Anda di halaman 1dari 12

PERAN BIOLOGI MOLEKULER DI BIDANG KESEHATAN

I.

Pendahuluan
Biologi molekuler merupakan kelanjutan dua cabang ilmu yang sudah ada sebelumnya,

yaitu Genetika dan Ilmu Biokimia. Awal Biologi molekuler ditandai dengan adanya penemuan
struktur heliks ganda DNA oleh Watson dan Crick pada tahun 1953. Penemuan lainnya adalah
bahwa suatu gen menentukan suatu protein, mekanismenya dirumuskan dalam konsep yang
dikenal sebagaai dogma sentral yaitu urutan nukleotida dalam DNA menentukan urutan
nukleotida dalam RNA yang selanjutnya menetukan urutan asam amino dalam protein.
Perkembangan biologi molekular menjadi lebih dipercepat dengan munculnya rekayasa genetik
yang memungkinkan pengandaan dan isolasi gen sehingga struktur dan fungsi gen dapat
dipelajari.
Peran sentral dalam kehidupan sel dimainkan oleh protein (polipeptida) dan DNA (gen).
Selain peran tradisional protein sebagai enzim, protein memainkan berbagai peran lain seperti
membentuk sitoskeleton dan matriks antar sel, reseptor, hormon, antibodi, faktor pertumbuhan,
faktor transkripsi, dan berbagai peran lain. Protein tertentu secara langsung maupun tak langsung
mengatur proliferasi dan diferensiasi sel, histogenesis, oranogenesis, bahkan ada protein tertentu
yang mengatur kematian sel (apoptosis). Semua sifat yang dimiliki oleh organisme ditentukan
oleh gen-gen yang dimilikinya. Gen merupakan bagian-bagian dari urutan asam nukleat yang
terdapat pada DNA. Terdapat dua kategori gen, yaitu gen struktural dan gen regulator. Gen-gen
struktural mengkode urutan asam amino dalam protein, seperti enzim, yang menentukan
kemampuan biokimia dari organisme pada reaksi katabolisme dan anabolisme, atau berperan
sebagai komponen tetap pada struktur sel. Gen-gen regulator berfungsi mengontrol tingkat
ekspresi gen struktural, mengatur laju produksi protein produknya dan berhubungan dengan
respon terhadap signal intra dan ekstraselular. Karena sintesis protein dikendalikan oleh gen,
maka gen dapat dikatakan mengatur segala aspek kehidupan sel atau organisme.
Di bidang kesehatan perkembangan biologi molekuler memberi dampak pada hampir
semua ilmu pre-klinik seperti: genetika, histologi, embriologi, fisiologi, mikrobiologi,
parasitologi, patologi, imunologi, dan farmakologi. Salah satu bentuk peranan biologi molekular
dalam bidang kesehatan adalah adanya terapi molekular seperti pada pengobatan penyakit SCID

(Severe Combained Immuno Deficiency), penanggulangan penyakit keturunan seperti talasemia,


fibrosis kistik, hemfilia, dan penyakit kanker.
II.

Isi
A. Teknik Biologi Molekular
Sejak akhir 1950-an dan awal 1960-an, ahli biologi molekuler telah belajar untuk

karakterisasi, mengisolasi, dan memanipulasi komponen molekul sel dan organisme.Komponenkomponen ini mencakup DNA , gudang informasi genetik, RNA, kerabat dekat dari DNA yang
berkisar dari fungsi melayani sebagai copy pekerjaan sementara DNA untuk fungsi struktural dan
enzim aktual serta bagian struktural dan fungsional dari aparat translasi, dan protein, tipe struktur
dan enzim utama dari molekul dalam sel.
1. Reaksi berantai polimerase (PCR)
Reaksi

berantai

polimerase

merupakan

teknik

yang

sangat

fleksibel

untuk

menyalin DNA. Dalam singkat, PCR memungkinkan satu DNA urutan yang akan disalin (jutaan
kali), atau dimodifikasi secara tertentu. Sebagai contoh, PCR dapat digunakan untuk
menambahkan situs enzim restriksi, atau untuk memutasikan (mengubah) basa tertentu
pada DNA , yang terakhir adalah metode yang disebut sebagai "perubahan Cepat". PCR juga
dapat digunakan untuk menentukan apakah suatu tertentu DNA fragmen ditemukan di
perpustakaan cDNA. PCR memiliki banyak variasi, seperti reverse transcriptase PCR (RT-PCR)
untuk amplifikasi RNA , dan, baru-baru ini, real-time PCR (QPCR) yang memungkinkan untuk
pengukuran kuantitatif dari DNA atau RNA molekul.
2. Gel elektroforesis
Elektroforesis gel adalah salah satu alat utama biologi molekular . Prinsip dasarnya
adalah bahwa DNA , RNA , dan protein semuanya dapat dipisahkan dengan medan
listrik. Dalam elektroforesis gel agarosa, DNA dan RNA dapat dipisahkan berdasarkan ukuran
dengan menjalankan DNA melalui gel agarosa. Protein dapat dipisahkan berdasarkan ukuran
dengan menggunakan gel SDS-PAGE, atau atas dasar ukuran dan muatan listrik dengan
menggunakan apa yang dikenal sebagai elektroforesis gel 2D.
3. Array

Sebuah DNA array adalah kumpulan bintik melekat pada dukungan solid seperti sebuah
slide mikroskop mana tempat masing-masing berisi satu atau lebih beruntai tunggal
DNA fragmen oligonukleotida. Array memungkinkan untuk meletakkan jumlah besar bintikbintik yang sangat kecil (100 diameter micrometre) pada slide tunggal. Setiap tempat
memiliki DNA molekul fragmen yang melengkapi satu DNA urutan (mirip dengan Southern
blotting). Sebuah variasi dari teknik ini memungkinkan ekspresi gen dari suatu organisme pada
tahap tertentu dalam pembangunan yang berkualitas (profiling ekspresi). Dalam teknik
ini RNA dalam suatu jaringan diisolasi dan diubah menjadi cDNA berlabel. cDNA ini kemudian
hibridisasi dengan fragmen pada array dan visualisasi hibridisasi dapat dilakukan. Sejak
beberapa array dapat dilakukan dengan posisi yang sama persis fragmen mereka sangat berguna
untuk membandingkan ekspresi gen dari dua jaringan yang berbeda, seperti kanker dan jaringan
sehat. Juga, kita dapat mengukur apa yang disajikan gen dan bagaimana ekspresi perubahan
dengan waktu atau dengan faktor-faktor lainnya. Misalnya, ragi roti biasa itu,''''cerevisiae, berisi
sekitar 7000 gen; dengan microarray, orang dapat mengukur secara kualitatif bagaimana setiap
gen diekspresikan, dan bagaimana perubahan ekspresi, misalnya, dengan perubahan suhu.
Ada banyak cara untuk membuat mikroarray; yang paling umum adalah chip silikon,
mikroskop slide dengan bercak diameter ~ 100 micrometre, array kustom, dan array dengan
bintik-bintik yang lebih besar pada membran berpori (macroarrays). Ada bisa dimana saja dari
100 tempat untuk lebih dari 10.000 pada array yang diberikan.
Array juga dapat dilakukan dengan molekul lain selain DNA . Sebagai contoh, sebuah array
antibodi dapat digunakan untuk menentukan apa yang protein atau bakteri yang hadir dalam
sampel darah.
B. Teknik Hibridisasi
Teknik hibridisasi meliputi dua proses, yaitu proses denaturasi atau pemisahan dua rantai
asam nukleat yang komplementer dari proses renaturasi atau perpaduan kembali dua rantai asam
nukleat. Proses denaturasi biasanya dilakukan dengan cara pemanasan DNA untuk memecah
ikatan hidrogen yang terdapat di antara pasangan basa sehingga rantai asam nukleat akan
terpisah. Proses ini kemudian diikuti dengan proses renaturasi dengan cara pendinginan.

Pengujian sel bakteri pembawa rekombinan, gen-gen target, level mRNA, hasil pemotongan ER
(RFLP) dan uji lainnya yang menggunakan teknik hibridisasi, membutuhkan proses denaturasi
dan fragmen asam nukleat yang tidak diketahui dan memfiksasi fragmen tersebut pada bahan
solid seperti filter nitroselulosa. Untuk pengujian dengan hibridisasi diperlukan suatu probe asam
nukleat yang komplementer dicampurkan dengan fragmen asam nukleat yang terdapat pada
bahan solid tersebut pada kondisi yang mendukung terjadinya hibridisasi. Proses hibridisasi
dapat juga dilakukan dalam larutan (bukan bahan solid). Baik DNA yang hendak didiagnosis
(target) maupun probe dimasukkan dalam larutan buffer. Kedua DNA tersebut bebas bergerak
dan proses hibridisasinya berlangsung 5-10 kali lebih cepat daripada di bahan solid. Keadaan
tersebut sangat penting dalam aplikasi kebanyakan diagnostik mikrobiologi yang memiliki
konsentrasi DNA target sangat sedikit dan membutuhkan waktu diagnosis lebih cepat. Probe
dapat juga dibuat dari oligonukleotida (biasanya terdiri dari 30-40 nukleotida) yang dibuat secara
sintetik. Oligonukleotida tersebut dapat berupa fragmen DNA rantai tunggal atau fragmen RNA
yang dilabel.

Proses hibridisasi dan visualisasi diawali dengan transfer DNA dari gel agarose ke nilon berpori
atau membrane nitroselulosa. Transfer DNA disebut Southern blotting, mengacu kepada nama
penemu teknik tersebut yaitu E.M. Southern (1975). Pada metode ini mula-mula gel
didenaturasi dengan larutan dasar dan diletakkan pada suatu nampan. Selanjutnya di atas gel
hasil elektroforesis diletakkan nilon berpori atau membrane nitroselulosa, kemudian di atasnya
diberi pemberat. Semua fragment hasil pemotongan dengan enzim restriksi yang pada awalnya
berada pada gel akan ditransfer secara kapiler ke membrane tersebut dalam bentuk untai
tunggal. Pola fragmen akan sama dengan yang berada pada gel.

Untuk identifikasi bakteri atau sel inang yang membawa plasmid rekombinan juga dilakukan
hibridisasi dengan menggunakan membran nitrosellulosa yang meiliki ukuran dan bentuk sesuai
dengan petridish yang digunakan. Membran ditempel ke medium LB yang telah ditumbuhi
koloni bakteri, kemudian membrane diambil dan petri berisi koloni bakteri diinkubasi lagi untuk
ditumbuhkan kembali. Kemudian membran diinkubasi bersama probe DNA Bila antara probe
dan DNA target merupakan komplemen maka akan terjadi hibridisasi. Bila probe yang

digunakan

dilabeli

maka

selanjutnya

dupleks

yang

terjadi

dapat

dideteksi.

Bila kondisi hibridisasi yang digunakan mempunyai stringency yang tinggi (highly stringent),
maka tidak akan terjadi hibridisasi dengan DNA yang mempunyai kekerabatan yang jauh atau
non homolog. Jadi probe DNA akan mengenali hanya sekuen yang komplemen dan secara ideal
homolog diantara beribu-ribu atau bahkan berjuta-juta fragmen yang bermigrasi sepanjang gel.
Fragmen yang diinginkan dapat dideteksi setelah dilakukan pemaparan membran yang telah
mengalami hibridisasi pada film. Ada berbagai cara untuk memperoleh dari melabel probe asam
nukleat. Sebuah gen dan agen penyakit yang akan dideteksi harus dimurnikan terlebih dahulu,
kemudian dilabel apakah dengan radioisotop seperti 32P atau dengan substansi non-radioisotop.
Walaupun substansi non-radioisotop dan dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama.
Sensitifitas uji diagnostik menggunakan probe yang dilabel dengan non-radioisotop dapat
ditingkatkan dengan penggunaan PCR. Substansi non-radioisotop yang paling sering digunakan
sebagai label adalah biotin dan digoxigenin.

C. Fungsi Biologi Molekular Dalam Bidang Kesehatan


Biologi molekuler memiliki beberapa peranan penting di bidang kesehatan. Beberapa
teknik molekuler telah digunakan secara luas seperti penelitian mengenai gen, protein dan
interaksi antara gen, lingkungan dan penyakit. Penemuan-penemuan baru dalam bidang biologi
molekuler mempunyai banyak peran dalam kehidupan manusia, seperti menyingkap misteri
dibalik penyakit yang dahulu tidak diketahui asal usulnya, terapi gen, dan produk-produk
bioteknologi. Berikut ini adalah beberapa aplikasi biologi molekuler di bidang kesehatan:

a.

Pengembangan produk farmasi seperti produk biosimilar (vaksin virus hepatitis B,

produksi insulin rekombinan, dan lain-lain)


b. Diagnosa penyakit dengan metode DNA rekombinan
c. Diagnosa penyakit genetik berdasarkan teknik hibridisasi DNA rekombinan
d. Terapi gen dalam pengobatan penyakit genetic

e.

Forensik dengan penggunaan DNA fingerprinting

Diagnosa dan pengobatan penyakit genetik

Penyakit genetik adalah penyakit yang disebabkan karena kerusakan informsi genetik
baik tingkat gen maupun tingkat kromosom, dan diturunkan ke generasi berikutnya. Penyakit ini
bisa disebabkan karena kerusakan pada banyak gen atau pada satu gen. Prinsip diagnosa
berdasarkan teknik hibridisasi dapat digunakan untuk diagnosa penyakit genetik. Misalkan
mutasi spesifik diketahui merupakan penyebab dari penyakit tertentu. Seperti penyakit
Alzheimer, probe DNA yang dirancang dapat berhibridisasi untuk mendeteksi mutasi tersebut.
Sehingga diagnosa genetik dapat dilakukan menggunakan teknik yang sama dengan yang
digunakan untuk diagnosa penyakit infeksi. Pengobatannya dapat digunakan dengan terapi gen.
Dalam hal penyakit genetis, deteksi dini secara molekuler saat ini sudah mulai
digunakan untuk beberapa jenis penyakit keturunan. Pengobatan penyakit genetis tentu tidak
dapat dilakukan dengan cara pengobatan kimia konvensional karena penyakit ini disebabkan
oleh adanya mutasi pada tingkat DNA atau RNA. Penggantian DNA yang mengalami mutasi
menjadi DNA normal dan dimasukkan kembali ke dalam tubuh saat ini masih merupakan tujuan
jangka panjang. Metode pengobatan ini dinamakan gene therapy.
Kurang lebih 0,6% neonates memiliki kelainan kromosom mayor yang dapat
menyebabkan peningkatan morbiditas atau mortalitas. Tetapi, sebagian besar kalainan kromosom
menyebabkan kematian, dan hasil konsepsi lenyap pada tahap tertentu dalam kehamilan atau
tidak melekat pada uterus. Sekitar 50% dari embrio dan fetus yang mengalami abortus spontan
memiliki kelainan kromosom. Hilangnya sebagian kromosom atau duplikasi kromosom yang
tidak menimbulkan kematian seringkali mengakibatkan bentuk tubuh disformik, retardasi
mental, dan ketidakmampuan untuk berkembang. Trisomi otosom yang paling sering terjadi dan
dapat tetap bertahan hidup setelah lahir adalah trisomi 21, sindrom Down; trisomi 18, sindrom
Edward; dan trisomi 13, sindrom Patau.
Manifestasi klinis dari tiga sindrom trisomi yang dapat tetap hidup setelah lahir :
Kromosom

Nama

Gambaran Klinis

(genotip)
Trisomi 21

Umum
Sindrom

(fenotip)
Wajah: terdapat lipatan epikantus, fisura palpebra oblik,

47XX, +21

Down

jembatan hidung lebar, profil wajah datar, mulut terbuka,

47Y, +21

lidah menonjol keluar.


Tubuh: tangan pendek dan lebar, garis tunggal di telapak
tangan, ada celah yang besar antara jari kaki pertama dan

kedua, telinga rendah, dan tag preaulikular, sering


terdapat cacat jantung dan hipotoni
Trisomi 18

Sindrom

Berbagai derajat retardasi mental


Aterm, berat badan lahir rendah

47XX, +18

Edward

Oksiput menojol, mikrognatia, posisi telinga rendah

47XY, +18

dengan malformasi, labioskisis dan palatoskisis


Retardasi motorik dan retardasi mental berat

Trisomi 13

Sindrom

Jarang dapat hidup lebih dari beberapa bulan


Aterm, berat badan lahir rendah

47XX, +13

Patau

Wajah:

47XY, +13

hidung

lebar,

hipertelorisme,

mikrognatia,

deformitas pada mata; mikroensefali, posisi telinga


rendah dengan malformasi, gangguan fleksi, polidaktili,
dan sindaktili

Daya tahan hidup sangat rendah


Ekspresi fenotip dari gen dapat terjadi dalam satu dari empat macam pola keturunan:
dominan otosomal, resesif otosomal, dominan terkait X, dan resesif terkait X (mendelian).
Abnormalitas dari gen tunggal tak dapat diketahui dengan pemeriksaan sel secara mikroskopis,
karena kariotip dari individu yang terkena normal. Adanya gen abnormal dapat dilacak dengan
mengamati sebuah sifat bawaan fenotipik yang abnormal pada individu dan pada pohon
keluarga. Abnormalitas gen tunggal dapat nampak dalam berbagai keadaan, mulai dari defek
lokalisasi anatomis yang sederhana sampai pada gangguan yang tak nyata atau komples dari
kimia tubuh. Populasi secara keseluruhan dari frekuensi gangguan gen tunggal adalah sekitar
1%, dengan 0,7% sebagai dominan, 0,25% sebagai resesif, dan 0,04% terkait X.
Dalam sebuah kategori abnormalitas gen tunggal, DNA yang menyimpang dapat
mengakibatkan produksi molekul protein abnormal, misalnya, molekul hemoglobin. Sedikit
penyimpangan pada struktur hemoglobin dapat mengakibatkan perubahan secara fisik dan dapat
berkembang menjadi penyakit yang serius. Penyakit dapat terjadi akibat tidak adanya produk
akhir, penumpukan substrat yang tidak terpakai karena adanya hambatan, atau akibat
penimbunan produk darijalur metabolik lain yang biasanya sedikit dipakai akibat terhambatnya
jalur metabolik yang biasanya dipakai. Contoh klasik dari keadaan yang disebabkan tidak adanya
produk akhir adalah albinisme. Pigmen melanin tidak diproduksi, akibatnya tidak ada pigmen
pada rambut, kulit, atau iris. Contoh yang lain adalah tidak adanya hormon tiroid yang

mengakibatkan kretinisme, dan diabetes insipidus akibat tidak diproduksinya hormone anti
diuretik oleh kelenjar pituitary.
Penyakit genetik dapat dipelajari dalam beberapa tingkat yaitu mulai dari tingkat
populasi, keluarga, individu, sel, kromosom, dan gen. Pada tingkat populasi, mencari variasi
penyakit genetik yang tidak dapat dipisahkan dari faktor lingkungan. Pada tingkat keluarga dan
individu, apakah kelainan tersebut X-linked atau autosomal; pada tingkat sel, ekspresi protein
dapat dipelajari, sedangkan pada tingkat kromosom dan gen banyak sekali kemajuan yang telah
dicapai.
Dua pendekatan yang berbeda diterapkan untuk diagnosis penyakit-penyakit genetik
dengan teknologi DNA rekombinan:
1. Diagnosis gen langsung, yaitu deteksi gen mutan.
Berdasarkan identifikasi perbedaan kualitas antara rangkaian DNA pada gen normal dan
abnormal. Digunakan dua metode:
a. Satu berdasarkan kenyataan bahwa beberapa mutasi merubah atau menghancurkan tempat-tempat
terbatas tertentu pada DNA normal. Sebagai contoh, gen globin normal mempunyai tiga tempat
terbatas untuk enzim Mst II, salah satunya hilnag pada siklus gen globin. Ini menghasilkan pitapita dengan ukuran berbeda jika DNA dari individu normal dan individu yang terkena dicerna
dengan Mst II serta dibandingkan dengan analisa Sauthern blot.
b. Analisa pemeriksaan oligonukleotida digunakan jika mutasi menghasilkan gen abnormal yang
tidak mengubah tempat terbatas yang diketahui. Dua oligonukleotida dengan panjang 18 20
basa disintesa, di bagian tengah terdapat basa tunggal dimana gen normal dan gen mutan
berbeda. Setiap oligonukleotida hibridisasi kuat dengan gen (normal) yang sesuai, tetapi lemah
dengan gen yang tidak pada urutan yang tepat. Jadi pada analisa Southern blot gen normal dan
gen mutan dapat dibedakan berdasarkan kekuatan hibridisasi dengan pemeriksaan dua
oligonukleotida.
2. Diagnosis gen tidak langsung, yaitu deteksi ikatan gen penyakit dengan petanda gen yang tidak
berbahaya.
Pada banyak penyakit genetik, gen mutan dan bagian normalnya belum diidentifikasi
atau diurut, dan oleh sebab itu diagnosis gen langsung tidak dapat digunakan. Karenanya perlu
memakai pelacakan gen yang menentukan apakah anggota keluarga yang mendapatkan atau

fetus yang diturunkan mempunyai daerah kromosom yang sesuai dengan anggota keluarga yang
terkena sebelumnya. Perlu dibedakan kromosom yang membawa gen normal dengan gen mutan
pada heterozigot. Untuk ini, digunakan sifat variasi urutan DNA di sekitar (dan berikatan
dengan) gen mutan. Analisa seperti ini disebut Restriction fragment length polymorphism
(RFLP), berdasarkan polimorfisme DNA yang menimbulkan fragmen dengan panjang berbedabeda pada analisa Southern blot. Misalnya pada fibrosis kistik, orangtua dan anak-anak
heterozigot mempunyai dua pita yang berasal dari kromosom normal dan kromosom yang
terkena. Sebaliknya individu (homozigot) yang terkena menunjukkan pita tunggal berasal dari
dua kromosom identik yang membawa gen mutan.
Teknik RFLP telah terbukti berguna pada deteksi antenatal beberapa kelainan genetik
seperti fibrosis kistik, penyakit Huntington, penyakit ginjal polikistik, dan sindroma LeschNyhan. Bagaimanapun terdapat beberapa keterbatasan:
a. Untuk diagnosis prenatal, beberapa anggota keluarga yang terkena dan yang tidak terkena harus
bersedia diperiksa.
b. Anggota keluarga yang menjadi kunci (misalnya orang tua, saudara kandung) harus heterozigot
untuk RFLP (yaitu kromosom normal dan yang membawa gen mutan harus dibedakan dengan
analisa Southern blot). Dengan perkataan lain, polimorfisme DNA informatif harus diberikan
dengan gen yang dicari.
c. Rekombinasi antara kromosom homolog selama gametogenesis dapat menyebabkan hilangnya
ikatan antara polimorfisme DNA dan gen mutan.
Selain secara RFLP, teknik analisis yang sering digunakan adalah sebagai berikut:
Southern blot
Bila struktur gen yang mengalami mutasi dan yang normal diketahui, dapat dilakukan hibridisasi
dengan oligonukleotida tertentu yang telah didesain untuk hibridisasi tersebut.
Northern blot
Hibridisasi RNA dengan cDNA untuk melihat ekspresi atau produk gen tertentu.
Western blot
Identifikasi produk gen dengan dasar reaksi antigen antibody.
Setiap organisme mempunyai urutan DNA yang unik, pemeriksaan DNA dapat dipakai
untuk mendeteksi semua mikroba. Dua metode yang digunakan:
a. Dot blot hybridization

b. In situ hybridization, yang dapat mendeteksi dan melokalisasi sel organisme


Keuntungan pemeriksaan DNA pada diagnosis penyakit infeksius adalah sebagai
berikut:
a. Organisme yang sukar tumbuh atau tumbuh lambat dapat dideteksi dengan cepat.
b. Jumlah organisme yang sedikit (102) dapat dideteksi.
Sebagai tambahan nilainya pada diagnosis kelainan genetik dan infeksius, analisa
pemeriksaan DNA berguna dalam (1) diagnosis beberapa bentuk kanker, dan (2) identifikasi
positif individu untuk patologi forensik.
III.

Penutup
Biologi molekuler adalah lanjutan 2 cabang ilmu sebelumnya yaitu genetika dan

biokimia. Ilmu biologi molekuler mempunyai peranan yang sangat luas bagi kesejahteraan
masyarakat salah satunya dibidang kesehatan. Contohnya yaitu terapi molekular seperti pada
pengobatan penyakit SCID (Severe Combained Immuno Deficiency), penanggulangan penyakit
keturunan seperti talasemia, fibrosis kistik, hemfilia, dan penyakit kanker. Mengingat sangat
pentingnya ilmu biologi molekuler bagi kelangsungan hidup manusia maka diperlukan
pengembangan disegala aspek sehingga mampu memberi manfaat yang lebih luas bagi
kehidupan manusia khususnya dibidang kesehatan.

Daftar Pustaka
Ghaffar, Shabarni , 2007 , Buku Ajar Bioteknologi Moloekuler , Unpad Press ; Bandung

Anonim

2009

Teknologi

Biologi

Molekuler

available

at

http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.newsmedical.net/health/What-is-Molecular-Biology.aspx , diakses tanggal 5 juni 2010


Anonim , 2006 , Biologi Molekuler , available at http://wikipedia.com , diakses tanggal 5
juni 2010
Elvita,
A.,
dkk. Genetika
Dasar. http://yayanakhyar.files.wordpress.com/2009/
01/genetika-dasar_files-of-drsmed.pdf. Diakses tanggal 22 Mei 2010.
Harris, Harry. 1994. Dasar-Dasar Genetika Biokemis Manusia Edisi 3. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Nuswantara, S. dan Usep Soetisna. Era Bioteknologi dalam Pengobatan dan Diagnosis
Penyakit
Infeksi
dan
Genetis.http://katalog.pdii.lipi.go.id/index.php/searchkatalog/downloadDatabyId/4226/42
27.pdf. Diakses tanggal 22 Mei 2010.
Pringgoutomo, S., Sutisna H., dan Achmad T. 2002. Patologi I (Umum) Edisi 1. Sagung
Seto, Jakarta.
Robbins, S.L., et al. 1994. Dasar Patologik Penyakit, Binarupa Aksara, Jakarta.
Robbins, S.L., dan Vinay Kumar. 1995. Buku Ajar Patologi I. Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
S. A. Price & L. M. 1994. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses Penyakit Edisi 4. Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

DIAGNOSIS PENYAKIT GENETIK BERDASARKAN TEKNIK


HIBRIDISASI DNA REKOMBINAN
PAPER

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Biomolekuler


Dosen :
Dr. Nurul Mahmudati M.Kes

Oleh :
Mohamad Fahri Line (201410490311027)
Yoga Antoniyus

(201410490311028)

Yogi Antoniyus

(201410490311029)

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016

Anda mungkin juga menyukai