Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kesehatan mulut merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum dan
kualitas hidup. Kesehatan mulut berarti terbebas kanker tenggorokan, infeksi dan luka
pada mulut, penyakit gusi, kerusakan gigi, kehilangan gigi, dan penyakit lainnya,
sehingga terjadi gangguan yang membatasi dalam menggigit, mengunyah, tersenyum,
berbicara, dan kesejahteraan psikososial (WHO, 2012). Salah satu kesehatan mulut
adalah kesehatan gigi. Kesehatan gigi menjadi hal yang penting, khususnya bagi
perkembangan anak. Karies gigi adalah salah satu gangguan kesehatan gigi. Karies gigi
terbentuk karena ada sisa makanan yang menempel pada gigi, yang pada akhirnya
menyebabkan pengapuran gigi. Dampaknya, gigi menjadi keropos, berlubang, bahkan
patah. Karies gigi membuat anak mengalami kehilangan daya kunyah dan terganggunya
pencernaan, yang mengakibatkan pertumbuhan kurang maksimal (Sinaga, 2013). Karies
gigi merupakan suatu penyakit mengenai jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin dan
sementum, berupa daerah yang membusuk pada gigi, terjadi akibat proses secara
bertahap melarutkan mineral permukaan gigi dan terus berkembang kebagian dalam gigi.
(Kumala, 2006).​12

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa saja macam-macam karies pada anak dan perawatannya?
1.2.2 Bagaimana urutan karies pada periode gigi sulung dan bercampur?
1.2.3 Apa yang dimaksud dengan progresifitas karies?

1.3 Tujuan
1.3.1 Dapat memahami macam-macam karies pada anak dan perawatannya.
1.3.2 Dapat memahami urutan karies pada periode gigi sulung dan bercampur.
1.2.3 Dapat memahami mengenai progresifitas karies.
BAB II

Karies gigi merupakan penyakit multifactorial dan salah satu penyakit gigi yang paling
banyak dijumpai. Penyakit ini terjadi karena demineralisasi jaringan permukaan gigi oleh asam
organis yang berasal dari makanan yang mengandung gula. Hal-hal yang mendukung terjadinya
karies gigi: Gigi yang peka, yaitu gigi yang mengandung sedikit flour atau memiliki lubang,
lekukan maupun alur yang menahan plak; Bakteri, mulut mengandung sejumlah besar bakteri,
tetapi hanya bakteri jenis tertentu yang menyebabkan pembusukan gigi.​1,2

Proses karies yang melalui emal-dentin dapat menyebabkan perubahan warna putih lokal
(karies akutan) atau coklat sampai hitam. Perubahan warna ini kadangkadang menyebabkan
sukarnya medeteksi karies gigi. Untuk memudahkan mendeteksi penyakit karies gigi, maka telah
dilakukan pengelompokkan atau klasifikasi oleh G.V. Black berdasarkan lokasi, tingkat laju
perkembangan, dan jaringan keras yang terkena.​1

2.1. Klasifikasi Karies pada Anak dan Perawatannya


2.1.1. White Spot
Lesi karies dini atau yang disebut dengan ​white spot adalah adanya kehilangan
sebagian besar mineral dibawah permukaan enamel yang utuh disebut dengan ​incipient
caries​. Secara klinis, lesi karies dini pada enamel pada awalnya terlihat bewarna putih
opak dan lebih lunak dibandingkan permukaan enamel sehat, dan bewarna putih apabila
dikeringkan. Pada lesi karies dini adanya kehilangan translusensi karena terjadinya
porositas permukaan yang disebabkan oleh demineralisasi. Perawatan harus dilakukan
untuk mencegah ​white spot yang merupakan lesi dini karies menjadi berkembang. ​White
spot akan menghilang apabila permukaan gigi dalam keadaan terhidrasi (basah), tidak
menimbulkan masalah klinis kecuali menganggu secara estetis. Tekstur permukaan ​white
spot tidak berubah dan tidak teraba apabila diperiksa dengan ​explorer (sonde). Pada ​white
spot lanjutan, tekstur permukaannya akan lebih lembut dibandingkan dengan permukaan
enamel normal, dapat diraba oleh ​explorer (sonde) yang merupakan tanda karies aktif dan
membutuhkan adanya tindakan lanjut berupa penambalan (restorasi).​10
Menurut penelitian, ​white spot pada enamel dapat terjadi remineralisasi.
Remineralisasi merupakan kebalikan dari demineralisasi dimana penempatan
garam-garam mineral kembali ke enamel gigi. Remineralisasi dapat terjadi dengan jika
pH saliva kembali normal dan terbentuk kristal hidroksiapatit dan menutupi daerah yang
terdemineralisasi. Untuk remineralisasi penuh ini dibutuhkan waktu beberapa jam.
Demineralisasi terjadi karena adanya akumulasi plak apabila memiliki kesehatan mulut
yang buruk. Selanjutnya plak mengeluarkan produk asam dari bakteri yaitu ​streptococcus
mutans dan ​lactobacillus sehingga terjadi demineralisasi enamel dan terbentuknya ​white
spot.​ ​White spot adalah tanda awal karies yang dapat dideteksi dengan mata telanjang
yang didefinisikan sebagai porositas ​subsurface enamel, bewarna ​chalky-white yang
terletak pada permukaan halus gigi. Munculnya ​white spot karena beberapa faktor, yaitu
plak bakteri, lingkungan, permukaan gigi yang rentan dan waktu yang cukup.​10
Lajunya proses demineralisasi dan kemungkinan adanya remineralisasi sangat
dipengaruhi oleh saliva, yaitu pH, laju aliran dan kapasitas buffer saliva. Saliva juga
bertindak dalam menyalurkan fluoride ke enamel. Permukaan gigi yang paling sering
terpapar karbohidrat dan paling sedikit terpapar saliva adalah yang paling beresiko
terjadinya demineralisasi gigi yaitu pada gigi anterior atas.​10,11
Secara tradisional, dokter gigi mengandalkan prosedur visual-tactileradiografi
untuk mendeteksi karies gigi. Prosedur ini melibatkan identifikasi visual area demineral
(biasanya bintik putih/​white spot​) mendeteksi adanya lubang atau celah dan penggunaan
explorer gigi untuk menentukan adanya kehilangan kontinuitas dan untuk menilai
ketahanan dari email. Lesi karies terletak pada gigi interproksimal permukaan umumnya
telah terdeteksi dengan menggunakan radiografi bitewing. Prosedur ini telah digunakan
secara rutin di hampir setiap kantor gigi di Amerika Serikat selama 50 tahun terakhir.​11

Pembalikan proses karies tergantung pada kondisi utuh lapisan permukaan lesi.
Penggunaan gigi secara rutin menyelidiki email tidak lagi direkomendasikan. Lesi karies
terdeteksi secara visual berdasarkan pada lokasi (mineralisasi hanya dapat terjadi di
daerah di mana plak gigi dapat menumpuk secara teratur) dan adanya kekeruhan enamel
dengan atau tanpa pewarnaan. Itu keadaan aktivitas ditentukan oleh penampilan visual
opacity, warna area (adanya warna putih atau noda cokelat). Sekali lagi satu-satunya
penggunaan explorer gigi sebagai probe adalah untuk menghilangkan plak atau kotoran
dari permukaan gigi.​11
Sementara prosedur pemeriksaan visual untuk mendeteksi karies gigi secara klinis
ini mempertahankan integritas permukaan enamel di atas area demineralisasi dan
kemungkinan untuk remineralisasi area, masih ada beberapa batasan praktis untuk
prosedur deteksi karies ini. Proses deteksi membutuhkan deteksi visual daerah demineral
sebagai bintik-bintik putih atau ​white spot.​ Pertama, merupakan daerah yang relatif kecil,
dan permukaan gigi harus dikeringkan dengan hati-hati selama pemeriksaan visual. Pada
saat daerah-daerah ini dapat dideteksi secara visual sebagai bintik-bintik putih atau white
spot, demineralisasi akan berkembang setidaknya satu sepertiga bagian terluar email.
Mineralisasi sebesar ini membutuhkan periode waktu yang lebih lama dan jumlah
perawatan yang lebih banyak untuk remineralisasi sepenuhnya. Perawatan white spots

dengan menciptakan OH yang baik dan 11

Gambar 2.1​ Kondisi Klinis seseorang yang terdapat white spots.​10

2.1.2. ​Early Childhood Caries (EEC)

Early Childhood Caries (​ ECC) adalah istilah yang digunakan untuk


menggambarkan karies gigi yang ada pada gigi sulung anak-anak. Istilah-istilah seperti
‘​nursing bottle mouth​, ​'bottle mouth caries',​ atau ‘​nursing caries’ digunakan untuk
menggambarkan pola karies gigi tertentu di mana gigi seri primer atas dan molar primer
pertama atas biasanya paling terpengaruh. Beberapa anak hadir dengan karies yang luas
yang tidak mengikuti pola ‘​nursing caries'​ . Anak-anak tersebut sering memiliki banyak
gigi karies dan mungkin sedikit lebih tua (usia 3 atau 4 tahun) pada presentasi awal.
Presentasi ini kadang-kadang disebut 'karies rampan'. Namun, tidak ada perbedaan yang
jelas antara karies rampan dan ​nursing caries,​ dan istilah ‘​early childhood caries'​ secara
luas diakui sebagai istilah yang mencakup semua yang sesuai.​4

​ CC muncul sebagai nursing caries pada anak usia 2 tahun.4​


Gambar 2.1 E

a. Nursing Caries
Pola ECC yang paling umum muncul sering disebut '​nursing caries’​, di mana gigi
primer anterior atas adalah karies tetapi gigi anterior bawah biasanya dihindarkan. Dalam
banyak kasus, ECC terkait dengan konsumsi minuman yang mengandung gula dari botol
(memiliki reservoir kecil yang dapat diisi dengan minuman). Minuman berbasis buah
paling sering dikaitkan dengan ​nursing caries​. Bahkan banyak dari mereka yang
mengaku memiliki 'gula rendah' atau 'tanpa gula tambahan' tampaknya mampu
menyebabkan karies. Penyisihan gigi seri bawah yang terlihat pada ​nursing caries
diperkirakan akibat dari melindungi gigi seri bawah oleh lidah selama menyusui,
sementara pada saat yang sama gigi-gigi ini dikelilingi air liur dari saluran sublingual dan
submandibular. Gigi seri atas, di sisi lain, dikelilingi cairan dari botol / pengumpan.​4
​ otol dengan reservoir kecil yang dapat diisi untuk diminum.4​
Gambar 2.2 B

Frekuensi konsumsi adalah faktor utama. Anak-anak yang terkena sering


memiliki sejarah membawa botol ke tempat tidur sebagai penghibur, atau menggunakan
botol sebagai penghibur konstan di siang hari. Penelitian telah menunjukkan bahwa
anak-anak yang cenderung tertidur dengan botol di mulutnya kemungkinan besar
mengalami ECC, dan ini mungkin merupakan cerminan dari penurunan dramatis dalam
aliran saliva yang terjadi ketika seorang anak tertidur. Namun, hubungan antara
kebiasaan botol dan ECC tidak absolut, dan penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor
lain, seperti cacat enamel linier, malnutrisi, dan defek enamel hipomaturasi pada molar
primer kedua, mungkin memainkan peran penting dalam etiologi kondisi ini di beberapa
anak.​4

b. Karies Rampan
Karies rampan adalah lesi karies yang terjadi cepat, menyebar secara luas dan
menyeluruh sehingga cepat mengenai pulpa. Karies rampan sering ditemukan pada anak
usia dibawah 5 tahun dengan penyebaran tertinggi pada anak usia 3 tahun. Karies ini
mengenai beberapa gigi, termasuk gigi yang biasanya bebas karies yaitu gigi anterior
bawah, dan banyak dijumpai pada gigi sulung anak karena mengkonsumsi makanan dan
minuman kariogenik atau pada anak balita yang sering makanan kariogenik di antara
makanan utamanya. Karies rampan juga merupakan lesi akut yang meliputi sebagian atau
semua gigi yang telah erupsi, menghancurkan jaringan mahkota gigi dengan cepat
termasuk permukaan yang biasanya imun terhadap karies, serta mengakibatkan
terkenanya pulpa.​8
Karies rampan yang spesifik ialah ​baby bottle caries.​ Terdapat pada anak - anak
yang berhubungan dengan riwayat masa bayi, misalnya tertidur dengan botol susu masih
di dalam rongga mulut yang berisi sirup atau jus (mengandung gula), pemberian air susu
ibu dengan periode lama, atau memakai dot kosong yang dicelupkan dalam madu, sirup,
atau gula. Frekuensi makanan karbohidrat yang tinggi pada anak dengan kebiasaan tidur
minum susu botol merupakan penyebab utama dari penularan bakteri kariogenik​.8​
Terdapat berbagai faktor penyebab karies rampan, tetapi faktor utama ialah sering
mengonsumsi makanan dan minuman kariogenik dengan kandungan sukrosa sangat
tinggi. Sukrosa dapat diragikan oleh bakteri tertentu dan membentuk asam sehingga pH
plak akan menurun sampai di bawah 5 dalam tempo 1-3 menit. Penurunan pH yang
berulang-ulang dalam waktu tertentu akan mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi
yang rentan dan proses karies rampan dimulai. Karies merupakan suatu penyakit
multifaktorial karena mencakup empat faktor yang memengaruhi, yaitu: faktor gigi,
mikroorganisme (bakteri), substrat, dan waktu.​7
Umumnya karies rampan terjadi karena dipengaruhi oleh keempat faktor
penyebab karies yang utama, namun terdapat juga beberapa faktor penunjang karies
rampan, yaitu: kebersihan mulut,faktor psikologis, faktor sistemik, dan faktor herediter.
Kavitas karies berwarna putih sampai kekuningan, jaringan karies lunak, serta sering
menimbulkan masalah dan yang tersering menimbulkan rasa sakit atau bahkan dapat
terjadi pembengkakan. Anak yang mengalami karies rampan sering mengalami kesulitan
untuk makan karena bila mengunyah anak merasa sakit atau linu, anak sering mengemut
makanannya untuk menghindari terjadinya rasa sakit bila mengunyah, kesulitan makan
dapat menyebabkan asupan nutrisi yang kurang. Adanya kavitas akibatnya terjadinya
karies merupakan tempat tumbuh suburnya bakteri. Berbagai macam bakteri akan
berkumpul sehingga merupakan fokus infeksi untuk bagian tubuh lainya. Selain itu,
akibat karies rampan mulut ber bau tidak enak karena adanya plak dan debris makanan
yang ditumbuhi bakteri. Selain menimbulkan bau karies ini mempengaruhi dari segi
estetika. Karies ini pada umumnya sering mengenai gigi depan tentu saja hal ini dapat
menimbulkan kesan kotor serta kerapihan yang kurang baik, juga dapat menyebabkan
anak kurang percaya diri.​7,8
Prevalensi karies di setiap negara berbeda, seperti pada karies anak usia 4-5 tahun
di Sudan sebesar 33-58%, di Kenya usia 5 tahun 50% , di Israel usia 5 tahun 72,30%, dan
pravalensi karies di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat.​8

Gambar 2.3​ K
​ aries rampan pada seorang gadis berusia 13 tahun, hanya hadir karena gigi seri
telah patah.4​

Gambar 2.4​ Karies rampan pada anak (early childhood caries).​4

c. Perawatan ECC

Standar perawatan saat ini untuk pengobatan ECC biasanya memerlukan anestesi
umum, dengan semua kemungkinan komplikasinya, karena tingkat perilaku kooperatif
bayi dan anak-anak prasekolah kurang dari ideal. Perawatan ECC biasanya terbatas pada
operasi pengangkatan atau pemulihan gigi karies ditambah dengan rekomendasi
mengenai kebiasaan makan. Kedokteran gigi restoratif memiliki sedikit atau tidak ada
dampak jangka panjang pada populasi ​S. mutans oral dan, seperti dibahas di bawah pada
bagian Pencegahan, rekomendasi mengenai perilaku makan memiliki dampak minimal.
Tidak mengherankan, hasil klinis untuk pengobatan ECC buruk. Sheehy dan lainnya,
menggunakan survei telepon, menemukan bahwa 23% anak-anak yang dirawat karena
ECC dengan anestesi umum memerlukan restorasi atau ekstraksi setelah operasi gigi
awal. Dalam penelitian lain, 60 52% dari kelompok yang dirawat dengan anestesi umum
mengalami lesi email permukaan baru dalam 4-6 bulan setelah operasi gigi. Eidelman
dkk., menggunakan review grafik retrospektif, melaporkan bahwa 57% dari kelompok
penelitian yang telah dirawat dengan anestesi umum memerlukan perawatan untuk lesi
karies baru dalam 6-24 bulan setelah operasi gigi awal. Dalam studi retrospektif lain dari
42 anak-anak dengan ECC yang dirawat dengan anestesi umum di Rumah Sakit dan
Pusat Rehabilitasi Anak-Anak Franciscan di Boston, 45% telah mengalami kekambuhan
pada akhir 12 bulan setelah operasi gigi. Mengingat morbiditas dan biaya yang terkait
dengan pengobatan kekambuhan (mis., Anestesi umum, sedasi, pengekangan fisik),
standar perawatan ECC saat ini, yang melibatkan perawatan dengan anestesi umum,
menghasilkan hasil klinis yang tidak dapat diterima. Strategi pengobatan baru (mis.,
Kemoterapi, perilaku) harus dikembangkan untuk mengatasi faktor-faktor penyebab yang
terkait dengan kekambuhan jika perbaikan hasil klinis ingin direalisasikan.​6

d. Perawatan Karies Rampan

Jenis perawatan yang dilakukan untuk pasien dengan karies rampan tergantung
pada motivasi pasien dan orang tua terhadap perawatan gigi, serta dilihat dari tingkat
kerusakan, dan usia serta kerja sama anak. Awal pengobatan, termasuk restorasi
sementara, penilaian diet, oral instruksi kebersihan, dan perawatan fluoride di rumah dan
profesional, harus dilakukan sebelum program restoratif komprehensif dimulai.
Penggunaan skor plak serial adalah cara yang baik untuk memantau kepatuhan orang tua
atau anak terhadap rencana pencegahan yang dibuat. Namun, pengobatan segera
diindikasikan pada pasien yang datang dengan tanda dan gejala akut dan parah karies
kotor, nyeri, abses, sinus, atau pembengkakan wajah. Ini mungkin melibatkan ekstraksi
pada tahap sebelumnya dari pengobatan yang telah diantisipasi. Karies rampan
terkendali, restoratif komprehensif perawatan dapat dilakukan. Ini harus bertujuan untuk
mempertahankan yang utama pertumbuhan gigi dan untuk membebaskan anak dari rasa
sakit dan termotivasi untuk mengakses perawatan mulut untuk masa remaja dan dewasa.​4

Tindakan yang dilakukan pada kunjungan pertama ialah menghilangkan rasa


nyeri yang dapat dilakukan penumpatan sementara dengan obat-obatan yang diberikan
pada kavitas. Pemberian obat dapat dilakukan secara lokal maupun oral. Pemberian obat
secara lokal dilakukan langsung dengan zinc oxide eugenol, sedangkan pemberian secara
oral yaitu obat-obatan sedativa dan analgesik. Obat ini diberikan terutama pada nyeri
yang telah lanjut, dan bermanfaat untuk mencegah pertumbuhan bakteri penyebab karies.
Bila rasa nyeri telah hilang, maka perawatan dapat dilanjutkan.​7

Dalam pengendalian karies, perawatan karies rampan harus dilakukan secara


sistematis dan komprehensif serta sesuai dengan prinsip pencegahan dan perawatan
secara menyeluruh. Hal selanjutnya yang dilakukan dalam perawatan ialah mengurangi
aktivitas bakteri untuk menhentikan karies, dan mencegah penjalaran yang cepat ke arah
pulpa untuk mengurangi perkembangbiakan bakteri serta adanya bau mulut. Juga perlu
dilakukan oral profilaksis dengan cara menyikat gigi secara benar dan teratur. Dalam
melakukan perawatan perlu di perhatikan penanggulangan tingkah laku anak yang
memang memerlukan keahlian tersendiri. Pada prinsipnya penanggulangan tingkah laku
dapat dilakukan dengan melakukan pendekatan yang bersahabat sehingga tidak terkesan
bahwa dokter gigi itu akan menyakiti. Dalam melakukan perawatan khusus pada
penderita karies rampan yang umumnya masih sangat muda, harus dihindarkan kesan
nyeri. Bila melakukan perawatan pilih pertama yang tidak menyakitkan atau bahkan yang
dapat menyenangkan hati anak. Selain itu pula perlu dipersiapkan teknik atau cara untuk
meningkatkan motivasi anak selama perawatan.​7

2.1.3. Karies Terhenti (​Arrested Carries)


Karies terhenti jika kemampuan remineralisasi cukup kuat untuk menanggulangi
proses remirelalisasi. ​Arrested Caries atau karies terhenti termasuk lesi karies yang tidak
berkembang. Karies jenis ini bisa disebabkan karena perubahan dari lingkungan oral.
Karies tipe ini relative jarang ditemukan karena tidak memiliki kecenderungan untuk
berkembang. Karies ini terjadi pada gigi sulung maupun gigi permanen. Arrested caries
didapatkan pada permukaan oklusal dan proksimal yang ditandai oleh rongga terbuka
yang besar (Chandra, 2008).
Arrested caries area pembusukan yang telah berhenti berkembang dan tidak aktif,
menurut artikel JADA. Pembusukan ini biasanya terbatas pada area gigi dimana plak
belum terbentuk. Bintik-bintik ini terlihat berbeda dari sisa gigi, sering berwarna coklat
atau kadang-kadang lebih putih dari daerah sekitarnya (dikenal sebagai lesi ​white spot)​ .
Daerah yang terkena biasanya juga mengkilap. Sementara pembusukan aktif tampaknya
memiliki bayangan abu-abu gelap, pembusukan yang ditangkap tidak karena pembusukan
belum mencapai dentin di bawah enamel. Dokter gigi biasanya mendiagnosis jenis
kerusakan gigi ini dengan sentuhan dan evaluasi visual. Seperti yang dijelaskan dalam
artikel JADA, rongga yang ditahan terasa halus dan sulit untuk disentuh, tidak seperti
rongga yang berkembang, yang memiliki perasaan lengket atau lunak.
Perawatan ​arrested caries,​ jika rongga tidak lagi berkembang tidak perlu mengisi.
Arrested caries biasanya tidak memerlukan perawatan bedah, kecuali jika mereka
menimbulkan masalah untuk fungsi gigi, seperti yang dijelaskan dalam artikel di
Quintessence International. Jika area pembusukan tampak gelap dan membuat estetika
kurang baik, seperti jika muncul di bagian depan mulut, maka dapat mempertimbangkan
perawatan estetik seperti pemutihan. Jika memiliki rongga tidak aktif akan di
rekomendasikan opsi terbaik untuk perawatannya.

2.2. Urutan Karies pada Periode Gigi Sulung dan Bercampur


Predisposisi karies gigi pada anak ini lebih kepada kondisi gigi sendiri yang
secara alami mudah terjadi karies seperti konfigurasi anatomis yaitu pit, fisur yang dalam,
bentuk anatomis gigi yang mempunyai sifat ​self cleansing yaitu embrasur dan sepertiga
servikal, posisi gigi pada lengkung gigi, hubungannya terhadap kelenjar ludah, mudah
tidaknya dibersihkan dengan sikat gigi, kebiasaan mengunyah yang salah. Sisi yang tidak
berfungsi akan cepat mengendapkan sisa-sisa makanan dan gigi yang terhambat
pertumbuhannya, misal impacted.³
Bentuk anatomis gigi sulung dan letaknya pada lengkung gigi menentukan
kerentanannya terhadap serangan karies. Gigi molar jauh lebih rentan terhadap karies
dibandingkan gigi lain. Hasil penelitian menunjukkan gigi molar satu tetap merupakan
gigi yang mudah terserang karies dengan presentase 66 – 88 % diantara semua gigi pada
anak-anak.³
Urutan gigi-gigi yang mudah terserang karies yaitu untuk gigi sulung adalah
incisivus atas, molar bawah, caninus atas, molar atas, caninus bawah dan incisivus
bawah. Sedangkan untuk gigi tetap urutannya dimulai dari molar bawah, molar atas,
premolar atas.³
Gigi insisivus atas sulung mudah terkena karies, karena enamel di permukaan
lebih tipis dan kurang padat dibandingkan permukaan oklusal gigi molar susu. Di
samping itu gigi insisivus erupsi paling awal sehingga paling lama berkontak dengan ASI
(Air Susu Ibu) atau PASI (Pengganti ASI) Gigi depan bawah (sulung atau tetap) biasanya
imun terhadap karies, karena adanya muara saliva sehingga self cleansing lebih baik.
Keadaan gigi akan disebut parah bila karies telah menyerang gigi depan. Urutan
permukaan gigi yang diserang karies antara lain adalah pit, fisur (oklusal, bukal dan
palatal), kontak proksimal, dan servikal. Perbandingan karies pit dan fisur terhadap karies
proksimal dan servikal 8 : 4 : 1.​5
Pada usia 1 tahun beberapa anak telah mengalami lesi karies dan pada usia 3 tahun
sekitar 30% memiliki karies (termasuk lesi karies yang tidak berkavitasi). Tanda pertama
karies gigi pada bayi dengan ECC adalah penampakan daerah demineralisasi putih pada
bagian serviks dari permukaan bukal gigi anterior rahang atas, sedangkan gigi insisivus
rahang bawah biasanya tetap tidak terpengaruh. Permukaan yang paling sering terkena
pada anak-anak di atas usia pra-sekolah (3,5 tahun) adalah permukaan oklusal dari molar
primer kedua. Ini sesuai dengan André Kramer et al. yang menyimpulkan bahwa molar
primer kedua membawa beban terbesar penyakit karies, dalam hal lesi karies awal dan
nyata pada usia 3 tahun. Pada usia 5 tahun, permukaan oklusal dari molar primer kedua
masih paling terpengaruh, tetapi pada usia ini diikuti oleh permukaan perkiraan antara
molar primer. Lesi perkiraan molar mendominasi peningkatan gigi sulung primer.⁹

2.3. Progresifitas Karies


Perkembangan karies gigi pada anak begitu cepat karena gigi susu (gigi pertama

yang tumbuh pada anak) cenderung memiliki lapisan email dan dentin yang lebih tipis​.

Perkembangan karies biasanya digambarkan sebagai karies enamel yang berkembang


sampai ke ​amelodentine junction di mana enamel rusak dan mulai terbentuk kavitas.
Namun, sekarang telah dipahami bahwa prosesnya tidak sesederhana itu dan kavitas
dapat terjadi pada tahap yang lebih awal (kavitas pada enamel), dan lebih sering pada
tahap selanjutnya ketika karies telah berkembang sampai terbentuk kavitas pada dentin.
Kemampuan lesi karies awal ('lesi karies pra-kavitasi') untuk remineralisasi sekarang
dipahami dengan baik. Periode demineralisasi diselingi dengan periode remineralisasi,
dan hasilnya karies dapat terhenti atau menjadi makin parah, keduanya merupakan hasil
dari dorongan satu arah antara remineralisasi dan demineralisasi pada keseimbangan
dinamis ini. Semakin pendek durasi gigi yang terdapat plak terekspos asam dan semakin
lama durasi remineralisasi, maka semakin besar peluang lesi karies untuk melakukan ​self
healing.​ Penyembuhan yang sempurna dari lesi karies hanya dapat terjadi jika lapisan
permukaan gigi belum rusak, dan inilah mengapa tahap 'pra-kavitasi' pada proses karies
gigi sangat relevan dengan tindakan preventif pada kedokteran gigi. Sekali permukaan
telah pecah atau rusak dan kavitas telah terbentuk, biasanya diperlukan tindakan untuk
mengembalikan permukaan gigi dengan tambalan. Proses karies pada enamel atau dentin
dipengaruhi oleh biofilm (plak) pada permukaan, dan karena itu dimungkinkan untuk
menghentikan karies dengan cara menghilangkan plak secara efektif bahkan setelah
kavitasi terjadi. Namun, jaringan yang telah hilang tidak bisa diganti.​4

Perkembangan dan morfologi lesi karies bervariasi, tergantung pada tempat asal
dan kondisi di mulut (lihat Gambar. 5, 6, dan 7).​2
Gambar 2.5 A,​ Karies mungkin berasal dari banyak tempat yang berbeda: lubang dan lubang
(a), permukaan mahkota yang halus (b), dan permukaan akar (c). Lesi permukaan proksimal
mahkota tidak diilustrasikan di sini karena merupakan kasus khusus lesi permukaan halus.
Histopatologi dan kemajuan lesi wajah (atau lingual) dan proksimal adalah identik. Garis
bertitik menunjukkan potongan yang digunakan untuk mengungkapkan penampang melintang
yang diilustrasikan dalam B dan C. ​B,​ Pada penampang, ketiga jenis lesi menunjukkan tingkat
perkembangan dan morfologi yang berbeda. Lesi yang diilustrasikan di sini dimaksudkan untuk
mewakili setiap jenis. Tidak ada hubungan khusus antara tiga lesi yang tersirat. Lesi
pit-dan-fureure memiliki situs asal kecil yang terlihat pada permukaan oklusal, tetapi memiliki
basis yang luas. Bentuk keseluruhan lesi pit-and-sure adalah V. terbalik. Sebaliknya, lesi
permukaan halus berbentuk V dengan daerah asal yang luas dan puncak V diarahkan ke pulpa
(p). Karies akar dimulai langsung pada dentin. Lesi permukaan yang kasar dapat berkembang
​ ​, lesi karies lanjut
dengan cepat karena dentin kurang tahan terhadap serangan karies. C
menghasilkan perubahan histologis yang cukup besar dalam email, dentin, dan pulpa. Invasi
bakteri pada lesi menghasilkan demineralisasi dan proteolisis dentin yang luas. Secara klinis,
dentin nekrotik ini tampak lunak, basah, dan lembek. Lebih dalam dari pulp, dentin mengalami
demineralisasi, tetapi tidak diserang oleh bakteri, dan secara struktural utuh. Jaringan ini
tampaknya kering dan memiliki tekstur yang kasar. Dua jenis respons pulp-dentin diilustrasikan.
Di bawah lesi pit-dan-fureure dan lesi permukaan halus, odontoblas telah mati, meninggalkan
tubulus kosong yang disebut saluran mati (dt). Odontoblas baru telah dibedakan dari sel
mesenkim pulpa. Odontoblas baru ini telah menghasilkan dentin reparatif (rd), yang menutup
saluran mati. Jenis lain dari reaksi pulpa-dentin adalah sclerosis (s) —termasuknya tubulus oleh
dentin peritubular. Ini diilustrasikan di bawah lesi karies akar.​2
Gambar 2.6 Perkembangan karies dalam lubang dan ukuran.​ A
​ ,​ Lesi awal berkembang di
dinding lateral furea. Demineralisasi mengikuti arah batang enamel, menyebar ke samping saat
​ ,​ segera setelah lesi email awal terjadi, reaksi dapat dilihat pada dentin dan
mendekati DEJ. B
pulpa. Pemeriksaan lesi yang kuat pada tahap ini dapat menyebabkan kerusakan pada email
yang berpori yang melemah dan mempercepat perkembangan lesi. Deteksi klinis pada tahap ini
harus didasarkan pada pengamatan perubahan warna dan oprasiasi dari enamel yang
berdekatan dengan suresure. Perubahan-perubahan ini dapat diamati dengan membersihkan
​ ​, kavitasi awal dinding yang berseberangan dengan
dan mengeringkan furea dengan hati-hati. C
 sure tidak dapat dilihat pada permukaan oklusal. Pembelahan dapat dilihat yang mirip dengan
tahap sebelumnya. Remineralisasi enamel karena sejumlah kecil fluoride dalam saliva dapat
membuat progresi lesi pit dan fureure lebih sulit untuk dideteksi. ​D,​ Kavitasi yang luas pada
dentin dan melemahkan enamel penutup membuat permukaan oklusal menjadi gelap.2​

Gambar 2.7 Bagian longitudinal (lihat inset untuk A) menunjukkan inisiasi dan
perkembangan karies pada permukaan interproksimal.​ A
​ ​, Demineralisasi awal (ditunjukkan
oleh naungan dalam enamel) pada permukaan proksimal tidak dapat dideteksi secara klinis atau
radiografis. Semua permukaan proksimal didemineralisasi sampai taraf tertentu, tetapi sebagian
besar didemineralisasi dan menjadi kebal terhadap serangan lebih lanjut. Kehadiran sejumlah
kecil fluoride dalam air liur benar-benar memastikan bahwa remineralisasi dan kekebalan
terhadap serangan lebih lanjut akan terjadi. ​B​, Ketika karies proksimal pertama kali terdeteksi
radiografi, permukaan enamel kemungkinan masih utuh. Permukaan yang utuh sangat penting
untuk keberhasilan remineralisasi dan penangkapan lesi. Demineralisasi dentin (ditunjukkan
oleh naungan pada dentin) terjadi sebelum kavitasi permukaan enamel. Perawatan yang
dirancang untuk mempromosikan remineralisasi dapat efektif hingga tahap ini. ​C​, Kavitasi
permukaan enamel adalah peristiwa penting dalam proses karies di permukaan proksimal.
Kavitasi adalah proses yang ireversibel dan membutuhkan perawatan restoratif dan koreksi
permukaan gigi yang rusak. Kavitasi hanya dapat didiagnosis dengan pengamatan klinis.
Penggunaan explorer yang tajam untuk mendeteksi kavitasi merupakan masalah karena
kekuatan yang berlebihan dalam aplikasi ujung explorer selama inspeksi permukaan proksimal
dapat merusak email yang melemah dan mempercepat proses karies dengan menciptakan
kavitasi. Pemisahan gigi dapat digunakan untuk memberikan inspeksi visual yang lebih langsung
dari permukaan yang dicurigai. Penerangan serat optik dan penyerapan zat warna juga
​ ​, Lesi yang
menjanjikan prosedur evaluasi baru, tetapi tidak ada yang khusus untuk kavitasi. D
mengalami kavitasi lanjut membutuhkan intervensi restoratif yang cepat untuk mencegah
penyakit pulpa, membatasi kehilangan struktur gigi, dan menghilangkan nidus infeksi organisme
odontopatik.​2

Waktu untuk perkembangan dari karies baru jadi ke karies klinis (kavitasi) pada
permukaan halus diperkirakan 18 bulan ± 6 bulan. Tingkat puncak untuk kejadian lesi
baru terjadi 3 tahun setelah erupsi gigi. Lesi pit-andsure oklusal berkembang dalam
waktu kurang dari karies permukaan halus. Kebersihan mulut yang buruk dan sering
terpapar makanan yang mengandung sukrosa atau asam dapat menghasilkan lesi baru
(white spot) (bukti klinis pertama demineralisasi) dalam 3 minggu. Xerostomia yang
diinduksi radiasi (mulut kering) dapat menyebabkan perkembangan karies klinis dalam 3
bulan sejak awal radiasi. Perkembangan karies pada orang sehat biasanya lambat
dibandingkan dengan tingkat kemungkinan pada orang yang dikompromikan.​2
BAB III
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
Dalam menyusun makalah ini kami menyadari masih banyak kesalahan dan kekurangan
baik dari segi materi maupun tata cara penulisan dalam makalah. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun terhadap kami agar dapat lebih baik dalam
mengerjakan makalah. Dan kami berharap bahwa makalah yang kami buat dapat diterima bagi
pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

1. Meisida N, Soesanto O, Chandra HK​. Jurna; K-Means untuk Klasifikasi Penyakit Karies
Gigi​.​ ​Kumpulan Jurnal Ilmu Komputer. 2014: 01 (01). 13
2. Studevant CM. ​The Art and Science of Operative Dentistry.​ 3​rd ed. Mosby, St. Louis,
1995: 92.
3. Millet D, Welbury R : ​Clinical problem solving in orthodontics and paediatric dentistry​,
Sydney-Toronto, 2005.
4. Welbury RR. ​Pediatric Dentistry. 2​ nd​
​ ed. Oxford, New York. 2001: 117- 119,160, 152
5. Cameron AC, Widmer RP : Handbook of pediatric dentistry, 2nd edition, Mosby
Company, Sidney-Toronto, 2007
6. Berkowitz R. ​Causes, Treatment, and Prevention of Early Childhood Caries: A
Microbiologic Perpective.​ ​Journal of the Canadian Dental Association. 2​ 003: 65 (5)
7. Mariyanti RW. ​Pencegahan dan Perawatan Karies Rampan.. Jurnal Biomedik (JBM).​
2015: 7 (1). 23-28
8. Sutadi H. Penanggulangan Karies Rampan Serta Keluhannya Pada Anak​. Jurnal
Kedokteran Gigi Universitas Indonesia 2002; 9 (1)
9. Koch G, Poulsen S, Espelid I, Haubek D. Pediatric Dentistry A Clinical Approach.​ 3​rd ed.
West Sussex, UK: John Wiley & Sons, Ltd; 2017: 104-107.
10. Muryani A. ​Penatalaksanaan White Spot Lesion Setelah Perawatan Ortodontik Dengan
​ epartemen Konservasi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Teknik Resin Infiltration. D
Padjajaran​. 2019; 31(1): 15-21​.
11. Mc Donald 162-163
12. Widayati N. ​Faktor Yang Berhubungan Dengan Karies Gigi Pada Anak Usia 4-6 Tahun.
Jurnal Berkala Epidemiologi. 2014: 2 (2). 196–205

Anda mungkin juga menyukai