Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN


SEMESTER 114

Judul praktikum:
PENGAMATAN JARINGAN PELINDUNG

disusun oleh:

Harits Abdullah NIM 1308620076 Biologi B 2020

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2021
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut sistem organisasi kehidupan, tumbuhan merupakan sebuah organ yang
tersusun dari sel dan jaringan yang sangat kompleks. Tumbuhan memiliki jaringan -
jaringan yang menyusunnya, diantaranya jaringan meristem, epidermis, jaringan dasar,
dan jaringan pembuluh. Dan dalam jaringan dasar dibagi lagi menjadi 3 jaringan yaitu,
parenkim, kolenkim dan sklerenkim.
Jaringan epidermis merupakan jaringan yang terletak di bagian paling luar tumbuhan,
atau disebut jaringan yang berada di permukaan tumbuhan, jaringan ini ditemukan
diseluruh bagian pada tumbuhan, mulai dari akar, batang, daun, bunga, maupun buah.
Dengan berdasarkan letaknya dapat kita analisis fungsi dari jaringan epidermis, yaitu
untuk melindungi tumbuhan, dan dapat mencegah penguapan air dalam tubuh tumbuhan.

Jaringan epidermis memiliki derivat / modifikasi yang dapat menunjang kebutuhan


tumbuhan diantaranya adalah rambut akar berguna untuk meningkatkan penyerapan air
dan nutrisi oleh akar, sel penjaga yang membentuk stomata, dan trikoma atau rambut pada
daun / batang , sebagai pengurang penguapan dan pelindung dari herbivora.
Jaringan yang memiliki fungsi seperti epidermis adalah jaringan gabus, pada
tumbuhan yang berumur panjang, jaringan epidermis akan mati dan nantinya akan
digantikan oleh jaringan gabus, dan jaringan gabus memiliki sifat yang lebih kuat
dibanding jaringan epidermis, karena jarigan gabus dibentuk oleh kambium gabus atau
yang biasa disebut felogen yang mengandung suberin dan kutin.

Jaringan gabus dibagi menjadi 3 bagian berdasarkan letaknya, yaitu eksodermis,


endodermis, dan periderm dengan fungsi sebagai pelindung, pencegah penguapan dan
pelindung dari patogen.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana macam macam bentuk dari jaringan epidermis dan derivatnya
2. Bagaiaman bentuk dan tipe tipe stomata
3. Bagaiman bentuk periderm dan lentisel
1.3 Tujuan

1. Mengetahui macam macam bentuk dari jaringan epidermis dan derivatnya


2. Mengetahui bentuk dan tipe tipe stomata
3. Mengetahui bentuk periderm dan lentisel
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jaringan Epidermis dan Derivatnya
2.1.1 Jaringan Epidermis

Tumbuhan-tumbuhan yang hidup dan berkembang di darat, terutama pada


tumbuhan tingkat tinggi, yang menurut penelitian para ahli organ tumbuhan-tumbuhan
tersebut sangat memerlukan perlindungan dari segala pengaruh luar yang akan merugikan
pertumbuhannya. Pengaruh luar itu diantaranya: kekurangan air, kerusakan mekanis,
suhu udara yang terlalu tinggi atau sebaliknya, kehilangan zat-zat makanan, dan
perlindungan terhadap serangan hama serta penyakit tumbuhan. Oleh karna itu, terdapat
satu lapisan sel atau beberapa lapisan sel guna pelaksanaan perlindungan tersebut yaitu
berupa jaringan epidermis. (Milati et al, 2018)
Ditinjau dari asal katanya, yaitu dari Bahasa Yunani, epi berarti diatas, derma
berarti kulit, maka epidermis adalah lapisan lapisan sel yang berada paling luar pada alat-
alat tumbuhan primer, seperti: akar, batang, daun bunga, buah dan biji-bijian. Suatu
batang dan akar yang terdapat jaringan epidermis didalamnya yaitu pada keadaan
sebelum tumbuhan mengalami penebalan sekunder. (Sutrian, 2011).
Terlihat dari ontogeny seragam, namun dari segi morfologi maupun fungsi sel
epidermis tidak seragam. Selain sel epidermis biasa, terdapat sel epidermis yang telah
berkembang menjadi sel rambut, sel penutup pada stomata, serta sel lain. Adanya kutin,
bahan lemak di dalam dinding luar, membatasi transpirasi. Karena susunan sel merapat
serta berkutikula yang kaku dan kuat, maka epidermis berperan sebagai penyokong
mekanik. Pada akar , adanya kutikula tipis serta rambut akar menunjukan bahwa
epidermis akar mudah terspesealisasi untuk penyerapan (Hidayat, 1995).
Epidermis biasanya terdiri dari satu lapisan sel. Pada beberapa tumbuhan sel
potoderm pada daun membelah dengan bidang pembelahan sejajar dengan permukaan
(periclinal) dan turunan nya dapat memebelah lagi sehingga terjadi epidermis berlapis
banyak. (Milati et al, 2018)
Jaringan epidermis tersusun atas sel-sel epidermis dan alat-alat tambahan lainnya
yang dapat berupa stomata dan rambut atau trikoma. Beriku ini akan dijelaskan terkait
susunan sel epidermis, stomata pada epidermis dan trikomata atau rambut-rambut:

1. Susunan sel epidermis


Sebagian besar epidermis terdiri dari sel yang boleh dikatakan tak terspesialisasi. Sel yang
lebih terspesialisasi tersebar didalamnya. Sel epidermis memiliki protoplas hidup dan
dapat menyimpan berbagai hasil metabolisme.sel mengandung plastid yang memiliki
grana sedikit saja sehingga tidak membentuk klorofil. Dalam plastid ditemukan pati dan
protein sedangkan dalam vakuola ditemukan antosian. (Milati et al, 2018)
Bagian lain dari sel epidermis meliputi :
a. Dinding sel
Dinding sel epidermis beragam tebalnya pada tumbuhan yang berbeda dan
ditemukan dibagian yang berlainan pada tumbuhan yang sama seperti pada daun
Coniferae. Pada dinding luar, terkadang terlihat daerah dengan ruang antar fibril lebar
yang disebut ektodesmata. Penebalan-penebalan yang berlangsung pada dinding sel
epidermis biasanya merupakan penebalan-penebalan sekunder, yang terdiri dari selulosa
yang berwujud sebagai garis-garis (lamella). (Milati et al, 2018)
Kenyataan pada tumbuhan yang hidup diatas tanah, pada tempat-tempat yang
kering seperti halnya dengan xerophyte, dinding selnya telah mengalami penebalan
selulosa dan juga mengadung zat kutin. Kutin merupakan suatu senyawa bersifat lemak,
merembes ke dinding sebelah luar dan membentuk lapisan terpisah yakni kutikula
dipermukaan luar dermis. Tebal kutikula beragam dan perkembangannya dipengaruhi
oleh keadaan lingkungan (Sutrian, 2011).
b. Protoplas

Protoplas pada epidermis kebanyakan tumbuhan mengandung leukoplas dan tidak


memiliki kloroplas pada beberapa pteridophyta, tumbuhan air, serta tumbuhan yang hidup
ditempat teduh bisa ditemukan kloroplas. (Milati et al, 2018)

Antosianin terdapat di vakuola sel epidermis sejumlah besar tumbuhan seperti


Zebrina pendula dan dibawah dan tangkai Ricinus comunis. Selain itu, tannin, lender dan
kristal dapat pula ditemukan dalam sel epidermis (Hidayat,1995).

2.1.2 Stomata

Stomata berasal dari kata Yunani : stoma yang mempunyai arti lubang atau porus.
ESAU mengartikannya sebagai sel-sel penutup dan porus yang ada diantarannya. Jadi
stomata adalah porus atau lubang-lubang yang terdapat pada epidermis yang masing-
masing dibatasi oleh dua buah “guard cell” atau sel-sel penutup. Guard cells adalah sel-
sel epidermis yang telah mengalami perubahan bentuk dan fungsi. Guard cells berfungsi
untuk mengantur besarnya lubang-lubang yang ada diantaranya (Sutrian, 2011).
Stomata umumnya terdapat pada bagian-bagian tumbuhan yang berwarna hijau,
terutama pada daun. Pada tumbuhan yang hidup dibawah permukaan air terdapat pula
alat-alat yang strukturnya mirip dengan stomata, padahal alat-alat yang tersebut bukanlah
stomata. Pada akar-akar dan bagian tumbuhan yang kenyataannya tidak berwarna hijau,
stomata itu biasanya tidak terdapat atau tidak milikinya. Demikian pula pada macam-
macam alat-alat bunga yang berwarna memang terdapat stomata, akan tetapi kadang-
kadang stomata itu tidak berfungs. Selanjutnya pada stamina dan gynaecium bunga akan
terdapat pula stomat tersebu. Pada daun-daun yang berwarna hijau stomata akan terdapat
pada kedua permukaannya, atau kemungkinan pula hanya terdapat pada satu
permukannya saja yaitu pada permukaan bagian bawah (“Abaxial surface”). Stomata
terdiri dari beberapa bagian meliputi : sel penutup, bagian celah, bagian yang merupakan
sel tetangga dan ruang udara dalam (Hidayat, 1995).

Daun adalah organ pokok pada tanaman yang umumnya berbentuk pipih bilateral
dan berwarna hijau. Daun merupakan tempat terjadinya proses fotosintesis, sehingga
memiliki struktur mulut daun yang berfungsi untuk pertukaran gas O 2, CO2, dan uap air
dari daun ke alam sekitar dan begitu pula sebaliknya (Sumardi, dkk., 2010). Mulut daun
tersebut terkenal dengan nama stomata. Stomata pada daun berupa lubang atau celah yang
terdapat pada epidermis organ tumbuhan yang berwarna hijau yang dibatasi oleh sel
khusus yang disebut sel penutup. Sel penutup dikelilingi oleh sel-sel yang bentuknya
sama atau berbeda dengan sel-sel epidermis lainnya dan disebut sel tetangga. Sel tetangga
berperan dalam perubahan osmotik yang menyebabkan gerakan sel penutup yang
mengatur lebar celah (Sumardi, dkk., 2010).
Bentuk dan posisi stomata pada daun beragam, bergantung pada spesies
tumbuhannya. Stomata terletak pada sisi atas dan bawah daun, atau hanya terletak pada
permukaan bawah daun saja. Daun dengan pertulangan menyirip seperti pada tumbuhan
dikotil memiliki stomata tersebar, sedangkan daun monokotil dengan pertulangan sejajar
seperti pada Graminae memiliki stomata yang tersusun berderet sejajar (Mulyani 2006).
Menurut Fahn (1991), tipe stomata berdasarkan hubungannya dengan sel penjaga
diklasifikasikan menjadi tipe anomositik, anisositik, parasitik, diasitik, aktinositik, dan
siklositik. Adanya variasi tipe stomata pada setiap spesies tanaman merupakan bentuk
adaptasi tanaman terhadap lingkungan dan habitat tempat tumbuh tanaman tersebut
(Fahn, 1991).

Stomata ini umumnya memiliki ukuran yang berbeda-beda sesuai dengan


kerapatannya. Hal ini diduga berkaitan dengan fungsi penting stoma dalam fotosintesis
dan transpirasi. Selain itu, faktor internal berupa sifat genetik dan faktor eksternal yaitu
lingkungan tempat tumbuh menjadi faktor lain yang menyebabkan adanya perbedaan
ukuran dan jumlah stomata (Juairiah, 2014). Ukuran stomata berbanding terbalik dengan
jumlahnya. Jika jumlah stomata banyak maka akan berukuran kecil, sedangkan jika
stomata berukuran besar maka jumlah stomata sedikit (Tambaru, 2013). Sama halnya
dengan jumlah stomata, jumlah epidermis, dan kerapatan stomata juga dipengaruhi oleh
faktor genetik namun fenotipnya juga dipengaruhi oleh lingkungan seperti tinggi
rendahnya kadar polutan dan ketersediaan air (Jaya, 2015).
Distribusi stomata berkaitan erat dengan kecepatan serta intensitas transpirasi
pada daun. Dalam batas tertentu, semakin banyak pori, maka semakin cepat penguapan.
Jika lubang-lubang tersebut terlalu berdekatan, maka penguapan dari lubang yang satu
akan menghambat penguapan lubang di dekatnya (Hariyanti, 2010). Peningkatan jumlah
stomata sangat membantu dalam hal penyerapan CO2 untuk fotosintesis (Andini 2011).
2.1.3 Trikoma
Trichomata yang arti sebenarnya adalah rambut-rambut yang tumbuh (berasal
dari bahasa Yunani), asalnya adalah dari sel-sel epidermis yang bentuk, susunan serta
fungsinya memang bervariasi.
Trichoma dapat memeperbesar fungsi epidermis sebagai jaringan pelindung, terutama
mencegah penguapan yang berlebihan dan sebagai alat sekresi (Sutrian, 2011).
Trichoma dapat terbagi menjadi beberapa jenis:
a. Trichoma yang tidak menghasilkan secret, diantaranya yaitu rambut bersel
satu/ bersel banyak dan tidak pipih, rambut bersel banyak dan pipih, rambut
bercabang dan bersel banyak serta rambut akar.
b. Trichoma sekresi (penghasil secret/ kelenjar), diantaranya dapat bersel satu
atau berupa sisik. Trichoma bersel banyak yang sederhana dari tangkai dengan
kepala sel satu atau bersel banyak. Trichoma kelenjar dapat menghasilkan
secret yang lengket dan kental biasanya terdapat pada tunas muda. Jenis
trichoma lain adalah kelenjar cerna yang terdapat pada tanaman pemakan
serangga (Hidayat, 1995).
c. Trichoma gatal (urtica), memiliki kandungan histamin dan asetilkolin yang
dapat menimbulkan rasa gatal ketika masuk kedalam kulit (Sutrian, 2011).
Sel-sel epidermis mempunyai protoplas hidup dan dapat menyimpan berbagai hasil
metabolisme. Sel-sel inisial epidermis sebagian dengan dapat berkembang menjadi alat-
alat tambahan lain yang sering disebut derivate epidermis, seperti stroma, trikoma, sel
kipas, sistolit, sel silika, dan sel gabus. (Nugroho,Hartanto,dkk.2010).

2.2 Periderm dan Lentisel


Lentisel adalah sebagian periderm yang felogen lebih aktif daripada periderm di
tempat lain dan mnghasilkan jaringan yang berbeda dengan felem, banyak mengandung
ruang antar sel. Felogen lenti sel juga memiliki ruang antar sel dan sinambung dengan
felogen periderm dengan sebelahnya. Karena susunannya tebuka, lenti sel dianggap
sebagai struktur yang memungkinkan udara masuk lewat periderm. Lenti sel umumnya
ditemukan pada periderm batang dan akar. Ukurannya berkisar antara yang kecil yang
hampir tak kasat mata sampai yang sepanjang satu senti meter. Lenti sel tersusun dalam
deretan atau ditemukan sendiri-sendiri secara terpisah (Hidayat, 1995).
Periderm yang terdesak oleh sel-sel komplementer lama-kelamaan akn pecah
membentuk celah lentisel kemudian sel-sel komplementer tersembul keluar. lentisel
adalah lubang-lubang kecil yang terdapat di batang. Pada batang yang sudah dewasa,
stomata menghilang dan digantikan dengan lentisel. Lentisel merupakan pori penghubung
ruang antarsel dalam batang dengan udara lingkungan (Hidayat, 1995).

BAB III

METEDOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini ialah pipet tetes, object glass, cover
glass, silet, tusuk gigi, pinset (fancop), korek api dan mikroskop. Sedangkan bahan yang
digunakan dalam praktiikum ini adalah: akar anggrek epifit, daun Ficus elastica, daun
Hibicus tiliaceus, batang Themeda gigantea, daun Aloe vera, daun Centrosema sp., daun
Zea mays, daun Nerium oleander, batang Clinopodium/Salvia, aquades dan larutan sudan
III 0,3%, batang bauhinia, batang pinus,daun Canna Indica

3.2 Cara Kerja


3.2.1 Pengamatan Stomata pada Aloe Vera
1. Spesimen daun Aloe vera diiris secara transversal menggunakan silet.
2. Hasil irisan diletakkan di atas object glass yang sudah ditetesi aquades, kemudian
ditutup dengan cover glass.
3. Sisa air yang terdapat pada object glass dibersihkan dengan tisu.
4. Object glass diletakkan di mikroskop.
5. Pengamatan dilakukan dengan miskroskop dengan perbesaran 4-40x

3.2.2 Pengamatan Velamen pada Akar Anggrek


1. Spesimen Akar Anggrek diiris secara transversal menggunakan silet.
2. Hasil irisan diletakkan di atas object glass yang sudah ditetesi aquades, kemudian
ditutup dengan cover glass.
3. Sisa air yang terdapat pada object glass dibersihkan dengan tisu.
4. Object glass diletakkan di mikroskop.

5. Pengamatan dilakukan dengan miskroskop dengan perbesaran 4-40x


3.2.3 Pengamatan Stomata daun Canna indica
1. Spesimen daun Canna indica diiris secara paradermal menggunakan silet.

2. Hasil irisan diletakkan di atas object glass yang sudah ditetesi aquades, kemudian
ditutup dengan cover glass.
3. Sisa air yang terdapat pada object glass dibersihkan dengan tisu.

4. Object glass diletakkan di mikroskop.


5. Pengamatan dilakukan dengan miskroskop dengan perbesaran 4-40x
3.2.4 Pengamatan Stomata daun Centrosema pubescens

1. Spesimen daun Centrosema pubescens diiris secara transversal menggunakan silet.


2. Hasil irisan diletakkan di atas object glass yang sudah ditetesi aquades, kemudian
ditutup dengan cover glass.

3. Sisa air yang terdapat pada object glass dibersihkan dengan tisu.
4. Object glass diletakkan di mikroskop.
5. Pengamatan dilakukan dengan miskroskop dengan perbesaran 4-40x

3.2.5 Pengamatan Trikoma pada batang Clinopodium


1. Spesimen batang Clinopodium diiris secara paradermal menggunakan silet.
2. Hasil irisan diletakkan di atas object glass yang sudah ditetesi aquades, kemudian
ditutup dengan cover glass.
3. Sisa air yang terdapat pada object glass dibersihkan dengan tisu.
4. Object glass diletakkan di mikroskop.

5. Pengamatan dilakukan dengan miskroskop dengan perbesaran 4-40x


3.2.6 Pengamatan Trikoma pada daun Durio zibethinus
1. Spesimen daun Durio zibethinus direkatkan dengan solatip bening.

2. Solatip yang sudah menempel di daun Durio zibethinus, dilepas dan simpan diatas
object glass

4. Object glass diletakkan di mikroskop.


5. Pengamatan dilakukan dengan miskroskop dengan perbesaran 4-40x
3.2.7 Pengamatan Multiple Epidermis pada daun Ficus elastica

1. Spesimen daun Ficus elastica diiris secara transversal menggunakan silet.


2. Hasil irisan diletakkan di atas object glass yang sudah ditetesi aquades, kemudian
ditutup dengan cover glass.

3. Sisa air yang terdapat pada object glass dibersihkan dengan tisu.
4. Object glass diletakkan di mikroskop.
5. Pengamatan dilakukan dengan miskroskop dengan perbesaran 4-40x

3.2.8 Pengamatan Trikoma pada Hibicus tiliaceus


1. Spesimen daun Hibicus tiliaceus diiris secara transversal menggunakan silet.
2. Hasil irisan diletakkan di atas object glass yang sudah ditetesi aquades, kemudian
ditutup dengan cover glass.
3. Sisa air yang terdapat pada object glass dibersihkan dengan tisu.
4. Object glass diletakkan di mikroskop.

5. Pengamatan dilakukan dengan miskroskop dengan perbesaran 4-40x


3.2.9 Pengamatan Bulliform cell pada Zea mays
1. Spesimen daun Zea mays diiris secara transversal menggunakan silet.

2. Hasil irisan diletakkan di atas object glass yang sudah ditetesi aquades, kemudian
ditutup dengan cover glass.
3. Sisa air yang terdapat pada object glass dibersihkan dengan tisu.

4. Object glass diletakkan di mikroskop.


5. Pengamatan dilakukan dengan miskroskop dengan perbesaran 4-40x
3.2.10 Pengamatan Stomata pada daun Nerium oleander

1. Spesimen daun Nerium oleander diiris secara transversal menggunakan silet.


2. Hasil irisan diletakkan di atas object glass yang sudah ditetesi aquades, kemudian
ditutup dengan cover glass.

3. Sisa air yang terdapat pada object glass dibersihkan dengan tisu.
4. Object glass diletakkan di mikroskop.

5. Pengamatan dilakukan dengan miskroskop dengan perbesaran 4-40x


3.2.11 Pengamatan silika pada batang Themeda gigantea

1. Spesimen kulit batang Themeda gigantea diiris secara transversal menggunakan silet.
2. Hasil irisan diletakkan di atas object glass yang sudah ditetesi aquades, kemudian
ditetesi larutan sudan III 0,3 %, dan ditutup dengan cover glass.

3. Sisa air yang terdapat pada object glass dibersihkan dengan tisu.
4. Object glass diletakkan di mikroskop.
5. Pengamatan dilakukan dengan miskroskop dengan perbesaran 4-40x

3.2.12 Pengamatan periderm pada batang Bauhinia


1. Spesimen batang Bauhinia diiris secara transversal menggunakan silet.
2. Hasil irisan diletakkan di atas object glass yang sudah ditetesi aquades, kemudian
ditutup dengan cover glass.
3. Sisa air yang terdapat pada object glass dibersihkan dengan tisu.
4. Object glass diletakkan di mikroskop.

5. Pengamatan dilakukan dengan miskroskop dengan perbesaran 4-40x


3.2.13 Pengamatan Lentisel pada batang pinus
1. Spesimen batang pinus diiris secara transversal menggunakan silet.

2. Hasil irisan diletakkan di atas object glass yang sudah ditetesi aquades, kemudian
ditutup dengan cover glass.
3. Sisa air yang terdapat pada object glass dibersihkan dengan tisu.

4. Object glass diletakkan di mikroskop.


5. Pengamatan dilakukan dengan miskroskop dengan perbesaran 4-40x
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Pengamatan Stomata pada Aloe Vera

4.1.2 Pengamatan Velamen pada Akar Anggrek

4.1.3 Pengamatan Stomata daun Canna indica


4.1.4 Pengamatan Stomata daun Centrosema pubescens

4.1.5 Pengamatan Trikoma pada batang Clinopodium

4.1.6 Pengamatan Trikoma pada daun Durio zibethinus

4.1.7 Pengamatan Multiple Epidermis pada daun Ficus elastica


4.1.8 Pengamatan Trikoma pada Hibicus tiliaceus

4.1.9 Pengamatan Bulliform cell pada Zea mays

4.1.10 Pengamatan Stomata pada daun Nerium oleander

4.1.11 Pengamatan silika pada batang Themeda gigantea


4.1.12 Pengamatan periderm pada batang Bauhinia

4.1.13 Pengamatan Lentisel pada batang pinus

4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengamatan Stomata pada Aloe Vera
Preparat disayat terlebih dahulu agar mudah dalam mengamatinya, dan dari
pengamtan menggunakan mikroskop perbesaran 4 – 40x dapat terlihat stomata pada daun
Aloe vera yang bertipe phanerofor, tipe phanerophor ini memiliki ciri letak stomata yang
sejajar dengan epidermis dan terletak pada permukaan daun. Dan, stomata tipe
phanerophor ini biasanya terdapat pada tumbuhan tumbuhan air / hidrofit.
4.2.2 Pengamatan Velamen pada Akar Anggrek
Preparat disayat terlebih dahulu agar dapat terlihat jaringan epidermis yang
berlapis lapis atau ber velamen, velamen berfungsi sebagai sebagai spons yang dapat
menyimpan air dan embun, apabila udara kering sel ini berisi udara, sedangkan ketika
hujan sel ini akan berisi air
4.2.3 Pengamatan Stomata daun Canna indica
Preparat disayat terlebih dahulu agar mudah dalam mengamatinya, dan dari
pengamtan menggunakan mikroskop perbesaran 4 – 40x dapat terlihat stomata pada daun
Canna indica memiliki sel tetangga yang berada pada sel penutup stomata, dan sel
tetangga yang mengelilingi stomata berjumlah 4 – 6 sel tetangga.
4.2.4 Pengamatan Stomata daun Centrosema pubescens
Preparat disayat terlebih dahulu agar mudah dalam mengamatinya, dan dari
pengamtan menggunakan mikroskop perbesaran 4 – 40x dapat terlihat stomata pada
daun Centrosema pubescens memiliki tipe stomata parasitic, berdasarkan susunan sel
tetangga disamping sel penutup stomata, dan tipe parasitic ini sel penutup diiringi oleh
satu/lebih sel tetangga yang sumbunya sejajar dengan sumbu sel penutup .
4.2.5 Pengamatan Trikoma pada batang Clinopodium
Preparat disayat terlebih dahulu agar mudah dalam mengamatinya, dan dari
pengamtan menggunakan mikroskop perbesaran 4 – 40x dapat terlihat trikoma yang
terdapat pada batang Clinopodium memiliki jenis trikoma glandular, dimana trikoma
glandular ini adalah trikoma yang dalam satu atau beberapa selnya mempunyai fungsi
untuk sekresi berbagai senyawa.
Struktur trikoma Glandular biasanya mempunyai tangkai dan kepala senyawa-
senyawa disekresikan trikoma dapat berupa larutan garam madu minyak atsiri
polisakarida dan yang lainnya
4.2.6 Pengamatan Trikoma pada daun Durio zibethinus
Preparat ditempeli dengan solatip agar trikoma pada daun Durio zibethinus dapat
menempel dan dapat diamati di mikroskop, dan berdasarkan hasil pengamatan dapat
terlihat trikoma yang berjenis non-glandular, trikoma non – glandular dibedakan menjadi
2 yaitu, rambut bersel satu/banyak dan tidak pipih , dan rambut sisik yang memipih dan
bersel banyak. Trikoma pada dau Durio zibethinus memiliki ciri yang kedua, yaitu rambut
sisik yang memipih dan bersel banyak
4.2.7 Pengamatan Multiple Epidermis pada daun Ficus elastica
Preparat disayat terlebih dahulu agar mudah dalam mengamatinya, dan dari
pengamtan menggunakan mikroskop perbesaran 4 – 40x dapat terlihat pada daun Ficus
elastica adanya multiple epidermis, dimana pada perkembangan dan pertumbuhan sel
terjadi pembelahan secara antiklinal, pembelahan ini membuat lapisan sel di sebelah
dalam mengalami pembelahan yang cepat dibandingkan lapisan sel sebelah luar,
akibatnya lapisan sel di dalam lebih besar daripada sel sebelah luar.
4.2.8 Pengamatan Trikoma pada Hibicus tiliaceus
Preparat disayat terlebih dahulu agar mudah dalam mengamatinya, dan dari
pengamtan menggunakan mikroskop perbesaran 4 – 40x dapat terlihat pada trikoma jenis
non-glandular dan memiliki ciri yang kedua, yaitu rambut sisik yang memipih dan bersel
banyak
4.2.9 Pengamatan Bulliform cell pada Zea mays
Preparat disayat terlebih dahulu agar mudah dalam mengamatinya, dan dari
pengamtan menggunakan mikroskop perbesaran 4 – 40x dapat terlihat adanya derivat
epidermis yaitu bulliform cell / sel kipas, yang tersusun dari beberapa sel berdinding tipis,
dengan ukuran yang lebih besar dibandingkan sel sel epidermis disekitarnya.
Fungsi utama dari sel kipas ini adalah untuk membukanya daun daun yang
menggulung pada waktu muda, karena kemampuan sel-sel tersebut untuk tumbuh lebih
cepat dan lebih besar dibandingkan sel-sel epidermis lainnya. selain itu bulliform
dinyatakan sebagai tempat penyimpanan air sehingga dapat berfungsi untuk mengurangi
penguapa
4.2.10 Pengamatan Stomata pada daun Nerium oleander
Preparat disayat terlebih dahulu agar mudah dalam mengamatinya, dan dari
pengamtan menggunakan mikroskop perbesaran 4 – 40x dapat terlihat pada daun Nerium
oleander stomata yang bertipe kriptofor, yang ditentukan berdasarkan posisinya pada
permukaan daun. Stomata kriptofor adalah Stomata yang sel penutupnya berada jauh dari
permukaan daun.

4.2.11 Pengamatan silika pada batang Themeda gigantea


Preparat disayat terlebih dahulu agar mudah dalam mengamatinya, dan dari
pengamtan menggunakan mikroskop perbesaran 4 – 40x yang ditambahkan larutan sudan
III 0,3% dapat terlihat terdapat derivat dari epidermis yaitu sel silika, sel silika secara
tipikal terdiri atas sel sel panjang dan 2 sel pendek. sel silika berisi hampir dipenuhi ieh
silikon oksida yang memadat
4.2.12 Pengamatan periderm pada batang Bauhinia
Preparat disayat terlebih dahulu agar mudah dalam mengamatinya, dan dari
pengamtan menggunakan mikroskop perbesaran 4 – 40x dapat terlihat pada batang
Bauhinia terdapat periderm. Periderm itu sendiri adalah jaringan pembuluh yang
menggantikan epidermis pada batang dan akar yang mengalami pertumbuhan sekunder.
Periderm juga terdapat pada beberapa tumbuhan monokotil. periderm ini terdiri atas
felem,felogen dan juga feloderm
4.2.13 Pengamatan Lentisel pada batang pinus
Preparat disayat terlebih dahulu agar mudah dalam mengamatinya, dan dari
pengamtan menggunakan mikroskop perbesaran 4 – 40x dapat terlihat pada batang pinus
terdapat lentisel , lentisel itu sendiri merupakan bagian dari periderm yang ada pada akar
atau batang. lentisel tersusun seperti massa sel yang longgar menonjol di atas permukaan
secara horizontal, namun memungkinkan udara keluar dan masuk jaringan.
BAB V
KESIMPULAN
Jaringan pelindung memiliki fungsi sesuai namanya, yaitu melindungi bagian
bagian tumbuhan, berdasarkan fungsinya, dapat disimpulkan bahwa jaringan pelindung
harus berada pada sisi terluar tumbuhan atau bagian terluar pada pemukaan tumbuhan.
Jaringan pelindung terdiri dari jaringan epidermis dan jaringan gabus yang merupakan
jaringan pengganti epidermis yang sudah tua. Jaringan epidermis sendiri memiliki derivat
/ turunan, salah satunya stomata. Dengan adanya kedua jaringan tersebut tumbuhan akan
terlindungi karena masing masing memiliki struktur dan sel yang rapat, sehingga sanggup
melindungi tumbuhan dan penguat tumbuhan.

DAFTAR PUSTAKA
Milati,Shifa, dkk.2018. Jaringan Epidermis. Semarang.UIN Walisongo
Semarang
Hidayat,Estiti.B.1995.Anatomi Tumbuhan Berbiji.Bandung:ITB
Sutrian,Yayan.2011.Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan tentang Sel dan
Jaringan. Jakarta:Rineka Cipta
Andini, N. A. 2011. Anatomi Jaringan Daun dan pertumbuhan Tanaman Celosia
cristata, Catharanthus roseus, dan Gomphrena globosa pada
Lingkungan Udara Tercemar. (Skripsi). Institut Pertanian Bogor.
Fahn, A. 1991. Anatomi Tumbuhan. Edisi Ketiga. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Haryanti, S. 2010. Jumlah dan Distribusi Stomata pada Daun Beberapa Spesies
Tanaman Dikotil dan Monokotil. Jurnal Buletin Anatomi dan Fisiologi .
Vol. XVIII, No. 2.
Jaya, A. B., Tambaru, E., Latunra, A. I., dan Salam, M. A.,. 2015. Perbandingan
Karakteristik Stomata Daun Pohon Leguminosae di Hutan Kota
Universitas Hasanuddin dan di Jalan Tamalate Makassar. Jurnal of
Biological Diversity. 7 (1): 6.
Juairiah, L. 2014. Studi Karakteristik Stomata Beberapa Jenis Tanaman
Revegetasi di Lahan Pasca penambangan Timah di Bangka. Widyariset.
17 (2): 213.
Mulyani, S. 2006. Anatomi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Sumardi, I., Nugroho, H., dan Purnomo. 2010. Struktur dan Perkembangan
Tumbuhan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Tambaru, E., Latunra, A. I. dan Suhadiyah, S. (2013). Peranan Morfologi Dan
Tipe Stomata Daun dalam Mengabsorpsi Karbon Dioksida pada Pohon
Hutan Kota UNHAS Makassar. Simposium Nasional Kimia Bahan Alam
ke XXI: 15.

Anda mungkin juga menyukai