Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH TENTANG HISTOLOGI OTOT

Disusun Oleh : Kelompok 2


Ladio Taufiqurachman 201811076
Martin Sean 201811081
Michelle Marcella Budiman 201811083
Moch Rezky Wira Zenidha 201811085
Nabhan Arafi 201811094
Nabila Azzahra Basarah 201811095
Nada Nabilah 201811097
Nadianisa Luthfiani 201811099
Kelas: D

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)
JAKARTA SELATAN
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Biomedik 1 yang berjudul
“MAKALAH TENTANG HISTOLOGI OTOT” dengan tepat waktu tanpa halangan apapun.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan wawasan dan informasi kepada pembaca tentang
histologi otot pada manusia.
Namun kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan yang
disebabkan karena terbatasnya kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan partisipasi dalam penyempurnaannya dengan memberikan kritik dan saran
agar makalah ini dapat lebih terkonsep dengan baik.
Kami sangat mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Kritik &
saran anda sangat kami harapkan dalam penyempurnaan makalah ini.

Jakarta, 17 September 2018


Hormat kami,

(penulis)
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………...... i


KATA PENGANTAR......……………………………………………...…........ ii
DAFTAR ISI.................……………………………………………………….. iii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………….. 1
I.1 Latar Belakang ……………………………………………….. 1
I.2 Rumusan Masalah ……………………………………………. 1
I.3 Tujuan Penulisan...…………………………………………… 1
BAB II PEMBAHASAN ...…………………………………………………. 2
II.1 Histologi Otot.............................………................................. 2
II.2 Klasifikasi Jaringan Otot.....................………...............…… 2
II.3 Proses Regenerasi Jaringan Otot.......…………………...…… 6
BAB III PENUTUP........……………………………………………………… .. 8
III.1 Kesimpulan …………………………………………...……… 8
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………. iv
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang

Setiap hari manusia pasti melakukan sebuah aktivitas. Dalam melakukannya,


tanpa disadari maupun disadari, tubuh manusia selalu melakukan pergerakan mulai
dari gerak kecil seperti mengedipkan mata hingga gerak besar seperti berjalan dengan
alat gerak. Gerak tersebut terjadi karena adanya kontraksi otot yang menjadikan otot
memiliki peran sebagai alat gerak aktif.
Otot merupakan jaringan yang diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu otot
polos, otot lurik dan otot jantung. Ketiga jenis otot ini dibedakan menjadi tiga jenis
berdasarkan fungsi dan ciri-cirinya. Hal ini melatarbelakangi kami untuk membahas
lebih dalam tentang jaringan otot.

I.2. Rumusan Masalah

Dalam makalah ini, kami membahas permasalahan tentang histologi otot


manusia yang memiliki cakupan informasi yang luas, dengan tujuan agar
pengkajiannya lebih terarah dan tepat sasaran. Adapun rumusan masalahnya adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan histologi otot?
2. Apa saja klasifikasi dari jaringan otot?
3. Bagaimana proses regenerasi jaringan otot?

I.3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu:


1. Untuk mengetahui definisi histologi otot.
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari jaringan otot.
3. Untuk mengetahui proses regenerasi jaringan otot.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Histologi Otot

Histologi otot merupakan jaringan dasar yang mampu melakukan kontraksi


aktif karena tersusun dari sel yang mengandung protein kontraktil. Jaringan otot
menyusun 40-50% dari berat badan total. Secara umum fungsi jaringan otot ialah
untuk pergerakan, stabilisasi posisi tubuh, mengatur volum organ dan termogenesis;
diperkirakan 85% panas tubuh dihasilkan oleh kontraksi otot. Sifat jaringan otot ialah
eksitabilitas/ iritabilitas, dapat berkontraksi, dapat diregang tanpa merusak
jaringannya pada batas tertentu, dan elastisitas. Berdasarkan ciri-ciri histologik, lokasi
serta kontrol sistem saraf dan endokrin, jaringan otot dikelompokkan atas jaringan
otot rangka, otot jantung, dan otot polos.
Jaringan otot rangka terutama melekat pada tulang dan berfungsi
menggerakkan bagian-bagian skeleton. Jaringan otot ini tergolong otot
bercorak/striated karena pada pengamatan mikroskopik jaringan ini memperlihatkan
adanya garis/pita gelapterang bergantian. Jaringan otot rangka bersifat volunter karena
berkontraksi dan berelaksasi di bawah kontrol kesadaran. Jaringan otot jantung juga
tergolong otot bercorak tetapi kontraksinya tidak di bawah kontrol kesadaran.

2.2 Klasifikasi Jaringan Otot

Berdasarkan morfologi dan fungsi, terdiri dari Otot polos; Otot rangka; Otot jantung.

Jaringan Otot Polos

Kontraksi lambat, tapi tidak dapat berlangsung lama dan tidak di bawah
kontrol kemauan. Dipersarafi oleh susunan saraf otonom. Sel-sel otot dapat bertambah
ukurannya akibat rangsangan fisiologis misalnya dalam rahim selama kehamilan, dan
akibat rangsang patologis misalnya dalam arteriol pada hipertensi.
Otot polos terdiri dari sel-sel otot polos. Sel otot ini bentuknya seperti
gelendongan, dibagian tengan terbesar dan kedua ujungnya meruncing. Otot polos
memilki serat yang arahnya searah panjang sel tersebut miofibril. Serat miofilamen
dan masing-masing mifilamen teridri dari protein otot yaitu aktin dan miosin. Otot
polos bergerak secara teratur, dan tidak cepat lelah. Walaupun tidur otot masih
mampu bekerja. Otot polos terdapat pada alat-alat dinding tubuh dalam, misalnya
pada dinding usus, dinding pembuluh darah, pembuluh limfe, dinding saluran
pencernaan, takea, cabang tenggorok, pada muskulus siliaris mata, otot polos dalam
kulit, saluran kelamin dan saluran ekskresi (Ville,1984)

Struktur Mikroskopis Otot Polos

Tersusun atas sel-sel otot fusiformis (paling lebar di tengah dan meruncing
pada kedua ujungnya), yang tidak memperlihatkan garis-garis lurik. Panjang sel 50-
200 µm, diameter sel 3-10 µm, dengan celah interselular 50-80 µm. Pada potongan
memanjang terlihat sel fusiformis memanjang, berinti tunggal, berwarna biru,
berkromatin padat, terletak di tengah, dengan sitoplasma merah homogen. Pada
potongan melintang terlihat berbagai ukuran diameter sel otot, dan hanya bagian
terbesar saja yang mengandung inti.
Sarkoplasma mengandung serabut-serabut halus kontraktil yang disebut
miofibril yang tersusun sejajar arah serat. Di ujung-ujung inti ada bagian yang jernih
yang disebut ruang perinuklear. Sel-sel terlihat saling berhimpit, bagian yang
meruncing dari sel yang satu terletak berdampingan dengan bagian yang tebal dari sel
yang lain. Serat-serat digabung oleh jaringan elastin, retikulin, dan kolagen.

Gambar 1. Gambaran mikroskopik dan gambaran skematik jaringan otot polos.


Sumber: Mescher AL, 2010.

Jaringan Otot Rangka

Kontraksi kuat, tapi tidak dapat berlangsung lama dan di bawah kontrol
kemauan. Dipersarafi oleh saraf motoris. Mekanisme kontraksi otot rangka
merupakan mekanisme pergeseran filamen. Pada keadaan kontraksi, serat otot
menjadi lebih pendek dan tebal. Jaringan otot rangka ini sering ditemukan pada lidah,
tulang rangka, dan otot wajah.
Sel-sel otot lurik berbentuk silindris atau seperti tabung dan berinti banyak,
letaknya di pinggir, panjangnya 2,5 cm dan diameternya 50 mikron. Sel otot lurik
ujung selnya tidak menunjukkan batas yang jelas dan miofibril tidak homogen
akibatnya tampak serat-serat lintang. Otot lurik dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
otot rangka, otot lurik, dan otot lingkar. Otot-otot rangka mempunyai hubungan
dengan tulang dan berfungsi menggerakkan tulang. Otot ini bila dilihat di bawah
mikroskop, maka tampak susunannya serabut-serabut panjang yang mengandung
banyak inti sel, dan tampak adanya garis-garis terang diselingi gelap yang melintang
(Ville,1984).

Struktur Mikroskopis Otot Rangka

Tersusun atas sel otot/serat yang sangat panjang, silindris, berinti banyak,
berbentuk gepeng, berwarna biru, berkromatin padat, terletak di tepi serat, dengan
sitoplasma merah homogen. Panjang serat 1-4 mm, diameter sel 10-50 µm. Setiap
serat dibatasi sarkolema dan di dalam sarkoplasma terdapat miofibril yang kasar dan
berkelompok yang disebut cohn heimse felderung. Pada potongan memanjang terlihat
pita-pita yang merupakan serat yang berjajar memanjang, berkelompok membentuk
berkas. Pada potongan melintang terlihat serat yang berkelompok membentuk berkas
serat. Serat-serat saling berdesakan sehingga setiap serat tampak berbentuk poligonal.
Serat otot dibungkus oleh jaringan penyambung yang disebut endomisium. Beberapa
serat otot bergabung menjadi satu fasikulus yang dibungkus oleh jaringan
penyambung yang disebut perimisium. Beberapa fasikulus bergabung menjadi satu
muskulus yang dibungkus oleh jaringan penyambung yang disebut epimisium.
Jaringan otot secara makroskopis terlihat sebagai sarung putih. Disekitar otot diliputi
lagi oleh lembaran jaringan penyambung padat kolagen yang disebut fasia.
Setiap miofibril terdiri atas miofilamen tebal (miosin) dan tipis (aktin) yang
tersusun sangat teratur sehingga terbentuk gurat melintang/ pita terang sehingga serat
otot ini disebut juga serat otot bercorak/ lurik. Pita gelap disebut pita A (anisotrop).
Pita terang disebut pita I (isotrop).
Pita I dibelah oleh satu garis gelap, yaitu garis Z. Di tengah pita A terdapat
pita yang lebih terang, yaitu pita H. Pita H dibelah oleh satu garis gelap, yaitu garis
M. Sub unit kecil dari miofibril ini terlihat seperti satu sakromer yang terbentang dari
garis Z ke garis Z.
Gambar 2. Diagramatik gambaran mikroskopik jaringan otot rangka. Sumber:
Mescher A, 2018.

Jaringan Otot Jantung

Kontraksi lambat, bertahan lama, secara ritmis dan otomatis, tidak di bawah
kontrol kemauan. Dipersarafi oleh saraf susunan saraf otonom. Merupakan modifikasi
antara otot polos dan otot rangka. Sebagian serat otot jantung mengalami diferensiasi
dan disebut serat purkinye yang berfungsi menghantarkan rangsang ke dalam jantung.
Terdapat di sub endokardium ventrikel jantung.

Struktur Mikroskopis Otot Jantung

Tersusun atas sel otot/ serat yang berbentuk silindris, yang kemudian
bercabang dan beranastomosis melalui diskus Intercalasis. Panjang sel 75-80 µm,
diameter 15 µm. pada potongan memanjang juga mempunyai gurat melintang terang
gelap di sepanjang berkas berat serat seperti pada oto rangka. Di setiap serat dapat
terlihat lebih dari satu inti yang berbentuk lonjong. Antara ujung serat satu dengan
yang disebelahnya terdapatb duktus interkalaris yang terlihat sebagai garis tipis,
gelap, dan melintas lebar serat. Pada potongan melintang terlihat sel berbentuk bulat/
poligonal dengan satu atau lebih inti yang bulat yang selalu terletak di tengah.
Miofibril terlihat tersebar merata, tetapi pada daerah di sekitar inti tidak terdapat
miofibril, yang disebut ruang perinuklear.
Gambar 3. Gambaran mikroskopik dan gambaran skematik jaringan otot jantung.
Sumber: Mescher AL, 2010.

Histofisiologi jaringan otot

Kontraksi, sehingga terjadi gerakan tubuh.

2.3 Regenerasi jaringan otot

Otot polos mampu beregnerasi secara aktif. Regenerasi dilakukan oleh sel-sel
otot polos yang masih hidup dan mengalami mitosis. Otot rangka memiliki
kemampuan regenerasi yang terbatas karena ini tidak dapat bermitosis. Regenerasi
dilakukan oleh sel satelit yang menjadi aktif dan berproliferasi, yang terletak di dalam
lamina basalis. Sel satelit merupakan mioblats tidak aktif yang menetap setelah
diferensiasi otot. Otot jantung tidak mampu atau sedikit sekali berkemampuan
beregenerasi. Defek pada jaringan otot jantung biasanya digantikan oleh proliferasi
jaringan ikat membentuk luka parut miokardial.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Jaringan otot merupakan jaringan yang mampu melangsungkan kerjamekanik


dengan jalan kontraksi dan relaksasi sel atau serabutnya.satu serat otot adalah satu sel
otot.serat otot memiliki terdiri dari komponen seperti sarkolemma, sarkoplasma, inti,
dan organelnya yang penting yaitu retikulum sarkoplasma, mitokondria, dan miofibril
Jaringan otot terdiri atas tiga bagian yakni:
1. Otot polos
Otot polos adalah otot yang ditemukan dalam organ pencernaan dan pembuluh darah.
2. Otot lurik
Otot lurik adalah otot yang memiliki desain yang efektif untuk pergerakan yang
spontan dan membutuhkan tenaga besar.
3. Otot jantung
Otot yang bekerja khusus untuk memompa darah pada jantung ini adalah jaringan otot
yang sanggup berkontraksi secara terus-menerus tanpa henti.
Referensi

Eroschenko, VP. Atlas Histologi di Fiore. Edisi 12. Jakarta: EGC, 2013.

Junqueira LC, Carneiro J, Kelley RO. Basic Histology. 10th ed. London: The McGraw-Hill
Companies. Inc, 2003.

Mescher A. Junqueira’s Basic Histology: Text and Atlas, 15e. 15th ed. New York: McGraw
Hill, 2018.

Anda mungkin juga menyukai