Anda di halaman 1dari 11

Refleks Withdrawal dan Mekanisme Kerja Otot pada Ekstremitas Bawah

Fatimah Hartina Faradillah


fatimah.2014fk143@civitas.ukrida.ac.id
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
Jln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510. Telephone : (021) 5694-2061, fax : (021) 563-1731
tu.fk@ukrida.ac.id

Abstract
In its mechanism of muscle and skeletal instrumental to generate output based on the
reflex that occurs. Wherein when a skeletal muscle with intact stretched persyarafan will arise
contraction. Ossification is a process of bone formation. Bone formation starting from the
development of connective tissue such as cartilage (cartilage) that develops into hard bone.
Striated muscle or skeletal muscle is voluntary muscles (working consciously). Skeletal muscle is
attached to the frame of the body and is responsible for the movement. One fiber length ranging
from 10mm to 40mm. In this scenario where a project worker to lift his leg after a nail
punctured. In this case the lower extremities in the form of bones and leg muscles are working.
Flexor withdrawal reflex or reflex is a reflex typical polisinaps, which occurs in response to
nociceptive stimuli and is usually accompanied by pain, skin or subcutaneous tissue and muscle.
This reflex is very important because it is a response to save themselves.
Keywords: mechanism of action of muscles, ossification, skeletal muscle, withdrawal reflex

Abstrak
Dalam mekanisme kerjanya otot dan rangka berperan penting untuk menghasilkan output
berdasarkan dari refleks yang terjadi. Dimana bila suatu otot rangka dengan persyarafan yang
utuh diregangkan akan timbul kontraksi. Osifikasi adalah sebuah proses pembentukan tulang.
Pembentukan tulang dimulai dari perkembangan jaringan penyambung seperti tulang rawan
(kartilago) yang berkembang menjadi tulang keras. Otot lurik atau otot rangka merupakan otot
volunter (bekerja secara sadar). Otot rangka melekat pada rangka tubuh dan bertanggung jawab
untuk pergerakan. Satu serabut panjangnya berkisar antara 10mm sampai 40mm. Pada sekenario
ini dimana seorang pekerja proyek mengangkat kakinya setelah tertusuk paku. Dalam hal ini
ekstremitas bawah berupa tulang dan otot tungkai yang bekerja. Refleks withdrawal atau refleks
fleksor merupakan refleks polisinaps yang khas,yang terjadi sebagai jawaban terhadap rangsang
nosiseptif dan biasanya disertai rasa nyeri, dikulit atau jaringan subkutan serta otot. Refleks ini
sangat penting karena merupakan respon untuk menyelamatkan diri.
Kata kunci: mekanisme kerja otot,osifikasi,otot rangka,refleks withdrawal
Pendahuluan
Kita menyadari letak tangan dan kaki kita satu sama lain,kita dapat mempersepsi gerakan
persendian, kita dapat menilai secara akurat jumlah resistensi kekuatan yang melawan gerakan
yang kita buat serta kita bisa dengan cepat menyadari gangguan padah tubuh kita misalnya ketika
menginjak paku.1 ketika seseorang melakukan gerakan berdasarkan rangsangan yang diterimanya
merupakan refleks. Refleks terjadi karena adanya rangsangan yang mempengaruhi tubuh.
Unit dasar setiap kegiatan refleks adalah lengkung refleks. Pada mamalia hubungan
sinaps antara neuron somatik aferen dan eferen biasanya terdapat diotak atau medulla spinalis. 2
Banyak reseptor ditubuh, selain yang ditemukan diotot, bisa memicu refleks motorik. Sistem
saraf pusat akan mengirimkan sinyal kepada otot melalui neuron motoris.
Dalam mekanisme kerjanya otot dan rangka berperan penting untuk menghasilkan output
berdasarkan dari refleks yang terjadi. Dimana bila suatu otot rangka dengan persyarafan yang
utuh diregangkan akan timbul kontraksi.2 Keluaran motorik terdiri atas dua jenis yaitu refleksif

atau involunter dan volunter. Untuk menggerakkan sebuah anggota badan,misalnya otak harus
merencanakan gerakan, menyusun gerakan yang sesuai diberbagai sendi pada saat yang sama
dan menyesuaikan gerakan dengan membandingkan rencana kinerja.2
Anatomi tulang dan otot ekstremitas bawah
Otot
Pada sekenario ini dimana seorang pekerja proyek mengangkat kakinya setelah tertusuk
paku. Dalam hal ini ekstremitas bawah berupa tulang dan otot tungkai yang bekerja.
Saat melakukan kegiatan mengangkat kaki, otot-otot yang bekerja adalah otot-otot yang
berada di daerah ekstremitas bawah. Otot-otot yang ada di tubuh bagian bawah antara lain:
quadriceps, hamstring, gastrocnemius, tibialis anterior, soleus, dll. Secara khusus, kegiatan
berjalan lebih banyak disokong oleh otot gastrocnemius dan otot soleus.3(lihat gambar 1)

Gambar 1

Tulang
Ekstremitas bawah terdiri dari tulang pelvis, femur, tibia, fibula, tarsal, metatarsal, dan
tulang-tulang phalangs.
Pelvis
Pelvis terdiri atas sepasang tulang panggul (hip bone) yang merupakan tulang pipih. Masingmasing tulang pinggul terdiri atas 3 bagian utama yaitu ilium, pubis dan ischium. Ilium terletak
di bagian superior dan membentuk artikulasi dengan vertebra sakrum, ischium terletak di bagian

inferior-posterior, dan pubis terletak di bagian inferior-anterior-medial. Bagian ujung ilium


disebut sebagai puncak iliac (iliac crest). Pertemuan antara pubis dari pinggul kiri dan pinggul
kanan disebut simfisis pubis. Terdapat suatu cekungan di bagian pertemuan ilium-ischium-pubis
disebut acetabulum, fungsinya adalah untuk artikulasi dengan tulang femur.4-6(lihat gambar 2)
Femur
Femur merupakan tulang betis, yang di bagian proksimal berartikulasi dengan pelvis dan
dibagian distal berartikulasi dengan tibia melalui condyles. Di daerah proksimal terdapat
prosesus yang disebut trochanter mayor dan trochanter minor, dihubungkan oleh garis
intertrochanteric. Di bagian distal anterior terdapat condyle lateral dan condyle medial untuk
artikulasi dengan tibia, serta permukaan untuk tulang patella. Di bagian distal posterior terdapat
fossa intercondylar.4-6(lihat gambar 2)
Tibia
Tibia merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih medial dibanding dengan fibula. Di
bagian proksimal, tibia memiliki condyle medial dan lateral di mana keduanya merupakan facies
untuk artikulasi dengan condyle femur. Terdapat juga facies untuk berartikulasi dengan kepala
fibula di sisi lateral. Selain itu, tibia memiliki tuberositas untuk perlekatan ligamen. Di daerah
distal tibia membentuk artikulasi dengan tulang-tulang tarsal dan malleolus medial.4-6(lihat
gambar 2)
Fibula
Fibula merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih lateral dibanding dengan tibia. Di
bagian proksimal, fibula berartikulasi dengan tibia. Sedangkan di bagian distal, fibula
membentuk malleolus lateral dan facies untuk artikulasi dengan tulang-tulang tarsal.4-6(lihat
gambar 2)
Tarsal
Tarsal merupakan 7 tulang yang membentuk artikulasi dengan fibula dan tibiadi proksimal dan
dengan metatarsal di distal. Terdapat 7 tulang tarsal, yaitu calcaneus, talus, cuboid, navicular, dan
cuneiform (1, 2, 3). Calcaneus berperan sebagai tulang penyanggah berdiri.4-6(lihat gambar 2)
Metatarsal
Metatarsal merupakan 5 tulang yang berartikulasi dengan tarsal di proksimal dan dengan tulang
phalangs di distal. Khusus di tulang metatarsal 1 (ibu jari) terdapat 2 tulang sesamoid.4-6(lihat
gambar 2)

Phalangs
Phalangs merupakan tulang jari-jari kaki. Terdapat 2 tulang phalangs di ibu jari dan 3 phalangs di
masing-masing jari sisanya. Karena tidak ada sendi pelana di ibu jari kaki, menyebabkan jari
tersebut tidak sefleksibel ibu jari tangan.4-6(lihat gambar 2)

Gambar 2

Histologi tulang dan otot


Tulang
Osifikasi adalah sebuah proses pembentukan tulang. Pembentukan tulang dimulai dari
perkembangan jaringan penyambung seperti tulang rawan (kartilago) yang berkembang
menjadi tulang keras. Pertumbuhan tulang bermula sejak umur embrio 6-7 minggu dan
berlangsung sampai dewasa. Pertumbuhan tulang ini akan lengkap pada bulan ketiga
kehamilan.9
Pertumbuhan tulang bayi di dalam rahim dipengaruhi oleh hormon plasenta dan kalsium.
Setelah anak lahir, proses pertumbuhan tulangnya diatur oleh hormon pertumbuhan, kalsium,
dan aktivitas sehari-hari. Osteoblas dan osteoklas berperan dalam proses pembentukan
tulang, dimana keduanya bekerja secara bertolak belakang (osteoblas memicu pertumbuhan
tulang, sedangkan osteoklas menghambat pertumbuhan tulang) agar tercapai proses
pembentukan tulang yang seimbang.9
Osifikasi dimulai dari sel-sel mesenkim memasuki daerah osifikasi, bila daerah tersebut
banyak mengandung pembuluh darah akan membentuk osteoblas, bila tidak mengandung
pembuluh darah akan membentuk kondroblas. Pada awalnya pembuluh darah menembus
perichondrium di bagian tengah batang tulang rawan, merangsang sel-sel perichondrium
berubah menjadi osteoblas. Osteoblas ini akan membentuk suatu lapisan tulang kompakta,
perichondrium berubah menjadi periosteum.
Bersamaan dengan proses ini pada bagian dalam tulang rawan di daerah diafisis yang
disebut juga pusat osifikasi primer, sel-sel tulang rawan membesar kemudian pecah sehingga
terjadi kenaikan pH (menjadi basa) akibatnya zat kapur didepositkan, dengan demikian
terganggulah nutrisi semua sel-sel tulang rawan dan menyebabkan kematian pada sel-sel
tulang rawan ini. Kemudian akan terjadi degenerasi (kemunduran bentuk dan fungsi) dan
pelarutan dari zat-zat interseluler (termasuk zat kapur) bersamaan dengan masuknya
pembuluh darah ke daerah ini, sehingga terbentuklah rongga untuk sumsum tulang.
Pada tahap selanjutnya pembuluh darah akan memasuki daerah epifise sehingga terjadi
pusat

osifikasi sekunder, terbentuklah tulang spongiosa. Dengan demikian masih tersisa

tulang rawan dikedua ujung epifise yang berperan penting dalam pergerakan sendi dan satu
tulang rawan di antara epifise dan diafise yang disebut dengan cakram epifise.
Selama pertumbuhan, sel-sel tulang rawan pada cakram epifise terus-menerus membelah
kemudian hancur dan tulang rawan diganti dengan tulang di daerah diafise, dengan demikian

tebal cakram epifise tetap sedangkan tulang akan tumbuh memanjang. Pada pertumbuhan
diameter (lebar) tulang, tulang didaerah rongga sumsum dihancurkan oleh osteoklas sehingga
rongga sumsum membesar, dan pada saat yang bersamaan osteoblas di periosteum
membentuk lapisan-lapisan tulang baru didaerah permukaan.
Jadi pembentukan tulang keras berasal dari tulang rawan (kartilago yang berasal dari
mesenkim). Kartilago memiliki rongga yang akan terisi olehosteoblas (sel-sel pembentuk
tulang). Osteoblas membentuk osteosit (sel-sel tulang). Setiap satuan sel-sel tulang akan
melingkari pembuluh darah dan serabut saraf membentuk sistem havers.9 Matriks akan
mengeluarkan

kapur

Jenis osifikasi:
a. Osifikasi endokondral

dan

fosfor

yang

menyebabkan

tulang

menjadi

keras.

: pembentukan tulang dari tulang rawan, terjadi pada tulang

panjang
b. Osifikasi intramembranosus : pembentukan tulang dari mesenkim, seperti tulang pipih
padatengkorak
c. Osifikasi heterotopik

: pembentukan tulang di luar jaringan lunak

Otot
Otot lurik atau otot rangka merupakan otot volunter (bekerja secara sadar). Otot rangka
melekat pada rangka tubuh dan bertanggung jawab untuk pergerakan. Satu serabut panjangnya
berkisar antara 10mm sampai 40mm. Jumlah nukleus banyak dan dapat ditemukan di bawah
sarkolema pada bagian perifer sel (bagian tepi sel). Kontraksi otot rangka lebih cepat dan kuat
namun mudah lelah.7
Lurik yang terdapat pada otot rangka disebabkan oleh struktur protein yang membentuk otot.
Protein ini disebut aktin dan miosin. Nantinya, apabila otot berkontraksi, gambaran lurik akan
menyempit dan ini diperkirakan karena gerakan relatif satu protein terhadap protein yang
lainnya.8
Otot lurik dikendalikan oleh otak yang sangat cepat reaksinya terhadap berbagai jenis
rangsangan seperti dingin, panas, angin, arus listrik, dll. Tiap otot mempunyai dua atau lebih
tendon yang melekat di tuang. Tendon yang melekat di tulang yang tidak bergerak disebut tendon
origo, sementara tendon yang melekat di tuang yang akan digerakan disebut tendon
insertio.3(lihat gambar 3)

Gambar 3
Mekanisme kerja otot
Otot rangka melakukan kerja otot yaitu kontraksi dan relaksasi. Akibat dari aktivitas
kontraksi dan relaksasi ini, akan timbul pergerakan pada rangka tubuh. Otot tidak pernah bekerja
sendiri, walaupun hanya untuk melakukan gerak paling sederhana. Saat mengangkat kaki pun
otot berperan. Setiap otot harus berkontraksi dan setiap otot antagonis harus rileks untuk
menghasilkan gerakan yang halus. Kerja harmonis otot-otot disebut koordinasi otot. 8
Tentu saja, kerja otot tidak lepas dari peran saraf. Otot
dipersarafi oleh 2 serat saraf pendek yaitu saraf sensorik dan saraf
motorik. Saraf sensorik yang membawa impuls dari otot menuju ke
saraf pusat, sementara saraf motoik membawa impuls ke serat otot
Gambar 4
dari saraf pusat untuk memicu kontraksi otot. Korpus sel dari sel-sel saraf motorik terdapat
dalam komu anterior substansia grisea dalam medula spinalis.10(lihat gambar 4)

Kontraksi
Kontraksi otot dapat terjadi akibat impuls saraf. Impuls saraf yang sifatnya elektrik, dihantar
ke sel-sel otot secara kimiawi oleh sambungan otot-saraf. Impuls swampai ke sambungan ototsaraf yang mengandung gelembung-gelembung kecil asetikolin yang kemudian akan dilepaskan
ke dalam ruang antara saraf dan otot (celah sinaps). Ketika asetikolin yang dilepaskan menempel
pada sel otot, ia akan menyebabkan terjadinya depolarisasi dan aktivitas listrik akan menyebar ke
seluruh sel otot. (lihat gambar 5)

Gambar 5
Proses ini kemudiaan diikuti dengan pelepasan ion Ca 2+ (kalsium) yang berada diantara sel
otot. Ion kalsium akan masuk ke dalam otot dan kemudian mengangkut troponin dan
tropomiosin ke aktin, sehingga posisi aktin berubah. Impuls listrik yang menyebar akan
merangsang kegiatan protein aktin dan miosin hingga keduanya akan bertempelan membentuk
aktomiosin. Aktin dan miosin yang saling bertemu akan menyebabkan otot memendek dan
terjadilah peristiwa kontraksi. Kejadian ini akan menyebabkan pergeseran filamen (sliding
filamen) yang berujung pada peristiwa kontraksi.
Relaksasi
Apabila berlangsung normal, kontraksi otot akan selalu diikuti dengan relaksasi, yaitu proses
pemulihan sel otot ke keadaan istirahat. Relaksasi otot akan segera terjadi apabila pemberian
rangsangan atau penjalaran impuls ke sel otot dihentikan. Mekanisme relaksasi pada sel otot
mirip dengan proses repolariasi pada sel saraf.
Secara sederhana, peristiwa relaksasi otot akan terjadi apabila ATP pada kepala miosin telah
habis sehingga miosin tidak lagi dapat berikatan dengan aktin. Relaksasi otot diawali dengan
pengaktifan pompa kalsium yang akan membuat jumlah kalsium turun karena ion kalsium
kembali ke dalam plasma. Dengan kembalinya ion kalsium, maka ia tidak lagi berikatan dengan
troponin dan tropomiosin. Hal ini menyebabkan aktin dan miosin kembali berpisah, otot kembali
memanjang, terjadilah relaksasi.

Mekanisme refleks somatik


kegiatan pada lengkung refleks dimulai direseptor sensorik, sebagai potensial reseptor
yang besarnya sebanding dengan kuat rangsang. Potensial reseptor yang terbentuk ini akan
membangkitkan potensial aksi yang bersifat gagal tuntas disaraf eferen. Bila potensial aksi ini
sampai diefektor, terjadi lagi respon yang besar sebanding dengan kuat rangsang. Pada hal ini
bila efektor berupa otot rangka, respon bertahap tersebut selalu cukup besar untuk mencetuskan
potensial aksi yang mampu menghasilkan kontraksi otot.2,3

Refleks withdrawal
Refleks withdrawal atau refleks fleksor merupakan refleks polisinaps yang khas,yang terjadi
sebagai jawaban terhadap rangsang nosiseptif dan biasanya disertai rasa nyeri, dikulit atau
jaringan subkutan serta otot.respon yang timbul berupa kontraksi otot fleksor dan inhibisi otot
ekstensor, sehingga bagian yang terkena melakukan fleksi dan tertarik dari rangsang tersebut.
Bila diberikan rangsangan yang cukup kuat pada ekstremitas, respon yang timbulbukan hanya
berupa fleksi ekstremitas tersebut, melainkan juga ekstensi ekstremitas kontralateral. Dimana
respon ekstensor menyilang(crossed extensor respons) ini merupakan bagian dari reflex
fleksor.2,3
Penyebaran impuls eksitasi pada reflex ini naik dan turun melalui medulla spinalis menuju
neuron motorik yang semakin lama semakin banyak dinamakan penyebaran stimulus dan
penambahan jumlah unit motorik yang terlibat dinamakan rekrutmen unit motorik.2,3
Refleks ini sangat penting karena merupakan respon untuk menyelamatkan diri. Fleksi
ekstremitas yang dirangsang akan menjauhkan ekstremitas tersebut dari sumber iritas, dan
ekstensi ekstremitas yang tersebut dari iritasi, dan ekstensi ekstremitas lain menyangga tubuh.
Refleks ini ini merupakan refleks yang tertinggi(prepoten) yaitu refleks yang akan membatalkan
kegiatan refleks lain yang timbul pada saat bersamaan.2,3 (lihat gambar 6)

Gambar 6
Kesimpulan
Pola jawaban pada refleks fleksor disuatu ekstremitas dapat berbeda sesuai dengan
bagian ekstremitas yang terangsang. Rangsangan yang menimbulkan suatu refleks umumnya
sangat spesifik. Pada skenario ini pekerja bangunan tersebut melakukan respon dengan
mengangkat kakinya yang tertusuk paku, anatomi tulang dan otot ekstremitas bawah berperan
aktif dalam hal ini begitupula pada mekanisme kerja otot.

1. Ward J, Clark R, Linden R. At a Glane Fisiologi. Jakarta, Penerbit Erlangga;2005.


2. William F Ganong. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Ed:20. Jakarta, Penerbit EGC:2002.
3. Handoko P. Pengobatan Alternatif. Jakarta: PT Elex Media Komputindo; 2008.h.118.
4. Netter FH. Atlas of Human Anatomy. 4th ed. US: Saunders; 2006.
5. Scanlon VC, Sanders T. Essential of anatomy and physiology. 5th ed. US: FA Davis Company;
2007. p. 104-34.
6. Van de Graaf KM. Human anatomy. 6th ed. US: The McGraw-Hill Companies; 2001. p. 132-9
7. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004
8. Evely C Pearce. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Penerbit Gramedia;2006.
9. Watson R. Anatomi dan fisiologi untuk perawat. Ed 10. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2002.
10. Cambrigde Communication Limited. Anatomi fisiologi: sistem lokomotor dan penginderaan.
Ed 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2002.h.13.

Anda mungkin juga menyukai