Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam tubuh makhluk hidup terdapat berbagai macam sistem yang
membantu mekanisme kerja tubuh pada makhluk hidup. Semua sistem
dalam tubuh saling berkoordinasi untuk menjaga keseimbangan tubuh
makhluk hidup. Namun masing-masing makhluk hidup memiliki
mekanisme sistem yang berbeda-beda. Pada setiap kelas hewan vertebrata
memiliki mekanisme sistem yang berbeda antara satu kelas dengan kelas
lainnya. Hal tersebut merupakan keberagaman yang dimiliki oleh makhluk
hidup di dunia.
Salah satu sistemnya yaitu sistem integumen. Sistem integumen
berasal dari bahasa latin yaitu “integumentum” yang berarti penutup. Sistem
integumen merupakan sistem organ yang memisahakan, membedakan,
melindungi, serta menginformasikan hewan terhadap lingkungan
sekitarnya. Sistem integumen termasuk sistem organ terbesar yang
mencangkup kulit, rambut, kuku, kelenjar keringat dan produknya (keringat
atau lendir).
Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar yang
menutupi dan melindungi permukaan tubuh. Kulit merupakan organ tubuh
yang paling luar yang membatasinya dengan dunia luar. Organ yang sangat
essensial, vital, serta cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat
kompleks, elastik, dan sangat sensitive, bervariasi pada keadaan iklim,
umur, seks, ras, dan lokasi tubuh.
Organ ini merupakan organ terbesar, tertipis, dan sangat penting.
Karakter spesifik dari organ ini yaitu mampu memperbaiki sendiri atau self-
repairing dan menjadi mekanisme pertahanan tubuh pertama.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang didapatkan dari latar belakang
tersebut yaitu:
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan sistem integumen ?
1.2.2 Apa sajakah fungsi dari sistem integumen ?

1
1.2.3 Apa sajakah organ yang termasuk dalam sistem integumen ?
1.2.4 Bagaimanakah anatomi perbandingan sistem integumen hewan
vertebrata ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang didapatkan dari rumusan masalah tersebut
yaitu:
1.3.1 Mengetahui pengertian dari sistem integumen.
1.3.2 Mengetahui fungsi dari sistem integumen.
1.3.3 Mengetahui organ-organ dari sistem integumen.
1.3.4 Mengetahui anatomi perbandingan sistem integumen hewan
vertebrata.
1.4 Manfaat

Adapun manfaat bagi para pembaca yaitu dapat memahami dan


diaplikasikan sebagai tambahan pembelajaran dalam anatomi perbandingan
sistem integumen hewan vertebrata.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Integumen


Sistem integumen merupakan sistem organ yang memisahakan,
membedakan, melindungi, serta menginformasikan hewan terhadap
lingkungan sekitarnya. Sistem integumen termasuk sistem organ terbesar.
Sistem integumen pada seluruh makhluk hidup merupakan bagian tubuh
yang berhubungan langsung dengan lingkungan luar tempat makhluk hidup
tersebut berada. Pada sistem integumen terdapat sejumlah organ atau
struktur dengan fungsi yang beraneka pada bermacam-macam jenis
makhluk hidup.
Dalam sistem integumen, kulit merupakan salah satu organ terluar
dan paling luas sebagai pelindung atau alat proteksi tubuh terhadap bahaya
bahan kimia, cahaya matahari, mikroorganisme dan menjaga
keseimabangan tubuh dengan lingkungan.
Organ ini merupakan organ terbesar, tertipis, dan sangat penting.
Karakter spesifik dari organ ini yaiti mampu memperbaiki sendiri atau self-
repairing dan menjadi mekanisme pertahanan tubuh pertama. Beberapa
hewan vertebrata menunjukkan kemampuan regenerasi yang bermacam-
macam. Umpamanya pada ikan biasa nya dapat meregenerasi bagian distal
sirip yang rusak, kecebong katak anura dapat meregenerasi ekor dan kaki
belakang sebelum metamorfosis lanjut. Namun diantara hewan vertebrata
yang mampu meregenerasi bagian utama tubuh pada tingkat dewasa hanya
terdapat pada urodella, dimana dapat mengganti anggota badan dan ekor,
mata atau insang yang hilang. Sedangkan pada vertebrata yang tinggi
derajatnya tidak terdapat daya regenerasi fisiologis, kecuali pada sel darah,
kulit dan derivat-derivat integumen tetap berlangsung untuk mengganti kulit
yang terkelupas seumur hidupnya.
2.2 Fungsi Sistem Integumen
Adapun fungsi dari sistem integumen serta derivat lainnya adalah
sebagai berikut:

3
 Pelindung atau proteksi terhadap mikroorganisme, penarikan, atau
kehilangan cairan dan zat iritan kimia maupun mekanik.
 Eksterosepsi atau penerimaan stimuli dari lingkungan luar, misalnya
rasa sakit,gatal, panas, dingin.
 Ekskresi atau pembuangan sisa metabolisme melalui kelenjar,
misalnya kelenjarkeringat pada mamalia.
 Thermoregulasi atau mengatur panas tubuh pada hewan hewan
endoterm danhomoiterm (mamalia dan aves) dibantu oleh adanya
rambut dan bulu.
 Homeostatis atau mengatur kadar garam dan cairan tubuh
(osmoregulasi).
 Tempat menyimpan cadangan makanan seperti lemak di bawah
kulit.
 Tempat sintesis vitamin D.
2.3 Organ-Organ Sistem Integumen
Dalam sistem integumen terdapat beberapa organ. Organ-organ
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kulit
Kulit merupakan organ yang paling luas. Secara umum kulit
mempunyai fungsi sebagai alat protektif terhadap gangguan-gangguan
yang datang dari luar, baik fisik, mekanis maupun kimiawi. Namun
demikian kulit juga mempunyai fungsi-fungsi tambahan yang lain
seperti mencegah kekeringan dan gangguan terhadap keseimbangan air
tubuh, membantu mengatur pemindahan panas antara tubuh dengan
lingkungan sekitar, mencegah masuknya organisme atau materi lain
yang dapat menimbulkan kerusakan didalam tubuh, membantu fungsi
pernafasan, sekresi, ekskresi, dan indera. Selain itu kulit juga berfungsi
mengadakan komunikasi dengan lingkungan sekitar, oleh sebab itu
kulit juga disebut sebagai organ reseptor dan masih banyak lagi fungsi
kulit lainnya sesuai dengan spesies hewan serta habitatnya.
Hewan yang hidup di air akan berbeda struktur dan fungsi
kulitnya dibandingkan dengan hewan yang hidup di darat. Selain itu

4
hewan yang hidup di daerah kutub, daerah sedang, dan daerah tropis
juga memiliki masing-masing struktur dan fungsi yang berbeda-beda.
Hal tersebut terjadi karena setiap individu yang hidup harus dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan disekitar mereka agar dapat
bertahan hidup.
Secara morfologis kulit dapat dikatakan sesuatu tentang
perilaku serta lingkungan hidup suatu hewan, sehingga secara
sistematis memingkinkan untuk mengenali sebagian besar hewan
vertebrata melalui jenis, warna serta bangunan-bangunan yang nampa
pada kulit.
Pada hewan yang tergolong dalam vertebrata, struktur kulitnya
mengikuti pola dasar yang sama umumnya terdiri atas dua lapisan yaitu
kulit ari (epidermis) dan kulit jangan (dermis). Kedua lapisan ini
berhubungan dengan lapisan yang ada di bawahnya dengan perantaraan
jaringan ikat bawah kulit (hipodermis/subkutis). Berikut merupakan
bagian lapisan kulit, yaitu:
a. Epidermis merupakan lapisan kulit terluar yang nampak oleh
mata. Epidermis terdiri atas lapisan epitel gepeng unsur
utamanya adalah sel-sel tanduk (keratinosit) dan sel melanosit.
Lapisan epidermis ini akan terkelupas atau gugur. Lapisan ini
terus tumbuh karena lapisan sel induk yang berada di bawahnya
terus bermitosis. Lapisan epidermis terdiri dari lima lapisan,
yaitu:
 Stratum korneum, terdiri dari banyak sel lapisan sel tanduk,
gepeng, dan tidak berinti. Sitoplasma diisi dengan serat
keratin, makin keluar letak sel makin gepeng seperti sisik
lalu terkelupas dari tubuh, yang terkelupas digantikan oleh
sel yang lain.
 Stratum lusidium, terdiri dari beberapa lapis sel yang
bening. Lapisan ini ditemukan pada kulit tubuh yang
berkulit tebal. Seperti pada telapak tangan dan telapak kaki.
Hal ini disebabkan karena pada daerah telapak tangan dan

5
telapak kaki rentan terhadap gesekan dan abrasi sehingga
diperlukan lapisan perlindungan tambahan.
 Stratum granulosum, terdiri dari sel poligonal, inti di
tengah, dan sitoplasma berisi butiran granula keratohialin.
Lapisan ini menghalangi masuknya benda asing, kuman
dan bahan kimia ke dalam tubuh.
 Stratum spinosum, lapisan ini untuk menahan gesekan dan
tekanan dari luar, sehingga harus tebal dan terdapat di
daerah tubuh yang banyak bersentuhan atau menahan beban
dan tekanan seperti tumit dan pangkal telapak kaki.
 Stratum basale, merupakan lapisan terdalam epidermis dan
terletak tepat di atas dermis. Sel-sel keratinosit kolumnar
membentuk bagian utama dari lapisan stratum basale. Tidak
seperti lapisan lain dari epidermis yang merupakan blok sel
berlapis-lapis, stratum basale hanya satu lapisan sel, tetapi
melakukan pekerjaan yang penting menghasilkan sel-sel
baru. Pada stratum basale, mitosis (pembelahan sel)
berlangsung, yang mengarah ke produksi sel-sel baru, yang
akhirnya mencapai puncak untuk menggantikan bagian sel-
sel yang mengeras, mati dari stratum korneum.
b. Dermis merupakan lapisan kedua dari kulit dan memiliki lapisan
yang lebih tebal dari epidermis. Pada dermis banyak terdapat
jaringan saraf dan ujung-ujung saraf reseptor sensori somatik.
Serta banyak terdapat pembuluh darah regulasi suhu tubuh.
Dermis merupakan komponen terbesar yang menyusun kulit
dan membuat kulit memiliki kemampuan elastisitas dan
diregangkan. Lapisan ini juga memiliki fungsi untuk melindungi
tubuh dari trauma mekanik, mengikat air, membantu dalam
proses regulasi suhu tubuh. Terdapat dua lapisan dari dermis,
yaitu:
 Lapisan papila, terdiri dari jaringan ikat longgar yang
tersusun dari serabut-serabut: serabut kolagen, serabut

6
elastis, serabut retikulus. Serabut ini saling beranyaman
danmasing-masing mempunyai tugas yang berbeda:
Serabut kolagen, untuk memberikan kekuatan kepada kulit,
Serabut elastic, untuk memberikankelenturan pada kulit,
dan retikulus, terdapat terutama disekitar kelenjar
danfolikel rambut dan memberikan kekuatan pada alat
tersebut.
 Lapisan retikulosa, mengandung jaringan pengikat rapat
dan serat kolagen. Dalam lapisan ini ditemukan sel-sel
fibrosa, sel histiosit, pembuluh darah, pembuluh getah
bening, saraf, kandung rambut kelenjar sebasea, kelenjar
keringat, sel lemak, dan otot penegak rambut.
c. Hipodermis tersusun dari kumpulan sel-sel adiposit yang
tersusun menjadi lobulus-lobulus yang dibatasi oleh septum dari
jaringan ikat fibrosa. Jaringan hipodermis berfungsi untuk
melindungi tubuh, berperan sebagai cadangan energi, dan
melindungi kulit serta berperan sebagai bantalan kulit. Lapisan
ini juga memiliki peran dalam membentuk postur tubuh
seseorang. Sel-sel lemak ini bentuknya bulat dengan intinya
terdesak ke pinggir sehingga membentuk seperti cincin. Lapisan
lemak ini disebutpenikulus adiposus, yang berfungsi untuk
mempertahankan suhu, penimbunan kalori, dan tambahan untuk
kecantikan tubuh.
2. Kuku
Kuku merupakan lempeng yang membentuk pelindung
pembungkus permukaan dorsal falang jari tangan dan jari kaki.
Lempeng kuku terdiri dari sisik epidermis yang menyatu erat dan tidak
mengelupas. Badan kuku berwarna bening sehingga kelihatan kemerah-
merahan karena ada pembuluh kapiler darah didalam dasar kuku.
3. Kelenjar Kulit
Kulit terdiri dari dua kelenjar yaitu kelenjar sebacea dan
sudorifera.

7
a. Kelenjar sebasea, berfungsi mengontrol sekresi minyak ke
dalam ruang antara folikel rambutdan batang rambut yang akan
melumasi rambut sehingga menjadi halus lentur dan lunak.
b. Kelenjar sudorifera, kelenjar ini paling banyak terdapat pada
telapak tangan dan telapak kaki. Terdapat dua macam kelenjar
keringat, yaitu:
 Kelenjar ekrin: tersebar si seluruh kulit tubuh kecuali kulup
penis, bagian dalam telinga luar, telapak tangan, telapak
kaki dan dahi. Melepaskan keringat sebagai reaksi
peningkatan suhu lingkungan dan suhu tubuh.
 Kelenjar apokrin: kelenjar keringat yang besar hanya
terdapat pada ketiak, kulit puting susu, kulit sekitar alat
kelamin dan dubur. Kelenjar ini aktif pada masa
pubertas,pada wanita akan membesar danberkurang pada
siklus haid. Kelenjar Apokrin memproduksi keringat yang
keruh seperti susu yang diuraikan oleh bakteri
menghasilkan bau khas pada aksila.
4. Rambut
Rambut adalah organ seperti benang yang tumbuh di kulit
terutama. Rambut muncul dari epidermis (kulit luar), walaupun berasal
dari folikel rambut yang berada jauh di bawah dermis. Struktur mirip
rambut, yang disebut trikoma, juga ditemukan pada tumbuhan. Rambut
terdapat di seluruh kulit kecuali telapak tangan kaki dan bagian dorsal
dari falang distal jari tangan, kaki, penis, labia minora dan bibir. Namun
tidak semua hewan vertebrata memiliki rambut. Terdapat 2 jenis
rambut, yaitu:
a. Rambut terminal (dapat panjang dan pendek).
b. Rambut velus (pendek, halus dan lembut).

Fungsi rambut yaitu melindungi kulit dari pengaruh buruk,


menyarig udara, sebagai pengatur suhu, pendorong penguapan kerngat,
dan indera peraba yang sensitive.

8
5. Sisik
Sisik merupakan bagian dari sistem intergumen hewan, sisik
merupakan penutup luar tubuh hewan. Secara umum, sisik berarti
semacam lapisan kulit keras dan berhelai-helai, sisik ini diantaranya ada
pada ikan, ular atau kaki ayam dan lain sebagainya.
2.4 Anatomi Perbandingan Sistem Integumen Hewan Vertebrata
Pada hewan vertebrata sistem integumen memiliki beberapa
perbedaan antara satu kelas dengan kelas lainnya. Berikut merupakan
anatomi perbandingan sistem integumen pada hewan vertebrata.
1. Sistem integumen kelas Pisces
Sistem integumen pada ikan adalah kulit dan derivat integumen.
Kulit merupakan lapisan penutup tubuh yang terdiri dari dua lapisan,
yaitu episermis pada lapisan terluar dan dermis pada lapisan dalam.
Derivat integument merupaakan suatu struktur yang secara
embryogenetic berasal dari salah satu atau kedua lapisan kulit yang
sebenarnya. Sistem integumen yang berhubungan langsung dengan
lingkungan tempat hidup memiliki berbagai fungsi yang sangat vital
pada kehidupan ikan yaitu:
a. Pertahanan fisik
Merupakan fungsi utama dari integumen yaitu sebagai pertahanan
pertama dari infeksi, paparan sinar ultra violet (UV) dan gesekan
tubuh dengan air atau benda kras lainnya. Hal ini disebabkan
karena kulit memiliki kelenjar mukosa sebagai pelindung kulit dari
parasit, bakteri dan mikroorganisme merugikan lainnya serta
memperkecil gesekan dengan adanya sifat mucus yang licin.
b. Keseimbangan cairan
Keseimbangan cairan dilakukan oleh integument olek kelompok
amphibian dan ikan memiliki sistem tersendiri dalam proses
keseimbangan cairan yaitu dengan menggunakan insang.
c. Thermoregulasi

9
Thermoregulasi dilakukan oleh vertebrata dengan jalan
memasukkan dan mengeluarkan panas secara bergantian melalui
aliran darah pada kulit.
d. Warna
Warna yang ada pada integument ikan digunakan sebagai alat
komunikasi, tingkah laku seksual, peringatan dan penyamaran
untuk mengelabui predator.warna yang dihasilkan akan berbeda-
beda yang sebabkan karena perbedaan tempat hidup dari ikan
tersebut. pada open water fishes, warna tubuh ikan terbagi atas
warna keperakan dibagian ventral dan warna iridescesnt biru dan
hijau di bagian dorsal (countershading). Ada tiga macam warna
dominan ikan yang hidup di lautann, yaitu keperakan bagi ikan
yang hidup di permukaan laut, kemerahan pada ikan yang hidup di
daerah tengah perairan dan violet atau gelap pada ikan yang hidup
di dasar perairan.
e. Pergerakan
Pergerakan ikan dipengaruhi pula oleh keberadaan sisik yang
membantu dalam meningkatkan kemampuan berenang ikan yang
menghadapi halangan kuat.
f. Respirasi
Respirasi ikan tidak menggunakan kulit sebagai saranannya tetapi
dilakuka oleh golongan amphibian. Hal ini dilakukan karena kulit
merupakan lapisan yang relative tipis, selalu basah dan banyak
pembuluh darah sehingga pertukaraan oksigen dan karbondioksida
dapat berlangsung.
g. Kelenjar kulit
Pada kulit terdapat kelenjar yang memungkinkan ikan dapat
mengeluarkanpheromone untuk menarik pasangan dan sebagai alat
untuk menetapkan daerah teritorial. Selain itu, kelenjar kulit juga
dapat menghasilkan zat-zat racun yang berguna untuk mencari
mangsa ataupun untuk pertahanan diri dari predator.

10
h. Keseimbangan garam (homeostatis) pada ikan dilakukan pada kulit
dan insang yaitu dengan pengaturan kadar garam cairan tubuh ika
(osmoregulasi) sehingga cairan dalam tubuh akan tetap stabil
sesuai dengan lingkungan dimana ikan berada. Pada ikan yang
hidup di laut,kulit akan menjaga pengeluaran cairan dalam tubuh
yang berlebihan sedangkan pada ikan yang hidup di perairan tawar,
kulitakan mengatur agar cairan dari luar tubuh tidak terlalu banyak
yang masuk kedalam tubuh.
i. Eksresi selain itu, kulit berperan dalam proes eksresi hasil
metabolism yang dilakukan oleh tubuh.
j. Indera
Organ indera Kulit memiliki sel-sel yang berfungsi sebagai
reseptor daristimulus lingkungan, misalnya panas, sakit dan
sentuhan. Derivat integumenseperti barbels dan flaps memiliki sel-
sel syaraf sebagai indera. Barbelsberfungsi sebagai alat bantu
makan dan mengandung organ-organ sensory sertasebagai alat
untuk kamuflase pada ikan demikian juga flaps. Barbels ini ada
yangberbentuk seperti alga. Letak dari barbels ada pada hidung,
bibir, dagu, sudutmulut dengan bentuk rambut, pecut, sembulan,
bulu dan lain-lain.

Struktur dari kulit kelas Pisces berbeda dengan kelas hewan


vertebrata lainnya. Kulit terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan luar yang
disebut epidermis dan lapisan dalam yang disebut dermis atau carium.

 Epidermis selalu basah karena adanya lendir yang dihasilkan oleh


sel-sel yangdalam terdiri dari lapisan sel yang selalu giat
mengadakan pembelahan untuk mengantikansel-sel sebelah luar
yang lepas dan untuk persediaan pengembangan tubuh. Lapisan ini
dinamakan stratum germinativum (lapisan Malphigi).
 Dermis lebih tebal daripada epidermis dan tediri dari sel-sel yang
susunannya lebih kompak. Lapisan ini berperan dalam
pembentukan sisik pada ikan yang bersisik. Derivat-derivat kulit

11
juga dibentuk dari lapisan ini. Pada dermis ini terkandung
pembuluh darah, saraf dan jaringan pengikat
Pada perkembangan lebih lanjut dari kedua lapisan ini terjadi
bangunan-bangunan baru yang ternyata ada yang berasal dari epidermis
dan ada juga yang berasal dari dermis. Bangunan yang berasal dari
epidermis disebut derivat epidermis contohnya glandula mucosa,
sedangkan yang berasal dari dermis disebut derivat dermis contohnya
sisik (squama).
Sel kelenjar yang berbentuk piala dan terletak didalam epidermis,
mengeluarkan suatu zat (semacam glycoprotein) yang dinamakan
mucin. Apabila mucin ini bersentuhan dengan air maka akan berubah
menjadi lendir. Kegiatan sel kelenjar tersebut akan menentukan
ketebalan lendir yang menutupi kulit. Umumnya ikan yang tidak
bersisik memiliki lendir yang lebih tebal dibandingkan dengan ikan
yang bersisik. Hal ini merupakan suatu keadaan pengganti ketiadaan
sisiknya. Ketebalan sisik yang menyelimuti tubuh ikan tidak selalu
sama dari waktu kewaktu. Pada keadaan yang genting, seperti bila
melepaskan diri dari bahaya, sel kelenjar akan lebih giat lagi untuk
mengeluarkan lendir sehingga lapisan lendir menjadi lebih tebal
daripada keadaan normal. Lendir berguna untuk mengurangi gesekan
dengan air supaya ikan dapat berenang lebih cepat,berperan dalam
proses osmoregulasi sebagai lapisan semipermiabel yang mencegah
keluar masuknya air melalui kulit, mencegah infeksi dan menutup luka.
Pada beberapa ikan, lender berguna untuk menghindarkan diri dari
kekeringan. Ikan paru-paru (Protopterus) di Afrika mengadakan tidur
musim panas (summer destivation) pada musim kemarau dengan cara
membuat lubang pada dasar sungai yang berlumpur. Apabila dasar
sungai menjadi kering selama musim kemarau, ia akan tetap tinggal
didalam lumpur yang dibuatnya dan tubuhnya dibungkus dengan lendir
agar kulitnya selalu tetap basah. Bila musim penghujan tiba dan sungai
pun kembali berair kembali maka ia akan keluar dari lubangnya.
Beberapa ikan menggunakan lendir untuk membuat sarangnya dalam

12
rangka melindungi telur yang telah dibuahi dari gangguan luar,
misalnya ikan sepat siam (Trichogaster pectoralis), sepat rawa
(Trichogaster trichopterus) dan lain-lain.
Sisik (squama) dibentuk oleh sel-sel dermis, salah satu ujungnya
tertanam didalam dermis sedangkan ujung yang lain bebas dan menutup
permukaan tubuh ikan sehingga susunannya menyerupai susunan atap
genteng. Sisik pada ikan tersusun oleh bahan tulang, dentin dan kadang-
kadang juga email. Bagian tulang dan dentin secara embryologis
berasal dari mesoderm, sedangkan email berasal dari ectoderm.
Berdasarkan atas penyusunnya ada 2 macam sisik yaitu sisik cosmoid
dan sisik ganoid. Sedangkan berdasarkan atas bentuknya ada 3 macam
squama yaitu sisik placoid, sisik ctenoid, dan sisik cycloid.
Sisik Cosmoid hanya terdapat pada ikan fosil dan ikan primitif
seperti Latimeria chalumnae (Crossopterygii), yang ditemukan pertama
kali oleh Courtney Latimer di perairan dekat muara sungai Chalumna
(Afrika Selatan). Sisik ini terdiri dari beberapa lapisan, berturut-turut
dari luar adalah vitrodentine yang dilapisi oleh semacam enamel,
kemudian cosmine yang merupakan lapisan yang kuat, dan noncellular,
terakhir isopedine yang materialnya terdiri dari substansi tulang. Pada
lapisan isopedine terdapat pembuluh-pembuluh kecil. Yang menarik
perhatian dari sisik ini adalah pertumbuhan sisik ini hanya pada bagian
bawah, sedangkan pada bagian atas tidak terdapat sel-sel hidup yang
menutup permukaan.

Gambar Ikan Latimeria chalumnae


Sisik Ganoid terdiri dari beberapa lapisan, lapisan terluar
dinamakan ganoine yang materialnya terdiri dari garam-garaman

13
organik. Dibawahnya terdapat lapisan seperti cosmine, dan lapisan
paling dalam adalah isopedine. Berbeda dengan sisik cosmoid, sisik
ganoid tumbuh dari atas dan bawah. Ikan yang memiliki sisik tipe
ganoid ini antara lain Polypterus, Lapisostidae, Acipenceridae, dan
Polyodontidae.

Gambar ikan Polypterus


Sisik Placoid hanya terdapat pada ikan bertulang rawan
(Chondrichthyes) seperti ikan hiu dan ikan pari. Bentuk sisik tersebut
hampir seperti duri bunga mawar dengan dasar yang bulat atau bujur
sangkar.Bagian yang menonjol seperti duri keluar dari epidermis.
Susunannya hampir seperti gigi manusia. Pulp (bagian yang lunak)
berisikan pembuluh darah dan saraf yang berasal dari dermis. Sisik
placoid sering disebut juga dermal denticle.

Gambar Sisik Ikan Hiu


Sisik Ctenoid memiliki bentuk yang serupa dengan lempeng
tipis dan tembus cahaya, tersusun oleh materi fibrous di bagian bawah
dan suatu lapisan tulang di bagian atasnya. Sisik ini tertata seperti

14
genteng dengan salah satu ujung tertanam didalam dermis dan ujung
yang bebas memiliki duri-duri kecul serupa sisir (Yunani: ctenor
berarti sisir). Sisik ini terutama terdapat pada teleostei modern.

Gambar Sisik Ctenoid


Sisik Cycloid merupakan sisik yang memiliki struktur yang lebih
primitif dari sisik ctenoid. Bentuknya bundar dengan garis-garis
pertumbuhan yang konsentris. Tatanannya seupa dengan sisik ctenoid
hanya pelekatannya sedikit lebih longgar. Umumnya terdapat pada
ikan-ikan modern. Ikan flounder (Platichtyes flesus) merupakan contoh
ikan yang memiliki sisik ctenoid dan sisik cycloid. Pada bagian sisi
ventral terdapat sisik cycloid, sedangkan pada sisi dorsal terdapat sisik
ctenoid.

Gambar Sisik Cycloid


Bagian sisik yang menempel pada bagian tubuh hanya sebagian,
kira-kira separuhnya. Penempelannya secara tetanam kedalam sebuah
kantong kecil didalam dermis dengan susunan seperti genteng. Sisik

15
yang terlihat adalah bagian belakang (posterior) dengan warna lebih
gelap daripada bagian depannya (anterior), karena bagian belakangnya
mengandung butir-butir pigmen (chromatophore). Bagian anterior
(yang tertanam dalam tubuh) transparan dan tidak bewarna. Susunan
sisik yang seperti genting tersebut akan mengurangi gesekan dengan air
sehingga ikan dapat berenang lebih cepat. Bagian-bagian sisik cycloid
pada dasarnya sama dengan sisik stenoid, kecuali bagian posterior sisik
stenoid dilengkapi dengan ctenii (semacam gerigi kecil). Fokus
merupakan titik awal perkembangan sisik dan biasanya berkedudukan
di tengah-tengah sisik. Di daerah empat musim, sisik dapat digunakan
untuk menentukan umur ikan. Circulus selalu bertambah selama ikan
hidup. Pada musim dingin pertumbuhan ikan sangat lambat dan jarak
antara circulus satu dengan yang lainnya menjadi sempit sekali, kadang
malah tampak seperti berhimpitan. Circulus yang berhimpitan ini
dinamakan annulus yang terjadi setahu sekali.Annulus ini digunakan
untuk menentukan umur ikan. Bagian yang jelas untuk menentukan
umur ikan ialah pada bagian anteriornya.

Gambar Anatomi Kulit Pisces

2. Sistem integumen kelas Amphibi


Amphibi merupakan hewan dengan kelembaban kulit yang
tinggi, tidak tertutupi oleh rambut dan mampu hidup di air maupun di
darat. Kulit Amphibi berperan penting dalam respirasi dan proteksi.
Kulit terjaga kelembabannya dengan adanya kelenjar mukosa, bahkan

16
pada spesies yang hidup di air, mukus memberikan minyak pelumas
bagi tubuh. Sebagian besar Amphibi memiliki kelenjar granular dan
kelenjar mucus. Keduanya mirip dalam beberapa hal antara lain,
kelenjar glanular memproduksi zat abnoxius atou rocun untuk
melindungi diri dari musuh. Racun yang terdapat pada Amphibi
bervariasi.
Kulit amphibi tersusun oleh dua lapisan, yaitu: (1) Epidermis
dibagian luar yang terdiri dari dua lapis sel. Lapisan terluar adalah
stratum corneum yang mengalami cornifikasi dan secara periodik
mengalami eodysis, dan lapisan di bawahnya adalah stratum
germinativum yang sel-selnya selalu dalam keadaan membelah. (2)
Dermis yang relatif tipis terdiri dari dua lapisan, yaitu stratum
spongiosum (stratum laxum) di sebelah luar dan stratum compactum di
sebelah dalam. Pada strtum spongiosum banyak terdapat pembuluh
darah, ruang limpha, kelenjar-kelenjar, dan saraf. Berdasarkan tipe
sekresinya, kelenjar kulit pada katak dibedakan menjadi dua yaitu
kelenjar mucus dan kelenjar racun (poison gland).
Kelenjar mukus dan glanuar atau kelenjar racun dikelompokkan
sebagai kelenjar alveolar. Kelenjar alveolar adalah kelenjar yang tidak
mempunyai saluran pengeluaran, tetapi produknya dikeluarkan lewat
dinding selnya sendiri secara alami, akan tetapi pada beberapa
Amphibia mempunyai kelenjar alveolor tubuler, kelenjar tersebut
sering ditemukan di ibu jari dan kadang pada dada. Kelenjar ini bersifat
fungsional selama musim kawin karena berguna sebagai pembantu
merekatkan diri kebetina selama musim kawin.
Pergantian kulit pada Amphibi terjadi secara periodik. Proses ini
berlangsung dibawah kontrol hormon. Lapisan luar kulit tidak hanya
satu bagian, tetapi dalam fragmen meskipun tungkai biasanya utuh dan
mengelupas bersamaan.
Warna tubuh pada amphibi beraneka ragam. Kodok sawah
kulitnya berwarna cokelat dan pada punggungnya terdapat warna hijau.
Warna tubuh pada amphibi disebabkan oleh pigmen atau secara

17
struktural atau juga dihasilkan dari keduanya. Pigmen pada Amphibi
terletak pada kromatafora (didalam kulit). Sel-sel pigmen ini biasanya
dinamakan menurut jenis pigmen yang dikandung. Melanofora
mengandung pigmen cokelat, dan hitam, sedangkan lipafora
mengandung pigmen merah, kuning dan orange. Amphibi juga
memiliki sel-sel pigmen yang disebut guanafora, semacam iridosit pada
ikan, mengandung kristal guanine yang dapat memproduksi iridesen
atau efek putih terang. Umumnya lipofora terletak didekat permukaan
kulit, lebih kearah dalam terdapat guanofora yang paling dalam terdapat
melanofora.
Warna pada beberapa Amphibi ketika ditempatkan di lingkungan
gelap, menjadi tampak bercahaya, merupakan hasil dari simulasi
kelenjar pineal yang menghasilkan melatonin (zat sejenis hormone)
yang mampu mengurangi kuantitas cahaya atau sinar cahaya atau sinar
gelombang panjang, kemudian adanya kontak dengan hormon
kromatatrofik hipofise menyebabkan terjadinya perluasan melanofora,
akibatnya melanofora berkontraksi dan menghasilkan efek tubuh
menjadi lebih bercahaya.
Sebagian besar Amphibi contohnya kodok dapat berubah warna
kulitnya. Hal ini terjadi karena perubahan konsentrasi antara pigmen
hijau dan hitam. Perubahan ini terjadi apabila ada musuh. Kulit Amfibi
kaya akan kelenjar. Ada dua tipe kelenjar yaitu kelenjar mukosa dan
kelenjar racun. Kelenjar mukosa menghasilkan sekret yang membuat
kulit kodok licin yang melindungi diri ketika ada musuh atau bahaya
lingkungan.
Walaupun hampir semua anggota kelas ini tidak memiliki sisik
dermis, namun pada salah satu Ordo yaitu Gymnophiana (Apoda) sisik
yang demikian masih ada, dan diduga merupakan sisa-sisa yang
diwarisi dari Amphibi yang telah punah yaitu Labyrinthodont.

18
Gambar Kulit Katak (Bufo sp.)

Gambar Anatomi Kulit Amphibi


3. Sistem integumen kelas Reptilia
Reptilia dianggap sebagai tertapoda pertama yang telah
menyesuaikan diri dengan keadaan kering, walaupun masih ada spesies
yang hidup didalam air seperti penyu, namun hewan tersebut telah
meletakkan telurnya di darat. Penyesuaian ini terutama terlihat pada
struktur epidermis kulitnya yang memiliki stratum corneum yang relatif
tebal, adanya berbagai modifikasi menjadi sisik epidermis, cakar,
paruh, “tanduk”, dan rattle misalnya pada ular derik (rattlesnake), serta
kelenjar kulit yang sangat sedikit. Disamping itu pada beberapa spesies
terdapat juga sisik dermis. Penyesuaian-penyesuaian yang demikian
memungkinkan sesedikit mungkin hilangnya air dari permukaan kulit.
Tubuh reptil umumnya tertutupi oleh sisik-sisik yang beraneka
bentuk, terkecuali anggota suku Amphisbaenidae yang tak bersisik.
Sisik-sisik itu dapat berukuran sangat halus, seperti halnya sisik-sisik
yang menutupi tubuh cecak, atau pun berukuran besar seperti yang
dapat kita amati pada tempurung kura-kura. Sisik-sisik itu berupa

19
modifikasi lapisan kulit luar (epidermis) yang mengeras oleh zat
tanduk, dan terkadang dilengkapi dengan pelat-pelat tulang di lapisan
bawahnya, yang dikenal sebagai osteoderm.
Beberapa bentuk sisik yang umum pada reptil adalah: cyicloid
(cenderung datar membundar), gronulor (berbingkul-bingkul), dan
berlunas (memiliki gigir memanjang di tengahnya, seperti lunas
perahu). Perbedaan bentuk dan komposisi sisik-sisik ini pada berbagai
bagian tubuh reptil biasa digunakan untuk mengidentifikasi spesies
hewan tersebut.
Integumen pada Reptilia umumnya juga tidak mengandung
kelenjar keringat. Lapisan terluar dari integumen yang menanduk tidak
mengandung sel-sel saraf dan pembuluh darah. Bagian ini mati, dan
lama-lama akan mengelupas. Permukaan lapison epidermal mengalami
keratinisasi. Lapisan ini akan ikut hilang apabila hewan berganti kulit.
Pada calotes (bunglon) integument mengalami modifikasi warna.
Perubahan warna ini dikarenakan adanya granulea pigment dalam
dermis yang terkumpul atau menyebar karena pengaruh yang
bermacam-macam. Pada calotes (bunglon) perubahan ini relatif cepat,
karena selalu dibawah kontrol sistem nervosum outonomicum.

Gambar kulit Kadal (Mabouya multifasciata)

20
Gambar Anatomi Kulit Reptilia
4. Sistem integumen kelas Aves
Aves merupakan kelompok hewan yang dengan mudah dapat
dikenal, karena ciri khas yang ada pada kulitnya yaitu adanya bulu
(feather). Kulitnya secara umum tipis, dan hanya pada bagian-bagian
tertentu saja yang relatif tebal karena adanya beberapa modifikasi
stratum corneum terutama pada bagian yang tidak tertutup bulu,
misalnya : sisik epidermis pada tungkai, paruh, cakar dan penutup pada
bagian lainnya yang mengandung zat tanduk. Struktur-struktur
selubung berzat tanduk ini homolog dengan sisik epidermis reptilia.
Sedangkan bagian tubuh lainnya tertutup oleh bulu. Chromatophora
umumnya hanya terdapat paruh, sisik dan bulunya, sedangkan pada
kulit tidak ada pigmen.
Bulu (feather) pada bangsa burung juga merupakan modifikasi
dari sisik epidermis. Secara definitif ada tiga macam bulu, yaitu :
1. Plumae (contour feather), merupakan bulu yang secara umum
sebagai penutup tubuh. Plumae yang besar adalah bulu sayap
(remiges) dan bulu ekor (rectrices).
2. Plumulae (down feather), merupakan halus yang pendek, terletak
dibawah plumae.
3. Filoplumae (hair feather), merupakan bulu yang menyerupai
rambut, terdapat di sekitar kelopak mata, di bawah dan atau
diantara bulu penutup.

21
Bulu yang lengkap, misalnya plumae atau bulu penutup tubuh,
terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut :
a) Calamus, pangkal bulu yang berongga dan tertanam di dalam kulit.
b) Umbilicus inferior, lubang kecil yang terdapat pada ujung proximal
calamus.
c) Umbilicus superior, lubang kecil yang terdapat pada bagian distal
calamus.
d) Rachis (tangkai bulu), merupakan lanjutan dari calamus tapi tidak
berongga dan memberikan kekuatan pada bulu.
e) Vexillum (vane = bendera bulu), yang terdapat di kiri-kanan rachis.
Walaupun bulu plumae menutupi hampir seluruh permukaan
tubuh burung yang bersangkutan, namun folikel-folikel bulu hanya
tertanam pada jalur-jalur tertentu yang disebut pterylae, sedangkan jalur
yang tidak di tumbuhi bulu disebut apterylae.
Seperti halnya pada reptilia, burung juga hanya sedikit memiliki
kelenjar kulit. Kelenjar kulit yang terpenting adalah glandula
uropygialis yang ada sepasang terletak di bagian dorsal dekat pangkal
bulunya. Kelenjar ini berupa kelenjar minyak untuk meminyaki bulu.

Gambar Morfologi dan Anatomi Bulu Aves

22
Gambar Cakar Aves

Gambar Anatomi Kulit Aves

4. Sistem integumen kelas Mamalia


Seperti halnya bulu sebagai ciri khas pada kulit Aves, kulit
mamalia juga memiliki ciri yang khas yaitu adanya rambut (hair), yang
juga merupakan modifikasi dari stratum corneum. Bentuk modifikasi
lain yang sering ada pada lapisan epidermis kulit mamalia misalnya:
sisik epidermis, cakar, kuku, teracak, dan tanduk.
Pada kulit mamalia terdapat kelenjar-kelenjar kulit yang khas,
misalnya: glandula mamae, gandula sudoriferus dan glandula sebaceus.
Dermisnya lebih tebal dibandingkan dengan vertebrata yang lain.
Didalam dermis tidak ada struktur yang mengalami ossifikasi, kecuali
Armadillo (Dasypus novemcinctus) yang merupakan satu-satunya

23
mamalia yang memiliki sisik dermis. Didalam dermis tertanam
pangkal/folikel rambut. Dibawah dermis terdapat jaringan subcutan,
yang terdiri dari jaringan pengikat longgar, dan sebagian besar jaringan
adiposa.
Rambut pada mamalia umumnya memiliki fungsi sebagai
pelindung, tetapi pada beberapa spesies ada juga yang berfungsi sebagai
peraba yang sensitif. Rambut tumbuh dari epidermis yang sel-selnya
mengalami cornifikasi. Dalam pertumbuhannya, sel-sel epidermis
awalnya mengalami penebalan yang menonjol ke arah dermis; ujung
bagian bawahnya lalu berbentuk seperti mangkok, yang disebut folikel
rambut. Jaringan pengikat dermis yang masuk kedalam cekungan
folikel rambut membentuk papil dermis. Ditinjau dari segi strukturnya,
maka setiap helai rambut terdiri dari:
a) Tangkai (shaft), merupakan bagian yang panjang dan terdiri dari
sel-sel mati yang telah mengalami keratinisasi.
b) Medulla, terdiri dari rongga udara dan unsur-unsur dermis.
c) Akar rambut, merupakan bagian rambut yang terdapat didalam
folikel rambut. Pada bagian ini rambut belum terpisah dengan
dinding folikel walaupun telah mengalami cornifikasi dan
mengering.
d) Bulbus (bulb), yaitu bagian rambut yang menggembung pada
folikel rambut yang mengandung papil dermis. Pada bagian ini
berlangsung pembelahan mitosis yang sangat cepat untuk
membentuk sel-sel baru sehingga rambut terus bertambah panjang.

Pada setiap dinding folikel rambut tampak dua buah penebalan,


yaitu penebalan proksimal, yang merupakan muara glandula sebaceus,
dan penebalan distal merupakan tempat perlekatan otot polos yang
disebut arretores pilorum (otot penegak rambut).

Namun pada trenggiling (Manis javanicus) dan armadillo


(Dasypus novemcinctrus), sisik epidermis pada mamalia hanya terdapat
pada ekor dan cakar. Sisik yang demikian banyak dijumpai pada

24
beberapa sepises tikus dan berang-berang. Sisik-sisik itu tersusun
menyirap dan tidak mengalam eodysis.

Gambar Anatomi Kulit Mamalia

Gambar Struktur Kulit Berambut

Tanduk (horn) juga merupakan organ yang banyak mengadung


substansi corneum (zat tanduk). Organ ini umumnya ditemukan pada
Ordo Perissodactyla dan Ordo Artiodactyla yang berfungsi untuk
mempertahankan diri. Tanduk mamalia dapat dibedakan menjadi empat
yaitu: 1) Cula yang hanya terdapat pada badak. Tanduk ini berupa masa
serabut yang mengeras dan terletak diatas tulang hidungnya. 2) Antler
(tanduk bercabang), merupakan tulang dermis yang melekat pada
tulang dahi dan merupakan ciri dari familia Carvidae (rusa). 3) Tanduk

25
berrongga, terdapat pada familia Bovidae seperti lembu, kerbau,
kambing, dan domba. Tanduk ini terdiri dari bagian pusat berupa
tulang, yang terbungkus oleh epidermis berzat tanduk. 4) Pronghorn,
merupakan jenis tanduk sejati yang hanya ditemukan pada antelop
(Antelocarpa americana), yang hidup di Amerika Serikat bagian barat.
Tanduk ini serupa dengan tanduk berrongga, hanya epidermis
pembungkusnya mempunyai satu cabang (prong). Tanduk ini setiap
tahun tangga dan lapisan germinativumnya terus-menerus membelah
untuk membentuk lapisan epidermis baru.

Gambar Jenis-Jenis Tanduk Mamalia

Cakar, kuku, dan teracak/telapuk (hoof) pada mamlia juga


merupakan derivat epidermis dan proses pembentukannya memiliki
pola yang sama. Kuku dan telapuk merupakan modifikasi dari cakar.
Struktur yang terdapat pada mamalia identik dengan cakar yang ada
pada reptilia. Cakar dimiliki oleh Sauropsida dan mamalia. Cakar
terbentuk oleh keping cakar atau unguis yang konveks, terletak
dibagian dorsal dan runcing pada ujungnya. Pada bagian ventralnya
terdapat sol cakar atau subunguis, bentuknya konkav dan tidak sekeras
unguis. Kedua struktur ini meliputi kedua tulang ruas jari yang terujung.
Baik unguis maupun sub unguis, kesebelah ujung cakar menjadi lebih
tebal. Bagian basal dari cakar dibatasi oleh lipatan kulit berbentuk

26
cincin,dengan demikian bagian basal yang lemah ini menjadi
terlindung. Pada cakar buaya, bulus dan burung, stratum
germinativumnya berjalan dari pangkal sampai ujung cakar dan
membuat lapisan tanduk yang baru, menyebabkan cakar menjadi
bertambah panjang.

Kuku (nail), hanya dijumpau pada anggota Ordo Primata dan


merupakan modifikasi dari cakar. Unguisnya pipih dan lebar,
sedangkan sebunguisnya hnaya sedikit saja dan menutup bagian dorsal
phalanges.

Teracak/telapuk (hoof), hanya dapat dijumpai pada Ungulata


mislanya kuda, kedelai dan zebra. Baik unguis maupun subunguis
berbentuk huruf U; unguisnya sangat tebal dan kuat sehingga tapal kuda
dapat dpasang dan dipaku pada substansi ini. Waktu berjalan, ungulata
menginjakan kakinya pada ujung unguis, karena itu bagion inimenjadi
cepat terkikis. Agar menghindari ini maka talapok kuda dipasang ladam
yang terbuat dari besi dan dipakukan pada bagian unguisnya.

Gambar Kuku, Cakar dan Telapok Mamalia

27
Tabel 2.1 Perbandingan Anatomi Sistem Integumen Hewan Vertebrata

Kelas
Pisces Amphibi Reptilia Aves Mamalia
 Mempunya  Epidermi  Strtum  Epidermisny  Memiliki
i epidrmis s corneum a tipis dan susunan
tipis hanya vertebrata pada reptil halus kecuala kulit yang
terdiri dari teresterial berkembang di daerah paling
1 lapis sel. tipis dan dapat kaki dan lengkap.
 Epidermis berisi membentuk lengan.  Kulit
terdiri dari pembuluh squama  Pada kaki mamalia
sel-sel darah, (sisik) stratum tebal
hidup yang saraf, dan melalui corneum terutama
mengalami kelenjar. proses membentuk dermisnya
modifikasi  Kulit juga kornifikasi. sisik  Modifikas
menjadi berfungsi  Menghasilka (squama). i
sel-sel sebagai n zat tanduk.  Bulu yang epidermis
kelenjar alat  Dermis tipis menutupi yaitu
mucosa respirasi. tersusun dari tubuhnya rambut,
(lendir).  Satu jaringan adalah kelenjar
 Terdapat lapisan pengikat, modifikasi minyak,
sisik sel yang pembuluh stratum kelenjar
dilindung darah, saraf, corneum. keringat.
i atau sel-sel otot  Kelenjar  Dermis
lapisan dan sel-sel minyak pada mamalia
cuticula. pigmen. burung tebbal
adalah berisi
modifikasi pembuluh
sel-sel darah, sel-
epidermis sel otot
dan disebut polos,
glandula kelenjar,

28
Uropygialis jaringan
yang terletak pengikat,
di ujung dan saraf.
ekor.

29
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Adapun simpulan yang didapatkan dari pembahasan tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Pada sistem integumen terdapat sejumlah organ atau struktur dengan
fungsi yang beraneka pada bermacam-macam jenis makhluk hidup.
2. Sistem integumen merupakan sistem organ yang memisahakan,
membedakan, melindungi, serta menginformasikan hewan terhadap
lingkungan sekitarnya.
3. Fungsi utama sistem integumen adalah untuk melindungi atau
proteksi terhadap mikroorganisme, penarikan, atau kehilangan
cairan dan zat iritan kimia maupun mekanik.
4. Organ-organ yang termasuk dalam sistem integumen adalah kulit,
kuku, kelenjar kulit, rambut, dan sisik.
5. Sistem integumen setiap kelas hewan vertebrata memiliki struktur
dan fungsinya masing-masing karena memerlukan adaptasi dengan
lingkungan disekitarnya.
3.2 Saran
Dari pembahasan tersebut, penulis ingin memberikan saran kepada
pembaca khusunya pada mahasiswa biologi untuk bisa memahami sistem
integumen serta dapat mengetahui anatomi perbandingan sistem integumen
pada hewan vertebrata dengan baik.

30
DAFTAR PUSTAKA

Feriyanti, Dian. 2018. Sistem Integumen.


https://www.academia.edu/17260101/Sistem_Integumen. Diakses pada
tanggal 19 September 2018.

Oktavia, Kartika. 2018. Sistem Integumen.


https://www.scribd.com/doc/182263403/SISTEM-INTEGUMEN. Diakses
pada tanggal 19 September 2018.

Tirta, Nyoman. dkk. 1999. Buku Ajar Struktur Hewan. Singaraja : Universitas
Pendidikan Ganesha.

31

Anda mungkin juga menyukai