Anda di halaman 1dari 12

Kelas : S16C

Kelompok : 5
Anggota :
Dimas Pandu Dewangga
Annisa Istiqomah
Verily Endah Jati Wicaksana
A. Proses Terjadinya Kenyang
Secara singkat dikatakan bahwa rasa kenyang disebabkan
setidaknya oleh interaksi antara efek mekanistis makanan dalam
lambung (berupa distensi atau penggembungan lambung oleh makanan)
dengan efek kimia dari makanan berupa pelepasan hormon-hormon
tertentu seperti Kolesistokinin dari usus halus. Berbagai zat gizi yang
terdapat dalam makanan seperti lemak, protein, karbohidrat bisa
merangsang produksi hormon yang menghantarkan sinyal rasa kenyang.
B. Fisiologi Lapar
1. Pusat saraf yang mengatur asupan makanan.

a. Nukleus lateral hipotalamus, berfungsi sebagai pusat makan

b. Nukleus ventromedial hipotalamus berperan sebagai pusat


kenyang

c. Nukleus paraventrikular, dorsomedial, dan arkuata


2. FAKTOR-FAKTOR YANG MENGATUR JUMLAH ASUPAN
MAKANAN.
a. Pengaturan jangka pendek

1) Pengisian saluran cerna menghambat perilaku


makan.

2) Faktor hormonal saluran cerna menghambat


perilaku makan

3) Ghrelin, suatu hormone gastrointestinal


meningkatkan perilaku makan.

4) Reseptor mulut mengukur jumlah asupan makanan


b. Pengaturan jangka panjang
1) Efek kadar glukosa, as.amino, dan lipid dalam darah
terhadap rasa lapar dan perilaku makan.

2) Penurunan kadar gula dalam darah

3) Peningkatan kadar glukosa

4) Peningkatan kadar gula

5) Pengaturan suhu dan asupan makan

6) Saat udara dingin, kecendrungan untuk makan akan meningkat.

7) Sinyal umpan balik dari jaringan adipose mengatur asupan


makanan.

C. Proses Terjadinya Lapar

Lapar dapat terjadi karena adanya stimulasi dari suatu faktor


lapar, yang akan mengirimkan impuls tersebut ke pusat lapar di otak,
yakni hipotalamus bagian lateral, tepatnya di nucleus bed pada otak
tengah yang berikatan serat pallidohypothalamus. Otak inilah yang
akan menimbulkan rasa lapar pada manusia. Setelah tubuh mendapat
cukup nutrisi yang ditentukan oleh berbagai faktor, maka akan
mengirim impuls ke pusat kenyang yakni di nucleus ventromedial di
hipotalamus. Kemudian tubuh akan merasa puas akan makan,
sehingga kita akan berhenti makan.
D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RASA LAPAR
1. Hipotesis lipostatik leptin

2. Hipotesis hormon peptida

3. Hipotesis Glukostatik

4. Hipotesis Termostatik

5. Neurotransmitter

6. Kontraksi di Duodenum dan Lambung

7. Psikososial
E. PROSES DEFEKASI
Defekasi adalah proses pengosongan usus yang sering
disebut buang air besar. Terdapat dua pusat yang momguasai
refieks untuk defekasi, yang terletak di medula dan sumsum
tulang belakang. Apabila terjadi rangsangan parasimpatis,
sfingter anus bagian dalam akan mengendor dan usus besar
mengucup. Reflek defekasi dirangsang untuk buang air besar,
kemudian sfingter anus bagian luar yang diawasi oleh sistem
saraf parasimpatis, setiap waktu menguncup atau mengendor.
Selama defekasi berbagai otot lain membantu proses itu,
seperti otot dinding perut, diafragma, dan otot-otot dasar
pelvis.
Masalah eliminasi fekal yang sering ditemukan yaitu:

a. Konstipasi

b. Impaction

c. Diare

d. Inkontinensia fecal

e. Flatulens

f. Hemoroid
Patofisiologi

1. Defekasi instrinsik

Ketika feses masuk kedalam rektum, pengembangan dinding


rektum memberi suatu signal yang menyebar melalui pleksus
mesentrikus untuk memulai gelombang peristaltik pada kolon desenden,
kolon sigmoid, dan didalam rektum. Gelombang ini menekan feses
kearah anus. Begitu gelombang peristaltik mendekati anus, spingter anal
interna tidak menutup dan bila spingter eksternal tenang maka feses
keluar.
2. Refleks parasimpatis

Ketika serat saraf dalam rektum dirangsang, signal diteruskan


ke spinal cord (sakral 2 4) dan kemudian kembali ke kolon desenden,
kolon sigmoid dan rektum. Sinyal sinyal parasimpatis ini
meningkatkan gelombang peristaltik, melemaskan spingter anus internal
dan meningkatkan refleks defekasi instrinsik. Spingter anus individu
duduk ditoilet atau bedpan, spingter anus eksternal tenang dengan
sendirinya.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai