Anda di halaman 1dari 45

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Penurunan angka kematian bayi dan balita di Indonesia, belum sesuai
dengan target. Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017
menunjukkan tingginya angka kematian bayi di Indonesia. Hasil tersebut
bagai sebuah refleksi, bangsa ini belum berpihak pada generasi penerus
dan masih hidup untuk generasinya masing-masing. Dimana angka
kematian bayi mencapai satu bayi per seribu kelahiran (2,4%) sedangkan
angka kematian balita 3,6%.1
Air susu ibu (ASI) merupakan nutrisi ideal untuk bayi karena
mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi dan
mengandung seperangkat zat perlindungan terhadap berbagai penyakit.1
World Health Organization (WHO) dan United Nations Children’s Fund
(UNICEF), melaporkan bahwa 60% kematian balita langsung maupun
tidak langsung disebabkan oleh kurang gizi dan 2/3 dari kematian tersebut
terkait dengan praktik pemberian makanan yang kurang tepat pada bayi
dan anak.2
Dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan kematian anak,
United Nation Childrens Fund (UNICEF) dan World Health Organization
(WHO) merekomendasikan sebaiknya anak hanya disusui air susu ibu
(ASI) selama paling sedikit enam bulan. Menurut WHO bayi yang diberi
susu selain ASI, mempunyai resiko 17 kali lebih besar mengalami diare,
dan 3 sampai 4 kali lebih besar kemungkinan terkena ISPA dibandingkan
dengan bayi yang mendapat ASI. Berbagai bukti menunjukkan bahwa ASI
eksklusif dapat mencegah berbagai penyakit seperti diare dan pneumonia.
Di Indonesia 40% kematian balita disebabkan oleh kedua penyakit
tersebut.3
Munculnya program pemberian ASI eksklusif dilatarbelakangi oleh
tingginya angka kematian bayi (AKB) di Indonesia pada tahun 2012 yaitu
sebesar 32 per 1000 KH (Kelahiran Hidup), padahal target Renstra

1
Kemenkes (Rencana Strategis Kementrian Kesehatan) yang ingin dicapai
pada tahun 2014 adalah 24 per 1000 KH, dan target MDGs (Millenium
Development Goals) sebesar 23 per 1000 KH.4 Dalam Millenium
Development Goals (MDGs), Indonesia menargetkan pada tahun 2015
AKB menurun menjadi 17 bayi per 1000 kelahiran. Keterkaitan antara
pemberian ASI eksklusif dan pengurangan angka kematian anak dapat
dipahami melalui hasil telaah dari 42 negara yang menunjukkan bahwa ASI
eksklusif memiliki dampak terbesar terhadap penurunan angka kematian
balita yaitu 13%, dibandingkan intervensi kesehatan masyarakat lainnya.
Angka ini naik menjadi 22%, jika pemberian ASI dimulai dalam 1 jam

pertama setelah kelahirannya.5


Salah satu indikator untuk mencapai target cakupan pemberian ASI
eksklusif adalah dengan melaksanakan secara konsisten Sepuluh Langkah
Menuju Keberhasilan Menyusui (10LMKM) difasilitas pelayanan
kesehatan. Menurut data dari DITJEN BUK (Direktorat Jendral Bina Upaya
Kesehatan) sampai dengan tahun 2012 diperkirakan baru 40% rumah sakit
dan fasilitas pelayanan kesehatan yang sepenuhnya telah melaksanakan
kebijakan dan penerapan sepuluh langkah menuju keberhasilan menyusui
6
(10 LMKM).
Menurut upaya elayanan kesehatan profil kesehatan Provinsi Jawa
Barat Tahun 2016 cakupan ASI eklusif Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa
Barat Tahun 2016 sebanyak 349.968 Bayi umur 0-6 bulan dari 754.438
jumlah bayi 0-6 bulan (46,4%) gambaran ini masih dibawah cakupan
nasional 52,3% terlebih target nasional sebesar 80%, walaupun demikian
tedapat 2 Kab/Kota yang telah melampaui target nasional , yaitu Kota
Bandung 97,4% dan Kota Sukabumi 85,1%. Sementara di Kabupaten
Karawang, cakupan ASI eksklusif tahun 2016 sebesar 31,2% .7,8

2
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 World Health Organization/United Nations Children’s Fund
(WHO/UNICEF), melaporkan bahwa 60% kematian balita
langsung maupun tidak langsung disebabkan oleh kurang gizi dan
2/3 dari kematian tersebut terkait dengan praktik pemberian
makanan yang kurang tepat pada bayi dan anak.
1.2.2 Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
didapatkan masih tingginya Angka Kematian Bayi (AKB) yaitu
sebesar 32 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2012.
1.2.3 Menurut Upaya Pelayanan Kesehatan Profil Kesehatan Provinsi
Jawa Barat Tahun 2016 cakupan ASI eklusif Kabupaten/Kota di
Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 masih dibawah cakupan nasional
dan untuk Kabupaten Karawang cakupan ASI eksklusif sebesar
31,2%.
1.2.4 Salah satu indikator untuk mencapai target cakupan pemberian ASI
eksklusif adalah dengan melaksanakan secara konsisten Sepuluh
Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (10 LMKM) di fasilitas
pelayanan kesehatan, Cakupan 10 LMKM di Indonesia baru
mencapai 40%.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program ASI Eksklusif
pada bayi berusia 0-6 bulan di Puskesmas Medangasem Kabupaten
Karawang pada bulan Januari hingga Juni Tahun 2019
menggunakan pendekatan sistem.

1.3.2 Tujuan Khusus


1.3.2.1 Diketahuinya cakupan bayi 0-6 bulan yang mendapatkan ASI
eksklusif di Puskesmas Medangasem Kabupaten Karawang
pada bulan Januari hingga Juni Tahun 2019.

3
1.3.2.2 Diketahuinya cakupan bayi yang di Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) di Puskesmas Medangasem Kabupaten Karawang pada
bulan Januari hingga Juni Tahun 2019.
1.3.2.3 Diketahuinya cakupan pelatihan kader ASI eksklusif di
Puskesmas Medangasem Kabupaten Karawang pada bulan
Januari hingga Juni Tahun 2019.
1.3.2.4 Diketahuinya cakupan penyuluhan mengenai ASI eksklusif
secara perorangan dan kelompok di Puskesmas Medangasem
Kabupaten Karawang pada bulan Januari hingga Juni Tahun
2019.
1.3.2.5 Diketahuinya penyediaan dan pemanfaatan ruang pojok ASI di
Puskesmas Medangasem Kabupaten Karawang pada bulan
Januari hingga Juni Tahun 2019.

1.3.2.6 Diketahuinya penerapan 10 Langkah Menuju Keberhasilan


menyusui (LMKM) di Puskesmas Medangasem Kabupaten
Karawang pada bulan Januari hingga Juni Tahun 2019.

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Evaluator
Dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat
kuliah dan melatih mempersiapkan diri dalam menjalankan suatu
program khususnya program ASI eksklusif. Manfaat bagi evaluator
juga dapat menumbuhkan minat dan pengetahuan untuk
mengevaluasi dan mengembangkan kemampuan untuk berpikir
kritis.
1.4.2 Bagi Perguruan Tinggi
Dapat merealisasikan Tridarma Perguruan Tinggi dan mewujudkan
UKRIDA sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di
bidang Kesehatan dan juga mewujudkan Universitas Kristen Krida
Wacana (UKRIDA) sebagai Universitas yang menghasilkan dokter
yang berkualitas.

4
1.4.3 Bagi Puskesmas Medangasem Kabupaten Karawang
Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam pelaksanaan
program ASI eksklusif disertai dengan usulan atau saran sebagai
pemecahan masalah. Dapat memberikan masukan dalam
meningkatkan kerjasama dalam melaksanakan program ASI
eksklusif secara optimal. Serta membantu kemandirian puskesmas
dalam upaya lebih mengaktifkan program ASI eksklusif sehingga
dapat memenuhi tolok ukur cakupan program.
1.4.4 Bagi Masyarakat
Dapat meningkatkan pembinaan peran serta masyarakat dalam
kegiatan ASI eksklusif. Serta masyarakat dapat memperoleh
pengetahuan dan informasi tentang ASI eksklusif sehingga perilaku
masyarakat dapat berubah terutama tentang ASI eksklusif.

1.5 Sasaran
Semua bayi berusia 0 – 6 bulan di seluruh wilayah kerja Puskesmas
Medangasem Kabupaten Karawang pada bulan Januari hingga Juni Tahun
2019.

5
Bab 2
Materi dan Metode

2.1 Materi
Materi yang dievaluasi terdiri dari laporan hasil dari kegiatan
Puskesmas mengenai program ASI eksklusif di Puskesmas Medangasem,
Kabupaten Karawang pada bulan Januari hingga Juni Tahun 2019,antara
lain:
a. Penyuluhan mengenai ASI eksklusif secara perorangan dan
penyuluhan kelompok.
b. Penerapan Inisiasi Menyusui Dini (IMD).
c. Penerapan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM).
d. Pojok ASI eksklusif.
e. Pelatihan Kader.
f. Pencatatan dan pelaporan program ASI eksklusif.

2.2 Metode
Evaluasi program ini dilaksanakan dengan pengumpulan, analisis
dan pengolahan data dengan menggunakan pendekatan sistem sehingga
dapat dicari masalah yang ada pada program ASI eksklusif dengan cara
membandingkan cakupan program ASI eksklusif di Puskesmas
Medangasem pada bulan Januari hingga Juni Tahun 2019 terhadap tolok
ukur yang telah ditetapkan dan menemukan penyebab masalah kemudian
dibuat usulan dan saran sebagai pemecahan masalah tersebut berdasarkan
penyebab masalah yang ditemukan.

6
Bab III
Kerangka Teoritis

3.1 Bagan Pendekatan Sistem

Gambar 1. Teori Sistem

Gambar di atas menerangkan sistem adalah gabungan dari elemen-


elemen yang saling dihubungkan dengan suatu proses atau struktur dan
berfungsi sebagai satu kesatuan organisasi dalam upaya menghasilkan
sesuatu yang telah ditetapkan. Bagian atau elemen tersebut dapat
dikelompokkan dalam enam unsur, yaitu:
1. Masukan (input)
Masukan adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam
sistem dan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut,
terdiri dari tenaga (man), dana (money), sarana (material), metode
(method), mesin atau alat yang digunakan (machine), jangka alokasi
waktu (minute), lokasi masyarakat (market) dan informasi
(information).
2. Proses (process)
Proses adalah kumpulan bagian atau elemen yang ada di dalam sistem
dan berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang
direncanakan. Terdiri dari unsur perencanaan (planning),

7
pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating) dan
pemantauan (controlling).
3. Keluaran (output)
Keluaran adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari
berlangsungnya proses dalam sistem.
4. Lingkungan (environment)
Lingkungan adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem
tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem, terdiri dari
lingkungan fisik dan non fisik.
5. Umpan Balik (feedback)
Umpan balik adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan
keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan dari sistem
tersebut, berupa pencatatan dan pelaporan yang lengkap, monitoring
dan rapat bulanan.
6. Dampak (impact)
Dampak adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran dari suatu sistem.

Keenam unsur sistem ini saling berhubungan dan


mempengaruhi antara satu dengan lain. Adapun yang dimaksud dengan
bagian atau elemen tersebut ialah sesuatu yang mutlak harus ditemukan,
yang jika tidak demikian halnya, maka tidak ada yang disebut dengan
sistem tersebut.

3.2 Tolok Ukur


Tolok ukur merupakan nilai acuan atau standar yang telah
ditetapkan dan digunakan sebagai target yang harus dicapai pada tiap-tiap
variabel sistem yang meliputi masukan, proses, keluaran, lingkungan dan
umpan balik pada program ASI eksklusif. Tolok ukur digunakan sebagai
pembanding atau cakupan minimal yang harus dicapai dalam program ASI
eksklusif.

8
Bab IV
Penyajian Data

4.1 Sumber Data


Sumber data dalam evaluasi ini berupa data sekunder yang berasal dari :
1. Profil kesehatan Puskesmas Medangasem tahun 2018.
2. Data geografi dari Puskesmas Medangasem tahun 2018.
3. Data demografi dari Puskesmas Medangasem tahun 2018.
4. Catatan bulanan bayi usia 0-6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif
di Puskesmas Medangasem, Kabupaten Karawang pada bulan Januari
hingga Juni Tahun 2019.
5. Catatan bulanan bayi baru lahir yang di Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
di Puskesmas Medangasem, Kabupaten Karawang pada bulan Januari
hingga Juni Tahun 2019.
6. Catatan penerapan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (10
LMKM) di Puskesmas Medangasem, Kabupaten Karawang tahun pada
bulan Januari hingga Juni Tahun 2019.
7. Catatan bulanan kegiatan penyuluhan ASI eksklusif perorangan dan
kelompok dalam kelas ibu hamil di Puskesmas Medangasem,
Kabupaten Karawang pada bulan Januari hingga Juni Tahun 2019.
8. Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP) di Puskesmas
Medangasem, Kabupaten Karawang pada bulan Januari hingga Juni
Tahun 2019.
4.2 Data Umum
4.2.1 Data Geografis
Puskesmas Medangasem termasuk dalam wilayah
administrasi Kecamatan Jayakerta Kabupaten Karawang. Kondisi
geografis Puskesmas Medangasem sebagian besar terdiri dari
dataran rendah dengan luas wilayah 1.713 Ha yang terbagi menjadi
3 desa, 19 RW dan 57 RT, dengan jumlah penduduk 34.832 jiwa.
Dengan batas wilayah meliputi :
 Sebelah Utara : Kecamatan Tirtajaya

9
 Sebelah Selatan : Kecamatan Rengasdengklok
 Sebelah Barat : Kecamatan Pebayuran Bekasi
 Sebelah Timur : Wilayah kerja UPTD Puskesmas
Jayakerta
Wilayah Kerja Puskesmas Medangasem mempunyai 3 desa
binaan yaitu Desa Medangasem, Desa Ciptamarga, Desa Kampung
Sawah.
Jarak desa terjauh ke Puskesmas yaitu 5 km dan jarak
terdekat yaitu 2 km dengan waktu tempuh terlama adalah 15 menit
dan waktu tempuh tercepat 5 menit dengan demikian dapat
dikatakan bahwa seluruh desa di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Medangasem relatif terjangkau. Jarak antara Puskesmas
Medangasem ke pusat kota Karawang adalah + 23 km.

4.2.2 Data Demografis


Berdasarkan data dari masing-masing desa penduduk
wilayah kerja Puskesmas Medangasem pada tahun 2018 berjumlah
34.832 jiwa.
Penyebaran penduduk serta kepadatan penduduk di
Puskesmas Medangasem bervariasi yaitu jumlah penduduk terkecil
dimiliki oleh desa Ciptamarga (9.537 penduduk) dan penduduk
terbesar dimiliki oleh desa Kampung Sawah (14.891 penduduk).

4.2.3 Data Lingkungan Sosial, Ekonomi, Pendidikan, dan Agama


Penduduk Puskesmas Medangasem sebagian besar bermata
pencaharian di sektor pertanian (54,06%) selebihnya bergerak di
sektor buruh tani (40,02%), karyawan (0,91%) dan sektor lain
4,48%.
Data persentase tingkat pendidikan menunjukkan bahwa
pendidikan SD merupakan pendidikan dengan persentase tertinggi
(35,54%) dibandingkan dengan tamatan pendidikan lain.

10
Agama yang dianut sebagaian besar penduduk adalah Islam
(99,9%) dan sebagian kecil lainnya adalah agama Kristen Protestan
(0,1%).
4.2.4 Data Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan yang ada di Puskesmas Medangasem
dapat dikategorikan menjadi fasilitas negara dan fasilitas swasta.
Fasilitas negara yang ada antara lain :
1. Dari jumlah sarana kesehatan yang ada di wilayah
Puskesmas Medangasem Puskesmas ada 2 dokter praktek
dan 11 orang bidan praktek (BPS).
2. Puskesmas Keliling yaitu kendaraan empat roda berjumlah
1.
3. Praktek swasta di wilayah kerja Puskesmas Medangasem
tahun 2018 berjumlah 14 yang terdiri dari Balai Pengobatan
(BP) 1 , dokter 2 dan BPS 11, yang melakukan praktek
swasta kebanyakannya adalah bidan dengan 78% dan yang
mempunyai BP sebanyak 7%.
4. Sarana upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat
(UKBM) seperti posyandu, pos obat desa, polindes, pos
upaya kesehatan kerja (Pos UKK), dana sehat dan tanaman
obat keluarga. Jumlah posyandu pada tahun 2018 adalah 24
buah (pratama 0 buah, madya 16 buah, purnama 8 buah dan
mandiri 0 buah) dengan jumlah kader aktif 120 orang.

4.3 Data Khusus


4.3.1 Masukan
a. Tenaga (Man)
Kepala Puskesmas : 1 orang
Petugas Gizi Kesehatan : 1 orang
Koordinator bidan : 1 orang
Bidan PONED : 6 orang
Bidan Puskesmas : 1 orang

11
Bidan Desa : 5 orang
Kader : 15 orang
Konselor ASI : 1 orang
Kelompok Pendukung ASI : Tidak ada
b. Dana (Money)
APBD : Tersedia
Biaya Operasional Kesehatan : Tersedia
c. Sarana (Material)
Proyektor in-fokus : Tersedia
Layar : Tersedia
Leaflet : Tidak ada
Materi presentasi power point : Tersedia
Poster : Tidak ada
Alat tulis : Tersedia
Ruang pojok ASI : Tidak ada
d. Metode (Method)
1. Penyuluhan
a. Perorangan
Penyuluhan perorangan yang diberikan oleh petugas
kesehatan Puskesmas kepada setiap ibu dan/atau
anggota keluarga dari bayi yang bersangkutan sejak
pemeriksaan kehamilan sampai dengan periode
pemberian ASI eksklusif (usia 0-6 bulan) yang datang
berobat di Puskesmas melalui pemberian informasi
mengenai manfaat ASI eksklusif secara singkat dan
jelas.
Penyuluhan diberikan dengan cara wawancara.
Informasi dan edukasi ASI eksklusif paling sedikit
mengenai keuntungan dan keunggulan pemberian ASI.
Gizi ibu dalam masa menyusu, persiapan dan
mempertahankan menyusu. Cara memberikan,

12
menyimpan, mengolah ASI perah pada ibu yang bekerja
yang mempunyai bayi berusia 0-6 bulan.

b. Kelompok
Pemberian informasi dan edukasi melalui
komunikasi dua arah, yaitu dengan membahas berbagai
manfaat ASI eksklusif bagi ibu dan bayi serta metode
penyimpanan serta pemberian ASI eksklusif dengan
baik. Memberikan motivasi kepada peserta ASI
eksklusif untuk meneruskan pemberian ASI eksklusif
hingga bayi berusia enam bulan dan melanjutkan
sampai usia dua tahun sesuai dengan keadaan pribadi
dan keluarganya.
Penyuluhan juga dengan menerapkan 10 langkah
keberhasilan menyusui ( 10 LMKM ) yang terdiri dari:
 Membuat kebijakan tertulis tentang sepuluh langkah
menuju keberhasilan menyusu dan dikomunikasikan
kepada semua staf pelayanan kesehatan.
 Melatih semua staf pelayanan dalam keterampilan
menerapkan kebijakan menyusu tersebut.
 Menginformasikan kepada semua ibu hamil tentang
manfaat dan managemen menyusu.
 Tenaga kesehatan dan penyelenggara fasilitas pelayanan
kesehatan wajib melakukan Inisiasi Menyusu Dini bayi
yang baru lahir kepada ibunya paling singkat selama 1
(satu) jam. Inisiasi Menyusu Dini dilakukan dengan cara
meletakkan bayi secara tengkurap di dada atau perut ibu
sehingga kulit bayi melekat dengan kulit ibu.
 Membantu ibu cara menyusu dan mempertahankan
menyusu meskipun ibu dipisah dari bayinya.
 Memberikan ASI saja kepada bayi baru lahir kecuali ada
indikasi medis.

13
 Menerapkan rawat gabung ibu dengan bayinya
sepanjang waktu 24 jam.
 Menganjurkan menyusu sesuai permintaan bayi.
 Tidak memberi dot kepada bayi.
 Mendorong pembentukan kelompok pendukung
menyusu, serta mengajak ibu kepada kelompok tersebut
setelah keluar dari fasilitas pelayanan kesehatan.
2. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
Bidan desa/ bidan PONED/ kader akan berperan
memberikan pengarahan kepada ibu untuk memberikan
kesempatan kepada bayi memulai/inisiasi menyusui sendiri
segera setelah lahir dengan membiarkan kontak kulit bayi
dengan kulit ibu setidaknya satu jam atau lebih sampai
menyusui pertama selesai.
3. Pojok ASI
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2013, harus
disediakan satu ruangan khusus untuk menyusu atau
memerah susu di sarana umum. Ruangan pojok ASI
Eksklusif yang digunakan untuk tujuan mempromosikan
program ASI Eksklusif dengan diawasi oleh seorang
fasilitator ASI yang telah dilatih dan memiliki kemampuan
untuk memberikan konsultasi kepada ibu-ibu dalam proses
menyusui dan memerah ASI. Ruang pojok ASI haruslah
diselenggarakan pada bangunan yang permanen, dapat
merupakan ruang tersendiri atau merupakan bagian dari
tempat pelayanan kesehatan yang ada di tempat kerja dan
tempat sarana umum.
4. Pelatihan Kader mengenai Asi eksklusif
Pelatihan kader kesehatan mengenai ASI eksklusif
dilakukan minimal satu kali per tahun. Pelatihan boleh

14
dilakukan oleh dokter, bidan, konselor ASI eksklusif atau
bagian promosi kesehatan.

5. Pencatatan dan Pelaporan


Dilakukan dengan Sistem Pencatatan dan Pelaporan
Terpadu Puskesmas Kecamatan Medangasem Kabupaten
Karawang terutama tentang cakupan ASI Eksklusif.
Pencatatan dilakukan tiap bulan dengan pelaporan 2 kali
per tahun yaitu Februari dan Agustus pada laporan tahunan
Puskesmas kepada Dinas Kesehatan.

4.3.2 Proses
4.3.2.1 Perencanaan (Planning)
Perencanaan tertulis mengenai:
1. Penyuluhan

 Perorangan
Akan dilakukan pada setiap hari kerja oleh bidan
kepada ibu dan/atau anggota keluarga dari bayi yang
bersangkutan saat pemeriksaan kehamilan sampai
dengan periode pemberian ASI eksklusif selesai
melalui wawancara di Puskesmas Medangasem jam
08.00-12.00.

 Kelompok
Akan diadakannya penyuluhan mengenai ASI
eksklusif dan manfaatnya serta cara menyusui yang
benar kepada ibu hamil dan ibu yang mempunyai
bayi usia 0-6 bulan. Pemberian informasi dan
edukasi melalui komunikasi dua arah (sesi tanya
jawab). Petugas memberikan motivasi kepada ibu
untuk memberikan ASI eksklusif hingga bayi
berusia 6 bulan dan melanjutkan hingga ke usia 2
tahun didampingi MP-ASI. Petugas juga

15
memberikan motivasi dan mengajarkan cara
memberi ASI perah pada ibu bekerja yang
mempunyai bayi usia 0-6 bulan. Petugas
memberikan lembar balik/kuesioner berisi
pertanyaan sekitar materi untuk melihat tingkat
pengetahuan ibu sesudah penyuluhan. Penyuluhan
akan dilaksanakan sebanyak satu bulan sekali
minimal satu tahun sekali di masing-masing
posyandu di wilayah kerja Puskesmas Medangasem
dan dibantu oleh kader ASI.
2. Inisiasi Menyusui Dini
Setiap persalinan yang dibantu oleh tenaga
kesehatan akan dilakukan upaya Inisiasi Menyusui Dini
oleh bidan desa atau bidan PONED yang mendampingi
persalinan. Bidan PONED (Pelayanan Obstetri
Neonatus Esensial Dasar) di Puskesmas Medangasem
dengan memberikan pengarahan kepada ibu yang baru
saja melahirkan untuk meletakkan bayi.
3. Pojok ASI
Akan disediakan suatu ruangan tertutup yang
khusus buat ibu menyusui di Puskesmas beroperasi
setiap hari selama 24 jam dengan persyaratan sesuai
ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 15 tahun 2013 yang didampingi dan
seorang petugas puskesmas yang dapat mempromosikan
usaha ASI eksklusif pada hari kerja jam 08.00-12.00
WIB.
4. Pelatihan Kader Mengenai Asi Ekslusif
Akan dilakukan penjadwalan pelatihan kader oleh
konselor ASI mengenai program ASI eksklusif yang
disediakan oleh petugas Program Gizi dan disesuaikan

16
dengan anggaran operasional yang tersedia setiap satu
tahun sekali.
5. Kerjasama dengan lintas program dan lintas sektor
Akan dilakukan lintas program antara Program Gizi dan
program lain seperti Program KIA dan Program
Promosi Kesehatan. Pihak puskesmas juga akan
melakukan kerjasama dengan lintas sektor yang lain
seperti Tokoh Agama, Kepala Desa dan Camat untuk
mempromosikan pemberian ASI eksklusif kepada bayi
sehingga berusia 6 bulan pada saat pengajian atau
pertemuan mingguan.
6. Pencatatan dan pelaporan

 Pencatatan
Dilakukan setiap bulan pada saat bayi
berkunjung ke posyandu oleh bidan desa di
KMS kemudian direkapitulasi pada register bayi
pada kunjungan bulan Februari dan Agustus.
Dibuat kebijakan tertulis tentang pencatatan
yang berasal dari fasilitas kesehatan dan bidan
swasta yang turut terlibat dalam program ASI
eksklusif.

 Pelaporan
Dilakukan pelaporan 2 kali per tahun yaitu
Februari dan Agustus pada laporan tahunan
Puskesmas kepada Dinas Kesehatan. Dibuat
kebijakan tertulis tentang pelaporan yang berasal
dari fasilitas kesehatan dan bidan swasta yang
turut terlibat dalam program ASI Eksklusif.

 Perencanaan tertulis mengenai Sepuluh Langkah


Menuju Keberhasilan Menyusui.

17
 Perencanaan tertulis mengenai pengangkatan
Konselor ASI : Pengangkatan konselor ASI yang
akan dilatih mengenai konseling menyusui dan
akan melatih kader secara aktif serta
mengusahakan terbentuknya Kelompok
Pendukung ASI (KP-ASI).

4.3.2.2 Pengorganisasian (Organizing)


Dibuat struktur organisasi, Kepala Puskesmas
sebagai penanggung jawab program, melimpahkan
kekuasaan kepada koordinator program (programmer),
kemudian programmer melakukan koordinasi dengan
pelaksana program. Terdapat strukturtertulis dan
pembagian tugas yang teratur dalam melaksanakan
tugasnya:

dr. Hj. Tuti Susilawati

Pengorganisasian dalam program ASI eksklusif dibagi


berdasarkan jabatan:
a. Kepala Puskesmas (dr. Hj. Tuti Susilawati )

 Sebagai penanggung jawab program

 Monitoring pelaksanaan kegiatan gizi keluarga

18
 Melakukan evaluasi data hasil pelaksanaan
kegiatan gizi keluarga di wilayah kerja
Puskesmas Medangasem

b. Koordinator dan Pelaksana Bagian Gizi


(Eha Fayazza A, SKM)
 Sebagai koordinator dan pelaksana program
 Melakukan pencatatan hasil keberhasilan
program dan melaporkan hasil pencatatan
kepada Kepala Puskesmas Medangasem setiap
bulan
c. Koordinator petugas operasional kesehatan keluarga
dan promosi kesehatan (Tarsum Oman,SKM)
 Sebagai koordinator untuk bidan desa,
bidan puskesmas, bidan PONED dan
membuat serta melaksanakanpenyuluhan.
 Melakukan pencatatan hasil keberhasilan
program dan melaporkan hasil pencatatan
kepada Kepala Puskesmas Medangasem
setiap bulan.

4.3.2.3 Pelaksanaan (Actuating)


1. Penyuluhan
 Perorangan
Dilakukan pada setiap hari kerja oleh bidan
kepada ibu hamil dan ibu yang mempunyai bayi
berusia 0-6 bulan melalui wawancara di
Puskesmas Medangasem, jam 08.00-12.00.
Tidak ada data pencatatan jumlah penyuluhan
perorangan.
 Dilakukan penyuluhan mengenai ASI Eksklusif
dan manfaatnya serta cara menyusui yang benar

19
kepada ibu hamil dan ibu yang mempunyai bayi
usia 0-6 bulan. Pemberian informasi dan edukasi
melalui komunikasi dua arah (sesi tanya jawab).
Petugas memberikan motivasi kepada ibu untuk
memberikan ASI Eksklusif hingga bayi berusia
6 bulan dan melanjutkan hingga ke usia 2 tahun
didampingi MP-ASI. Petugas juga memberikan
motivasi dan mengajarkan cara memberi ASI
perah pada ibu bekerja yang mempunyai bayi
usia 0-6 bulan. Petugas belum menyediakan
lembar balik/kuesioner. Penyuluhan hanya
dilaksanakan di 15 posyandu.
2. Pelatihan Kader Mengenai Asi eksklusif
Pelatihan kader terakhir dilakukan Agustus 2017.
Namun tidak ada data pencatatan dan dokumentasi
pelatihan kader.
3. Pojok Asi eksklusif.
Ruangan Pojok ASI tidak tersedia
4. Inisiasi Menyusui Dini
Bidan desa/ bidan PONED/ kader memberikan
pengarahan kepada ibu untuk memberikan kesempatan
kepada bayi memulai/inisiasi menyusui sendiri segera
setelah lahir dengan membiarkan kontak kulit bayi
dengan kulit ibu setidaknya satu jam atau lebih sampai
menyusui pertama selesai. Namun, tidak ada
dokumentasi atau pelaporan program ini.
5. Kerjasama dengan lintas program dan lintas sektor
Akan dilakukan lintas program antara Program Gizi dan
program lain seperti Program KIA dan Program
Promosi Kesehatan. Pihak puskesmas juga akan
melakukan kerjasama dengan lintas sektor yang lain
seperti Tokoh Agama, Kepala Desa dan Camat untuk

20
mempromosikan pemberian ASI eksklusif kepada bayi
sehingga berusia 6 bulan pada saat pengajian atau
pertemuan mingguan.

6. Pencatatan dan pelaporan


Sudah dilakukan dengan Sistem Pencatatan dan
Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP). Belum dibuat
kebijakan tertulis tentang pencatatan dan pelaporan
yang berasal dari fasilitas kesehatan dan bidan swasta
yang turut terlibat dalam program ASI eksklusif.

4.3.2.4 Pengawasan (Controling)


 Pertemuan / Rapat (Lokakarya Mini Bulanan)
Tiap bulan diadakan 1 kali rapat di Puskesmas Medangasem
dan dipimpin oleh Kepala Puskesmas untuk mengetahui
apakah program berjalan sesuai dengan rencana.
 Penilaian mengenai seluruh hasil kegiatan yang digunakan
untuk menentukan program tahun depan, diadakan 1 tahun
sekali.

4.3.3 Keluaran
4.3.3.1 Cakupan ASI Eksklusif 0-6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Medangasem pada bulan Januari sampai Juni tahun 2019
Cara menghitung cakupan ASI Eksklusif adalah dengan
digunakan pedoman surveilans gizi dan pedoman penilaian kinerja
puskesmas provinsi Jawa Barat. Data diambil dari setiap bidan
desa. Definisi operasional cakupan ASI eksklusif menurut buku
surveilans gizi adalah seperti berikut:
 Bayi umur 0–6 bulan adalah seluruh bayi umur 0 hari
sampai 5 bulan 29 hari.

21
 Bayi mendapat ASI Eksklusif adalah bayi 0–6 bulan yang
diberi ASI saja tanpa makanan atau cairan lain kecuali obat,
vitamin dan mineral.
 Bayi umur 0–6 bulan yang ada di suatu wilayah adalah
jumlah seluruh bayi umur 0 hari sampai 5 bulan 29 hari yang
tercatat pada register pencatatan pemberian ASI pada bayi
umur 0-6 bulan di suatu wilayah.
 Persentase bayi umur 0–6 bulan mendapat ASI Eksklusif
adalah jumlah bayi 0–6 bulan yang diberi ASI saja tanpa
makanan atau cairan lain kecuali obat, vitamin dan mineral
dibagi jumlah seluruh bayi umur 0 – 6 bulan yang datang
dan tercatat dalam register pencatatan/KMS di wilayah
tertentu dikali 100%.

4.3.3.2 Jumlah Bayi Usia 0-6 Bulan yang Mendapat dan Gagal ASI Eksklusif
yang Tercatat Dalam Register Pencatatan di Wilayah Kerja
Puskesmas Medangasem pada bulan Januari sampai Juni 2019

Tabel 4.1 Catatan Jumlah Bayi Usia 0-6 Bulan yang Mendapat ASI Eksklusif
2019 di Wilayah Kerja Puskesmas Medangasem pada bulan Januari 2019 sampai
Juni 2019
Desa
Bulan Medangasem Ciptamarga Kampungsawah Jumlah

Januari 2019 3 0 0 3
Februari 2019 23 1 1 25
Maret 2019 22 0 0 22
April 2019 21 0 0 21
Mei 2019 26 0 0 26
Juni 2019 40 0 0 40
Jumlah 137

22
Tabel 4.2 Catatan Jumlah Bayi Usia 0-6 Bulan yang Gagal ASI Eksklusif 2019 di
Wilayah Kerja Puskesmas Medangasem pada bulan Januari sampai Juni 2019
Desa
Bulan Medangasem Ciptamarga Kampungsawah Jumlah
Januari 2019 27 6 1 34
Februari 2019 7 1 0 8
Maret 2019 2 0 1 3
April 2019 10 0 1 11
Mei 2019 27 0 1 28
Juni 2019 4 0 1 5
Jumlah 89

Tabel 4.3 Catatan Jumlah Bayi Usia 0-6 Bulan yang Mendapat ASI Eksklusif
Bulan Febuari 2018 dan Agustus 2018 di Wilayah Kerja Puskesmas Medangasem
Desa Jumlah bayi usia 6 bulan
Februari 2018 Agustus 2018
Medangasem 4 18
Ciptamarga 29 4
Kampungsawah 1 9
Jumlah 34 31

Tabel 4.4 Catatan Jumlah Bayi Usia 0-6 Bulan yang Gagal ASI Eksklusif Bulan
Febuari 2018 dan Agustus 2018 di Wilayah Kerja Puskesmas Medangasem
Desa Jumlah bayi usia 6 bulan
Februari 2018 Agustus 2018
Medangasem 1 28
Ciptamarga 5 10
Kampungsawah 2 7
Jumlah 8 45

23
Tabel 4.5 Catatan Bayi Usia 6 Bulan yang Mendapat dan Gagal ASI Eksklusif di
Wilayah Kerja Puskesmas Medangasem periode Februari 2018 dan Agustus 2018
Bulan Jumlah Bayi Usia 0-6 Bulan Jumlah Bayi Usia 0-6 Bulan
Mendapat ASI Eksklusif Gagal ASI Eksklusif

Febuari 2018 34 8
Agustus 2018 31 45
Jumlah 65 53

4.3.3.3 Bayi Umur 6 Bulan yang Mendapatkan ASI pada bulan Januari
sampai Juni Tahun 2019

Jumlah bayi 0-6 bulan mendapat asi eksklusif diwilayah tertentu


dan periode tertentu
= ----------------------------------------------------------------------X 100 %
Jumlah bayi 0-6 bulan gagal ASI ekslusif
dan yang mendapat ASI ekslusif (datang tercatat dalam KMS)

137
= ----------------------- X 100 % = 60,6 %
137 + 89

90,0% - 60,6 %
Besar Masalah = ----------------------- X 100 % = 29.4 %
90,0%

*Target : 90% per Tahun


*Cakupan Sebesar :60,6%
*Besar Masalah :29,4%

4.3.3.4 Bayi Umur 6 Bulan yang Mendapatkan ASI pada tahun 2018

Jumlah bayi 6 bulan mendapat ASI ekslusif di wilayah kerja


Puskesmas Medangasem periode Januari 2018 sampai
= -----------------------------------------------------------------------X
dengan Desember 2018 100 %
Jumlah bayi 6 bulan yang gagal ASI ekslusif
24
dan yang mendapat ASI ekslusif

65
= ----------------------- X 100 % = 55, 08 %
65+53

90,0% - 55,08%
Besar Masalah = ----------------------- X 100 % = 38, 8 %
90,0%

*Target : 90% per Tahun


*Cakupan Sebesar :55,08%
*Besar Masalah :38,8%

4.3.3.5 Jumlah Bayi Lahir Hidup yang Mendapatkan Inisiasi Menyusui Dini
di Wilayah Kerja Puskesmas Medangasem pada bulan Januari
sampai Juni Tahun 2019

Tabel 4.5 Catatan Jumlah Bayi Lahir Hidup dan Jumlah yang Mendapatkan
Inisiasi Menyusui Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Medangasem pada bulan
Januari sampai Juni Tahun 2019
Bulan Jumlah bayi lahir Jumlah bayi lahir hidup yang
Hidup diberikan IMD
Januari 2019 60 45
Februari 2019 49 51
Maret 2019 52 37
April 2019 62 61
Mei 2019 63 42
Juni 2019 55 43
Jumlah 341 279

25
Tabel 4.8 Catatan Jumlah Bayi Lahir Hidup dan Jumlah yang Mendapatkan
Inisiasi Menyusui Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Medangasem Tahun 2018
Bulan Jumlah bayi lahir Jumlah bayi lahir hidup yang
Hidup diberikan IMD
Januari 2018 56 45
Februari 2018 55 47
Maret 2018 57 38
April 2018 52 49
Mei 2018 52 33
Juni 2018 52 42
Juli 2018 50 44
Agustus 2018 57 57
September 2018 71 59
Oktober 2018 54 50
November 2018 52 32
Desember 2018 55 35
Jumlah 663 531

4.3.3.6 Presentase Bayi Lahir hidup yang Mendapatkan IMD Periode


Januari sampai Juni 2019

Persentase ( % ) cakupan IMD Jumlah bayi lahir hidup


mendapat IMD bulan pada bulan Januari sampai Juni
2019
= ---------------------------------------------------------------------------------- X 100
Jumlah Persalinan pada Nakes pada bulan
Januari sampai Juni 2019
279
= 341 x 100%
= 81,8%
Target : 44 % per tahun (berdasarkan Kemenkes 2017)
Kesimpulan: Cakupan sebesar 81,8 % sesuai target yaitu 44%

4.3.3.7 Presentase Bayi Lahir hidup yang Mendapatkan IMD Tahun 2018

Persentase ( % ) cakupan IMD Jumlah bayi lahir hidup


mendapat IMD bulan Januari 2018 sampai dengan
Desember 2018 26
= ---------------------------------------------------------------------------------- X 100
Jumlah Persalinan pada Nakes bulan Januari
2018 sampai Desember 2018

531
= 663 x 100%

= 80,09%

Target : 44 % per tahun (berdasarkan Kemenkes 2017)

Kesimpulan: Cakupan sebesar 80,09 % sesuai target yaitu 44%

4.3.3.8 Cakupan Penyuluhan

 Cakupan penyuluhan perorangan : Tidak ada data

 Cakupan penyuluhan kelompok ASI eksklusif : Tersedia data

Jumlah penyuluhan kelompok ASI eksklusif (kelas ibu hamil)

Januari 2019− Juni 2019 x 100%

Jumlah posyandu di Puskesmas Medangasem


15
= 24x 100% = 62,5%

Target : 100% per tahun berdasarkan PKP Puskesmas Medangasem tahun 2019

Kesimpulan: Cakupan sebesar 62,5% belum sesuai target yaitu 100%

4.3.3.9 Cakupan Pelatihan Kader

Tidak ada data

27
4.3.3.10 Cakupan Penerapan 10 Langkah Menuju Keberhasilan
menyusui (LMKM)

Tidak ada data

4.3.3.11 Cakupan Pojok ASI

Tidak ada data

4.3.4 Lingkungan

4.3.4.1 Lingkungan Fisik

 Lokasi

Setiap desa telah memiliki bidan desa. Setiap desa terdapat akses
jalan yang bisa dilalui sepeda motor tetapi tidak mempengaruhi
pelaksanaan program secara signifikan.

 Transportasi

Tersedia sarana transportasi, angkutan umum, dan sepeda motor.

4.3.4.2 Lingkungan Non Fisik

 Pengetahuan

Masyarakat belum memahami pentingnya memantau gizi anak


secara rutin yang berpengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif.

 Mata Pencarian

Kesibukan Ibu Menyusui sebagai tenaga pekerja yang


menyebabkan penggunaan susu botol/susu formula secara dini sehingga
menggantikan kedudukan ASI.

28
 Sosial Budaya

Masih banyaknya kepercayaan masyarakat yang keliru seputar ASI


sehingga memberikan susu formula atau makanan tambahan sebelum usia
6 bulan terhadap bayi terutama bila ASI tidak bisa keluar atau dianggap
berkurang produksinya.

Kepercayaan bahwa ASI saja dianggap tidak cukup bagi bayi


hingga usia 6 bulan sehingga diberi MP-ASI sebelum waktunya.
Kurangnya pengetahuan dan dukungan keluarga terhadap ibu untuk dapat
memberikan ASI Eksklusif.

4.3.5 Umpan Balik

1. Pencatatan dan pelaporan bulanan lengkap, sesuai dengan waktu yang


ditentukan akan dapat digunakan sebagai masukan dalam evaluasi
program gizi.

2. Rapat kerja yang membahas laporan kegiatan untuk mengevaluasi


program yang telah dijalankan.

3. Sosialisasi mengenai pemberian ASI eksklusif kepada bayi sampai


berusia 6 bulan dengan Camat, Kepala Desa dan Tokoh Agama agar
promosi mengenai pemberian ASI eksklusif dapat dimaksimalkan.

4.3.6 Dampak

 Dampak Langsung

o Diharapkan dapat memenuhi kebutuhan asupan gizi bayi 0-


6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Medangasem,
Kabupaten Karawang. Namun hal ini belum dapat dinilai.

o Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi usia 0-6


bulan khususnya di wilayah kerja Puskesmas Medangasem,
Kabupaten Karawang. Namun hal ini belum dapat dinilai
karena evaluasi program yang dilaksanakan dalam waktu
singkat dan lokasi yang terbatas.

29
 Dampak Tidak Langsung

o Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah


kerja Puskesmas Medangasem, Kabupaten Karawang.

30
Bab V

Pembahasan Masalah

5.1 Masalah Menurut Variabel Keluaran

No. Variabel Tolok Pencapaian Masalah


Ukur
(%) (%) (%)

1 Cakupan ASI Eksklusif 90 66,6 29,4


2 Cakupan Penyuluhan 100 62,5 37,5
3 Cakupan Pelatihan Kader 100 0 100
4 Cakupan 10 LMKM 100 0 100
5 Cakupan Pojok ASI 100 0 100

5.2 Masalah Menurut Variabel Masukan

No Variabel Tolok Ukur Pencapaian Masalah

1. Tenaga Kelompok Pendukung ASI  Tidak ada (+)


(Man)

2. Sarana - Ruang Pojok ASI  Tidak ada (+)


(Material)
- Leaflet  Tidak ada

- Poster  Tidak ada

3. Metode Melaksanakan 10 Langkah  Belum maksimal (+)


Keberhasilan Menyusui

30
5.3 Masalah Menurut Variabel Proses

No Variabel Tolak Ukur Pencapaian Masalah

1 Perencanaan · Dibuat kebijakan Tidak dibuat kebijakan (+)


tertulis mengenai10 tertulis mengenai 10
LMKM LMKM

· Pembuatan aturan Belum terbentuk aturan (+)


mengenai pencatatan mengenai pencatatan
dan pelaporan dari dan pelaporan dari
semua yang terlibat semua yang terlibat
dalam program ASI dalam program ASI
Eksklusif Ekslusif

2 Pelaksanaan · Penyuluhan Penyuluhan kelompok (+)


kelompok dilakukan di tidak rutin
setiap posyandu (24 dilaksanakan.
posyandu) minimal 1 Penyuluhan hanya
kali setahun diberikan di 15
posyandu.

· Dibuatnyakebijakan Belum dibuatnya (+)


tertulis 10LMKM kebijakan tertulis10
LMKM

· Disediakan suatu Tidak disediakan (+)


ruangan khusus sebagai ruangan khusus untuk
pojok ASI di Puskesmas pojok ASI
dan didampingi oleh
seorang petugas
puskesmas

· Pelatihan kader ASI Tidak dilakukan (+)


dilakukan satu tahun pelatihan kader
sekali

· Kerjasama dengan Kurang kerjasama (+)


lintas programdan lintas dengan lintas program
sektor dan lintassektor

31
Dilakukan sistem Pencatatan yang
pencatatn dan pelaporan dilakukan belum
terpadu puskesmas lengkap. Tidak terdapat
pencatatan dan
dokumentasi
penyuluhan perorangan
dan pelatihan kader

32
5.4 Masalah Menurut Variabel Lingkungan

No Variabel Tolak Ukur Pencapaian Masalah

1. Non Fisik  Pengetahuan - Pengetahuan mengenai manfaat (+)


pemberian dan bagaimana cara
pemberian ASI eksklusif masih
kurang.

 Mata - Kesibukan Ibu Menyusui sebagai


Pencarian tenaga pekerja yang menyebabkan
penggunaan susu formula secara (+)
dini sehingga menggantikan
kedudukan ASI.

- Kurangnya dukungan keluarga


terhadap ibu untuk memberikan
ASI eksklusif selama 6 bulan.

 Sosial budaya- Budaya pemberian MP-ASI


sebelum usia 6 bulan masih tinggi (+)

33
Bab VI

Perumusan Masalah

6.1 Masalah Menurut Cakupan Keluaran

1. Cakupan ASI ekslusif sebesar 60,6 % dari tolok ukur 90% dengan besar masalah
29,4 %

2. Cakupan penyuluhan kelompok ASI Eksklusif sebesar 62,5% dari tolak ukur 100%
dengan besar masalah 37,5%

3. Cakupan pelatihan kader ASI sebesar 0% dari tolok ukur100% dengan besar
masalah 100%

4. Cakupan program sepuluh langkah menuju keberhasilan menyusui sebesar 0% dari


tolok ukur 100% dengan besar masalah 100%

5. Cakupan pojok ASI sebesar 0% dari tolok ukur 100% dengan besar masalah 100%

6.2 Masalah-masalah Komponen Lain

6.2.1 Masukan

 Tidak terdapat pojok asi

 Tidak terdapatnya leaflet, poster sebagai sarana edukasi

6.2.2 Proses

Perencanaan

 Belum berjalannya ruang pojok ASI dengan satu petugas puskesmas

 Belum dibuat kebijakan tertulis mengenai 10 LMKM

Pelaksanaan:

 Belum optimalnya penyuluhan mengenai ASI Eksklusif dalam tiap


pelaksanaan posyandu.

 Belum optimal kerjasama dengan lintas program dan lintas sektor.

 Belum dilakukan sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas.

34
6.2.3 Masalah dalam Lingkungan

 Masyarakat belum memahami pentingnya memantau gizi anak secara rutin


yang berpengaruh terhadap pemberiaan ASI Eksklusif.

 Kesibukan Ibu Menyusui sebagai tenaga pekerja yang menyebabkan


penggunaan susu botol/susu formula secara dini sehingga menggantikan
kedudukan ASI.

 Masih kurangnya kesadaran dan perilaku gizi masyarakat yang baik dan atas
kesadaran sendiri serta kurangnya dukungan keluarga terhadap ibu untuk
memberikan ASI eksklusif dan memberikan MP-ASI sebelum waktunya.

Bab VII

Prioritas Masalah

7.1 Masalah Menurut Keluaran

35
A. Cakupan ASI ekslusif sebesar 60,6 % dari tolok ukur 90% dengan besar masalah
29,4%.

B. Cakupan penyuluhan kelompok ASI Eksklusif sebesar 62,5% dari tolak ukur 100%
dengan besar masalah 37,5%.

C. Cakupan pelatihan kader ASI sebesar 0% dari tolok ukur100% dengan besar
masalah 100%.

D. Cakupan program sepuluh langkah menuju keberhasilan menyusui sebesar 0% dari


tolok ukur100% dengan besar masalah 100%.

E. Cakupan pojok ASI sebesar 0% dari tolok ukur 100% dengan besar masalah 100%.

No Parameter Masalah

A B C D E

1 Besarnya masalah 4 4 5 5 5

2 Akibat yang ditimbulkan 5 3 2 4 2

3 Keuntungan sosial karena selesainya masalah 5 3 2 4 3

4 Teknologi yang tersedia dan dapai dipakai 5 2 1 4 2

5 Sumber daya yang tersedia untuk 5 3 1 4 4


menyelesaikan masalah

Total 24 15 11 21 16

Koding: 5=sangat penting; 4=penting; 3=cukup penting; 2=kurang penting; 1=tidak penting

Bab VIII

Penyelesaian Masalah

8.1 Masalah 1:

Cakupan ASI ekslusif pada bulan Januari hingga Juni 2019 sebesar 60,6% dari tolok ukur 90%,
dengan besar masalah 29,4%.

36
Penyebab Masalah:

1. Masukan

 Kurangnya media untuk menambah pengetahuan ibu hamil, keluarga yang


memiliki bayi usia 0 – 6 bulan tentang manfaat pemberian ASI berupa
leaflet,poster,dll.

 Tidak terdapat ruang pojok ASI sebagai suatu ruangan khusus untuk ibu
menyusui dan mendapat konseling dari konselor ASI.

2. Proses

Perencanaan:

 Belum berjalannya ruang pojok ASI dengan satu petugas puskesmas.

Pelaksanaan:

 Belum optimalnya penyuluhan mengenai ASI eksklusif dalam tiap


pelaksanaan posyandu.

 Kurangnya pelatihan kader ASI.

 Kurangnya kerjasama dengan lintas program dan lintas sektoruntuk


mempromosikan ASI eksklusif.

3. Lingkungan

1. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai manfaat dan


cara pemberian ASI eksklusif.

2. Kurangnya dukungan keluarga terhadap ibu untuk


memberikan ASI eksklusif.

3. Tingginya budaya pemberian MP-ASI sebelum usia 6


bulan.

Penyelesaian Masalah:

1. Masukan :

 Menyediakan media untuk menambah pengetahuan ibu hamil, keluarga yang


memiliki bayi usia 0 – 6 bulan tentang manfaat pemberian ASI berupa
lembar balik, leaflet, poster dan pemberian Sertifikat Lulus ASI eksklusif
sebagai penghargaan kepada ibu yang telah memberikan ASI eksklusif

37
selama 6 bulan dan untuk memotivasi ibu – ibu lain yang memiliki bayi
berusia 0 – 6 bulan untuk memberikan ASI eksklusif.

 Disediakan suatu ruang tertutup yang khusus di Puskesmas Medangasem


untuk ibu menyusui dengan didampingi Konselor ASI. Konselor ASI dapat
memberikan konseling secara langsung kepada ibu untuk tetap memberikan
ASI eksklusif sehingga bayi berusia 6 bulan.

2. Proses

Perencanaan :

Dibuat perencanaan untuk mengaktifkan ruang pojok ASI dengan satu petugas puskesmas.

Pelaksanaan

 Melakukan penyuluhan ASI eksklusif secara rutin dan menyeluruh di setiap


desa di sekitar wilayah kerja puskesmas maupun di pelaksanaan posyandu
melalui kelas ibu hamil.

 Mempunyai jadwal pelatihan kader yang tetap setiap tahun supaya


persediaan untuk pelatihan dapat dilakukan dengan baik oleh konselor ASI.

 Meningkatkan kerjasama dengan lintas program seperti bagian promosi


kesehatan dan bagian kesehatan ibu dan anak untuk turut mempromosikan
ASI eksklusif.

 Melakukan kerjasama lintar sektor terutama dengan tokoh agama agar dapat
mempromosikan mengenai ASI eksklusif di setiap pengajian atau dengan
camat dan kepala desa agar dapat disosialisasikan secara berkala di
pertemuan mingguan atau bulanan kecamatan dan desa.

3. Lingkungan

Sejalan dengan penyelesaian masalah mengenai penyuluhan, maka tingkat pengetahuan


mengenai ASI eksklusif pun akan meningkat.

8.2 Masalah 2 :

Cakupan program sepuluh langkah menuju keberhasilan menyusui tahun 2019 sebesar
0% dari tolok ukur 100% dengan besar masalah 100%.

38
Penyebab Masalah:

1. Proses

Perencanaan

 Belum ada perencanaan tentang penerapan sepuluh langkah menuju


keberhasilan menyusui.

Pelaksanaan

 Puskesmas belum menerapkan dan belum ada pencatatan data tentang


penerapan sepuluh langkah menuju keberhasilan menyusui.

Penyelesaian masalah:

1. Proses

Perencanaan

 Membuat kebijakan tertulis yang diketahui oleh seluruh staf puskesmas dan
ditanda-tangani oleh kepala puskesmas tentang sepuluh langkah menuju
keberhasilan menyusui.

Pelaksanaan

 Menerapkan 10 LMKM ke seluruh staf puskesmas, dan menilai penguasaan


setiap staf.

 Memperbaiki sistem pencatatan dan pelaporan puskesmas tentang sepuluh


langkah menuju keberhasilan menyusui

39
Bab IX

Penutup

9.1 Kesimpulan

Dari hasil penilaian Program ASI di Puskesmas Medangasem pada bulan Januari
hingga Juni tahun 2019, didapatkan beberapa permasalahan dalam Program ASI Eksklusif
yang mampu mempengaruhi keberhasilan program ini adalah sebagai berikut:

 Cakupan ASI eksklusif sebesar 60,6 % dari tolok ukur 90%

 Cakupan inisiasi menyusui dini sebesar 81,8 % dari tolok ukur 44%

 Cakupan penyuluhan kelompok mengenai ASI eksklusif di Posyandu sebesar


62,5% dari tolok ukur 100%

 Tidak ada data penyuluhan mengenai ASI eksklusif perorangan

 Tidak ada data mengenai cakupan pelatihan kader

 Tidak ada data mengenai cakupan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui

 Tidak ada data mengenai pojok ASI

40
9.2 Saran

Saran untuk Puskesmas Kecamatan Medangasem:

1. Mengadakan penyuluhan kelompok dalam kelas ibu hamil / posyandu mengenai


ASI Eksklusif secara rutin dan teratur pada seluruh posyandu di wilayah kerja
Puskesmas Medangasem, penyuluhan menggunakan media Poster dan leaflet
bergambar agar lebih mudah dipahami disertai sesi tanya jawab dan diakhiri
dengan pengisian kuesioner untuk melihat apakah pengetahuan ibu dan keluarga
mengenai ASI Eksklusif telah bertambah. Penyuluhan dapat dilakukan oleh kader
atau kelompok pendukung ASI yang telah dibentuk dan dilatih, sehingga
penyuluhan tidak lagi harus dilakukan oleh tenagakesehatan.

2. Membuat kebijakan yang diketahui oleh seluruh staf puskesmas tentang sepuluh
langkah menuju keberhasilan menyusui dan melaksanakannya di wilayah kerja
PuskesmasMedangasem.

3. Mewujudkan Pojok ASI dengan penjadwalan konseling ASI oleh konselor ASI.
Ruangan ini juga dapat dimanfaatkan untuk mempromosikan ASI Eksklusif.

4. Melaksanakan pelatihan kader ASI minimal setahun sekali dan membentuk


kelompok pendukung ASI.

5. Melakukan kerjasama lintar sektor terutama dengan Tokoh Agama agar dapat
mempromosikan mengenai ASI eksklusif di setiap pengajian atau dengan Camat
dan Kepala Desa agar dapat disosialisasikan secara berkala di pertemuan mingguan
kecamatan dandesa.

6. Membuat pencatatan cakupan penyuluhan dan pelatihan kader untuk mengetahui


besarnya cakupan penyuluhan tentang ASI Eksklusif dan pelatihan kader ASI
sehingga tidak hanya dilakukan namun terdapat pencatatannya sebagai
bahanevaluasi.

Apabila saran penyelesaian masalah ini dapat diterima dan dilaksanakan dengan
baik oleh petugas-petugas kesehatan, maka diharapkan dapat membantu keberhasilan
program ASI Eksklusif di Puskesmas Medangasem.

41
Daftar Pustaka

1) Kementerian Kesehatan RI Dirjen Bina Gizi dan kesehatan ibu dan Anak. Materi
penyuluhan pemberian air susu ibu dan makanan pendamping asi. Direktorat Bina Gizi;
2014

2) Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat


Gizi Masyarakat. Managemen laktasi buku panduan bagi bidan dan petugas kesehatan di
puskesmas. Jakarta; 2014.

3) Ikatan Dokter Anak Indonesia. Rekomendasi praktik pemberian makan berbasis bukti
pada bayi dan batita di indonesia untuk mencegah malnutrisi. Diunduh
dari :http://www.idai.or.id/wp-content/uploads/2015/07/merged_document.pdf. Diunduh
tanggal 27 Agustus 2019.

4) Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman penyelenggaraan pelatihan


konseling menyusui dan pelatihan fasilitator konselling menyusui. Jakarta: Departemen
Kesehatan; 2009. h. 5-7.

5) Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. Presentasi angka kematian bayi dan balita di
Indonesia; 2017.

6) Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman penyelenggaraan pelatihan


konseling menyusui dan pelatihan fasilitator konseling menyusui. Jakarta: Departemen
Kesehatan; 2009.h.5-7.

7) Masyarakat DG, Masyarakat DJ. Buku saku pemantauan status gizi tahun 2017. Jakarta:
Direktorat Gizi Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI; 2018.

8) Kementerian Kesehatan RI. Pusat data dan informasi presentasi inisiasi menyusu dini dan
asi eksklusif di Indonesia. Jakarta;2017.p.118

42
Lampiran

43
Lampiran I
Leaflet ASI Eksklusif

44

Anda mungkin juga menyukai

  • Laporan Kasus CKD
    Laporan Kasus CKD
    Dokumen38 halaman
    Laporan Kasus CKD
    Fatimah Hartina Faradillah
    Belum ada peringkat
  • Referat DM Tipe 2
    Referat DM Tipe 2
    Dokumen35 halaman
    Referat DM Tipe 2
    ANDARIPUTRI
    100% (2)
  • Fatimah Hartina Faradillah b4
    Fatimah Hartina Faradillah b4
    Dokumen20 halaman
    Fatimah Hartina Faradillah b4
    Fatimah Hartina Faradillah
    Belum ada peringkat
  • Asi Ekslusif Leaflet
    Asi Ekslusif Leaflet
    Dokumen2 halaman
    Asi Ekslusif Leaflet
    Fatimah Hartina Faradillah
    Belum ada peringkat
  • ANAOMI
    ANAOMI
    Dokumen31 halaman
    ANAOMI
    dwi kartika
    Belum ada peringkat
  • Sken 6 PLENO (E4)
    Sken 6 PLENO (E4)
    Dokumen18 halaman
    Sken 6 PLENO (E4)
    Fatimah Hartina Faradillah
    Belum ada peringkat
  • Fatimah Hartina Faradillah b4
    Fatimah Hartina Faradillah b4
    Dokumen14 halaman
    Fatimah Hartina Faradillah b4
    Fatimah Hartina Faradillah
    Belum ada peringkat
  • Materi TBC Dokcil
    Materi TBC Dokcil
    Dokumen1 halaman
    Materi TBC Dokcil
    Fatimah Hartina Faradillah
    Belum ada peringkat
  • Peritonitis
    Peritonitis
    Dokumen16 halaman
    Peritonitis
    christian_dyr
    Belum ada peringkat
  • Aritmiaas
    Aritmiaas
    Dokumen59 halaman
    Aritmiaas
    Fatimah Hartina Faradillah
    Belum ada peringkat
  • Bahan Belajar Kepemimpinann
    Bahan Belajar Kepemimpinann
    Dokumen9 halaman
    Bahan Belajar Kepemimpinann
    Fatimah Hartina Faradillah
    Belum ada peringkat
  • Studi Retrospektif Rsud Surabaya PDF
    Studi Retrospektif Rsud Surabaya PDF
    Dokumen7 halaman
    Studi Retrospektif Rsud Surabaya PDF
    Iin-Ignasia Diahayujulindah Mujiman
    Belum ada peringkat
  • SL Penyuluhan KMS Balita
     SL Penyuluhan KMS Balita
    Dokumen5 halaman
    SL Penyuluhan KMS Balita
    Fatimah Hartina Faradillah
    Belum ada peringkat
  • Hipertensi
    Hipertensi
    Dokumen11 halaman
    Hipertensi
    nur alim
    Belum ada peringkat
  • Bahan Belajar Kepemimpinann
    Bahan Belajar Kepemimpinann
    Dokumen4 halaman
    Bahan Belajar Kepemimpinann
    Fatimah Hartina Faradillah
    Belum ada peringkat
  • Peritonitis
    Peritonitis
    Dokumen10 halaman
    Peritonitis
    Fatimah Hartina Faradillah
    Belum ada peringkat
  • Gangguan Sensibilitas
    Gangguan Sensibilitas
    Dokumen35 halaman
    Gangguan Sensibilitas
    elFadhly
    Belum ada peringkat
  • Reerat Ket
    Reerat Ket
    Dokumen10 halaman
    Reerat Ket
    Fatimah Hartina Faradillah
    Belum ada peringkat
  • CASE SULIT FHF Fix
    CASE SULIT FHF Fix
    Dokumen22 halaman
    CASE SULIT FHF Fix
    Fatimah Hartina Faradillah
    Belum ada peringkat
  • CASE SULIT FHF Fix
    CASE SULIT FHF Fix
    Dokumen22 halaman
    CASE SULIT FHF Fix
    Fatimah Hartina Faradillah
    Belum ada peringkat
  • Tugas
    Tugas
    Dokumen6 halaman
    Tugas
    Fatimah Hartina Faradillah
    Belum ada peringkat
  • Tugas
    Tugas
    Dokumen5 halaman
    Tugas
    Fatimah Hartina Faradillah
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus Efusi Pleura
    Laporan Kasus Efusi Pleura
    Dokumen30 halaman
    Laporan Kasus Efusi Pleura
    Fatimah Hartina Faradillah
    Belum ada peringkat
  • Case Ulkus Kornea Hipopion
    Case Ulkus Kornea Hipopion
    Dokumen30 halaman
    Case Ulkus Kornea Hipopion
    atvionitasinaga14184
    Belum ada peringkat
  • Status IPD FHF Revisi
    Status IPD FHF Revisi
    Dokumen9 halaman
    Status IPD FHF Revisi
    Fatimah Hartina Faradillah
    Belum ada peringkat
  • Kepaniteraan Klinik
    Kepaniteraan Klinik
    Dokumen17 halaman
    Kepaniteraan Klinik
    Fatimah Hartina Faradillah
    Belum ada peringkat
  • 333 793 1 PB
    333 793 1 PB
    Dokumen13 halaman
    333 793 1 PB
    Fatimah Hartina Faradillah
    Belum ada peringkat
  • Perawatan Diabetes Melitus
    Perawatan Diabetes Melitus
    Dokumen66 halaman
    Perawatan Diabetes Melitus
    Rina Budiarti
    Belum ada peringkat
  • 333 793 1 PB
    333 793 1 PB
    Dokumen5 halaman
    333 793 1 PB
    Dewangga Silverandro
    Belum ada peringkat