BIOLOGI UMUM II
Oleh :
Kelompok 3
2016
A. TOPIK
Anatomi Jaringan Tumbuhan
B. TUJUAN
1. Mengidentifikasi ciri-ciri spesifik struktur anatomi sel penyusun tiap jaringan pada
tumbuhan.
2. Membedakan struktur sel penyusun jaringan antara tumbuhan dikotil dan
monokotil beserta konsekuensinya.
3. Menjelaskan keterkaitan antara struktur dan fungsi jaringan pada tumbuhan.
C. LATAR BELAKANG
Anatomi tumbuhan adalah kajian tentang letak dan fungsi organ pada
tumbuhan. Anatomi tumbuhan mengkaji tentang susunan dan bentuk-bentuk bagian
dalam organ-organ tumbuhan. Anatomi tumbuhan juga mengkaji fungsi tumbuhan
yang dinamis dan disertai pemahaman mengenai sel dan jaringan (Hidayat. 1995 : 7)
As in other organisms, teh basic structural and functional unit plants is the
cell. Plants have envolved a variety of cell types, each specialized for particular
functions. Like animal cells, plants cells are organized into tissues. A tissues is a
group of cells that forms a structural and functional unit. Simple tissues are composed
of only one kind of cell, where as complex tissues have two or more kinds of cells
(Solomon. 2008 : 700). Jaringan adalah sekelompok sel sel yang memiliki struktur dan
fungsi sama. Berdasarkan aktivitas pembelahan selselama fase pertubuhan dan
perkembangan sel/jaringan tumbuhan (Kurnadi. 1988 : 83). Pada organisme mutlisel
seperti tumbuhan, sel sel penyusun tubuhya disusun menjadi rakitan yang bekerjasama
yang disebut jaringan. Selanjutnya dengan gabungan yang bervariasi, jaringan-
jaringan tersebut disusun menjadi kesatuan fungsional yang disebut organ
(Reksoatmodjo. 1993 : 227).
Pada tumbuhan, terdapat 2 jaringan utama yaitu jaringan meristem dan jaringan
dewasa. Jaringan meristem ialah jaringan yang sel sel penyusunnya aktif membelah.
Berdasarkan letaknya, meristem dibagi menjadi 3 yaitu meristem apikal, lateral dan
interkalar. Lalu, jaringan dewasa adalah jaringan yang sudah tidak aktif membelah
lagi, yaitu jaringan parenkim, jaringan penyokong, jaringan periderm dan jaringan
transport (Claudes. 1984 : 59). Masing-masing organ muda pada daun, batang atau
akar memiliki tiga sistem jaringan yaitu sistem jaringan dermal. Sistem jaringan
pembuluh (vaskuler) dan sistem jaringan dasar. Masing-masing jaringan berhubungan
diseluruh tumbuhan (Campbell. 2008 : 319). Berikut adalah tabel mengenai sistem
jaringan dan fungsinya
Tabel 1. Tissue system and main functions of tissue
4) Periderm
b) Kolenkim
Kolenkim terbentuk oleh sejumlah sel memanjang yang menyerupai sel
prokambium. Sel kolenkim adalah sel hidup, bentuknya sedikit memanjang,
dan pada umumnya memiliki dinding yang tak teratur penebalannya. Sel
kolenkim hanya memiliki dinding primer, lunak, lentur tak berlignin.
Kolenkim bertugas sebagai penyokong pada tumbuhan muda. Kolenkim
bersifat plastis dan dapat merenggang (Hidayat,1995: 58)
Jaringan kolenkim berperan penting sebagai jaringan penguat terutama pada
organ-organ tumbuhan yang masih aktif mengadakan pertumbuhan dan
perkembangan (Kurniadi, 1988: 90).
c) Skelerenkim
Sklerenkim adalah jaringan yang terdiri dari sel dengan dinding sekunder yang
tebal, yang dapat berlignin atau tidak. Fungsi utamanya sebagai penyokong.
Sel sklerenkim memiliki sifat elastis, biasanya skleenkim diagi menjadi serat
dan sklereid, serat sklerenkim adalah sel panjang, sedangkan sklereid adalah
sel pendek. Dinding sel skerenkim pada waktu dewasa umumnya sel bersifat
mati (Hidayat,1995:62).
Ciri-ciri jaringan skerenkim:
a. Selnya telah patah dengan dinding sel tebal
b. Dinding sekunder yang tebal
c. Bersifat kenyil, pada umumnya tidak lagi mengandung kloroplas
d. Sel-selnya lebih kaku daripada kolenkim, sel sklerenkim tidak dapat
memanjang (Syamsuri, 2004:213).
a) Xylem
Xylem merupakan jaringan kompleks yang terdiri dari sel mati ataupun hidup. Sel
yang paling karakteristik adalah trakeid dan trakea yang berfungsi mengangkut air,
sekaligus berfungsi pula sebagai penguat karena dindingnya mengalami penebalan.
(Sumardi, 1993:49).
Susunan xilem:
1) Trakeid adalah sel-sel tumbuhan yang dindingnya mengalami lignifikasi dan
selnya akan mati setelah dewasa. Trakeid ini berfungsi untuk unsur penopang
dan pengangkut air. Trakeid merupakan komponen penyusun berkas vaskuler
xilem yang berbenuk lancip dan panjang,serta memiliki dinding sel berlubang-
lubang atau yang disebut pit(celah).
2) Komponen pembuluh, merupakan sel-sel silinder yang mati setelah dewasa
dan tidak mengandung protoplas, dengan bagian ujungnya saling bersatu
membentuk sebuah tabung pengangkut air bersel banyak. Komponen
pembuluh mencakup berbagai tipe sempit dengan papan perforasi skaliform
(Syamsuri, 2004:111-112).
b) Floem
Floem tersusun atas buluh tapisan, sel pengiring parenkim, serat dan sklereida.
Merupakan jaringan pengangkut hasil fotosintesis, yang berasosiasi dengan xilem
(Sumardi, 1993:53).
Floem memiliki dinding yang berpori, dan selnya akan tetp hidup saat terjadi
kematangan fungsional, akan tetapi tidak memiliki nukleus (Campbell dkk,
2003:301).
1) Komponen pembuluh tapis, merupakan sel-sel memanjang yang ujungnya
bersatu membentuk suatu pembuluh. Komponen pembuluh tapis terdiridari sel-
sel yang hanya berfungsi selama sel-sel tersebut hidup.
2) Sel pengiring, merupakan sel yang berukuran lebih kecil dibandingkan sel
penyusun komponen pembuluh tapis. Sel pengiring berperan untuk memberi
makan sel sel penyusun komponen pembuluh tapis yang masih hidup (Albert,
1989 : 124- 126)
Tumbuhan dapat dibedakan menjadi tumbuhan monokotil dan dikotil.
Tumbuhan dikotil adalah tumbuhan yang berbiji belah atau berkeping dua. Sedangkan
tumbuhan monokotil adalah tumbuhan biji berkeping satu.
Berikut adalah perbedaan penampang secara melintang batang dan akar pada
tumbuhan dikotil dan monokotil:
a) Batang
b) Akar
Epidermis biji kapas mempunyai dua macam bulu bersel satu yakni bulu
pendek dan bulu panjang (serat kapas). Pertumbuhan serat kapas berlangsung
malam hari, yakni 25 hari yang pertama pada masa pemasakan buah. Kondisi
lingkungan saat ini menentukan panjang serat. Pertumbuhan tebal serat mulai
terjadi pada malam ke-21 dan seterusnya hinga buah membuka (Suparman,
2001:86).
F. CARA KERJA
G. HASIL KEGIATAN
Nama Preparat :
Perbesaran :
Keterangan :
Nama Preparat :
Perbesaran :
Keterangan :
Nama Preparat :
Perbesaran :
Keterangan :
Nama Preparat :
Perbesaran :
Keterangan :
Nama Preparat :
Perbesaran :
Keterangan :
Nama Preparat :
Perbesaran :
Keterangan :
Nama Preparat :
Perbesaran :
Keterangan :
H. PEMBAHASAN
Praktikum ini dilakukan pada hari Senin, 29 Februari 2016 pada pukul 09.20
11.00 WIB di laboratorium IPA 2, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Negeri Yogyakarta. Adapun alat yang digunakan praktikan pada
praktikum antara lain mikroskop, object glass, cover glass, penjepit / pinset, silet,
bekker glass, tissu dan alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum ini
adalah batang , daun , dan akar Zea mays, batang, daun , dan akar Arachis hypogea,
serat Gossypium sp, lem dan eosin.
Sedangkan langkah kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah pertama-
tama praktikan membuat preparat penampang membujur daun Zea mays dan Arachis
hypogea, kemudian mengamati dibawah mikroskop dan menggambar hasil
pengamatan. Langkah kedua, praktikan membuat preparat penampang melintang akar
Zea mays dan Arachis hypogea, kemudian mengamati dibawah mikroskop dan
menggambar hasil pengamatan. Langkah yang ketiga, praktikan membuat preparat
penampang melintang batang Zea mays dan Arachis hypogea, kemudian mengamati
dibawah mikroskop dan menggambar hasil pengamatan. Langkah yang terakhir adalah
praktikan membuat preparat serat Gossypium sp, kemudian mengamati dibawah
mikroskop dan menggambar hasil pengamatan.
1. Preparat segar penampang membujur daun
a. Zea mays atau jagung
Zea mays atau jagung secara klasifikasi termasuk kedalam golongan tumbuhan
monokotil, dimana memiliki daun berbentuk sejajar. Pada pengamatan anatomi daun
Zea mays, praktikan harus membuat preparat penampang membujur daun Zea mays
terlebih dahulu. Anatomi daun Zea mays tidak dapat dilihat langsung dengan mata,
maka praktikan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 18 x 10 untuk
melihatnya.
Pertama - tama preparat daun Zea mays yang telah disiapkan tadi diletakkan di
object glass. Karena tekstur daun Zea mays yang kaku atau keras menyebabkan daun
Zea mays sulit untuk menempel di object glass. Maka dari itu praktikan menggunakan
lem sebagai alat perekat pada preparat agar preparat dapat menempel pada object glass
dan dapat dengan mudah diamati. Selanjutnya menutup preparat tadi dengan cover
glass. Proses penutupan ini harus secara hati-hati dan pelan-pelan karena cover glass
ini sangat tipis dan bersifat rapuh dan juga agar tidak menimbulkan gelembung-
gelembung dari lem yang akan mengganggu pengamatan.
Sumber : abisjatuhbangunlagi.wordpress.com
Pada anatomi daun Zea mays ini terlihat berkas pengangkutnya menyebar.
Berdasarkan literatur, fungsi dari jaringan epidermis ini adalah melindungi jaringan
yang ada dibawahnya. Jaringan epidermis ini dapat berdiferensiasi menjadi trikoma,
sel-sel kipas, dan stomata. Sedangkan stomata sendiri berfungsi sebagai pintu
masuknya CO2 dan udara serta keluarnya O2 pada waktu fotosintesis, tempat
penguapan (transpirasi), dan untuk pernapasan pada tumbuhan.
c. Perbedaan daun tumbuhan monokotil (Zea mays) dan daun tumbuhan dikotil
(Arachis hypogea) terletak pada berkas pengangkutnya. Pada Zea mays berkas
pengangkutnya tersusun secara menyebar dan tidak teratur sedangkan pada Arachis
hypogea berkas pengangkutnya tersusun secara teratur. Sebenarnya perbedaan juga
terletak pada lapisan epidermis, pada daun monokotil hanya memiliki jaringan
epidermis luar sedangkan pada daun dikotil memiliki jaringan epidermis luar dan
dalam. Tetapi hal ini tidak dapat terlihat pada percobaan yang hanya melihatkan
bagian-bagian tertentu saja. Adapun bagian anatomi tumbuhan yang harusnya terlihat
yaitu, epidermis (atas dan bawah), berkas pengangkut, stomata, palisade dan jaringan
spons.
Keadaan ini bisa terjadi karena berbagai faktor yang dua diantaranya
disebabkan praktikan belum cukup tipis atau terlalu tebal dalam mengiris
preparat,sedangkan faktor yang kedua adalah pada daun Zea mays bagian-bagian
jaringan pada preparat tertutup oleh lapisan lem yang digunakan untuk bahan perekat
preparat dengan object glass.
2. Preparat segar penampang melintang batang
a. Batang Zea mays
Struktur anatomi batang Zea mays yang terlihat pada praktikum dengan
perbesaran 10 x 10 adalah jaringan parenkim, dan vascular bundle (berkas
pembuluh), namun tidak terlihat secara jelas bagian xilem dan floemnya.
Apabila diperhatikan gambar yang di kajian pustaka menurut ( Hidayat,
1995:156 ) mengenai irisan melintang monokotil tersebut, di mana berkas
pembuluh yang tersebar pada jaringan dasar empulur masing-masingnya
dikelilingi sebuah seludang sel.
Pada batang Zea mays, walaupun jaringannya tidak terlihat secara jelas,
namun dapat dilihat bahwa jaringan pembuluh terletak di seluruh jaringan
dasar (tersebar). Berdasarkan klasifikasinya, Zea mays merupakan tumbuhan
monokotil. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa berkas vaskuler pada
tumbuhan monokotil tersusun secara menyebar atau kompeks, dan bertipe
kolateral tertutup yang artinya di antara xilem dan floem tidak ditemukan
kambium (Campbell, dkk: 2003:294). Tidak adanya kambium pada monokotil
menyebabkan batang monokotil tidak dapat tumbuh membesar (tidak terjadi
pertumbuhan menebal sekunder). Namun, ada juga monokotil yang dapat
mengadakan pertumbuhan menebal sekunder.
Berdasarkan pengamatan, hasil gambar memiliki kemiripan dengan
gambar literatur, namun gambar di literatur memiliki tingkat kejelasan yang
lebih tinggi, sehingga mudah menganalisis bagian-bagiannya. Berikut
merupakan perbedaan yang mendasar dibanding tumbuhan dikotil, menurut
hasil pengamatan:
Hasil pengamatan yang dilakukan praktikan masih jauh dari kata sempurna.
Bagian bagian jaringan tidak dapat teramati dan teridentifikasi seluruhnya. Hal
tersebut dikarenakan ada beberapa kesalahan yang dilakukan praktikan seperti kurang
teliti dalam melakukan identifikasi, kurang tipis dan rata saat membuat preparat,
kurang cakapnya praktikan dalam menggunakan mikroskop.
Berdasarkan literatur,
I. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan, praktikan dapat menyimpulkan sebagai berikut :
1. Ciri spesifik struktur anatomi sel penyusun tiap jaringan pada tumbuhan
a. Jaringan dermal adalah jaringan paling luar yang menutup permukaan organ,
dan memilik fungsi sebagai pelindung.
b. Jaringan vaskular
1) Xylem, berfungsi untuk mengangkut air dari tanah, tersusun atas trakeid
yang runcing dan unsur pembuluh yang tersusun dalam pengaturan ujung
ke ujung. Pada tanaman dikotil letaknyamelingkar, pada monokotil
letaknya menyebar dalam stele.
2) Floem, mempunyai pembuluh tapis yang berbentuk silinder dan sel
pengiring. Floem berfungsi untuk mengangkut hasil fotosintesis.
c. Jaringan dasar
1) Parenkim, berbentuk tidak beraturan (bervariasi), sel-selnya hidup dan
banyak dijumpai pada tumbuhan. Sel parenkim melakukan metabolik
tumbuhan, mensintesis, dan menyimpan produk organik.
2) Kolenkim, memiliki dinding primer yang lebih tebal dan berfungsi untuk
menyokong bagian tumbuhan yang muda, selnya berbentuk tak beraturan.
3) Sklerenkim, berfungsi sebagai penyokong pada tumbuhan dan dinding sel
sekundernya tebal yang diperkuat lignin.
2. Perbedaan struktur sel penyusun jaringan
a. Jaringan dermal
1) Tumbuhan monokotil memiliki epidermis luar.
2) Tumbuhan dikotil mempunyai epidermis luar dan endodermis.
b. Jaringan vaskular
1) Tumbuhan monokotil, berkasnya tersebar dalam jaringan dasar dan
diselubungi seth. Terdiri dari xilem dan floem.
2) Tumbuhan dikotil, berkasnya membentuk lingkaran, terdiri dari perisikel,
xilem, floem, kambium, dan empulur.
c. Jaringan dasar
1) Tumbuhan monokotil, menyeluruh dan tidak dibatasi selain epidermis.
2) Tumbuhan dikotil, terletak diantara epidermis dan endodermis.
3. Keterkaitan antara struktur dan fungsi jaringan pada tumbuhan
a. Jaringan dermal, memiliki struktur yang rapat dan tidak mempunyai ruang
antar sel, sehingga berfungsi untuk melindungi sel di bawahnya.
b. Jaringan vaskular, memiliki struktur memanjang dan berbentuk silinder,
sehingga memudahkan proses transportasi zat-zat yang diperlukan tumbuhan.
c. Jaringan dasar, memiliki bentuk segi banyak, dinding selnya tebal dan
memiliki ruang, sehingga berfungsi sebagai penyokong.
J. DAFTAR PUSTAKA
Albert, B. 1989. Molecular Biology of The Cell 2. New York: Garland Pub Inc.
Campbell, Neil. A, dkk.2008. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Campbell, Neil. A, dkk.2003. Biologi Jilid 2 Terjemahan. Jakarta: Erlangga.
Claudes, Ville A.1984. Biologi Dasar. Jakarta: Erlangga.
Dickson, William. 2000. Interogative Plant Anatomy. USA: Academic Press.
Fahn, A. 1995. Anatomi Tumbuhan Edisi 3. Yogyakarta: UGM Press.
Hidayat, Estiti B.1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: ITB.
Kurniadi, K.A. 1998. Dasar-dasar Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia.
Bandung: Biologi Press.
Paliwal, R.L. 2000. Tropical Maize Morphology. Rome: United Nations.
Pandey. 1982. Plant Anatomy. New Delhi: S.Chand.
Pitojo. 2005. Kacang Tanah. Jakarta: Erlangga.
Reksoatmodjo, Issoegianti.1993. Biologi Sel. Yogyakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.
Solomon. 2008. Biology Eight Edition. USA: Thomson Brooks/Cole.
Sumardi, Issirep dan Pudjoarinto, Agus. 1992. Struktur dan Perkembangan
Tumbuhan. Yogyakarta: UGM.
Sumardi, Issirep. 1993. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Yogyakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Suparman, L.C. 2001. Serat Kapas dan Pembudidayaannya. Bandung: Elang
Production.
Syamsuri, Istamar. 2004. Biologi. Jakarta: Erlangga
K. PERTANYAAN
1. Bagaimana ciri ciri jaringan tumbuhan menurut teori?
a. Jaringan dermal, memiliki struktur yang rapat dan tidak mempunyai ruang
antar sel, sehingga berfungsi untuk melindungi sel di bawahnya.
b. Jaringan vaskular, memiliki struktur memanjang dan berbentuk silinder,
sehingga memudahkan proses transportasi zat-zat yang diperlukan
tumbuhan.
c. Jaringan dasar, memiliki bentuk segi banyak, dinding selnya tebal dan
memiliki ruang, sehingga berfungsi sebagai penyokong.
2. Berapa jumlah tipe tipe berkas pengangkut ? Beri penjelasan tentang tipe tipe
nya?
Tipe berkas berdasarkan letak floem terhadap xilem:
d. Berkas kolateral
Berkas kolateral terbuka, terdapat kambium antara floem dan xilem.
Berkas kolateral tertutup, tidak terdapat kambium, dan letak berkasnya
tersebar.
e. Berkas bikolateral, xilem diapit floem luar dan floem dalam, batas xilem
dan floem luar adalah kambium, sedangkan antara xilem dan floem dalam
adalah parenkim penghubung.
f. Berkas konsentris
Konsentris amfivasal, xilem mengelilingi floem.
Konsentris amfikribal, xilem dikelilingi floem.
g. Berkas radial, letak xilem dan floem berganti-ganti.
Trakeid memiliki bentuk yang lancip dan panjang, dan memiliki dinding sel
berlubang-lubang. Dinding selnya primer dan sekunder.
Trakea, memiliki ciri-ciri pendek, tebal, dan ujung yang tumpul dan berlubang,
hanya memiliki dinding sekunder.