Anda di halaman 1dari 9

PISIKOLOGI FAAL

GERAK REFLEKS

DISUSUN OLEH :
MAZIDAWATI (181810074)

DOSEN PEMBIMBING : SAWI SUJARWO,S.Psi.,M.A.

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS BINA DARMA PALEMBANG
Tahun Ajaran 2019
BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Mekanisme dan sifat khusus tubuh manusia hidup diluar pengendalian kita sendiri,
misalnya rasa haus dan lapar yang membuat kita mencari minum dan makan, perasaan
dingin membuat kita mencari kehangatan dan perlindungan. Manusia sebenarnya bergerak
secara otomatis, kita mempunyai perasaan, pikiran, dan pengetahuan yang merupakan
suatu rangkaian kehidupan yang otomatis memungkinkan kita hidup pada berbagai
keadaan. Pada manusia gugusan sel berfungsi khusus yang terdiri dari sistem saluran
pencernaan untuk mencerna dan mengadopsi makanan, sistem pernapasan untuk
mengambil oksigen dan mengeluarkan korbon diaksoda dan sebagainya. Tata kerja
masing-masing sistem berperan dalam fungsi tubuh secara keseluruhan.
Sistem saraf pusat terdiri dari otak dari sumsum tulang belakang. Otak dibedakan atas 3
daerah, yaitu otak depan, otak tengah, dan otak belakang menyusun batang otak. Pada
otak depan, bagian yang menonjol adalah otak besar (serebrum), yang berfungsi untuk
mengendalikan semua aktivitas tubuh. Otak tengah berfungsi membantu koordinasi
gerakan mata, ukuran pupil mata, refleks pendengaran, dan tempat serabut saraf yang
menghubungkan bagian otak belakang dengan otak depan.Otak belakang meliputi pons
varolii, otak kecil, dan medula oblongata. Otak kecil (serebelum) manusia berfungsi untuk
mengatur keseimbangan tubuh dan mengkoordinasikan otot-otot sebagai alat gerak.
Medula oblongata atau sumsum lanjutan berfungsi mengatur denyut jantung, kecepatan
pernapasan, suhu tubuh, tekanan darah, dan kegiatan tubuh lain yang tidak disadari.
Gerak dapat terjadi secara sadar dan tak sadar. Gerak yang terjadi secara sadar disebut
gerak sadar (gerak biasa) dan gerak yang terjadi tanpa disadari disebut gerak refleks.
Gerak refleks adalah gerak yang dihasilkan oleh jalur saraf yang paling sederhana. Jalur
saraf ini dibentuk oleh sekuen neuron sensor, interneuron, dan neuron motor, yang
mengalirkan impuls saraf untuk tipe reflek tertentu. Gerak refleks yang paling sederhana
hanya memerlukan dua tipe sel sraf yaitu neuron sensor dan neuron motor.
Gerak refleks disebabkan oleh rangsangan tertentu yang biasanya mengejutkan dan
menyakitkan. Misalnya bila kaki menginjak paku, secara otomatis kita akan menarik kaki
dan akan berteriak. Refleks juga terjadi ketika kita membaui makanan enak, dengan
keluarnya air liur tanpa disadari.
Gerak refleks terjadi apabila rangsangan yang diterima oleh saraf sensori langsung
disampaikan oleh neuron perantara (neuron penghubung). Hal ini berbeda sekali dengan
mekanisme gerak biasa.
Gerak biasa rangsangan akan diterima oleh saraf sensorik dan kemudian disampaikan
langsung ke otak. Dari otak kemudian dikeluarkan perintah ke saraf motori sehingga
terjadilah gerakan. Artinya pada gerak biasa gerakan itu diketahui atu dikontrol oleh otak.
Sehingga oleh sebab itu gerak biasa adalah gerak yang disadari.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaiman mekanisme gerak refleks?
2. Apa saja macam gerak refleks?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui mekanisme gerak refleks.
2. Untuk mengetahui macam gerak refleks.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Mekanisme Gerak Refleks


2.1.1 Pengertian Gerak Refleks
Refleks adalah respons otomatis terhadap stimulus tertentu yang menjalar pada
rute yang disebut lengkung refleks. Sebagian besar proses tubuh involunter (misalnya,
denyut jantung, pernapasan, aktivitas pencernaan, dan pengaturan suhu) dan respons
somatis (misalnya, sentakan akibat suatu stimulus nyeri atau sentakan pada lutut)
merupakan kerja refleks.[2]

Gerak refleks adalah gerak yang dihasilkan oleh jalur saraf yang paling
sederhana. Jalur saraf ini dibentuk oleh sekuen neuron sensor,interneuron,dan neuron
motor,yang mngalirkan impuls saraf untuk tipe reflek tertentu.Gerak refleks yang paling
sederhana hanya memerlukan dua tipe sel saraf yaitu neuron sensor dan neuron motor.

Gerak refleks disebabkan oleh rangsangan tertentu yang biasanya mengejutkan


dan menyakitkan. Misalnya bila kaki menginjak paku,secara otomatis kita akan menarik
kaki dan akan berteriak. Refleks juga terjadi ketika kita membaui makanan enak , dengan
keluarnya air liur tanpa disadari. Berikut skema gerak refleks:

Gerak refleks terjadi apabila rangsangan yang diterima oleh saraf sensori
langsung disampaikan oleh neuron perantara (neuron penghubung).Hal ini berbeda
sekali dengan ekanisme gerak biasa.

Gerak biasa rangsangan akan diterima oleh saraf sensorik dan kemudian
disampaikan langsung ke otak. Dari otak kemudian dikeluarkan perintah ke saraf motori
sehingga terjadilah gerakan. Artinya pada gerak biasa gerakan itu diketahui atu dikontrol
oleh otak. Sehingga oleh sebab itu gerak biasa adalah gerak yang didasari.

Baik disadari maupun tidak,tubuh kita selalu melakukan gerak.


Bahkanseseorang yang tidak memiliki kesempurnaan pun akan tetap melakukan gerak.
Saat kita tersenyum,mengedipkan mata atau bernapas sesungguhnya telah terjadi
gerak yang disebabkanoleh kontrasi otot.

Gerak terjadi begitu saja. Gerak terjadi melalui mekanisme rumit dan melibatkan
banyak bagian tubuh.Terdapat banyak komponen – komponen tubuh yang terlibat
dalam grak iniBaik itu disadari maupun tidak disadari.

Gerak adalah suatu tanggapan tehadap rangsangan baik itu dari dalam tubuh
maupun dari luar tubuh. Gerak merupakan pola koordinasi yang sangat sederhana
untuk menjelaskan penghantaran impuls oleh saraf.

Dan dalam melakukan gerak tubuh kita melakukan banyak koordinasi dengan
perangkat tubuh yang lain. Hal ini menunjukkan suatu kerja sama yang siergis.

Kita dapat bayangkan diri kita berada dalam sebuah lorong yang gelap Semua
indera kita pun akan siap siaga.Telinga pasti akan mendengar segala sesuatu sehalus
apa pun. Kemudian kita menabrak sesuatu, dalam keadaan seperti itu diri kita pasti
refleks melompat bahkan akan menjerit.Denyut jantung akan cepat dan secara refeks
kita pun berlari. Begitulah salah satu contoh gerak refleks yang terjadi pada diri kita.

Seluruh mekanisme gerak yang terjadi di tubuh kita tak lepas dari peranan
system saraf. Sistem saraf ini tersusun atas jaringan saraf yang di dalamnya terdapat
sel-sel saraf atau neuron.

2.1.2 Lengkung Refleks


Unit dasar aktivitas refleks terpadu adalah lengkung refleks. Lengkung refleks ini
terdiri atas alat indra, neuron aferen, satu sinaps atau lebih yang umumnya terdapat di pusat
integrasi sentral, neuron eferen, dan efektor. Pada mamalia, hubungan (sninaps) antara
neuron somatik aferen dan eferen biasanya terdapat di otak atau medulla spinalis. Serat
neuron aferen masuk susunan saraf pusat melalui radiks dorsalis medulla spinalis atau
melalui nervus kranialis, sedangkan badan selnya akan terdapat di ganglion dorsalis atau di
ganglion-ganglion homolog nervi kranialis. Serat neuron eferen keluar melalui radiks ventralis
atau melalui nervus cranial yang sesuai. Kenyataan radiks dorsalis medulla spinalis bersifat
sensorik dan radiks ventralis bersifat motorik dikenal sebagai hukum Bell-Magendie. [1]
Semua lengkung (jalur refleks) terdiri dari komponen yang sama.
1. Reseptor adalah ujung distal dendrit, yang menerima stimulus.
2. Jalur aferen melintas sepanjang sebuah neuron sensorik sampai ke otak atau medulla
spinalis.
3. Bagian pusat adalah sisi sinaps, yang berlangsung dalam substansi abu-abu SSP. Impuls
dapat ditransmisi, diulang rutenya atau dihambat pada bagian ini.
4. Jalur eferen melintas disepanjang akson neuron motorik sampai ke efektor, yang akan
merespons impuls eferen sehingga menghasilkan aksi yang khas.
5. Efektor dapat berupa otot rangka, otot jantung, atau otot polos, atau kelenjar yang merespon.

2.1.3 Sifat Umum Refleks


1. Rangsangan Adekuat
Rangsangan yang memicu terjadinya refleks umumnya sangat tepat (presisi).
Rangsangan ini dinamakan rangsangan adekuat untuk refleks tersebut. Suatu contoh yang
jelas adalah refleks menggaruk pada anjing. Refleks spinal ini timsbul akibat rangsangan yang
adekuat melalui rangsangan raba linier multiple, yang misalnya karena terdapat serangga
yang merayap di kulit. Respons yang timbul adalah garukan hebat pada daerah yang
terangsang (sementara itu, ketepatan gerakan kaki yang menggaruk ke tempat yang teriritasi
itu merupakan contoh sinyal local yang baik). Bila rangsangan raba multiple itu terpisah jauh
atau tidak dalam satu garis, rangsangan yang adekuat tidak akan timbul dan tidak terjadi
garukan. Lalat merayap, tetapi juga dapat melompat dari satu tempat ke tempat lain.
Lompatan ini memisahkan rangsangan raba tersebut sehingga tidak terbentuk rangsangan
adekuat untuk refleks menggaruk. [1]
2. Jalur Bersama Akhir
Neuron motorik yang mempersarafi serabut ekstrafusal otot rangka merupakan
bagian eferen dari berbagai lengkung refleks. Seluruh pengaruh persarafan yang
memengaruhi kontraksi otot pada akhirnya akan tersalur melalui lengkung refleks ke otot
tersebut, dank arena itu dinamakan jalur bersama akhir (final common path). Sejumlah besar
masukan impuls bertemu di tempat tersebut. Memang, permukaan neuron motorik dan
dendritnya rata-rata menampung sekitar 10.000 simpul sinaps. Sedikitnya terdapat lima
masukan dari segmen spinal yang sama untuk neuron motorik spinal tertentu. Di samping
yang umumnya dipancarkan melalui interneuron, dari berbagai bagian medulla spinalis lain
dan traktus descendens yang panjang dan multipel dari otak. Seluruh jaras ini berkumpul dan
menentukan aktivitas jalur bersama akhir. [1]
3. Berbagai Keadaan Eksitasi dan Inhibisi Sentral
Istilah keadaan eksitasi sentral dan keadaan inhibisi sentral digunakan untuk
menggambarkan keadaan berkepanjangan yang memperlihatkan pengaruh eksitasi
mengalahkan pengaruh inhibisi atau sebaliknya. Bila keadaan eksitasi sentral kuat, impuls
eksitasi tidak saja menyebar ke berbagai daerah somatic medulla spinalis melainkan juga ke
daerah otonom. Pada orang yang mengalami paraplegia kronis, misalnya, rangsangan
noksius yang lemah dapat menimbulkan refleks kencing, defekasi, berkeringat, dan tekanan
darah yang fluktuatif. [1]
1. Habituasi dan Sensitisasi Respon Refleks
Kenyataan bahwa respon refleks bersifat stereotipik tidak menghilangkan
kemungkinan bahwa respons tersebut dapat berubah melalui pengalaman. [1]

2.1.4 Proses Terjadinya Gerak Refleks


Aktivitas di lengkung reflex dimulai di reseptor sensorik, berupa potensial reseptor yang
besarnya sebanding dengan kuat rangsang. Potensial reseptor membangkitkan potensial
aksi yang bersifat gagal atau tuntas disaraf aferen. Jumlah potensial aksi sebanding dengan
besarnya potensial generator. Di sistem saraf pusat terjadi respons bertahap berupa potensial
pascasinaps eksitatorik dan potensial pasca sianaps inhibitorik yang kemudian bangkit di
saraf tertaut-taut sinaps. Respon yang kemudian bangkit di saraf eferen adalah respon yang
bersifat gagal atau tuntas. Bila potensial aksi ini mencapai efektor, akan terbangkit lagi
respons bertahap. Di efektor yang berupa otot polos, responnya akan bergabung untuk
kemudian mencetuskan potensial aksi di otot polos. Tetapi bila efektornya berupa otot rangka,
respons bertahap tersebut selalu cukup besar untuk mencetuskan potensial aksi yang mampu
menimbulkan kontraksi otot.
Perlu ditekankan bahwa hubungan antara neuron aferen dan eferen biasanya
terdapat di susunan saraf pusat, dan aktivitas di lengkung reflex merupakan aktivitas yang
termodifikasi oleh berbagai rangsangan yang terkumpul (konvergen) di neuron eferen. [1]

2.2 Macam-macam Gerak Refleks


Gerak refleks terdiri dari 2 macam, yaitu refleks fisiologis dan refleks patologis.
2.2.1 Refleks Fisiologis
a. Refleks Somatik.
Berdasarkan jumlah neuron yang terlibat dibagi menjadi:
1. Refleks Monosinaptik (refleks renggang)
Lengkung reflex yang paling sederhana, mempunyai sinaps tunggal diantara neuron aferen
dan eferen. Hanya ada satu sinaps yang terjadi antaraneuron sensorik dan neuron motorik.
Bila otot rangka dengan persyarafan yang utuh direnggangkan, otot ini akan berkontraksi.
Respons seperti ini disebut refleks renggang. Rangsangan yang menimbulkan efek regang
adalah regangan pada otot, dan responnya adalah kontraksi otot yang diregangkan tersebut.
Alat indranya adalah kumparan otot. Impuls yang tercetus di kumparan otot dihantarkan ke
SSP (Sistem Saraf Pusat) melalui serabut saraf sensorik penghantar cepat. Impuls kemudian
secara langsung akan diteruskan ke neuron motorik yang mempersarafi otot yang teregang.
Neurotransmitter di sinaps adalah glutamate. Reflex regang merupakan reflex monosinaptik
di dalam tubuh yang paling banyak diketahui dan dipelajari. Contoh klinis:

 Refleks Patella (knee jerk)


Ketukan pada tendon patella akan membangkitkan reflex patella, karena ketukan pada tendon
akan meregangkan otot kuadriceps femoris.
Ketika patella diberi ketukan secara refleks kaki akan bergerak ke depan seakan menendang.
Perubahan postur/gerak pada kaki tersebut karena adanya mekanisme pengatur postur atau
gerak pada kaki tersebut.
Perubahan postur atau gerak pada kaki tersebut karena adanya mekanisme pengatur postur
yang terdiri dari rangkaian nukleus dan berbagai struktur seperti medulla spinalis, batang otak
dan korteks serebrum. Sistem ini tidak saja berperan dalam postur statik tetapi juga bersama
sistem kortikospinalis dan kortikobulbaris, berperan dalam pencetusan dan pengendalian
gerakan. Penyesuaian postur dan gerakan volunter tidak mungkin di pisahkan secara tegas,
tetapi dapat di ketahui serangkaian refleks postur yang tidak saja mempertahankan posisi
tubuh tetapi tegak dan seimbang tapi juga penyesuaian untuk mempertahankan latar
belakang postur yang stabil untuk aktivitas volunter. Penyesuaian ini mencakup 2 refleks yaitu
:
1. Refleks tatik : mencakup konstraksi menetap otot
2. Refleks fasik : melibatkan gerakan – gerakan sesaat
Keduanya terintegrasi di dalam sistem saraf pusat, dari medulla spinalis sampai korteks
serebrum.
Faktor utama dalam kontrol postur adalah adanya variasi ambang refleks regang spinal, yang
di sebabkan oleh perubahan tingkat keterangsangan neuron motorik dan secara tidak
langsung merubah kecepatan lepas muatan oleh neuron eferen -ɣ ke kumparan otot.
Sehingga makin keras ketukan yang di berikan maka refleks regang yang terjadi semakin kuat
dan terjadi gerak sesaat yang lebih tegas (pada refleks patella kaki akan bergerak menendang
lebih keras atau sesuai dengan besar rangsang yang di berikan). [1]

 Mekanismenya adalah:
Tendon patella diketuk > serabut tendon tertarik > otot dan serabut kumparan teregang >
mengaktifkan refleks regangan.

2. Refleks Polisinaptik (Refleks Menarik Diri)


Lengkung refleks yang mempunyai lebih dari satu interneuron diantara neuron aferen dan
eferen dan jumlah sarafnya beragam antara dua sampai beberapa ratus.
Refleks menarik diri merupakan jawaban terhadap rangsangan noxius dan biasanya
rangsangan nyeri di kulit atau jaringan subkutan serta otot. Respon yang timbul adalah
kontraksi otot flexor dan penghambatan otot ekstensor sehingga bagian yang terangsang
mengalami fleksi dan menarik diri dari rangsangan tersebut. Bila diberikan rangsangan yang
kuat pada ekstremitas, respon yang timbul bukan hanya berupa fleksi dan menarik diri pada
ekstremitas tersebut, melainkan juga ekstensi pada ekstremitas kontralateral. Respon
ekstensor silang ini merupakan refleks menarik diri. Pada dasarnya adalah refleks potensi
untuk menjauhi rangsangan yang membahayakan artinya refleks untuk menghindari sesuatu
yang tidak menyenangkan atau membahayakan.
Contoh klinis:
Sensasi panas atau tajam mengenai tungkai kiri
Mekanismenya adalah: stimuli merangsang serabut nyeri > kolateral ikut terangsang
> interneuron teraktivasi > eksitasi neuron motorik > otot fleksor tungkai kiri kontraksi.
Sedangkan otot fleksor tungkai kanan mengalami hambatan penghambatan
(crosswed extensor reflex). Dalam kejadian nyata kita melihat tungkai kiri diangkat, tungkai
kanan tegak kuat berpijak agar tubuh tidak jatuh.
b. Refleks Otonomik
Contoh Klinis
1. Refleks batuk
Refleks batuk penting sekali bagi kehidupan, karena batuk merupakan cara dengan mana
saluran udara paru-paru dipertahankan bebas dari benda asing.
Bronkus dan trakea sedemikian peka sehingga benda asing apapun atau sebab iritasi
lain menimbulkan refleks batuk. Larink dan karina sangat peka, dan bronkiolus terminalis serta
alveolus terutama peka terhadap rangsnag kimia korosif seperti gas sulfur dioksida dan klor.
Impuls aferen dari saluran pernapasan terutama berjalan melalui nervus vagus ke medulla
oblongata. Di sana, suatu rangkaian peristiwa otomatis digerakkan oleh sirkuit neuron medulla
oblongata, sehingga menyebabkan efek-efek sebagai berikut: pertama, kira-kira 2,5 L udara
dihirup. Kedua, epiglottis menutup, dan pita suara menutup erat untuk menjerat udara di
dalam paru-paru. Ketiga, otot peut berkontraksi dengan kuat. Sebagai akibatnya tekanan di
dalam paru-paru meningkat menjadi 100 mmHg atau lebih. Keempat, pita suara dan epiglottis
tiba-tiba terbuka lebar sehingga udara bertekanan tinggi di dalam paru-paru meletus keluar. [3]
1. Refleks bersin
Rangsang yang memulai refleks bersin adalah iritasi pada saluran hidung, impuls aferennya
berjalan di dalam saraf kelima ke medulla oblongata dimana refleks ini digerakkan. Terjadi
serangkaian reaksi yang mirip dengan yang terjadi pada refleks batuk, tetapi uvula tertekan
sehingga sejumlah besar udara mengalir dengan cepat melalui hidung, dan juga melalui mulut
sehingga membantu membersihkan saluran hidung dari benda asing. [3]
2.2.2 Refleks Patologis
Refleks patologis adalah refleks – refleks yang tidak dapat di bangkitkan pada orang sehat,
kecuali pada bayi dan anak kecil. Refleks – refleks patologis sebagian besar bersifat refleks
dalam dan sebagian lainnya bersifat refleks superfisial. Reaksi yang di perlihatkan oleh refleks
patologis sebagian besar adalah sama tetapi mempunyai nama bermacam – macam karena
di bangkitkan dengan cara yang berbeda – beda. Contoh klinis:
Refleks Babinski
Lakukan goresan di ujung palu refleks pada telapak kaki pasien. Goresan di mulai pada tumit
menuju ke atas dengan menyusuri bagian lateral telapak kaki, setelah sampai pada pangkal
kelingking, goresan di belokan ke medial sampai akhir pada pangkal jempol kaki. Refleks
babinski positif jika ada respon dorsofleksi ibu jari yang di sertai pemekaran jari – jari yang.
Kerusakan traktus kortikospinalis lateral pada manusia menimbulkan tanda babinski; fleksi
dorsal jempol kaki dan mekarnya jari-jari kaki lainnya sewaktu bagian lateral telapak kaki
digores. Kecuali pada bayi, respon normal terhadap rangsangan ini adalak fleksor plantar
semua jari kaki. Tanda babinski dianggap merupakan refleks menarik pada fleksor yang
secara normal ditahan oleh sistem kortikospinalis lateral. Tanda ini berguna dalam mencari
tempat proses penyakit, tetapi makna fisiologisnya tidak diketahui. [1]

Bab III
Kesimpulan

1. Bahwa gerak reflek disebabkan karena pengaruh ransangan yang datang dari luar tubuh
dimana jalannya tidak sampai ke otak.

2. Pada umunya gerak refleks berlangsung terhadap stimulus dari luar dan berlangsung dengan
cepat atau tiba-tiba. Gerakan terjadi juga diluar kesadaran kita (tidak didasarkan kemauan).

3. Seperti yang telah dijelaskan pada bab teori diatas,jalan dari gerak reflek ini adalah mulai
dari stimulus diterima reseptor, kemudian impuls tersebut dibawa oleh saraf sensorik
menuju sum-sum tulang belakang, kemudian impuls dilanjutkan oleh saraf motorik,
kemudian diterima oleh efektor maka terjadilah respon/tanggapan.

4. Reseptor sensoris digunakan untuk mengetahui keadaan tubuh dan keadaan lingkungan,
misalnya kulit memberitahu setiap benda tersentuh kulit, mata memberikan gambaran
visual tentang lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

syaifuddin,.2009. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan edisi 3 , Jakarta : Salemba


medika
Pearce, Evelyn.2009.Anatomi dan fisiologi untuk paramedis, Jakarta : Gramedia pustaka
Umum
Sherwood,L.2008.Human psicology: From cells to system, Sevent edition.USA : Grafich world
inc.
Idel Antoni, 2008.Biologi Dalam kehidupan sehari- hari . Gitamedia press jakarta

Anda mungkin juga menyukai