Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu genetika mendefinisikan dan menganalisis keturunan atau konstansi


dan perubahan pengaturan dari berbagai fungsi fisiologis yang membentuk
karakter organisme. Unit keturunan disebut gen yang merupakan suatu segmen
DNA yang nukleotidanya membawa informasi karakteri biokimia atau
fisiologis tertentu. Pendekatan tradisional pada genetika telah
mengidentifikasikan gen sebagai dasar kontribusi karakter fenotip atau karakter
dari keseluruhan structural dan fisiologis dari suatu sel atau organisme,
karakter fenotif seperti warna mata pada manusia atau resistensi terhadap
antibiotik pada bakteri, pada umumnya di amati pada tingkat organisme. Dasar
kimia untuk variasi dalam fenotif atau perubahan urutan DNA dalam suatu gen
atau dalam organisasi gen.

Penelaah tentang genetika pertama kali dilakukan oleh seorang ahli botani
bangsa Austria, Gregor Mendel pada tanaman kacang polongnya. Pada tahun
1860-an ia menyilangkan galur-galur kacang polong dan mempelajari akibat-
akibatnya. Hasilnya antara lain terjadi perubahan-perubahan pada warna,
bentuk, ukuran, dan sifat-sifat lain dari kacang polong tersebut. Penelitian
inilah ia mengembangkan hokum-hukum dasar kebakaan. Hokum kebakaan
berlaaku umum bagi semua bentuk kehidupan. Hokum-hukum mendel berlaku
pada manusia dan juga organisme percobaan dahulu amat popular dalam
genetika, yakni lalat buah Drosophila. Namun sekarang, percobaan-percobaan
ilmu kebakaan denga menggunakan bakteri Escherichia coli. Bakteri ini dipilih
karena paling mudah dipelajari pada taraf molecular, sehingga merupakan
organisme pilihan bagi banyak genetika. Hal ini membantu perkembangan
bidang genetika mikroba. Jasad renik yang yang dipelajari dalam bidang
genetika mikroba meliputi bakteri, khamir, kapang, dan virus.

Genetika mikroba tradisionnal terutama berdasarkan pada pengamatan


atau observasi perkembangan secara luas. Variasi fenotif telah diamati
berdasarkan kemampuan gen untuk tumbuh dibawah kondisi terseleksi,
misalnya bakteri yang mengandung satu gen yang resisten terhadap ampisilin
dapat dibedakan dari bakteri kekurangan gen selama pertumbuhannya dalam
lingkungan yang mengandung antibiotik sebagai suatu bahan penyeleksi.
Catatan bahwa seleekssi gen memerlukan ekspresinya dibawah kondisi yang
tepat dapat diamati pada tingkat fenotip. Genetika bakteri mendasari
perkembangan rekayasa genetika, suatu teknologi yang bertanggunng jawab
terhaadap perkeembangan di bidang kedokteran.

Kondisi lingkugan dapat mempengaruhi ciri fisiologis dan fenotip


(penampakan) mikroba sementara namun tidak mempengaruhi keturunannya.
Contohnya pada Pseudomonas eroginosa, P. fluoroscens dan Serratia
marcesent dapat mensintesis pigmen pada suhu rendah sebaliknya tidak dapat
menghasilkan pigmen pada suhu tinggi. Jika S. marcecent ditumbuhkan pada
suhu 25°C maka pigmen tersebut tidak dapat dihasilkan.

Demikian pula Alkaligenes viscolatis dapat menghasilkan kapsul pada


kondisi suhu yang rendah dan tidak mampu pada suhu tinggi. Sementara
Lactobacillus casei memerlukan pyridoxine sebagai faktor pertumbuhan
(growth faktor) pada kondisi pH 7 tetapi tidak pada pH 5. Perubahan ciri-ciri
fenotip ini terjadi hanya karena faktor lingkungan dan tidak menyebabkan
perubahan genetik. Pada percobaan ini akan diamati variasi fenotip pada S.
marcecent yang diinkubasi pada suhu rendah (25°C) dan tinggi (37°C).

1.2 Tujuan

Untuk mempelajari adanya variasi fenotip pada mikroba yang terutama


dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Genetika mikroba telah mengungkapkan bahwa gem terdiri dari DNA, suatu
pengamatan yang melekat dasar bagi biologi molecular. Penemuan selanjutnya
dari bakteri telah mengungkapkan adanya restriction enzmyes (enzim restriksi)
yang memotong DNA pada tempat spesifik, menghasilkan fragmen potongan
DNA. Plasmida diidentifkasikan sebagai elemen genetika kecil yang mampu
melakukan replikasi diri pada bakteri dan ragi. Pengenalan dari sebuah fragmen
potongan DNA kedalam suatu plasmid memungkinkan fragmen diperbanyak
(teramplifikasi). Amplifikasi region DNA spesifik dapat dicapai oleh enzim
bakteri menggunakan Polymerase Chain Reaction (PCR) atau metode amplifikasi
nukleotida berdasar enzim yang lain (misalnya amplifikasi berdasar transkripsi).
DNA yang dimasukkan ke dalam plasmid dapat dikontrol oleh promotor ekspresi
pada bakteri yang mengamati protein, diekspresi pada tingkat tinggi. Genetika
bakteri mendasari perkembangan rekayasa genetik, suatu teknologi yang
bertanggung jawab terhadap perkembangan di bidang kedokteran (Jewetz, 2001).

Pada tahun 1953, Frances Crick dan James Watson menemukan model
molekul DNA sebagai suatu struktur heliks beruntai ganda, atau yang lebih
dikenal dengan heliks ganda Watson Crick. Informasi genetika disimpan sebagai
suatu urutan basa pada DNA. Kebanyakan molekul DNA adalah rantai ganda,
dengan basa-basa komplementer (A-T-G-C) berpasangan menggunakan ikatan
hidrogen pada pusat molekul sifat komplementer dari basa memungkinkan suatu
rantai (rantai cetakan, template) menyediakan informasi untuk salinan atau
ekspresi informasi ada suatu rantai yang lain (rantai penyandi).

Pasangan-pasangan basa tersusun dalam bagian pusat double helixi DNA dan
menentukan informasi genetiknya. Setiap empat basa diikatkan pada phosphor 2-
depxyribose membentuk suatu nukleotida. Setiap nukleotida dibentuk dari tiga
bagian yaitu :

1. Sebuah senyawa cincin yang mengandung nitrogen, disebut basa nitrogen.


Dapat berupa purin atau pirimidin.
2. Sebuah gugusan gula yang memiliki lima karbon (gula pentosa) disebut
deoksiribosa.
3. Sebuah molekul fosfat.

Bagian—bagian tersebut terhubungkan bersama-sama dalam urutan basa nitrogen-


deoksiribosa-fosfat.

Kromosom bakteri yang terdiri dari DNA mempunyai berat lebih kurang 2-
3% dari berat kering satu sel. Dengan mikroskop electron, DNA tampak sebagai
benag-benang fibriler yang menempati sebagian besar dari volume sel. Molekul
DNA diekstrasi dari sel bakteri biasanya mempunyai bentuk yang sirkuler, dengan
panjang kira-kira 1 mm DNA ini mempunyai berat molekul yang tinggi karen
terdiri dari heteropolimer dari deoksiribonukleotida purin yaitu Adenin dan
Guanin dan deoksiribonukleotida pirimidin yaitu Sitosin dan Timin.

Watson dan Crick dengan sinar X menemukan bahwa struktur DNA terdiri
dari dua rantai poliribonukleotida yang dihubungkan satu sama lain oleh ikatan
hidrogen antara purin di satu rantai dengan pirimidin di rantai lain, dalam keadaan
antiparalel, dan disebut sebagai struktur double helix. Ikatan hidrogen ini hanya
dapat menghubungkan Adenin (6 aminopurin) dengan Timin (2,4 dioksi 5 metil
pirimidin) dan antara Guanin (2 amino 6 oksipurin) dengan Sitosin (2 oksi 4
amino pirimidin). Singakatnya pasangan basa pada suatu sekuens DNA adalah A-
T dan S-G. karena adanya system berpasangan demikian, maka setiap rantai DNA
dapat dijadikan cetakan/template unntuk membangun rantai DNA yang
komplementer. Waktu terjadinya proses replikasi DNA dalam pembelahan sel,
molekul DNA dari sel anaknya terdiri dari satu rantai DNA yang komplementer
tapi dibuat baru, dengan kata lain, pemindahan materi genetik dari suatu generasi
ke generasi berikutnya adalah dengan cara semikonservatif.

Fungsi primer DNA pada hakikatnya adalah sebagai sumber perbekalan


informasi genetik yang dimiliki oleh sel induk. Prosoes replikasi dikerjakan
dengan amat lengkap sehingga sel anaknya mendapatkan pula informasi genetik
yang lengkap, sehingga terjadi kestabilan genetik dalam suatu populasi
mikroorganisme. Satu benang kromosom biasanya terdiri dari lima juta pasangan
basa dan terbagi atas segmen atau sekuens asam amino tertentu yang akan
membentuk struktur protein. Protein ini kemudian menjadi enzim-enzim,
komponen membrane sel dan struktur sel yang lain yang secara keseluruhan
menentukan karakteri dari satu sel itu.

Mekanisme yang menunjukan bahwa sekuen nukleotida di dalam gen


menentukan sekuens asam amino pada pembentukan protein adalah sebagai
berikut:

1. Suatu enzim amino sel bakteri yang disebut enzim RNA polymerase
memebentuk satu rantai oliribonukleotida (messenger RNA/ mRNA) dari
rantai DNA yang ada. Proses ini disebut transkripsi. Jadi pada transkripsi
DNA, terbentuk suatu ranta RNA yang komplementer dengan salah satu
rantai double helix dari DNA.
2. Secara enzimatik asam amino akan teraktifasi dan ditransfer kepada
transfer RNA (tRNA) yang mempunyai daptor basa yang komplementer
dengan basa m RNA disebut triplet basa yang lazim disebut sebagai kodon
untuk suatu asam amino.
3. mRNA dan tRNA bersama-sama menuju ke permukaan ribosom kuman,
dan disinilah rantai polipeptida terbentuk sampai seluruh kodon selesai
dibaca menjadi suatu sekuen asam amino yang membentuk protein
tertentu. Proses ini disebut translasi.

Bakteri paling sering digunakan dalam percobaan genetika. Keanekaragaman


mikrobia seperti bakteri dapat dipertahankan melalui sifat karakteristik yang terus
diwariskan ke generasi selanjutnya. Bakteri banyak diketahui dan diteliti karena
mudah dikembangbiakan dan perkembangbiakan cepat. Selain itu, bakteri
memiliki materi genetik ekstrakromosonal khas yang disebut plasmid yang
berbentuk sirkuler.mikrobia, bakteri mudah bermutasi sehingga akan muncul
varietas-varietas baru dari mikroba dan mikrobia cenderung memiliki daya hidup
yang tinggi atau (resisten) terhadap cekaman lingkungan dan kondisi yang tidak
mengutungkan. Kemampuan atau daya hidup yang tinggi pada mikroba
menyebabkan mikroba dapat hidup di lingkungan manapun (Snustad, 2012)

A. Mutasi dan Mutagen, Mekanisme Mutasi, Tipe mutan.


1. Pengertian Mutasi
DNA mikroba mengandung basa purin dan pirimidin. Urutan keduanya
sangat menentukan ciri tertentu pada mikroba. Urutan ini sangat mudah
berubah oleh berbagai faktor dan apabila terjadi perubahan pada urutan
asam amino yang disandi oleh gen. Akibatnya terjadi perubahan fenotif
pada mikroba. Perubahan dalam urutan basa nukleotida ini disebut mutasi
(Darkuni, 2001).
Mutasi banyak terjadi pada waktu proses sintesa DNA terutama pada
waktu penempatan basa purin dan pirimidin yang mengalami “kesalahan”.
Bila mutasi ini terjadi pada enzim polymerase yang berhubungan dengan
DNA, maka mutasi akan berlangsung dengan frekuensi yang relative
tinggi. Hal ini dikarenakan tidak ada lagi kemampuan dari enzim itu untuk
bertugas mengatur penempatan basa purin dan pirimidin.
Mutasi juga dapat terjadi karena hilangnya pasangan basa purin atau
pirimidin. Bahkan karena adanya penambahan pasangan basapun dapat
terjadi mutasi. Sebab hilangnya atau penambahan tersebut justru akan
berakibat terjadi “kesalahan” dalam pembacaan sandi pada saat terjadi
transkripsi ke mRNA (Darkuni, 2001).
Mutasi mudah terjadi pada mikroba terutama karena ciri dan karakter
dari mikroba tersebut sangat dipengaruhi oleh urutan dari basa purin dan
pirimidin di dalam materi genetik mikrobia tersebut. Perubahan untuk
urutan nukleotida akan berdampak pada fenotip dari sel tersebut.
Perubahan fisiologis sel, misalnya adanya beberapa enzim yang tidak
terbentuk pada mutasi tertentu, kemudian perubahan morfologi, dan
terjadinya resistensi terhadap zat dan kondisi lingkungan tertentu
(Pangastuti, 2006).
B. Macam-macam mutasi
Mutasi dapat terjadi karena beberapa sebab, misalnya :
1. Mutasi titik (point mutation)
Mutasi ini dapat terjadi pada satu tempat/ titik pasangan basa. Pada
tempat atau titik ini terjadi perubahan basa. Misalnya terjadi perubahan
pada basa timin yang digantikan oleh basa sitosin, atau basa adenine
diganti oleh guanine. Mutasi ini akan berakibat (a) tidak terjadi
pembentukan protein, (b) terjadi pembentukan protein akan tetapi terjadi
perubahan atau mutasi yang tidak jelas. Mutasi ini disebut mutasi tidak
nyata (silent mutation) dan (c) terjadi penggantian asam amino. Contoh
basa adenine yang digantikan oleh guanine dan timin digantikan oleh
sitosin.
2. Hilangnya pasangan basa
Mutasi ini terjadi disebabkan oleh hilangnya basa yang jumlahnya lebih
dari satu. Kehilangan ini akan menyebabkan terjadinnya pergeseran dalam
hal pembacaan sandi yang pada akhirnya akan menyebabkan perubahan
urutan asam amino. Akibat yang ditimbulkan oleh mutasi ini dapat
menyebabkan protein yang terbentuk tidak berfunngsi.
3. Mutasi supresor
Mutasi ini merupakan mutasi yang mengakibatkan mutasi yang terjadi
sebelumnya menjadi “normal” kembali. Pada mutasi ini terjadi
“penyusupan” basa lain yang menyebabkan kembalinya urutan susunan
asam amino yang seolah-olah susunan itu seperti menjadi “normal”
kembali. Walau demikian mutasi ini tetap menghasilkan perubahan yang
secara fenotif dapat tampak atau terjadi mutasi tidak nyata.
4. Mutasi spontan
Mutasi spontan awalnya tidak diketahui, sering disebut “background
mutation”. Control genetik mutabilitas beberapa gen yang diketahui dapat
disebabkan oleh “mutator gen” lain. Mutasi spontan dapat dibedakan
menjadi 1) mutasi spesifik yang pengaruhnya terbatas pada satu lokus dan
2) mutasi nonspesifik secara simultan mempengaruhi pada beberapa locus.
5. Mutasi terinduksi
Mutasi terinduksi dipengaruhi oleh keadaan lingkungan yang tidak
normal, misalnya radian pengion (perubahan valensi senyawa kimia
melalui penambahan electron yang dihasilkan oleh proton, meutron, atau
oleh sinar X. Radiasi nonpengion penambahan tingkat energy atom
(eksitasi), yang membuatnya kurang stabil (contoh : radian UV, panas).
 Mutasi dari sudut pandang macam sel
Ada mutasi somatic dan germinal. Mutasi germinal gametic
mutation germ line mutation adalah mutasi yang terjadi pada sel
germ, sedangkan mutasi somatic adalah yang terjadi pada sel
somatic. Akibat mutasi somatic pada hewan dan manusia tidak
dapat diwariskan, namun pada tumbuhan bisa diwariskan melalui
reproduksi seksual atau aseksual. Pada mutasi germinal, akibat
mutasi yang dominan segera terekspresi pada turunan. Sebaliknya,
jika mutasi bersifat resesif, maka efek mutasinya tidak terdeteksi
karena kondisi yang heterizigot.
 Mutasi dari Sudut Pandang Ruang Lingkup Kejadian
Ada mutasi kromosom dan mutasi gen. Mutasi gen terjadi
dilingkup gen. Sedangkan, mutasi kromosom ada di lingkup
kromosom. Mutasi gen dapat berupa perubahan urutan DNA,
termasuk substitusi pasangan basa, adisi atau delesi satu atau lebih
pasangan basa. Efek mutasi gen hanya menimpa satu nukleotida.
Mutaisi titik hanya menimpa satu pasang nukleotida dalam gen.
C. Macam-mavam mutasi gen yang spesifik
1. Mutasi pergantian basa (base pair substitution mutation), merupakan
perubahan yang terjadi pada sutu gen berupa pergantian satu basa oleh
pasangan basa lainnya. Misalnya AT diganti pasangan GS.
2. Mutasi transisi, pada mutasi ini terjadi pergantian basa purin dengan
basa purin lain, basa pirimidin dengan basa pirimidin lain, basa purin-
pirimidin dengan basa purin-pirimidin lain, basa pirimidin-purin
dengan basa pirimidin-purin lain. Misal AT GS, GS AT, TA SG, SG
TA.
3. Mutasi tranversi, pada mutasi ini terjadi pergantian basa purin dengan
basa pirimidin, basa pirimidin dengan basa purin, basa
purin0pirimidin dengan basa pirimidin-purin. Misal AT TA, GS SG,
AT SG, SG TA.
4. Mutasi misens merupakan mutasi yang terjadi karena perubahan suatu
pasangan basa (dalam gen) yang mengakibatkan terjadi perubahan
suatu kode genetika, sehingga asam amino yang terkait (pada
polipeptida) berubah dan fungsi protein juga berubah. Hal ini
menyebabkan individu mutan dapat memperlihatkan karakter berbeda.
Namun suatu mutasi mungkin tidak menumbuhkan suatu fenotip jika
munculnya suatu asam amino pengganti belum menimbulkan
perubahan proses yang nyata.
5. Mutasi nonsense merupakan suatu pergantian pasangan basa yang
berakibat terjadinya perubahan suatu kode genetika pengode asam
amino menjadi kode genetika pengode terminasi. Missal kode
genetika pengode asam amino triptofan (UGG) menjadi UAG.
6. Mutasi netral merupakan pergantian pasangan basa yang terkait
terjadinya perubahan suatu kode genetika yang juga menimbulkan
perubahan fungsi protein. Missal kodon AGG yang mengkode asam
amino arginine secara kimiawi ekivalen dengan asam amino lisin dan
sama-sama asam amino dasar sehingga keduanya memiliki sifat-sifat
yang cukup mirip. Dengan demikian fungsi protein tidak berubah.
7. Mutasi diam merupakan tipe mutasi netral yang khusus dimana terjadi
pergantian pasangan asam basa gen yang mengakibatkan perubahan
satu kodon, namun tidak mengakibatkan pergantian asam amino yang
dikode. Misal kodon AGG termutasi menjadi AGA, namun keduanya
mengkode asam amino yang sama yaitu Arginin.
8. Mutasi perubahan rangka terjadi karena adisi atau delesi satu atau
lebih dari pasangan basa dalam suatu gen. adisi dan delesi itu
mengubah kerangka percobaan RNAd, sehingga terjadi perubahan
urutan asam amino.

D. Macam-macam mutagen.
Mutagen adalah senyawa kimia atau faktor fisikawi yang dapat
menyebabkan mutasi. Misalnya sinar ultraviolet (UV) merupakan mutagen
yang kuat karena sinar UV dapat menembus sel dan diabsorpsi dengan kuat
oleh timin (T) dan sitosin (C). Absorpsi UV oleh timin dapat menyebabkan
terbentuknya dimer timin yang berdekatan sehingga dapat mengubah DNA
yang akan menggangu proses replikasi. Senyawa kimia yang dapat
menyebabkan mutasi, misalnya HNO2 karena asam ini menimbulkan
deaminasi pada basa nitrogen nukleotida. Asam nitrit dapat mengubah
adenine (A) menjadi hipoxantin (HX), sitosin (C) menjadi urasil (U) dan
guanin (G) menjadi xantin (X) (Ristiati, 2000).
Senyawa kimia mutagen yang lain adalah analog basa. Ini adalah senyawa
kimia yang strukturnya cukup menyamai basa DNA yang normal sehingga
dapat menggantikannya selama berlangsunngnya replikasi DNA. Meskipun
strukturnya cukup menyamai basa DNA yang normal sehingga dapat
menggantikannya selama berlangsunya replikasi DNA. Meskipun strukturnya
mirip, analog basa tidak mempunyai sifat ikatan hidrogen yang sama seperti
basa yang normal. Karena itu dapat menyebabkan terjadinya kesalahan dalam
replikasi yang mengakibatkan mutasi. Misalnya 2- aminoputrin adalah analog
adenine (A) dan dapat berpasangan dengan adenine (A) atau guanine (G).
Selain itu sinar X, sinar Y dan partikel energy tinggi (seperti neutron, partikel
B, partikel a) sangat berpotensi sebagai mutagen (Ristiati, 2000).
E. Mekanisme mutasi
Mutasi paling umum terjadi selama replikasi DNA. Beberapa mutasi
terjadi sebagai akibat kerusakan yang ditimbulkan oleh cahaya ultraviolet
atau sinar X. Karena unsur-unsur ini merupakan bagian yang tak terhindarkan
dari lingkungan. Tidak satupun mekanisme tertentu yang dapat diusulkan
untuk menerangkan pengaruh mutagenik sinar X. Karena sinar X dapat
menyebabkan pecahnya banyak ikatan kimiawi yang berbeda-beda
macamnya, maka mungkin merusak DNA dengan berbagai cara. Pengaruh
utama cahaya UV ialah menyebabkan pembentukan dimer dengan ikatan
silang antara pirimidin-pirimidin yang bersebelahan, terutama timin. Dimer
ini mengacaukan proses replikasi yang normal (Pelczar, 2008).
Penemuan yang paling banyak membuka rahasia pada tahun-tahun
belakangan ini datang dari penelitian mengenai pengaruh mutagenik sinar X.
Karena kekhususan replikasi DNA bergantung pada ikatan purin-pirimidin,
yang diakibatkan oleh ikatan hidrogen antara gugusan-gugusan amino dan
hidroksil ini dapat menyebabkan muutasi. Asam nitrous, yang dapat
membuang gugusan amino dari purin dan pirimidin, adalah mutagen
semacam itu (Pelczar, 2008).
F. Tipe mutan bakteri
Semua sifat sel-sel hidup dikendalikan oleg gen maka ciri sel yang
manapun dapat berubah karena mutasi. Berbagai ragam mutan bakteri telah
diisolasi dan dipelajari secara intensif. Beberapa dari tipe-tipe utama mutan
adalah sebagai berikut :
1. Mutan yang memperlihatkan toleransi yang meningkat terhadap unsur-
unsur penghambat, terutama antibiotik (mutan yang resisten terhadap
antibiotik atau obat-obatan).
2. Mutan yang menunjukka kemampuan fermentasi yang berubah atau
meningkatnya atau berkurangnya kapasitas untuk menghasilkan beberapa
produk akhir.
3. Mutan yang mempunyai defisiensi akan nutrisi (oksotrofik) , yaitu
membutuhkan medium yang lebih kompleks untuk tumbuhnya daripada
biakan aslinya.
4. Mutan yang tidak mampu menggunakan substrat.
5. Mutan yang memperilihatkan perubahan dalam bentuk koloni atau
kemampuan untuk menghasilkan pigmen.
6. Mutan yang menunjukkan perubahan pada struktur permukaan dan
komposisi selnya (mutan antigenic).
7. Mutan yang resisten terhadap aksi bakteriofage.
8. Mutan yang memperlihatkan beberapa perubahan pada ciri-ciri morfologis,
misalnya hilangnya kemampuan untuk menghasilkan spora, kapsul, atau
flagella.

ada banyak implikasi praktis yang berkaitan dengan terjadinya mutan mikroba.
Hal ini digambarkan oleh contoh-contoh berikut:

1. Diketahui ada beberapa mikroorganisme yang menggambarkan resistensi


terhadap antibiotik-antibiotik tertentu akibat mutasi. Kenyataan ini sangat
penting dalam pengobatan penyakit, karena antibiotik yang pada mulanya
efektif untuk mengendalikan suatu infeksi bacterial menjadi kurang atau
tidak lagi efektif ketika muncul mutan-mutan yang resisten terhadap
antibiotik yang bersangkutan.
2. Dapat diisolasi mutan biokimiawi yang mampu menghasilkan sutau
produk akhir dalam jumlah besar. Hal ini penting dalam industry. Sebagai
contoh, jumlah penisilin yang dihasilkan dalam produksi komersial
meningkat secara dramatis melalui seleksi galur-galur mutan Penicilium.
3. Pemeliharaan biakan murni spesies-spesies jasad renik yang tipikal
mensyaratkan tercegahnya mutasi, kalau tidak maka biakan tersebut tidak
akan tipikal lagi.
4. Mutan mikroba telah digunakan secara meluas di dalam penyelidikan
berbagai proses biokimiawi, terutama reaksi-reaksi bio-sintetik. Sebagai
contoh, mutan-mutan yang terhalang atau rusak pada langkah-langkah
enzimatik yang berbeda-beda telah digunakan untuk menyikap seluk-beluk
rangkaian metabolic.
Banyak mutan mungkin sebagian besar dapat balik ke kondisi liar melalui
mutasi balik, yaitu kembalinya sel-sel mutan ke fenotip asalnnya. Akan
tetapi, hal itu tidak mesti disebabkan oleh pembalikan mutasi aslinya
secara tepat. Kadang-kadang, pengaruh mutasi asli dapat ditekan sebagian
atau seluruhnya oleh mutasi kedua pada situs yang berbeda pada
kromosom.
G. Mekanisme pemindahan bahan genetik pada bakteri
Perpindahan gen merupakan suatu kegiatan yang dilakukan bakteri dengan
mengirimkan informasi genetik (DNA) dari sel donor ke sel resipien.
Pertukaran gen antar bakteri dapat terjadi karena bakteri pada umumnya
hidup berkoloni bahkan bercampur dengan banyak bakteri jenis lain.
Pertukaran gen akan menghasilkan rekombinasi baru. Pertukaran gen atau
materi genetik secara garis besar dilakukan melalui cara transfer gen dan
transposisi.
Transfer gen merupakan perpindahan materu genetik termasuk plasmid
dari sel donor ke sel resipien. Sedangkan transposisi merupakan pemindahan
rantai DNA pendek (hanya beberapa urutan saja) antara satu plasmid ke
plasmid lain, atau dari kromosom ke plasmid dalam sel tersebut. Transfer gen
terjadi melalui beberapa cara yaitu transformasi, transduksi, dan konjugasi
(Snustad, 2012).
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah:

Hari/Tanggal : Senin, 21 Oktober 2019

Pukul : 10:20-12:50

Tempat :Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi


FMIPA, UNIPA

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah:

No Nama percobaan Alat Bahan


 Bunsen  Medium NA plat
 Tabung reaksi (cawan petri)
Inkubasi 48 jam pada  Ose ujung bulat  S. marcecent
1.
suhu 25°C  Wrapping  Alcohol
 LAF
 Inkubator
 Bunsen  NA plat
 Ose ujung bulat  Tisu
 Tabung reaksi  Alcohol
Inkubasi 48 jam pada
2.  Cawan petri  S. marcecent
suhu 37°C
 Oven
 Hand sprayer+ alcohol
 Plastic
3. Inokulasi 48 jam pada  LAF  NA plat
suhu 25°C+UV 30 detik  Spider  Alcohol
 Bunsen  Kultur murni S.
 Inkubator marcecent pada
 Cawan petri medium cair
 Mikropipet
 Lampu UV
 Inkubator  Kultur murni S.
Inokulasi 48 jam pada  Cawan petri marcecent pada
4.
suhu 25°C+ UV 60 detik  Mikropipet medium cair

 Lampu UV
 Inkubator  Kultur murni S.
Inokulasi 48 jam pada  Cawan petri marcecent pada
5.
suhu 25°C+ UV 90 detik  Mikropipet medium cair

 Lampu UV
 Inkubator  Kultur murni S.
Inokulasi 48 jam pada  Cawan petri marcecent pada
6.
suhu 25°C+ 150 detik  Mikropipet medium cair

 Lampu UV

3.3 Prosedur Kerja

 Prosedur kerja untuk inkubasi 25°C selama 48 jam :


1. Sterilkan kedua tangan menggunakan alcohol.
2. Ambil cawan petri yang berisi medium NA plat.
3. Buka penutup cawan petri yang berisi medium NA plat.
4. Buka penutup cawan petri setengah dekat bunsen.
5. Kemudian ambil tisu dan keringkan penutup cawan petri.
6. Letakkan cawan petri di atas meja LAF.
7. Celupkan ose bulat ke dalam aklkohol, kemudian angkat dan bakar ose
tersebut sampai ujung membara di atas bunsen.
8. Kemudian ambil tabung reaksi yang berisi isolat S. marcecent, lalu
celupkan ose bulat ke dalamnya.
9. Bentuk garis zig-zag menggunakan ose bulat tersebut ke dalam medium
NA plat.
10. Selalu lakukan pengerjaan di dekat bunsen, setelah di zig-zag
menggunakan ose bulat tutup kembali cawan petri dan di wrapping.
 Prosedur kerja untuk inkubasi 37°C selama 48 jam+oven :
1. Ambil cawan petri, lalu buka cawn petri yang berisi NA plat sambil
didekatkan pada bunsen, lalu penutup cawan petri di lap menggunakan
tisu.
2. Ambil ose bulat, kemudian ose bulat dibakar di bunsen sampai ujungnya
membara, kemudian ose bulat didinginkan.
3. Lalu ambil tabung reaksi yang berisi bakteri, kemudian ambil ose bulat
dan celupkan pada tabung reaksi yang berisi bakteri, kemudian ose bulat
digores pada cawan petri yang berisi bakteri secara zig-zag.
4. Setelah itu cawan petri ditutup sambil didekatkan pada bunsen, lalu cawan
petri tersebut di wrapping.
5. Setelah di wrapping cawan petri tersebut di inkubasi dalam oven selama
48 jam.
 Prosedur kerja untuk inokulasi 48 jam pada suhu 25°C + UV 30 detik :
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Sterilkan tangan.
3. Ambil tip menggunakan mikropipet.
4. Ambil isolate bakteri, sterilkan dekat bunsen lalu masukkan.
5. Isolate tersebut ke dalam cawan petri yang berisi NA menggunakan
mikropipet.
6. Lepas tip dan panaskan atau sterilkan lalu sebarkan pada isolate dan NA
tadi.
7. Kemudian tutup cawan petri menggunakan corap.
8. Lalu disinari oleh sinar UV 30 detik pada LAF.
 Prosedur kerja untuk inokulasi 48 jam pada suhu 25°C + UV 60 detik :
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Sterilkan tangan.
3. Ambil tip menggunakan mikropipet.
4. Ambil isolate bakteri, sterilkan dekat bunsen lalu masukkan.
5. Isolate tersebut ke dalam cawan petri yang berisi NA menggunakan
mikropipet.
6. Lepas tip dan panaskan atau sterilkan lalu sebarkan pada isolate dan NA
tadi.
7. Kemudian tutup cawan petri menggunakan corap.
8. Lalu disinari oleh sinar UV 60 detik pada LAF.
 Prosedur kerja untuk inokulasi 48 jam pada suhu 25°C + UV 90 detik :
1. Siapkan agar plat lempeng 4 buah.
2. Lakukan inokulasi sprend pada keempat NA plat dengan 0,1 ml kultur S.
marcecent.
3. Paparkan plat dibawah lampu UV selama 90 detik (tutup cawan harus
dibuka).
4. Inkubasikan semua plat pada suhu 25°C selama 48 jam.
5. Pilih koloni-koloni yang tidak berwarn merah.
6. Inokulasikan koloni-koloni tersebut ke 2 agar plat yang baru.
7. Inkubasikan satu plat pada 25°C dan yang satu pada suhu 37°C.
8. Amati perubahan yang terjadi.
 Prosedur kerja untuk inokulasi 48 jam pada suhu 25°C + UV 90 detik :
1. Ambil cawan petri yang berisi media NA, panaskan mulut cawan
menggunakan bunsen.
2. Kemudian gunakan mikropipet untuk mengambil serum lalu masukkan
pada cawan petri, kemudian diratakan tutup kembali.
3. Selanjutnya paparkan cawan petri tersebut dibawah lampu UV selama 150
detik.
4. Inkubbasi pada suhu ruang 25°C selama 48 jam.
BAB IV

HASIL DAN PENGAMATAN

4.1 Hasil Pengamatan

No Gambar Keterangan Gambar Keterangan

Membuat bentuk zig-


Membuka cawan
1. zag isolate pada
petri (NA plat)
media

Pembersihan Pemanasan kembali


penutup media NA media di dekat bunsen
2.
plat menggunakan yang sudah di
tisu isolatkan

Pembakaran ose
3. ujung bulat sampai Wrapping media
membara

4. Pengambilan isolate
 Hasil pengamatan setelah di inkubasi selama 48 jam

No Gambar Sesudah pengamatan

8. Inkubasi 37°C

Inkubasi selama 48 jam pada


10.
suhu 25°C+ UV 30 detik

Inkubasi selama 48 jam pada


11.
suhu 25°C+ UV 60 detik

12. Inkubasi 25°C Selama 48 jam


Inkubasi selama 48 jam pada
13.
suhu 25°C+ UV 90 detik

3.2 Pembahasan

a) Macam-Macam Metode Pengukuran Pertumbuhan Mikroorganisme


Metode pengukuran pertumbuhan mikroorganisme dapat dibedakan
menjadi metode langsung dan tidak langsung. Contoh metode langsung
hitungan mikroskopik (menggunakan hemositometer), digunakan untuk
mengukur pertumbuhan bakteri pada susu / vaksin dan hitungan cawan
digunakan untuk mengukur pertumbuhan bakteri susu, air, makanan,
tanah, dan lain-lain. Contoh metode tidak langsung adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan kekeruhan, bila suspensi biakan cair & homogeny.
2. Berdasarkan berat kering sel, bila suspensi biakan kental & tidak
homogeny.
3. Berdasarkan kadar nitrogen, bila suspensi biakan kental & tidak
homogen.
4. Berdasarkan aktivitas biokimia, menggunakan uji mikrobiologis.

Hitungan mikroskopik menggunakan ruang penghitung hemositometer


mempunyai kelebihan cepat dalam pengerjaannya, tetapi mempunyai
beberapa kekurangannya, yaitu : tingkat kesalahan tinggi, sel mati bisa
terhitung, sel ukuran kecil sulit teramati. Metode ini tidak sesuai untuk sel
yang densitasnya rendah. Hitungan cawan dapat dilakukan dengan metode :

 Cawan sebar (spread plate method).


 Cawan tuang (pour plate method).
b) Faktor-Faktor Lingkungan Pertumbuhan Mikroorganisme
Setiap mikroorganisme mempunyai respons yang berbeda terhadap
faktor lingkungan (suhu, pH, O, salinitas, dsb.) Suhu, tinggi rendahnya
suhu mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme. Bakteri dapat tumbuh
dalam rentang suhu minus 50°C sampai 80°C, tetapi bagaimanapun juga
setiap species mempunyai rentang suhu yang pendek yang ditentukan oleh
sensitifitas sistem enzimnya terhadap panas. Bakteri dapat dikelompokkan
berdasarkan pada kisaran suhu pertumbuhannya, yaitu :
 Psikrofil adalah bakteri yang dapat tumbuh pada suhu 0°C sampai
20°C. Suhu optimumnya sekitar 15°C. Karakteristik istimewa dari
semua bakteri psikrofil adalah akan tumbuh pada suhu 0 – 5°C.
 Mesofil adalah bakteri yang dapat tumbuh pada suhu 20°C sampai
45°C. Karakteristik istimewa dari semua bakteri mesofil adalah
kemampuannya untuk tumbuh pada suhu tubuh (37°C) dan tidak
dapat tumbuh pada suhu di atas 45°C. Bakteri mesofil dapat
dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu: a. Yang mempunyai suhu
pertumbuhan optimum 20 – 30°C, termasuk tumbuhan saprofit. b.
Yang mempunyai suhu pertumbuhan optimum 35 – 40°C, termasuk
organisme yang tumbuh baik pada tubuh inang berdarah panas.
 Termofil adalah bakteri yang dapat tumbuh pada suhu 35°C atau
lebih. Bakteri termofil dapat dibedakan menjadi dua kelompok : a.
Fakultatif termofil adalah organisme yang dapat tumbuh pada suhu
3°7C, dengan suhu pertumbuhan optimum 45 – 60°C. b. Obligat
termofil adalah organisme yang dapat tumbuh pada suhu di atas suhu
50°C, dengan suhu pertumbuhan optimum di atas 60°C.

Perubahan suhu dapat mempengaruhi:

 Pertumbuhan miskin, banyak, atau mati


 Perubahan karakteristik : pembentukan pigmen, misalnya Serratia
marcescens, pada suhu kamar merah, suhu lebih tinggi atau rendah
dari suhu kamar, pigmen merah hilang. Produksi selulosa Acetobacter
xylinum pada suhu lebih tinggi dari suhu kamar akan menurun.
 Derajat keasaman (pH), pengaruh pH terhadap pertumbuhan tidak
kalah pentingnya dari pengaruh temperatur. Ada pH minimum, pH
optimum, dan pH maksimum. Rentang pH bagi pertumbuhan bakteri
antara 4 – 9 dengan pH optimum 6,5 – 7,5.
c) Kontrol Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme
Kontrol terhadap pertumbuhan mikroorganisme dapat dilakukan dengan
cara membunuh mikroorganisme, atau menghambat pertumbuhannya.
Kontrol terhadap pertumbuhan dapat dilakukan secara Fisik, Kimia.,
Biologi Secara fisik, menggunakan uap air panas dan tekanan tinggi,
diperoleh panas lembab, efektif dengan menggunakan autoklaf.
d) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kerja Antimikroba
 Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja anti mikroba adalah
sebagai berikut Konsentrasi bahan, setiap mikroorganisme
memerlukan konsentrasi yang berbeda untuk senyawa antimikroba
yang sama dalam menghambat atau membunuh.
 Waktu, setiap mikroorganisme memerlukan waktu yang berbeda-
beda ketika dipaparkan terhadap suatu senyawa antimikroba untuk
dapat menghambatatau mematikan.
 pH. Konsentrasi ion hidrogen mempengaruhi peranan bakterisida
dengan cara mempengaruhi organisme dan bahan kimia dalam
bakterisida tersebut.
 Temperatur. Pembunuhan bakteri oleh bahan kimia akan
meningkat dengan suatu peningkatan temperature.
 Sifat organisme. Kemampuan suatu bahan tertentu bergantung pada
komponen organisme yang diuji dengan bahan tersebut.
 Usia mikroorganisme. Tingkat kerentanan mikroorganisme sangat
ditentukan oleh umur biakan mikroorganisme.
 Bahan ekstra. Adanya bahan organic seperti serum, darah atau
nanah mempengaruhi aktivitas beberapa senyawa antimikroba
e) Perubahan fenotip akibat perubahan lingkungan
Fenotip suatu populasi mikroba dipengaruhi oleh faktor lingkungan,
dan dapat diamati bila mikroba tersebut ditumbuhkan pada berbagai
medium yang berbeda. Sifat-sifat fenotip yang dapat terlihat langsung
misalnya, peredaaan dalam morfologi sel dan penampakan koloni. Sebagai
contoh, bakteri pembentuk kapsid yang ditimbulkan pada medium yang
mengandung karbohidrat tinggi akan membentuk kapsul lebih tebal dan
membentuk koloni yang berlendir. Pembentukan spora dan flagel juga
dapat dihambat oleh komponen-komponen tertentu di dalam medium.
Sejauh mana informasi genetik (genotip) diekspresikan tergantung dari
faktor lingkungan. Contohnya, suatu bakteri yang bersifat anaerob
fakultatif akan menghasilkan produk-produk akhir metabolism, tergantung
dari ada dan tidaknya oksigen selama pertumbuhan. Ada tidaknya oksigen
menentukan enzim-enzim mana yang berfungsi dan mana yang tidak.
Sesungguhnya di suatu lingkungan tertentu pengetahuan tentang faktor-
faktor yang mengatur aktivitas genetik merupakan aspek yang amat
penting untuk memahami metabolism sel.
Hal yang paling menonjol pada tipe perubahan fenotip adalah
melibatkan sebagian besar sel di dalam biakan. Perubahan fenotip
semacam ini tidak diwariskan, melainkan terjadi bila beberapa keadaan
dalam lingkungan berubah. Kembalinya pada fenotip asli terjadi bila
lingkungan yang semula pulih kembali.
Aspek lingkungan lainnya yang dapat mempengaruhi sifat fenotip
mikroorganisme adalah suhu pertumbuhan. Sebagai contoh,
Staphylococceus aureus dan Serratia marcenscens hanya dapat
memproduksi pigmen pada suhu kamar. Beberapa mikroba lain hanya
memproduksi enzim terinduksi jika pada substrat yang spesifik, misalnya
penisilinase (beta-laktamase) yang diproduksi oleh Staphylococceus
aureus jika dalam medium yang mengandung penisilin. Sebaliknya enzim
pemecah suatu komponen dapat dihambat sintesisnya jika medium
mengandung produk hasil pemecahan komponenn tersebut.
f) Mutagen
Mutagen adalah senyawa kimia atau faktor fisikawi yang dapat
menyebabkan mutasi. Misalnya sinar ultraviolet merupakan mutagen
karena UV dapat menembus sel dan diabsorpsi dengan kuat oleh timin dan
sitosin. Absorpsi UV oleh timin menyebabkan terbentuknya dimer timin
yang berdekatan sehingga dapat mengubah DNA yang akan mengganggu
replikasi. Senyawa kimia yang dapat menyebabkan mutasi misalnya
HNO2, karena asam ini menimbulkan deaminasi pada basa nitrogen
nukleotida.
Asam nitrit dapat mengubah adenine menjad hipoxantin, sitosin
menjadi urasil dan guanine menjadi xantin. Senyawa kimia mutagen yang
lain ialah analog basa yaitu senyawa kimia yang strukturnya cukup
menyamai basa DNA yang normal sehingga dapat menggantikannya
selama berlangsungnya replikasi DNA. Meskipun strukturnya mirip,
analog basa tidak mempunyai sifat ikatan hidrogen yang sama seperti basa
normal. Karena itu dapat menyebabkan terjadinya kesalahan dalam
replikasi yang menyebabkan mutasi. Misalnya 2-aminopurin adalah analog
adenine dan dapat berpasangan dengan timin atau sitosin 5-bromourasil
adalah analog timin dan dapat berpasangan dengan adenine atau guanine.
Selain itu sinar X, sinar Y dan partikel energy tinggi sangat berpotensi
sebagai mutagen.
g) Rekombinasi bakteri
Pada bakteri, rekombinasi genetis dihasilkan dari tiga tipe pemindahan
gen yang menimbulkan variasi genetik yaitu : konjugasi, transduksi,
transformasi.

Serratia marcescens atau


yang biasa disebut
sebagai bakteri merah
(BM) merupakan salah
satu
spesies bakteri
entomopatogen gram-
negatif dari
famili Enterobacteriaceae.
Ciri khas S. marcescens
yang diisolasi dari
wereng batang cokelat
(WBC)
adalah koloninya
berbentuk cembung dan
menghasil-
kan pigmen merah.
Pigmen merah yang
dihasilkan
oleh S. marcescens
merupakan metabolit
sekunder
yang dikenal sebagai
prodigiosin dari famili
tripyrrole
yang umumnya
mengandung 4-methoxy-
2,2-bipyrolle
(Giri et al., 2004).
Nilai ekonomis dan
komersialisasi prodigiosi
Serratia marcescens atau
yang biasa disebut
sebagai bakteri merah
(BM) merupakan salah
satu
spesies bakteri
entomopatogen gram-
negatif dari
famili Enterobacteriaceae.
Ciri khas S. marcescens
yang diisolasi dari
wereng batang cokelat
(WBC)
adalah koloninya
berbentuk cembung dan
menghasil-
kan pigmen merah.
Pigmen merah yang
dihasilkan
oleh S. marcescens
merupakan metabolit
sekunder
yang dikenal sebagai
prodigiosin dari famili
tripyrrole
yang umumnya
mengandung 4-methoxy-
2,2-bipyrolle
(Giri et al., 2004).
Nilai ekonomis dan
komersialisasi prodigiosi
J
URNAL
A
GRO
B
IOGEN
V
OL
.
10
N
O
.
2

78
PENDAHULUAN
Serratia marcescens atau
yang biasa disebut
sebagai bakteri merah
(BM) merupakan salah
satu
spesies bakteri
entomopatogen gram-
negatif dari
famili Enterobacteriaceae.
Ciri khas S. marcescens
yang diisolasi dari
wereng batang cokelat
(WBC)
adalah koloninya
berbentuk cembung dan
menghasil-
kan pigmen merah.
Pigmen merah yang
dihasilkan
oleh S. marcescens
merupakan metabolit
sekunder
yang dikenal sebagai
prodigiosin dari famili
tripyrrole
yang umumnya
mengandung 4-methoxy-
2,2-bipyrolle
(Giri et al., 2004).
Nilai ekonomis dan
komersialisasi prodigi

J
URNAL
A
GRO
B
IOGEN
V
OL
.
10
N
O
.
2

78
PENDAHULUAN
Serratia marcescens atau
yang biasa disebut
sebagai bakteri merah
(BM) merupakan salah
satu
spesies bakteri
entomopatogen gram-
negatif dari
famili Enterobacteriaceae.
Ciri khas S. marcescens
yang diisolasi dari
wereng batang cokelat
(WBC)
adalah koloninya
berbentuk cembung dan
menghasil-
kan pigmen merah.
Pigmen merah yang
dihasilkan
oleh S. marcescens
merupakan metabolit
sekunder
yang dikenal sebagai
prodigiosin dari famili
tripyrrole
yang umumnya
mengandung 4-methoxy-
2,2-bipyrolle
(Giri et al., 2004).
Nilai ekonomis dan
komersialisasi prodigi
h) Produksi Pigmen Merah oleh Serratia marcescens
Serratia marcenscens atau yang biasa disebut sebagai bakteri merah
(BM) merupakan salah satu spesies bakteri entomopatogen gram negatif
dari family Enterobactericeae. Pigmen merah yang dihasilkan oleh
S.marcenscens merupakan metabolit sekunder yang dikenal sebagai
prodigiosin dari family tripyrrole yang mengandung 4-methoxy-2,2-
bipyrolle (Girl et.al., 2004)/

i) Serratia
marcescens
atau yang
biasa disebut
j) sebagai
bakteri merah
(BM)
merupakan
salah satu
k) spesies
bakteri
entomopatoge
n gram-
negatif dari
l) famili
Enterobacteria
ceae. Ciri
khas S.
marcescens
m) yang
diisolasi dari
wereng
batang
cokelat (WBC)
n) adalah
koloninya
berbentuk
cembung dan
menghasil-
o) kan pigmen
merah.
Pigmen
merah yang
dihasilkan
p) oleh S.
marcescens
merupakan
metabolit
sekunder
q) yang
dikenal
sebagai
prodigiosin
dari famili
tripyrrole
r) yang
umumnya
mengandung
4-methoxy-
2,2-bipyrolle
s) (Giri et al.,
2004).
t) Nilai
ekonomis dan
komersialisasi
prodigiosi
u) Serratia
marcescens
atau yang
biasa disebut
v) sebagai
bakteri merah
(BM)
merupakan
salah satu
w) spesies
bakteri
entomopatoge
n gram-
negatif dari
x) famili
Enterobacteria
ceae. Ciri
khas S.
marcescens
y) yang
diisolasi dari
wereng
batang
cokelat (WBC)
z) adalah
koloninya
berbentuk
cembung dan
menghasil-
aa) kan pigmen
merah.
Pigmen
merah yang
dihasilkan
bb) oleh S.
marcescens
merupakan
metabolit
sekunder
cc) yang
dikenal
sebagai
prodigiosin
dari famili
tripyrrole
dd) yang
umumnya
mengandung
4-methoxy-
2,2-bipyrolle
ee) (Giri et al.,
2004).
ff) Nilai
ekonomis dan
komersialisasi
prodigiosi
gg)
hh) J
ii) URNAL
jj) A
kk) GRO
ll) B
mm) IOGEN
nn)
oo) V
pp) OL
qq) .
rr)
ss) 10
tt)
uu) N
vv) O
ww) .
xx)
yy) 2
zz)
aaa)
bbb) 78
ccc) PENDAHU
LUAN
ddd) Serratia
marcescens
atau yang
biasa disebut
eee) sebagai
bakteri merah
(BM)
merupakan
salah satu
fff) spesies
bakteri
entomopatoge
n gram-
negatif dari
ggg) famili
Enterobacteria
ceae. Ciri
khas S.
marcescens
hhh) yang
diisolasi dari
wereng
batang
cokelat (WBC)
iii) adalah
koloninya
berbentuk
cembung dan
menghasil-
jjj) kan pigmen
merah.
Pigmen
merah yang
dihasilkan
kkk) oleh S.
marcescens
merupakan
metabolit
sekunder
lll) yang
dikenal
sebagai
prodigiosin
dari famili
tripyrrole
mmm) yang
umumnya
mengandung
4-methoxy-
2,2-bipyrolle
nnn) (Giri et
al., 2004).
ooo) Nilai
ekonomis dan
komersialisasi
prodigi
ppp)
qqq) J
rrr) URNAL
sss) A
ttt) GRO
uuu) B
vvv) IOGEN
www)
xxx) V
yyy) OL
zzz) .
aaaa)
bbbb) 10
cccc)
dddd) N
eeee) O
ffff).
gggg)
hhhh) 2
iiii)
jjjj)
kkkk) 78
llll) PENDAHULU
AN
mmmm)Serrati
a marcescens
atau yang
biasa disebut
nnnn) sebagai
bakteri merah
(BM)
merupakan
salah satu
oooo) spesies
bakteri
entomopatoge
n gram-
negatif dari
pppp) famili
Enterobacteria
ceae. Ciri
khas S.
marcescens
qqqq) yang
diisolasi dari
wereng
batang
cokelat (WBC)
rrrr) adalah
koloninya
berbentuk
cembung dan
menghasil-
ssss) kan
pigmen
merah.
Pigmen
merah yang
dihasilkan
tttt) oleh S.
marcescens
merupakan
metabolit
sekunder
uuuu) yang
dikenal
sebagai
prodigiosin
dari famili
tripyrrole
vvvv) yang
umumnya
mengandung
4-methoxy-
2,2-bipyrolle
wwww) (Giri et
al., 2004).
xxxx) Nilai
ekonomis dan
komersialisasi
prodi
Rata-rata pigmen merah mulai diproduksi saat sel bakteri S. marcescens
masih berada pada fase eksponensial. Hal ini dikarenakan pada fase
eksponensial, sel bakteri sudah banyak berkembang dalam kondisi
pertumbuhan yang sesuai. Keadaan ini akan mengaktifkan ekspresi gen
pigmen merah, sehingga pigmen dapat mulai dihasilkan. Pigmen dapat
diekspresikan dalam beberapa kondisi, yaitu ketika S. marcescens sudah
mencapai densitas sel yang tinggi dan ketika S. marcescens sudah dalam
kondisi lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhannya (Khanafari et al.,
2006).

Sinar UV mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap


kelangsungan dan keefektifan transformasi DNA dari suatu spesies.  Sinar
UV yang berlebihan justru akan mengganggu aktivitas DNA suatu spesies.
Untuk dapat bertahan pada kondisi lingkungan yang tidak sesuai, suatu
spesies dapat melakukan perubahan materi genetik atau melakukan proses
mutasi sehingga fenotif yang muncul tidak lagi sama persis dengan fenotif
semula. Sinar UV sangat berpengaruh terhadap perkembangan sel. Sel
merupakan satuan hidup terkecil yang dapat menderita akibat radiasi.
Tanggapan sel atau jaringan terhadap radiasi berbeda-beda, baik yang
menyangkut perubahan derajat ketahanan hidup, mutasi ataupun karsinogen.
Radiasi mutagenik lainnya adalah sinar ultraviolet (UV). Sinar UV
dapat menyebabkan terbentuknya ikatan kovalen antara dua molekul timin,
menghasilkan timin dimer. Timin dimer ini menyebabkan kerusakan serius
dan kematian sel karena DNA dengan timin dimer tidak dapat direplikasi dan
ditranskripsi. Komponen sinar UV yang bersifat paling mutagenik adalah
pada panjang gelombang 260nm.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah:

Proses mutasi dipengaruhi oleh faktor intrinsic dan ekstrinsin. Faktor


ekstrinsik dapat berupa agen kimiawi, fisik, maupun faktor lingkungan.
Sedangkan faktor intrinsic dapat berupa kesalahan urutan DNA. Mekanisme
pemindahan bahan genetik pada bakteri secara umum dilakukan dengan tiga
cara yaitu konjugasi, transduksi, dan transformasi.

5.2 Saran

Sebaiknya pada saat praktikum sedang berlangsung, praktikan dapat


bekerja sama dengan baik dalam kelompoknya. Dan pada saat pengambilan
foto hasil pengamatan, mohon diamati dulu agar tidak terjadi kesalahpahaman
dalam pengambilan data kelompok.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayati, Amin. 2014. Genetika mikroba. Malang: UNIVERSITAS


MUHAMMADIYAH MALANG.
https://www.academia.edu/25023231/Genetika_Mikroba. Diakses 23
Oktober 2019.

Tulaseket, C. Marsha. 2017. Mikrobiologi Genetika Mikroba. Ambon:


UNIVERSITAS PATIMURA.https://docplayer.info/72599368-
Makalah-mikrobiologi-genetika-mikroba.html. Diakses 24 Oktober
2019.

Septiyanti, Farinda. dkk. 2019. Genetika Mikroba. MALANG: UNIVERSITAS


NEGERI
Malang.https://www.coursehero.com/file/38895763/GENETIKA-
MIKROBA-MAKALAH-DONEdocx/. Diakses 24 Oktober 2019.

BPOM. 2016. Panduan Praktikum Mikrobiologi Fakultas Farmasi. Jakarta:


Universitas Sanata Dharma. https://www.usd.ac.id. Diakses: 14
Oktober 2019.

Dr. Elya Nusantari. 2015. GENETIKA Belajar Genetika dengan Mudah &
Komprehensif. xx, 238 hlm.; Uk:15.5x23 cm. Yogyakarta: Universitas
Negeri Gorontalofile:///C:/Users/ASUS/Downloads/Buku-Genetika-
Belajar-Genetika-dengan-Mudah-dan-Komprehensif%20(1).pdf.
Diakses 26 Oktober 2019.

Anda mungkin juga menyukai