FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI FISIOTERAPI UNIVERSITAS UDAYANA
UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN 2020/2021
Mata Kuliah : Pendidikan Agama
Hari/tanggal : Jum’at, 11 Juni 2021 Pukul : 08.00-09.40 WITA Dosen : Dr. Dra. I.G.A Suryani, M.Si
1. Jelaskan aplikasi ajaran agama dalam pelayanan fisioterapi!
Fisioterapi merupakan salah satu tenaga medis yang bertujuan mengembangkan, memelihara, dan memulihkan gerak serta fungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, maupun menggunakan peralatan. Praktek pelayanan kesehatan khususnya fisioterapi tidak bisa dilepaskan dengan nilai nilai agama karena agama memiliki peran yang sangat penting dalam proses pelayanan khususnya fisioterapi seperti berdoa, sopan santun dan jujur dengan pasien, hal ini sesuai dengan kode etik fisioterapi. Apabila seorang fisioterapis tidak beretika dan tidak jujur pada pasiennya, maka hubungan diantaranya menjadi tidak baik dan bisa merugikan fisioterapis serta menghambat kerja seorang fisioterapis. Kemudian dalam praktiknya, seorang fisioterapi perlu menerapkan ajaran agama serta norma contoh pengaplikasiannya seperti saat melakukan terapi kepada pasien wanita dewasa, alangkah baiknya fisioterapis yang melakukan terapi juga seorang wanita. Hal ini bertujuan untuk menghargai gender serta memberikan rasa aman dan nyaman kepada pasien. Contoh lainnya adalah dalam pelayanan kesehatan dan menangani pasien seorang fisioterapi harus mengikuti kode etik dengan menjaga etika serta sopan santun yang selaras dengan ajaran agama, selain itu, dalam praktik juga perlu menerapkan ajaran agama dimana seorang fisioterapis harus jujur (satya) terhadap bagaimana kondisi pasien, menghargai orang yang lebih tua, dan berbicara sopan terhadap pasien baik mudan maupun lansia. Mata kuliah agama ini dapat menjadi wadah mahasiswa untuk membentuk karakter sebagai calon fisioterapi agar segala tindakan yang kita berikan nantinya berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan yang sesuai dengan ajaran agama yang kita anut. 2. Keimanan dan ketakwaan tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari, jelaskan mengenai hal ini! Keimanan berasal dari kata iman yang memilki arti kepercayaan atau keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Keimanan ini merupakan unsur pokok yang harus dimiliki oleh setiap penganutnya, diibaratkan sebagai pondasi yang menopang segala sesuatu yang berada diatasnya, kokoh tidaknya bangunan itu sangat tergantung pada kuat tidaknya pondasi tersebut. Sementara ketakwaan adalah tujuan hidup. Setiap orang harus menjalankan segala perintah Tuhan Yang Maha Esa. dan menjauhi segenap larangan- Nya, semata hanya mengharapkan ridho-Nya. Kedua hal ini tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari karena keduanya penting sebagai pondasi sekaligus tujuan hidup manusia dalam beragama. 3. Kerukunan hidup umat beragama di Indonesia sangat perlu ditingkatkan, mengapa? Jelaskan mengenai hal ini, berikan contoh-contoh sesuai dengan kasus-kasus yang ada? Sebagai warga Negara Indonesia yang baik, sudah sepatutnya kita sebagai warga Negara maupun sebagai umat beragama, dapat menjaga kerukunan dalam hubungan dengan pemeluk agama yang lain. Hubungan kita sebagai sesama umat beragama haruslah dilandasi dengan rasa toleransi, saling menghargai, dan rasa kesetaraan dalam hal memeluk suatu Agama atau kepercayaan masing-masing. Hal ini sangat berpengaruh untuk kelangsungan hidup antar pemeluk agama untuk menjalin kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam kesatuan Negara Kesatuan republik Indonesia (NKRI), juga kita sebagai umat beragama dan sebagai warga Negara yang baik dapat sebisa mungkin menghindari pergesekan dimasyarakat sehingga terhindar dari segala bentuk konflik dan perpecahan. Contoh kasus yang sesuai dengan kerukunan agama dan patut dicontoh seperti umat muslim dan umat nasrani di Solo yang mana sejak zaman kemerdekaan, Muslim dan Nasrani di Kelurahan Kratonan, Kecamatan Serengan Solo, mempunyai tempat ibadah yang saling berdampingan, selalu saling bantu dan saling menghormati satu sama lainnya, tanpa pernah diwarnai gesekan sedikit pun. 4. Jelaskan maksud hakekat kebersamaan dalam pluralitas beragama! Pemahaman pluralitas agama menuntut sikap pemeluk agama untuk tidak hanya mengakui keberadaan dan hak agama lain, tetapi juga harus terlibat memahami perbedaan dan persamaan dan mencapai kerukunan dan kebersamaan. Bila dikaji eksistensi manusia dalam kerukunan dan kebersamaan ini diperoleh pengertian bahwa arti sesungguhnya dari manusia bukan terletak pada akunya, tetapi pada kebersamaannya. Pluralitas agama di dalam Q.S An-Naml: 125, menganjurkan dialog yang baik untuk saling mengenal mitra dialog, dialog tersebut dengan sendirinya akan memperkaya wawasan kedua belah pihak dalam rangka mencari persamaan yang dapat dijadikan landasan untuk menjalin kerukunan. Pluralitas bukan hanya toleransi atau kebersamaan yang pasif, melainkan kesediaan untuk melindungi dan mengakui kesetaraan di antara sesama manusia, terlepas dari perbedaan asal-usul etis, keyakinan, kepercayaan dan agama yang dianut. 5. Bila kita lihat dalam kehidupan sehari-hari pada daerah-daerah di Indonesia, praktek praktek ajaran agama tidak bisa dipisahkan dalam budaya lokal sehingga bisa dikatakan budaya sebagai ekspresi dari ajaran agama, jelaskan mengenai hal ini dan contoh contohnya! Agama dan budaya merupakan dua hal yang tak bisa dipisahkan. Karena ketika nilai- nilai agama membumi maka membutuhkan tradisi dan budaya yang berkembang di masyarakat. Kemudian, pengejawantahan dari nilai agama itu jadi sesuatu yang menyatu dengan tradisi dan budaya. Sebaliknya, tradisi yang hidup itu tentu haruslah tradisi budaya yang prinsipil dan tidak bertentangan dengan nilai agama. Contoh, budaya atau kebiasan membunuh orang, tentu itu bukan suatu yang berkaitan dengan jati diri Indonesia, karena di Indonesia sangat religius. Jadi semua tradisi dan budaya yang berkembang adalah pengejawantahan dari nilai agama. Contoh budaya yang tidak bertentangan dan menyatu dengan nilai agama adalah budaya megibung di Kabupaten Karangasem. Budaya ini tidak hanya dilakukan oleh umat hindu tetapi juga dilakukan oleh umat islam yang pada pelaksanaannya terdapat perbedaan diantara keduanya seperti salah satunya yaitu lauk untuk megibung pada umat hindu biasanya menggunakan daging babi, namun pada umat islam diganti dengan menggunakan ikan, daging ayam ataupun daging sapi. Selain itu pelaksanaan megibung untuk umat hindu biasanya dilakukan saat perayaan dan upacara besar agama seperti upacara prosesi mamukur, perkawinan, dan ngaben. Sementara untuk umat islam pelaksanaanmya biasa dilakukan ketika maulid nabi dan khataman Al-Qur'an pada bulan Ramadhan serta Idup Fitri.