Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem integumen adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan,
melindungi, dan menginformasikan hewan terhadap lingkungan sekitarnya.
Sistem ini seringkali merupakan bagian sistem organ terbesar yang mencakup
kulit, rambut, bulu, sisk, kuku, kelenjar keringat, dan produknya keringat atau
lendir. Kata ini berasal dari bahasa Latin integumenum yang berarti
penutup (Suripto, 1994).

Sistem integumen merupakan suatu sistem

penyusun yang berhubungan langsung dengan lingkungan luar. Fungsinya


antara lain sebagai pelindung, penerima rangsang dari luar, sebagai tempat
cadangan lemak, sebagai alat nutrisi atau kelenjar susu pada mamalia, sebagai
alat gerak seperti sayap pada burung, sirip pada ikan, selaput renang pada
katak. Secara ilmiah kulit adalah lapisan terluar yang terdapat diluar jaringan
yang terdapat padabagian luar yang menutupi dan melindungi permukaan
tubuh, kulit merupakan organ yang paling luas permukaan yang membungkus
seluruh bagian luar tubuh sehingga kulit sebagai pelindung tubuh terhadap
bahaya bahan kimia, cahaya matahari yang mengandung sinar ultraviolet dan
menjaga terhadap mikroorganisme serta menjaga keseimbangan tubuh terhadap
suhu lingkungan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud sistem integumen ?
2. Bagaimana sistem integumen pada pisces ?
3. Bagaimana sistem integumen pada amphibi ?
4. Bagaimana sistem integumen pada reptil ?
5. Bagaimana sistem integumen pada aves ?
6. Bagaimana sistem integumen pada mamalia ?
7. Bagaimana anatomi perbandingan sistem integument pada vertebrata?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dari sistem integumen
2. Untuk mengetahui mekanisme sistem integumen pada pisces
3. Untuk mengetahui mekanisme sistem integumen amphibi
4. Untuk mengetahui mekanisme sistem integumen reptil
5. Untuk mengetahui mekanisme sistem integumen aves

6. Untuk mengetahui mekanisme sistem integumen mamalia


7. Untuk mengetahui anatomi perbandingan sistem integument pada
vertebrata
1.4 Manfaat
1. Dapat menjelaskan tentang arti dari sistem integumen
2. Dapat menjelaskan mekanisme sistem integumen pada pisces
3. Dapat menjelaskan sistem integumen amphibi
4. Dapat menjelaskan sistem integumen reptil
5. Dapat menjelaskan sistem integumen aves
6. Dapat menjelaskan sistem integumen mamalia
7. Dapat menjelaskan anatomi perbandingan sistem integument pada
vertebrata
.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sistem Integumen
Sistem integumen adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan,
melindungi, dan menginformasikan hewan terhadap lingkungan sekitarnya, dan
menjadi penghubung antara tubuh hewan dan lingkungan luar (Tenzer, dkk,
2001). Sistem ini seringkali merupakan bagian sistem organ yang terbesar yang
mencakup kulit, rambut, bulu, sisik, kuku, kelenjar keringat dan produknya
(keringat atau lendir). Kata ini berasal dari bahasa Latin "integumenum", yang
berarti "penutup" (Suripto,1994). Sistem integumen merupakan suatu sistem yang

sangat bervariasi, sehingga strukturya tersusun oleh organ atau struktur tertentu
dengan memiliki fungsi yang bermacam-macam. Sistem integumen dapat
dianggap terdiri dari kulit yang sebenarnya dan derivate-derivat dari kulit
(Fawcett, 2002; Elaine & Hoehn, 2007). Kulit yang sebenarnya terdiri dari lapisan
utama yaitu epidermis dan dermis, derivat integumen adalah struktur tertentu
dimana secara ebriyo genetik yang berasal dari salah satu atau kedua lapisan dari
kulit yang sebenarnya. Integumen menutupi seluruh permukaan luar tubuh hewan.
Integumen vertebrata mempunyai berbagai macam fungsi, antara lain:
1. Proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisik, misalnya
tekanan, gesekan, tarikan, zat-zat kimia terutama yang bersifat iritan,
gangguan yang bersifat panas, misalnya radiasi, sengatan UV, gangguan
infeksi luar terutama kuman maupun jamur.
2. Regulasi suhu tubuh
Pada suhu lingkunga tinggi (panas), kelenjar keringat menjadi aktif dan
pembuluh kapiler di kulit melebar. Melebarnya pembuluh kapiler akan
memudahkan proses pembuangan air dan sisa metabolisme. Aktifnya
kelenjar keringat mengakibatkan keluarnya keringat ke permukaan kulit
dengan cara penguapan. Penguapan mengakibatkan suhu di permukaan
kulit turun sehingga kita tidak merasakan panas lagi. Sebaliknya, saat suhu
lingkungan rendah, kelenjar keringat tidak aktid dan pembuluh kapiler di
kulit menyempit. Pada keadaan ini darah tidak membuang sisa
metabolisme dan air, akibatnya penguapan sangat berkurang, sehingga
suhu tubuh tetap dan tubuh tidak mengalami kendinginan. Keluarnya
keringat dikontrol oleh hipotamulus.
3. Mencegah masuknya mikroorganisme
Sel-sel kulit juga mampu menghasilkan protein kuat yang disebut keratin.
Senyawa keratin mempunyai struktur yang sangat kuat dan keras sehingga
sulit didekomposisi oleh berbagai mikroorganisme patogen. Kulit selain
memberikan perlindungan secara fisik, kulit juga memberi perlindungan
secara kimia. Kulit menghasilkan keringat dan minyak yang memberikan
suasana asam pada kulit. Hal itu dapat mencegah tumbuhnya
mikroorganisme patogen pada kulit. Keringat menyediakan zat makanan
bagi bakteri dan jamur tertentu yang hidup sebagai mikroflora normal pada

kulit dan menghasilkan bahan-bahan sisa bersifat asam, seperti asam


laktat, yang membantu menurunkan tingkat pH (keasaman) kulit. Media
bersifat asam di permukaan kulit ini menciptakan lingkungan tidak
bersahabat bagi mikroorganisme berbahaya.
4. Memelihara keseimbangan air dan garam
Kulit merupakan bagian penting pengaturan cairan yang terkait dengan
proses pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang
disarafi oleh vaso motorik dengan kemampuan mengendalikan arteriol
kutan dengan cara vasodilatasi dan vasokonstriksi.
5. Respirasi
Terutama pada hewan-hewan akuantik dengan struktur kulit yang tipis
selalu basah dan sangat vaskuler. Kondisi kulit seperti ini sangat kondusif
untuk proses difusi gas O2 yang terlarut dalam air masuk ke kapilerkapiler darah dipermukaan kulit tubuh.
6. Sekresi
Kelenjar minyak, kelenjar eksokrin mikroskopis pada kulit yang
mengeluarkan suatu hal yang berminyak atau lilin, yang disebut sebum,
untuk melumasi dan tahan air kulit dan rambut mamalia. Pada manusia,
mereka ditemukan dalam jumlah besar pada wajah dan kulit kepala, dan
juga ditemukan pada semua bagian kulit kecuali telapak tangan dan
telapak kaki. Jenis sekresi kelenjar minyak disebut sebagai holokrin.
7. Ekskresi
Pada kulit banyak terdapat kelenjer keringat dan kelenjar minyak yang
berfungsi membantu membuang sisa-sisa hasil metabolism baik berupa air,
lipida atau garam-garam keluar tubuh.
8. Menerima rangsang
Pada bagian dermis kulit terdapat reseptor berupa akhiran saraf bebas atau
badan-badan sensoris yang dapat menerima berbagai macam rangsang dari
lingkungan eksternal.
9. Adaptasi
Adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian mahkluk hidup pada tingkah
laku / perilaku terhadap lingkungannya seperti pada binatang bunglon
yang dapat berubah warna kulit sesuai dengan warna yang ada di
lingkungan sekitarnya dengan tujuan untuk menyembunyikan diri
10. Menyimpan cadangan lemak (Tenzer, 1993)

Di dalam lapisan hypodermis banyak mengandung lemak. Lemak


berfungsi sebagai cadangan makanan, pelindung tubuh terhadap benturan,
dan menahan panas tubuh.
2.2 Sistem integumen Pisces

Kulit dan derivat integumen termasuk dalam sistem integumen pada


ikan. Kulit merupakan lapisan penutup tubuh yang terdiri dari dua lapisan, yaitu
epidermis pada lapisan terluar dan dermis pada lapisan dalam. Derivat integumen
merupakan suatu struktur yang secara embryogenetik berasal dari salah satu atau
kedua lapisan kulit yang sebenarnya.
Kulit ikan terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan luar yang disebut
epidermis dan lapisan dalam yang disebut dermis atau corium.
1. Epidermis
Epidermis selalu basah karena adanya lendir yang dihasilkan oleh selsel yang dalam terdiri dari lapisan sel yang selalu giat mengadakan pembelahan
untuk mengantikan sel-sel sebelah luar yang lepas dan untuk persediaan
pengembangan tubuh. Lapisan ini dinamakan stratum germinativum (lapisan
Malphigi).

Struktur kulit ikan (Walker and Liem, 1994)


2. Dermis
Dermis lebih tebal daripada epidermis dan tediri dari sel-sel yang
susunannya lebih kompak. Lapisan ini berperan dalam pembentukan sisik pada
ikan yang bersisik. Derivat-derivat kulit juga dibentuk dari lapisan ini. Pada
dermis ini terkandung pembuluh darah, saraf dan jaringan pengikat.
3. Lendir
Sel kelenjar yang berbentuk piala dan terletak didalam epidermis,
mengeluarkan suatu zat (semacam glycoprotein) yang dinamakan mucin. Apabila
mucin ini bersentuhan dengan air maka akan berubah menjadi lendir. Kegiatan sel
kelenjar tersebut akan menentukan ketebalan lendir yang menutupi kulit.
Umumnya ikan yang tidak bersisik memiliki lendir yang lebih tebal dibandingkan
dengan ikan yang bersisik. Hal ini merupakan suatu keadaan pengganti ketiadaan
sisiknya. Ketebalan sisik yang menyelimuti tubuh ikan tidak selalu sama dari
waktu kewaktu. Pada keadaan yang genting, seperti bila melepaskan diri dari
bahaya, sel kelenjar akan lebih giat lagi untuk mengeluarkan lendir sehingga
lapisan lendir menjadi lebih tebal daripada keadaan normal.
Lendir berguna untuk mengurangi gesekan dengan air supaya ikan
dapat berenang lebih cepat, berperan dalam proses osmoregulasi sebagai lapisan
semipermiabel yang mencegah keluar masuknya air melalui kulit, mencegah
infeksi dan menutup luka (Nugroho, 2013). Pada beberapa ikan, lendir berguna
untuk menghindarkan diri dari kekeringan.
4. Sisik
Sisik sering diistilahkan sebagai rangka dermis karena sisik dibuat dari
lapisan dermis.Pada beberapa ikan sisiknya berubah menjadi keras karena bahan
6

yang dikandungnya, sehingga sisik tersebut menjadi semacam rangka luar.Ikan


yang

bersisik

keras

terutama

ditemukan

pada

ikan-ikan

yang

masih

primitif.Sedangkan pada ikan modern kekerasan sisiknya sudah tereduksi menjadi


sangat fleksibel (Alamsjah, 1974) . Berdasarkan bentuk dan bahan yang
terkandung didalamnya, sisik ikan dapat dibedakan menjadi lima jenis (Alamsjah,
1974) , yaitu :
a. Sisik cosmoid
Sisik cosmoid hanya terdapat pada ikan fosil dan ikan primitif. Sisik ini
terdiri dari beberapa lapisan, berturut-turut dari luar adalah vitrodentine yang
dilapisi oleh semacam enamel, kemudian cosmine yang merupakan lapisan yang
kuat, dan noncellular, terakhir isopedine yang materialnya terdiri dari substansi
tulang. Pada lapisan isopedine terdapat pembuluh-pembuluh kecil.Yang menarik
perhatian dari sisik ini adalah pertumbuhan sisik ini hanya pada bagian bawah,
sedangkan pada bagian atas tidak terdapat sel-sel hidup yang menutup
permukaan.Ikan yang memiliki sisik tipe cosmoid ini misalnya Latimeria
chalumnae.

Type sisik ganoid pada family Latimeriidae (lobefins)


b. Sisik placoid
Sisik ini

hanya

terdapat

pada

ikan

bertulang

rawan

(Chondrichthyes). Bentuk sisik tersebut hampir seperti duri bunga mawar dengan
dasar yang bulat atau bujur sangkar.Bagian yang menonjol seperti duri keluar dari
epidermis.Susunannya hampir seperti gigi manusia.Pulp (bagian yang lunak)
berisikan pembuluh darah dan saraf yang berasal dari dermis.Sisik placoid sering
disebut juga dermal denticle.

Type sisik placoid dan pada ikan hiu


c. Sisik ganoid
Sisik ini terdiri dari beberapa lapisan, lapisan terluar dinamakan
ganoine yang materialnya terdiri dari garam-garaman organik. Dibawahnya
terdapat

lapisan

seperti

cosmine,

dan

lapisan

paling

dalam

adalah

isopedine.Berbeda dengan sisik cosmoid, sisik ganoid tumbuh dari atas dan
bawah.Ikan yang memiliki sisik tipe ganoid ini antara lain Polypterus,
Lapisostidae, Acipenceridae, dan Polyodontidae.

Type sisik ganoid pada family Acipenseridae (sturgeons)


d. Sisik Cycloid dan Stenoid
Sisik ini terdapat pada golongan ikan Teleostei, dimana masingmasing terdapat pada golongan ikan bejari-jari sirip lemah (Malacopterygii) dan
golongan ikan berjari-jari sirip keras (Acanthopterygii).Dibandingkan dengan
ketiga sisik terdahulu, kedua sisik ini kepipihannya sudah tereduksi menjadi
sangat tipis, fleksibel, transparant, dan tidak mengandung dentine maupun
enamel.Pertumbuhan sisik ini terjadi pada bagian atas maupun bawah.

Type sisik cycloid

Type sisik stenoid

5. Pigmen Warna
Ikan-ikan yang hidup di perairan bebas mempunyai warna tubuh yang
sederhana. Ikan yang hidup didaerah dasar, bagian dasar perutnya bewarna pucat
dan bagian punggungnya bewarna gelap. Warna tubuh yang cemerlang dan cantik
biasanya dimiliki oleh ikan-ikan yang hidup di sekitar karang. Warna ikan tersebut
dikarenakan oleh schemachrome (karena konfigurasi fisik) dan biochrome
(pigmen pembawa warna). Schemachrome putih terdapat pada rangka, gelembung
renang sisik; biru dan ungu pada iris mata; warna-warna pelangi pada sisik, mata
dan membran usus. Yang termasuk biochrome ialah :
a) Carotenoid; berwarna kuning, merah dan corak lainnya
b) Chromolipoid; berwarna kuning sampai coklat
c) Indigoid; berwarna biru, merah dan hijau
d) Melanin; kebanyakan berwarna hitam atau coklat
e) Porphyrin atau pigmen empedu; berwarna merah, kuning, hijau, biru dan
coklat
f) Flavin; berwarna kuning tetapi sering dengan fluoresensi kehijau-hijauan
g) Purin; berwarna putih atau keperak-perakan
h) Pterin; berwarna putih, kuning, merah dan jingga
Sel khusus yang memberikan warna pada ikan ada dua macam yaitu :

Iridocyte (leucophore dan guanophore)


Sel ini dinamakan juga sel cermin karena mengandung bahan yang

dapat memantulkan warna di luar tubuh ikan. Bahan yang terkandung


dalam sel cermin antara lain guanin kristal (warna keputih-putihan)
sebagai hasil buangan metabolisme.
Chromatophore terdapat di dalam dermis

Sel ini mempunyai butir-butir pigmen yang merupakan sumber


warna sesungguhnya. Butir pigmen ini dapat menyebar ke seluruh sel atau
mengumpul pada suatu titik. Gerakan inilah yang menyebabkan perubahan
warna pada ikan. Jika butir-butir pigmen mengumpul pada suatu titik maka
warna yang dihasilkan secara keseluruhan nampak pucat. Sedangkan jika
butir pigmen menyebar, maka warna akan terlihat jelas tergantung pada
butir pigmen tersebut. Ummnya satu warna khas tergantung pada
kombinasi chromatophore dasar yang mengandung satu warna.
Chromatophore dasar ada empat jenis yaitu erythrophore (merah dan
jingga), xanthophore (kuning), melanophore (hitam), dan leucophore
(putih) (Alamsjah, 1974).
6. Organ Cahaya
Cahaya yang dikeluarkan oleh jasad hidup dinamakan bioluminescens,
yang umumnya bewarna biru atau biru kehijau-hijauan. Terdapat dua sumber
cahaya yang dikeluarkan oleh ikan dan keduanya terdapat pada kulit, yaitu warna
yang dikeluarkan oleh bakteri yang bersimbiosis dengan ikan dan cahaya yang
dikeluarkan oleh ikan itu sendiri. Ikan-ikan yang dapat mengeluaran cahaya
umumnya tinggal di bagian laut dalam dan hanya sedikit yang hidup diperairan
dangkal. Sebagian dari padanya bergerak ke permukaan untuk ruaya makanan. Di
laut dalam terletak antara 300 1000 meter dibawah permukaan laut. Jadi fungsi
organ cahaya pada ikan ialah sebagai tanda pengenal individu ikan sejenis untuk
memikat mangsa, menerangi lingkungan sejenis, mengejutkan musuh, dan
melarikan diri, sebagai penyesuaian ketidak adaan sinar di laut dalam dan diduga
sebagai ciri ikan beracun (Gunarso, 1979).
7. Kelenjar Beracun
Kelenjar beracun merupakan derivat kulit yang merupakan modifikasi
kelenjar yang mengeluarkan lendir.Kelenjar beracun ini bukan saja dipergunakan
untuk pertahanan diri saja, tetapi juga untuk menyerang dan mencari makan.Studi
tentang

racun

ikan

ini

dinamakan

ichthyotoxisme,

yang

meliputi

ichthyosarcotoxisme (mempelajari berbagai macam keracunan akibat memakan


ikan beracun) dan ichthyoacanthotoxisme (mempelajari sengatan ikan berbisa)
(Gunarso, 1979).

10

2.3 Sistem integumen amphibi

Pada amfibi, kulit merupakan organ yang penting. Kulit katak memiliki
sifat permeabilitas, dimana air dan gas dapat keluar-masuk. Kulit katak juga
berfungsi sebagai alat pernafasan dan harus lembab sehingga tidak kekeringan.
Oleh karena itu katak harus mengembangkan adaptasi yang berhubungan erat
dengan sifat dari kulit mereka. Untuk mengurangi kemungkinan kulit mengering
maka adaptasi yang dilakukan antara lain:
1.

Merapatkan tubuh untuk mengurangi luas permukaan yang bisa

2.
3.
4.
5.

mongering,
Hidup dekat badan air,
Berlindung di tumbuhan teduh atau permukaan batu,
Menutupi kulit dengan bahan licin dan
Masuk ke dalam tanah.
Seperti juga pada beberapa jenis reptil (yang terlihat jelas adalah ular)

yang mengelupaskan kulitnya maka pada waktu-waktu tertentu katak juga akan
mengelupaskan kulit bagian atas (stratum corneum) secara berkala, terutama saat
tumbuh. Kebanyakan dari jenis amfibi akan memakan kulit lamanya, yang
merupakan sumber air dan unsur hara. Kulit yang lemas sebagai penutup tubuh
berfungsi menutupi tubuh terhadap gangguan yang bersifat fisis dan pathologis.
Disamping itu sebagai alat untuk mengisap air karena katak tidak minum
(Sriyono,dkk. 2005).
Kulit tersusun atas epidermis, dermis yang terbagi atas jaringan lain. Pada
epidermis sebelah bawah merupakan lapisan germ yang selalu menghasilkan
lapisan jangat yang setiap waktu bisa terkelupas. Tiap bulan selama musim hujan
11

di bsawah lapisan jangat baru, sehingga setiap waktu lapisan jangat yang lama
terlepas sudah siap penggantinya. Pada dermis terdapat jaringan ikat, di sebelah
luar jaringan tersebut terdapat jaringan seperti karet busa yang mengandung
banyak kelenjar dan pigmen. Bagian sebelah dalam dari dermis terdapat saraf dan
pembuluh darah yang mempunyai peranan penting dalam proses pernafasan
melalui kulit (Fawcett, 2002). Kelenjar kulit menghasilkan sekresi yang berupa
cairan untuk membasahi kulit luar. Ini merupakan derivat dari epidermis katak.
Kelenjar kulit terbagi atas 2 yaitu:
a) Glandulae mucosa (kelenjar lendir) yang menghasilkan lendir bening
untuk memudahkan katak melepaskan diri bila ditangkap.
b) Glandulae toxicon (kelenjar racun) yang menghasilkan zat racun yang
pada tingkat tertentu dapat secara efektif mematikan hewan lain.
Dalam kulit terdapat butir-butir pigmen pada epidermis dan sel pigmen
pada dermis. Beberapa jenis katak mempunyai kelenjar beracun (glanular gland)
pada kulit yang pada saat terganggu akan mengeluarkan cairan berwarna susu
ataupun bening (kadang-kadang berbau dan lengket) yang bersifat racun yang
secara kimiawi terdiri dari bicyclic dan steroid alkaloid. Kelenjar ini biasanya
terkonsentrasi pada kepala atau pada bintil-bintil di sepanjang tubuh dan disebuat
sebagai kelenjar paratoid. Jenis-jenis katak dari Amerika Selatan memiliki racun
yang sangat kuat yang dapat mematikan manusia. Katak Dendrobates memiliki
warna yang indah sebagai tanda bahwa mereka beracun. Hasil penelitian
menunjukan bahwa racun ini sebagian besar berasal dari serangga yang dimakan
mereka, oleh karena itu katak-katak Dendrobatidae yang ditangkarkan dan diberi
makana biasa akan kehilangan daya racunnya. Racun kodok umumnya memiliki
kandungan kimiawi berupa Biogenic amines yaitu epinephrine, nor epinephrine,
dopamine, epinine, indolealkylamines yang dapat mengakibatkan halusinasi dan
melembutkan otot.

12

Gambar Irisan Melintang kulit amphibi


2.4 Sistem integumen Reptil

Kulit/Integumen pada Reptilia umumnya tidak mengandung kelenjar


keringat. Integumen adalah jaringan penutup permukaan, seperti kulit dan
mukosa. Lapisan terluar dari integumen yang menanduk tidak mengandung selsel saraf dan pembuluh darah. Bagian ini mati, dan lama-lama akan mengelupas.
Permukaan lapisan epidermal mengalami keratinisasi. Lapisan ini akan ikut hilang
apabila hewan berganti kulit (Fawcett, 2002). Pada calotes (bunglon) integumen
mengalami modifikasi warna. Perubahan warna ini dikarenakan adanya granulea
pigment dalam dermis yang terkumpul atau menyebar karena pengaruh yang
bermacam-macam. Pada calotes (bunglon) perubahan ini relatif cepat, karena
selalu dibawah kontrol sistem nervosum outonomicum.
Untuk mempertahankan diri dari mangsa dan penyakit ataupun
memudahkan menangkap mangsa, reptil mengembangkan berbagai pertahanan
diri. Pewarnaan berfungsi baik sebagai kamuflase maupun peringatan terhadap
predator potensial atas keberadaan racun. Secara morfologi, bentuk dan warna
yang menyerupai lingkungan sekitar menyulitkan predator memangsa mereka.

13

Kulit amfibi memiliki kelenjar mucus. Sekresi mucus membuat kulit tetap
lembab, mencegah masuknya bakteri dan pathogen lainnya.
Kulit reptilia menunjukkan adaptasi untuk membuat kulit menjadi kedap
air dengan terbentuknya penutup tubuh berupa sisik tanduk. Hubungan antara
sisik berupa daerah-daerah dimana bahan tanduk tipis dan dapat melipat. Pada
lepidosauria seluruh generasi epidermis menyilih menjadi satu.. Dalam stadium
istirahat, epidermis terdiri atas stratum germinativum dan suatu generasi
epidermis luar yang khas terdiri atas 5 lapisan. Lapisan ini dari luar ke dalam
mula-mula tebal dengan sel-sel yang menanduk oleh B-keratin. Lapisan
permukaan mempunyai duri-duri yang mikroskopis. Lapisan ini

disebut

oberhautchen. Di bawah lapisan B-keratin terdapat lapisan tengah, kemudian


diikuti suatu lapisan yang cukup tebal dari bahan yang lepas-lepas, mati, tidak
berintiserta mengandung a-keratin. Di bawah lapisan ini terdapat 2 lapisan sel
hidup, yaitu suatu lapisan yang nantinya akan termasuk a-keratin dan suatu
lapisan dalam yang nantinya menjadi jernih dan menyebabkan pemisahan dengan
lapisan yang akan menyilih. Pada akhir stadium istirahat, epitel germinal secara
cepat berproliferasi untuk membuat lapisan-lapisan generasi epidermis dalam.
Bila generasi epidermis dalam ini menjadi dewasa, lapisan tersebut akan
memisahkan diri dari lapisan yang paling dalam dari generasi epidermis luar dan
penyilihan dapat berlangsung.
Lempeng keratin pada permukaan luar suatu sisik datar yang besar disebut
skutum (scute). Skutum buaya dan kura-kura tidak pernah ditanggalkan.
Pertumbuhan skutum berlangsung dengan menambah bahan keratin pada seluruh
permukaan dalam skutum. Setiap gelombang pertumbuhan terentang hingga di
luar batas skutum yang lama, membentuk cincin konsentris pada batok kura-kura
(turtle shell).
Pada kura-kura dan penyu, kornifikasi dari epidermis membentuk
sepasang perisai yang melindungi tubuhnya. Perisai sebelah dorsal berbentuk
lonjong dan konveks disebut karapaks, dan sebelah ventral berbentuk lonjong dan
datar disebut plastron. Pelat-pelat keratin pada permukaan terluar karapaks dan
plastron ini disebut skuteum (Tenzer, 1993).

14

Gambar skutelum plastron (kiri) dan karapaks (kanan)


Cara pada reptile merupakan derivat dari stratum korneum dari ujungujung jari(Tenzer, 1993).
2.5 Sistem integumen aves
Tubuh aves dibungkus oleh kulit yang seolah-olah tak melekat pada
otot. Dari kulit akan muncul bulu, yang merupakan hasil pertumbuhan epidermis
menjadi bentuk ringan, fleksibel, dan sebagi pembungkus tubuh sangat resistensi.
Pertumbuhan serupa sisik pada reptil. Pada mulanya bulu sebagai papil dermal
yang selanjutnya mencuat menutupi epidermis. Dasar kuncup bulu itu melekuk
kedalam pada tepinya sehingga terbentuk foliculus yang merupakan lubang bulu
pada kulit (Gunarso, 1979). Selaput epidermis sebelah luar dari kuncup bulu
menanduk dan membentuk bungkus yang halus sedang epidermis membentuk
lapisan penyusun rusuk bulu. Setral kuncup bulu itumempunyai bagian epidermis
yang lunak yang mengandung pembuluh darah sebagi pembawa zat-zat makanan
dan proses pengeringan pada perkembangan selanjutnya.
Bulu adalah ciri khas kelas aves yang tidak dimiliki oleh vertebrata lain.
Hampir seluruh tubuh aves ditutupi oleh bulu, yang secara filogenetik berasal dari
epidermal tubuh, yang pada reptil serupa dengan sisik.Secara embriologis bulu
aves

bermula dari

papil

dermal

yang selanjutnya

mencuat

menutupi

epidermis.Dasar bulu itu melekuk ke dalam pada tepinya sehingga terbentuk


folikulus yang merupakan lubang bulu pada kulit. Selaput epidermis sebelah luar
dari kuncup bulu menanduk dan membentuk bungkus yang halus, sedang
epidermis membentuk lapisan penyusun rusuk bulu.Sentral kuncup bulu
mempunyai bagian epidermis yang lunak dan mengandung pembuluh darah
15

sebagai pembawa zat-zat makanan dan proses pengeringan pada perkembangan

selanjutnya (Jasin, 1984).


Berdasarkan susunan anatomis bulu dibagi menjadi :
Filoplumae, Bulu-bulu kecil mirip rambut tersebar di seluruh tubuh. Ujungnya
bercabang-cabang pendek dan halus. Jika diamati dengan seksama akan

tampak terdiri dari shaft yang ramping dan beberapa barbulae di puncak.
Plumulae, Berbentuk berbentuk hampir sama dengan filoplumae dengan

perbedaan detail.
Plumae, Bulu yang sempurna.
Barbae
Barbulae, ujung dan sisi bawah tiap barbulae memiliki filamen kecil disebut
barbicels yang berfungsi membantu menahan barbula yang saling
bersambungan.

Lubang pada pangkal calamus disebut umbilicus inferior, sedangkan


lubang pada ujung calamus disebut umbilicus superior. Bulu burung pada saat
menetas disebut neossoptile, sedangkan setelah dewasa disebut teleoptile.
Menurut letaknya, bulu aves dibedakan menjadi :

Tectrices, bulu yang menutupi badan.


Rectrices, bulu yang berada pada pangkal ekor, vexilumnya simetris dan berfungsi

sebagai kemudi.
Remiges, bulu pada sayap yang dibagi lagi menjadi:
remiges primarie yang melekatnya secara digital pada digiti dan secara metacarpal

pada metacarpalia.
Remiges secundarien yang melekatnya secara cubital pada radial ulna.
Remiges tertier yang terletak paling dalam nampak sebagai kelanjutan sekunder

daerah siku.
Parapterum, bulu yang menutupi daerah bahu.
Ala spuria, bulu kecil yang menempel pada ibu jari

16

Bentuk bulu ekor burung pada saat tidak terbang bermacam-macam,


antara lain berbentuk persegi, bertakik, bercabang, bulu sebelah luar memanjang,
bulu ekor dengan raket, bulu tengah panjang, bundar, berbentuk cakram,
berbentuk tingkatan, dan berujung runcing.
Warna bulu dihasilkan oleh butir pigmen, dengan difraksi dan refleksi
cahaya oleh struktur bulu atau oleh pigmen dan struktur bulu. Pigmen pokok yang
menimbulkan warna pada bulu adalah melanin dan karotenoid. Karotenoid sering
disebut dengan lipokrom yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam metanol,
eter atau karbon disulfida. Karotenoid terbagi menjadi 2, yaitu zooeritrin (animal
red) dan zoosantin (animal yellow). Pigmen melanin terklarut dalam asam. Butirbutir eumelanin beraneka macam yaitu dari hitam sampai coklat gelap.
Feomelanin yaitu hampir tanpa warna hingga coklat kemerahan.
Bulu-bulu burung sebenarnya tidak merata, tetapi dirancang pada
bidang-bidang terbatas yang disebut pterilae dan ada bidang kecil yang tidak
ditumbuhi bulu disebut apterile. Pengecualian pada penguin dan burung kiwi yang
bulunya menutupi hampir sebagian besar tubuhnya. Bulu burung dapat dinamai
sesuai dengan bidangnya berada, yaitu:

Capital tract yaitu bulu yang menutup bagian atas, samping dan belakang

kepala dan terus ke pterilae berikutnya.


Spinal tract, bulu yang memanjang dari atas leher ke punggung terus ke

dasar ekor dan bisa berlanjut atau terpisah ditengah.


Ventral tract, berawal diantara cabang rahang bawah dan memanjang turun
ke sisi ventral leher. Biasanya bercabang menjadi dua bidang lateral

17

melewati sepanjang sisi tubuh dan berakhir disekitar anus. Bagian


apterilae dadabawah dan perut beberapa burung, kaya pembuluh darah
selama bersarang dan merupakan daerah mengeram (brood patch). Pada

saat mengeram bulu pada brood patch akan rontok dan kulitnya tipis.
Humeral tract yaitu sepasang pterilae yang sejajar seperti pita sempit yang

meluas ke belakang pada sisi pundak.


Caudal tract termasuk retrices, bulu pada ekor, biasanya panjang dan kuat.
Alar tract termasuk berbagai pterilae yang terletak pada sayap. Thumb
merupakan sisa jari kedua. Sedangkan bulu yang menutupi permukaan atas
dan bawah sayap disebut dngan covert dan bulu pada aksial sayap disebut

aksillaria.
Femoral tract, bulu yang meluas sepanjang permukaan luar paha dekat

sendi lutut ke tubuh.


Crural tract, bulu yang menyususn sisa bidang bulu lainnya pada kaki
Bulu burung terbentuk dari struktur tak hidup sehingga mudah kusut

akibat oksidasi dan gesekan. Bulu-bulu yang telah lama akan lepas secara periodik
dan digantikan oleh bulu yang baru. Pelepasan dan pergantian bulu ini disebut
dengan molting. Pergantian bulu terjadi pada waktu tertentu dalam satu tahun dan
diselesaikan dalam satu periode (selama beberapa minggu).
2.6 Sistem integumen mamalia
Mamalia memliki integumen yang terdiri dari 3 lapisan: paling luar
adalah epidermis, yang tengah adalah dermis, dan paling dalam adalah
hipodermis. Epidermis biasanya terdiri atas 30 lapis sel yang berfungsi menjadi
lapisan tahan air. Sel-sel terluar dari lapisan epidermis ini sering terkelupas;
epidermis bagian paling dalam sering membelah dan sel anakannya terdorong ke
atas (ke arah luar). Bagian tengah, dermis, memiliki ketebalan 15-40 kali
dibanding epidermis. Dermis terdiri dari berbagai komponen seperti pembuluh
darah dan kelenjar. Hipodermis tersusun atas jaringan adiposa dan berfungsi untuk
menyimpan lemak, penahan benturan, dan insulasi. Ketebalan lapisan ini
bervariasi pada setiap spesies (Fawcett, 2002).

18

Kulit semua hewan vertebrata tersusun atas dua lapisan utama, yaitu
pidermis di sebelah luar yang merupakan derivat ektoderm, dan dermis di sebelah
dalam yang merupakan derivat mesoderm.
Epidermis tersusun atas epitel berlapis banyak pipih. Epidermis dapat
tumbuh terus, karena pada lapisan terbawahnya terdapat sel-sel induk yang terus
melakukan mitosis. Tipe sel yang menyusun epidermis adalah keranosit, sel
langerhands, sel merkel, dan melanosit.
1. Keranosit adalah sel terbanyak yang ditemukan di epidermis. Keranosit, yang
merupakan hasil pembelahan sel pada lapisan epidermis yang paling dalam
lapisan basal, tumbuh terus ke arah permukaan kulit, dan seiring waktu bergerak
ke atas keranosit mengalami proses yang disebut 'deferensiasi terminal' untuk
membentuk sel-sel lapian permukaan (stratum korneum) (Brown & Burns, 2002).
2. Melanosit ditemukan pada ujung saraf, memproduksi pigment melanin yang
memberikan warna coklat pada kulit. Bentuknya silindris, bulat dan panjang.
Mengandung tirosinase yang dihasilkan oleh REG, kemudian tirosinase tersebut
diolah oleh Aparatus Golgi menjadi oval granules (melanosomes). Ketika asam
amino tirosin berpindah ke dalam melanosomes, melanosomes berubah menjadi
melanin. Enzim tirosinase yang diaktifkan oleh sinar ultra violet. Kemudian
melanin meninggalkan badan melanisit dan menuju ke sitoplasma dari sel-sel
dalam lapisan stratum spinosum. Dan pada akhirnya pigmen melanin didegradasi
oleh keratinosit (UCC).
3. Sel merkel banyak terdapat pada daerah kulit yang sedikit rambut (ujung jari,
oral mucosa, daerah dasar folikel rambut). Menyebar di lapisan stratum basal
yang banyak mengandung keratinosit (UCC).
4. Sel langerhansdisebut juga sel dendrit karena sering bekerja di daerah lapisan
stratum spinosum. Merupakan sel yang mengandung antibodi. Berkisara 2% 4
% dari keseluruhan sel epidermis. Selain itu, juga banyak terdapat di bagian
dermis pada lubang mulut, esophagus, dan vagina. Fungsi dari langerhans cells
adalah untuk melakukan responi terhadap imun karena mempunyai antibody
(UCC).
Dari luar kedalam, epidermis terbagi menjadi lima lapisan, yaitu: stratum
korneum, stratum lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum, dan stratum

19

germinativum (Browne, 2014). Stratum korneum terdiri dari sel-sel pipih, tidak
berinti, dan mengalami penandukan (keranitisasi). Stratum lusidum: terdiri dari
beberapa lapis sel yang sangat pipih dan bening. Biasanya terdapat pada kulit
yang tebal (kulit tak berambut). Stratum granulosum terdisi 3-5 lapis sel-sel
poligonal pipih yang mengandung granula-granula leratohialin. Lapisan ini
berfungsi sebagai perintang masuknya benda-benda asing. Stratum spinosum yang
terdiri dari sel-sel kubus, poligonal atau gelendong yang saling berlekatan.
Memiliki fungsi untuk menahan gesekan dan tekanan dari luar. Stratum
germinativum (statum basal) yang terdiri dari sel-sel yang berbentuk silindris atau
kubus, langsung berbatasan dengan dermis. Sel-sel inilah yang aktif bermitosis
untuk menghasilkan sel-sel korneum yang mengelupas. Diantara sel-sel pada
lapisan germinativum terdapat sel-sel melanosit, yang berisi melanin yaitu pigmen
cokelat tua. Sel pigmen pada epidermis merupakan ciri hewan homoioterm.

Gambar lapisan pada epidermis kulit dan sel penyusun epidermis (sumber:
http://anatomybodygallery.com/)
Dermis beberapa kali lebih terbal dari epidermis. Tersusun atas jaringan
ikat fibrous yang memberikan kekuatan, extensibility (kemampuan untuk

20

meregang), dan elasticity (kemampuan untuk kembali pada bentuk semula).


Kolagen dan serabut elastis banyak ditemukan pada lapisan ini. Kolagen
memberikan kekuatan dan kekerasan (toughness)dari dermis, sedangkan serabut
elastis memberikan extensibility dan elasticity (Gunstream, 2000)
Dermis dibangun oleh stratum papillae dan stratum reticular. Stratum
papillae terdiri atas jaringan ikat longgar sehingga disebut stratum spongiosum.
Lapisan ini membentuk penonjolan-penonjolan ke dalam epidermis yang disebut
papilla dermis. Stratum reticular terdiri atas jaringan ikat padat, sehingga juga
disebut stratum kompaktum. Baik stratum papillae maupun stratum reticular
mengandung selaput elastin yang bertanggung jawab terhadap elastisitas dan
kekuatan kulit (Tenzer, 1993).

Gambar lapisan pada dermis (sumber: http://cnx.org/)


Komponen dari lapisan stratum reticular berisi banyak struktur khusus
yang melaksanakan fungsi kulit. Tersusun atas akar-akar rambut, muskulur
arektore pilorum (otot penegak rambut), kelenjar minyak (glandula sebasea),
kelenjar keringat (glandula sudirofera), pembuluh darah dan saraf. Selain itu
terdapat akhiran-akhiran saraf sensoris berupa badan-badan Meisner dan Vater
Paccini (Tenzer, dkk, 2001).
1. Akar rambut. Di sekitar akar rambut terdapat otot polos penegak rambut
(Musculus arektor pili), dan ujung saraf indera perasa nyeri. Udara dingin akan

21

membuat otot-otot ini berkontraksi dan mengakibatkan rambut akan berdiri.


Adanya saraf-saraf perasa mengakibatkan rasa nyeri apabila rambut dicabut.
2. Kelenjar Minyak (glandula sebasea) Kelenjar minyak terdapat di sekitar akar
rambut. Adanya kelenjar minyak ini dapat menjaga agar rambut tidak kering.
3. Kelenjar Keringat (glandula sudorifera). Kelenjar keringat dapat menghasilkan
keringat. Kelenjar keringat berbentuk botol dan bermuara di dalam folikel rambut.
Bagian tubuh yang banyak terdapat kelenjar keringat adalah bagian kepala, muka,
sekitar hidung, dan lain-lain. Kelenjar keringat tidak terdapat dalam kulit tapak
tangan dan telapak kaki.
4.Pembuluh Darah. Pembuluh darah banyak terdapat di sekitar akar rambut.
Melalui pembuluh darah ini akar-akar rambut mendapatkan makanan, sehingga
rambut dapat tumbuh.
5. Serabut Saraf. Pada lapisan dermis terdapat puting peraba yang merupakan
ujung akhir saraf sensoris. Ujung-ujung saraf tersebut merupakan indera perasa
panas, dingin, nyeri, dan sebagainya.
Hipodermis merupakan lapisan di bawah kulit. Dibangun oleh jaringan
pengikat longgar. Komponennya adalah serabut kolagen, elastis dan sel lemak
yang membangun jaringan lemak (jaringan adipose) pada lapisan ini (Tenzer, dkk,
1993). Hipodermis berfungsi sebagai insulator panas dan tempat menyimpan
lemak. Hipodermis menghemat panas tubuh dan menghambat penetrasi panas
eksternal ke dalam tubuh. Pembuluh darah dan saraf dalam lapisan subkutan
menyalurkan cabang yang memasok dermis(Gunstream, 2000).
Kulit dikelompokkan menjadi dua tipe dasar: kulit tipis dan kulit tebal.
Kulit tipis adalah jenis utama dari kulit yang menutupi tubuh manusia. Memiliki
epidermis yang relatif tipis dan umumnya mengandung folikel rambut, kelenjar
sebasea, dan kelenjar keringat. Pada kulit tipis tidak ditemukan stratum lusidum.
Kulit tebal hanya ditemukan di dua lokasi utama: telapak tangan dan telapak kaki,
area tubuh yang secara rutin mengalami abrasi yang luas. Kulit tebal memiliki
epidermis secara signifikan lebih tebal dari kulit tipis, mengandung kelenjar
keringat, tetapi tidak memiliki folikel rambut dan kelenjar sebasea (Gallik, 2009).

22

Gambar perbedaan histologi kulit tipis dan kulit tebal (sumber:studyblue.com)


Turunan Kulit (Derivat Kulit)
1. Kelenjar kulit
Kelenjar susu
Kelenjar susu (glandula mammae) hanya dimiliki oleh mammalia.
Kelenjar ini merupakan modifikasi kelenjar keringat. Kelenjar susu terbentu
sepanjang garis susu, yang terentang dari ketiak sampai lipat paha. Berdasarkan
wilayah-wilayah di mana kelenjar susu tumbuh, dapat dibedakan kelenjar susu
aksila (ketiak), thorak (dada), abdominal (perut), dan inguinal (lipat paha).
Kelenjar bau
Kelenjar ini terdapat misalnya pada kaki kambing, rodentia, karnivora.
Pada sigung (skunk) terdapat kelenjar bau di dekat anus, sedangkan pada ular
terdapat di dekat kloaka. Fungsi kelenjar bau adalah untuk komunikasi
intraspesies, seperti membatasi teritori, untuk menarik pasangan, atau untuk
pertahanan (Suripto,1994).
Kelenjar minyak
Kelenjar ini terbatas

terdapat

pada

mammalia

dan biasanya

berhubungan dengan rambut. Fungsi kelenjar minyak adalah menggetahkan


sebum yang berguna untuk melumasi rambut dan lapisan tanduk kulit. Modifikasi
kelenjar minyak berupa kelenjar serumen yang terdapat pada telinga luar
mammalia. Selain itu, kelenjar tarsal pada kelopak mata sebelah dalam dan
kelenjar meiboom pada sudut-sudut mata juga merupakan modifikasi kelenjar

23

minyak. Fungsi kelenjar ini adalah menghasilkan minyakyang menutupi kornea


dan berfungsi sebagai pelumas.
Kelenjar keringat
Kelenjar ini hanya terdapat pada mamalia. Pada manusia, kelenjar keringat
tersebar di seluruh permukaan tubuh, sedangkan pada mamalia lainnya
penyebarannya lebih terbatas, misalnya di daerah telinga, bibir, kepala, punggung,
jari kaki, telapak kaki, sekitar anus, dan kelenjar susu. Sekret kelenjar keringat
bersifat seperti air serta mengandung garam-garam dan urea. Komposisi secret
tersebut berubah-ubah menurut keadaan metabolik hewannya. Evaporasi keringat
menyebabkan penyejukan, sehingga membantu memelihara suhu tubuh yang
konstan (Junquiera, 2007) .

2. Rambut
Ciri khas dari Mamalia adalah rambut penutup tubuh yang merupakan
derivat dari stratum korneum. Bagian telapak tangan dan telapan kaki tidak
tertutup rambut. Pada bagain tubuh yang rambutnya jarang-jarang dan bagian
yang sering terkena gesekan atau tekanan, epidermisnya mengalami penebalan.
Pada trenggiling (Manis sp) rambut bermodifikasi menjadi sisik-sisik
tanduk yang menutup seluruh tubuh. Pada Armandilo, seluruh tubuhnya tertutup
oleh keping-keping tanduk yang di dalamnya terdapat keping-keping tulang. Ekor
tikus (Rattus sp) ditutupi oleh sisik-sisik tanduk yang halus, meskipun diantaranya
masih terdapat rambut. Pada landak, rambut bermodifikasi menjadi duri (quil).
Bagian dalam duri landak tidak berongga, tertapi duri tersebut menjadi sangat
kaku. Duri-duri ini merupakan modifikasi dari rambut yang terbuat dari protein
keratin. Istimewanya, di setiap rambutnya, terdapat poros berongga dan otot

24

tersendiri. Hal inilah yang menyebabkan duri landak dapat muncul saat landak
merasa terancam (Mulyana, 2014).
Rambut adalah organ seperti benang yang tumbuh di kulit hewan,
terutama mamalia.Rambut muncul dari epidermis (kulit luar), walaupun berasal
dari folikel rambut yang berada jauh di bawah dermis (Suripto,1994). Struktur
mirip rambut, yang disebut trikoma, juga ditemukan pada tumbuhan. Rambut
pada manusia tumbuh di seluruh permukaan kulit, kecuali pada telapak kaki,
telapak tangan dan bibir. Bagian tubuh yang memiliki rambut terpekat adalah
permukaan dan bagian belakang kepala, alis, bulu mata dan bagian lainnya.
Susunan Rambut:
a. Shaft, yaitu rambut di permukaan
kulit.
b. Akar, Rambut yang terrtanam
di bawah kulit.
c. Folikel, pori-pori kulit yang dilalui
rambut.
d. Papilla, ujung yang bertumbuh.
e. Medulla, Bagian tengah yang
berlubang seperti selang.
f. Korteks, Bagian utama dari
rambut.
g. Kutikula, lapisan keras.
h. Kelenjar minyak
i. Arector pili musle, membuat
rambut bisa berdiri.
j. Pembuluh saraf
k. Saraf.
Gambar struktur folikel rambut dan rambut (sumber: en.wikipedia.org)
Terdiri dari benang bertanduk yang berasal dari epidermis, terdiri
dari batang dan akar yang meluas ke bawah hingga menyerupai umbi yang
bertakik pada lapisan di bawahnya.Ruang dalam takik terdapat jaringan
25

penyambung atau papilla.Akar rambut terbungkus dari folikel rambut yang


berasal dari sumbu epidermal dan dermal (Junquiera, 2007). Rambut
terdiri atas 3 lapisan epitel, yaitu medulla, korteks dan kutikula. Folikel
rambut terdiri atas:
a.

Seludang akar epitel dalam, terdiri dari kutikula, lapisan Huxley, henle.
b. Seludang akar epitel luar yang berasal dari epidermis, merupakan
perpanjangan lapisan malpighi (stratum basale dan spinosum)

c.

Selubung jaringan penyambung berasal dari dermis:


-

Selubung dalam, membran hialin sempit, menempel pada sel-sel

silindris selubung luar.


Selubung tengah, serat jaringan penyambung halus yang tersusun

dalam jaringan.
Selubung atas, berfungsi mengangkut rambut dalam epidermis.

3. Kuku
Kuku adalah bagian tubuh binatang yang terdapat atau tumbuh di ujung
jari. Kuku tumbuh dari sel mirip gel lembut yang mati, mengeras, dan kemudian
terbentuk saat mulai tumbuh dari ujung jari. Kulit ari pada pangkal kuku berfungsi
melindungi dari kotoran. Fungsi utama kuku adalah melindungi ujung jari yang
lembut dan penuh urat saraf, serta mempertinggi daya sentuh. Secara kimia, kuku
sama dengan rambut yang antara lain terbentuk dari keratin protein yang kaya
akan sulfur. Terdiri dari sel tanduk yang mengalami modifikasi yang bersatu
dengan kuat. Pada bagian proksimal kuku terbentuk dalam matriks kulit. Dasar
kuku terdiri dari sel Prickle yang mengalami modifikasi dimana kuku melekat
dengan kuat. Kuku sebagian memperoleh warna dari darah dan sebagian dari
pigmen dalam epidermis, terutama melanin. Sebagai penutup bagian luar maka
selain sebagai protektif ia juga bertindak sebagai barier terhadap infeksi, ketahana
jaringan (pelindung di bawahnya), sebagai insulator dan suhu tubuh (Junquiera,
2007).
Pada kulit di bawah kuku terdapat banyak pembuluh kapiler yang
memiliki suplai darah kuat sehingga menimbulkan warna kemerah-merahan.
Seperti tulang dan gigi, kuku merupakan bagian terkeras dari tubuh karena
kandungan airnya sangat sedikit.

26

Bagian kuku terdiri dari:

Matriks kuku: pembentuk jaringan kuku yang baru


Dinding kuku (nail wall): lipatan-lipatan kulit yang menutupi bagian pinggir

dan atas
Dasar kuku (nail bed): bagian kulit yang ditutupi kuku
Alur kuku (nail grove): celah antar dinding dan dasar kuku
Akar kuku (nail root): bagian proksimal kuku
Lempeng kuku (nail plate): bagian tengah kuku yang dikelilingi dinding kuku
Lunula: bagian lempeng kuku yang berwarna putih didekat akar kuku

berbentuk bulan sabit, sering tertutup oleh kulit


Eponikium (kutikula): dinding kuku bagian proksima, kulit arinya menutupi

bagian permukaan lempeng kuku


Hiponikium: dasar kuku, kulit ari dibawah kuku yang bebas (free edge)
menebal

Derivat yang lain dari epidermis pada Mamalia adalah kuku, telapok (pada
(kuda), cula (pada badak) yang dibangun oleh sebaut keratin yang kompak, dan
tanduk. Tanduk sebenarnya terdapat pada Ruminansia (sapi, kambing, dan biribiri). Di dalam tanduk terdapat rongga yang diisi oleh bahan tanduk tulang
sebagai sumbu. Rongga (tanduk rusa) dan tanduk jerapah bukan derivat dari
epidermis, karena merupakan penonjolan dari tulang tengkorak yang diselaputi
oleh kulit (Tenzer, dkk, 2001)
2.7. Perbandingan Anatomi Sistem Integumen Vertebrata

27

Pisces

Tersusun atas epidermis dan dermis

Amfibi

Memiliki lender dan sisik


Tersusun atas epidermis, dan dermis

Reptil

(kelenjar lender dan kelenjar racun)


Tersusun atas epidermis dan dermis
Terdapat adaptasi penutup tubuhnya

Aves

berupa sisik tanduk


Tersusun atas epidermis dan dermis
Terbungkus bulu sebagai hasil

Mamalia

pertumbuhan epidermis
Terdapat lapisan epidermis, dermis, dan
hypodermis.
Derivat : kelenjar kulit, rambut, kuku,
telapok (pada (kuda), cula (pada badak)
yang dibangun oleh sebaut keratin yang
kompak, dan tanduk.

28

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang bisa diambil dari makalah ini adalah :
1. Sistem integumen adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan,
melindungi, dan menginformasikan hewan terhadap lingkungan sekitarnya.
2. Sistem integumen atau penutup tubuh ikan adalah kulit beserta drivatdrivatnya, seperti sisik dan kelenjar beracun
3. Kulit amfibi adalah permeabel terhadap air dan sarat dengan kelenjar lendir,
mencegah kulit dari kekeringan
4. Tubuh reptil umumnya tertutupi oleh sisik-sisik yang beraneka bentuk, sisiksisik itu dapat berukuran amat halus
5. Hampir seluruh tubuh aves ditutupi oleh bulu, yang secara filogenetik
berasal dari epidermal tubuh
6. Mamalia memliki integumen yang terdiri dari tiga lapisan: paling luar adalah
epidermis, yang tengah adalah dermis, dan paling dalam adalah hipodermis.
7. Perbandingan susunan kulit pada hewan cukup jelas. Pada pisces terdapat
lendir dan sisik. Pada amphibi tersusun atas epidermis, dermis yang terbagi
atas jaringan lain seperti kelenjar lendir dan kelenjar racun. Pada kulit
reptilia terdapat adaptasi dengan terbentuknya penutup tubuh berupa sisik
tanduk. Pada aves kulit terbungkus bulu sebagai hasil pertumbuhan
epidermis. Sedangkan pada mamalia (manusia) terdiri atas lapisan epidermis
dan dermis.
B. Saran
Sistem integumen merupakan sistem yang sangat penting dalam tubuh.
Dalam sistem banyak dibahas mengenai kulit, rambut dan kelenjar kulit. Makalah
ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta informasi mengenai sistem
integumen.

DAFTAR RUJUKAN

29

Alamsjah, Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Biologi Perairan. Fakultas


Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Brown, G.B., & Burns, I. 2002. Dermatologi. Terjemahan Anies Zakaria. 2005.
Jakarta : Erlangga.).
Elaine, M. & Hoehn, K. 2007. Human Anatomy & Physiology (7th ed.). Pearson
Benjamin Cummings
Fawcett,Don W. 2002. Buku Ajar Histologi Edisi12. Jakarta : EGC.
Gallik, S. 2009. Histology of skin, (online),
(http://histologyolm.stevegallik.org/node/353), diakses tanggal 24 Januari
2015.
Gunarso, Wisnu. 1979. Dasar-Dasar Histologi. Jakarta: Erlangga
Gunstream, S. E. 2000. Anatomy & Physiology with Integrated Study Guide
Second Edition. USA: The McGraw-Hill Companies.
Jasin, M. 1984. Sistematika Hewan Invertebrata dan Vertebrata. Surabaya: Sinar
Wijaya.
Junquiera,Luiz Carlos. 2007. Histologi Dasar,Teks dan Atlas Edisi 10. Jakarta :
EGC.
Mulyana, K. 2014. Bahan Pembentuk Duri Landak, (online),
(http://sains.me/2057/bahan-pembentuk-duri-landak.html/), diakses 24
Januari 2014
Nugroho, G. 2013. Ichtiologi Sistem Integumen, (online),
(http://staff.unila.ac.id/gnugroho/files/2013/10/Kuliah-Ichtiologi-3-4.pdf),
diakses 24 Januari 2015
Sriyono,dkk.2005. Ilmu Pengetahuan Alam Biologi. Jakarta : Sunda Kelapa
Pustaka.
Suripto.1994. Diktat Kuliah Struktur Hewan. Bandung : ITB
Tenzer, A. 1993. Struktur Hewan Bagian I. Malang : Institut Keguruan dan Ilmu
Pengetahuan
Tenzer, A., Judani, T., Handayani, N., & Lestari, U. 2001. Petunjuk Praktukum
Struktur Hewan. Malang: Universitas Negeri Malang

30

UCC. Tanpa tahun. The Integumentary System - The Skin, (online),


(http://faculty.ucc.edu/biology-potter/integumentary_system.htm), diakses
tanggal 24 Januari 2014.
Wilson, D. E.; Reeder, D. M., eds. 2005. "Preface and introductory material".
Mammal Species of the World (3rd ed.). Johns Hopkins University Press.

31

Anda mungkin juga menyukai