JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
A. Tujuan
C. Dasar Teori
Sebelum tahun 1970, DNA merupakan molekul sel yang paling sulit untuk
dianalisis. Deoxyribo nucleic acid (DNA) merupakan cetak biru suatu makhluk hidup
dengan kemampuan menyimpan dan menggandakan informasi genetik yang terdapat
di dalamnya. Namun sejalan dengan perkembangan ilmu genetika dan penemuan
teknologi DNA rekombinan atau rekayasa genetik, hal tersebut menjadi lebih mudah.
Perubahan yang mendasar adalah ditemukannya cara untuk memurnikan dan
memperbanyak fragmen DNA. Penemuan enzim restriksi oleh Smith dan Wilcok
(1970) dan Heitman (1993), penemuan vektor kloning oleh Cohen et al. (1973) dan
Bolivar et al. (1977), isolasi enzim DNA ligase oleh Higgins dan Cozzarelli (1979)
menjadi pembuka dan berharga bagi perkembangan teknologi rekayasa genetik.
DNA suatu organisme terdapat dalam kromosom dan di luar kromosom (DNA
ekstrakromosom). Plasmid, kloroplas dan mitokondria merupakan sumber DNA
diluar kromosom. DNA di luar kromosom diperoleh selama evolusi melalui proses
endosimbiosis antara organisme bersel tunggal (prokariot) membentuk organisme
bersel banyak/multiseluler atau eukariot. DNA kromosom dan ekstrakromosom
bekerjasama menjaga kelangsungan hidup suatu organisme.
Materi genetik atau DNA dari berbagai makhluk hidup dapat diambil dan
dilihat. Selanjutnya DNA tersebut dapat diperbanyak untuk digunakan bagi analisis
dan keperluan lebih lanjut. Isolasi DNA merupakan tahapan pertama yang harus
dilakukan untuk mengambil DNA dari sel makhluk hidup.
Isolasi DNA genom membutuhkan penyiapan DNA kromosom dengan
kualitas yang baik karena akan digunakan untuk berbagi manipulasi genetik yang
lain. Sejak analisis genom dilakukan untuk banyak sampel dan DNA genom tersebut
dipakai dalam waktu yang lama maka dibutuhkan suatu upaya besar agar diperoleh
kualitas DNA yang baik dalam jumlah besar.
Isolasi atau pengambilan DNA dari makhluk hidup terbagi atas beberapa
tahapan yaitu penumbuhan dan perbanyakan sel, penghancuran dinding sel,
penghilangan RNA dan protein serta pemurnian DNA. Sel akan ditumbuhkan dan
diperbanyak dalam medium dalam tenggang waktu 24 jam lalu dipanen pada saat sel
membelah secara aktif pada umur sel yang muda agar DNA mudah diambil. Medium
untuk perbanyakan sel harus mengandung nutrient penting yang dibutuhkan oleh sel.
Medium untuk penumbuhan sel bakteri biasanya menggunakan medium Luria
Bertani (Brown, 1995).
Sel organisme terbungkus oleh membran sitoplasma dan dikelilingi oleh
dinding sel yang kuat terdiri dari ikatan antara protein dan lemak. Semua pelindung
materi genetik organisme tersebut harus dipecah untuk mengeluarkan bagian dalam
sel termasuk DNA. Penghancuran dinding sel dapat dilakukan dengan cara mekanik,
kimiawi dan enzimatik. Secara mekanik isolasi DNA menggunakan getaran
ultrasonik atau sonikasi dan penggerusan. Enzim lisozim biasanya digunakan untuk
memecah dinding sel secara enzimatik untuk mengeluarkan DNA. Enzim lisosim
akan mendigesti senyawa polimerik yang menyebabkan kekakuan dinding sel.
Larutan kimiawi pemecah dinding sel biasanya menggunakan detergen seperti etilen
diamina tetra asetat (EDTA), sodium klorida, atau sodium dodesil sulfat. Bahan kimia
EDTA akan menghilangkan ion magnesium yang mempertahankan keutuhan
selubung sel dan menghambat aktivitas enzim perusak DNA. Bahan deterjen seperti
SDS akan menghilangkan molekul lemak sehingga merusak membran sel. Bagian sel
yang tidak dikehendaki selain DNA atau kontaminan dihilangkan dengan cara
pengendapan menggunakan fenol, kloroform dan IAA (Indol acetic acid). Pemurnian
dan pemekatan DNA dilakukan menggunakan etanol (Watson, 1988).
Prinsip dasar isolasi DNA umumnya terdiri atas perbanyakan atau kultivasi
sel sehingga diperoleh DNA dalam jumlah besar. Kultivasi sel kemudian diakhiri
dengan panen sel pada saat usia sel mencapat tingkat pembelahan tertinggi dan
kepadatan sel terbesar. Selanjutnya dilakukan pemecahan dinding sel dengan bantuan
enzim. Pada saat itu, dibutuhkan detergen untuk membantu lisis inti sel dan
melepaskan DNA. Sel biasanya akan lisis dalam larutan SDS yang mengandung
sukrosa. Sukrosa dibutuhkan untuk meningkatkan viskositas sel dan membantu
mengeluarkan DNA. Setelah DNA diperoleh maka harus dilindungi dari nuklease dan
dibebaskan dari kontaminasi protein lain. Kontaminasi protein akan menghambat
reaksi enzimatik pada tahap manipulasi berikutnya. Aktivitas nuklease akan dihambat
oleh EDTA sedangkan degradasi protein akan dilakukan oleh Protease K. Selanjutnya
DNA akan dimurnikan menggunakan ekstraksi fenol dan dipresipitasi menggunakan
etanol.
Penentuan kemurnian dan konsentrasi DNA dilakukan dengan cara mengukur
absorbansi DNA dengan spektrofotometer (OD) pada panjang gelombang 260 nm
dan OD 280 nm. Kemurnian DNA diperoleh dari rasio antara absorbansi pada OD260
dan OD280. Kemurnian kurang dari 1.8 menunjukkan bahwa DNA telah
terkontaminasi dengan fenol dan protein. Nilai kemurnian diatas 1.8 menunjukkan
DNA telah terkontaminasi RNA (Kusumaningrum, dkk., 2015: 50-51).
Genomics adalah studi tentang semua gen dalam suatu organisme untuk
memahami molekulnya organisasi, fungsi, interaksi, dan evolusi sejarah. Urutan
genom dari ratusan spesies telah disediakan sejumlah besar data untuk analisis dan
perbandingan. Selain urutan genom, metode juga tersedia untuk mengidentifikasi gen
mana dalam genom ditranskripsi dalam jenis jaringan tertentu, di waktu tertentu
dalam pengembangan, atau pada tahap yang berbeda dari siklus sel. Ini adalah data
mentah genomik, yang berhubungan dengan urutan DNA, organisasi, fungsi, dan
evolusi genom (Hartl, 2020: 2, 318).
Isolasi DNA genom sangat penting dalam rangka pengklonan DNA atau gen
sasaran. Konstruksi pustaka genom dan pengklonan DNA membutuhkan DNA yang
utuh agar fragmen DNA betul-betul berasal dari proses pemotongan enzimatik yang
sangat spesifik. Bila terpotongnya DNA bukan karena reaksi enzimatik, maka
fragmen DNA tersebut sulit disambungkan dengan DNA dari vektor pengklonan.
Oleh sebab itu isolasi DNA genom yang utuh sangat diperlukan bila DNA tersebut
akan diproses untuk pengklonan (Anam, 2010).
Isolasi atau ekstraksi DNA dari suatu sampel adalah proses memurnikan DNA
dari komponen-komponen penyusun sel. Sampel yang digunakan dapat berupa
jaringan, sel tanaman atau hewan, darah, kultur bakteri, DNA virus atau sampel
lainnya yang mengandung DNA. Prinsip kerja isolasi DNA cukup mendasar yakni
menghancurkan membran sel untuk membuat DNA terpapar dan kemudian
memisahkannya dari komponen sel lainnya.
Ada banyak metode dalam mengisolasi DNA baik secara fisik maupun secara
kimia, bergantung pada jenis sampel biologis yang digunakan. Namun, pada intinya
proses isolasi DNA terdiri atas tiga tahap berikut:
1. Lisis sel
Bertujuan merusak membran sel atau dinding sel untuk mengeluarkan DNA
dan protein dari dalam sel.
2. Pemisahan protein
Protein dipisahkan dengan cara menambahkan protease atau presipitasi
dengan amonium asetat, kemudian disentrifuga sehingga protein akan
mengendap.
3. Pemurnian DNA
DNA dicuci dengan isopropanol dan kemudian dengan etanol. DNA bersifat
tidak larut pada isopropanol dan etanol.
Metode isolasi DNA secara umum dikategorikan menjadi dua kategori, yaitu
metode ekstraksi DNA berbasis kimia dan metode ekstraksi DNA berbasis fisika
(solid-phase). Masing-masing metode bervariasi sesuai dengan bahan atau media
yang digunakan dalam mengisolasi DNA, seperti pada bagan di bawah ini.
Kemurnian
No. Bakteri Data Nanophotometer Konsentrasi (nilai
absorbansi)
1. E. coli 106.30 A260/A280
=1.643
1. Lisis sel
2. Pemisahan dari protein dan komponen-komponen sel lainnya
3. Pemurnian DNA
Jangan lupa menggunakan jas lab, masker dan glove untuk menghindari DNA
terpapar enzim nuclease yang berasal baik dari cipratan air ludah praktikan maupun
kontak langsung dengan tangan.
Fungsi dari alat dan bahan yang digunakan yaitu:
1. Mikropipet
Gambar 3. Microtube
4. Vortex
Berfungsi untuk menghomogenkan larutan. Cara menggunakan cukup dengan
meletakkan larutan di bagian atas
Gambar 4. Vortex
5. Kultur bakteri sebagai contoh sampel prokariot
Sesuai dengan cara langkah kerja di bagian poin E hal-hal penting bagi
praktikan tertulis di bagian pembahasan ini untuk tahap isolasi eukariot, saat proses
sentrifus dimana setelah dilakukan tahapan ini akan terdapat 3 endapan, endapan
teratas berwarna bening adalah RNA (supernatan) nantinya akan dibuang, endapan
ditengah berwarna putih adalah DNA, dan endapan terbawah berwarna merah adalah
fenol. Lalu pada tahap presipitasi, tambahkan larutan etanol absolut 0,3 ml ke dalam
sampel yang telah dibuang supernatannya tadi. Selanjutnya pada tahap pencucian
DNA kita tambahkan larutan 1 ml sodium sitrat 0,1 M 10 % ke dalam sampel. Akan
terbentuk lagi endapan 3 lapis teratas supernatant, ditengah DNA dan terbawah
berwarna merah sisa etanol. Hal tersebut diatas diulang sebanyak 2x untuk
memastikan semua supernatan habis. Setalah pellet kering, tambahkan larutan 1
mikrolit NaOH lalu mikrotube disentil-sentil. Lalu tahap selanjutnya tambahkan
larutan TE dan homogenkan. Setelahnya lihat konsentrasi DNA menggunakan
nanodrop. Lalu ukur konsentrasi menggunakan fotonanometer. Blanko yang
digunakan yaitu akuades. Didapatkan kemurnian sebesar 40,300 untuk sampel
bakteri.
Alat pada hasil pengamatan ini menunjukan besar absorbansi dan dengan
konsentrasi yg dimasukan. pada gambar ada 2 panjang gelombang yaitu A260/230
dan A260/280. A260/230 untuk menunjukan kemurnian DNA terhadap phenol dan
A260/280 menunjukkan kemurnian dna terhadap protein. kualitas DNA. yang baik
berada pada kisaran nilai absorban 1.6-2.0. Jadi dari keempat sampel DNA yang bisa
dikatakan murni adalah yang memiliki nilai absorban 1,6 untuk E. coli, 1,8 untuk
bakteri isolat BJT, dan 2,0 untuk bakteri isolat JDT.
H. Kesimpulan
1. Faktor kecepatan ekstraksi/isolasi DNA pada tahap lisis sel dan presipitasi
pengambilan supernatan harus dilakukan persampel, sehingga beberapa
sampel terjadi pengendapan DNA.
2. Faktor komposisi penambahan lisis buffer juga turut mempengaruhi baik atau
tidaknya produk hasil isolasi DNA.
3. Tingkat kemurnian dapat ditentukan dengan cara menghitung rasio antara
nilai 260 nm (nilai maksimal DNA dapat menyerap cahaya dapat digunakan
untuk memprediksi konsentrasi DNA dan 280 nm untuk menghitung nilai
maksimal residu protein dapat menyerap cahaya pada sampel DNA.
4. Hasil ekstraksi dengan rasio 1,8 sampai 2,0 merupakan DNA dengan
kemurnian yang tinggi dan tidak terkontaminasi dengan residu protein.
Daftar Pustaka
Fatawy, R.M. dkk. 2014. Isolasi Dna Kromosomal Dan Plasmid Dari Bakteri
Escherichia Coli. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah. Hlm. 1-3.
Hartl, D.L. 2020. Essential Genetics and Genomics. 7th Ed. Burlington, MA: Jones &
Bartlett Learning. ISBN 9781284152685. Hlm. 2, 318.
Tim Penuntun Genetika II. 2021. Isolasi DNA Prokariot. Padang: Biologi FMIPA
UNP. Hlm. 1-2.
Vaughan, P. 2010. DNA Repair Protocols Prokaryotic Systems. 1st Ed. Totowa:
Humana Press. Hlm. 149.