau kesalahan
manusia saat melakukan ektraksi DNA atau saat memindahkan sampel ke
gel agarose sehingga hasilnya tidak muncul.
V. Penutup
V.1Kesimpulan
1. Metode Ekstraksi secara sederhana dilakukan dengan bantuan larutan Buffer
lysis, Shampo dan garam serta alcohol yang masing-masing memiliki fungsi
tersendiri.
2. Prepitasi DNA dari hasil ekstraksi berupa benang-benang halus yang muncul
saat sampel dan larutan buffer lisis sudah bercampur dengan alkohol 95%
dalam tabung sentrifuge.
3. Analisa hasil ekstraksi DNA dilakukan dengan melihat melalui hasil gel
elektroforesis di UV- Transluminator.

V.2Saran
1. Pada Praktikum selanjutnya diharapkan untuk lebih berhati-hati pada setiap
langkah dalam praktikum sehingga meminimalisir terjadinya kegagalan.

Anda mungkin juga menyukai