Anda di halaman 1dari 65

PROBLEM 1

FISIOLOGI RASA KENYANG DAN


LAPAR
• 2 mekanisme rasa kenyang :
• tingkat otak,
• tingkat gastrointestinal.
• Nukleus ventromedial  pusat kenyang
• Hypothalamus lateral  pusat lapar.
Asupan energi ↑ FISIOLOGI Kebutuhan energi ↑
LAPAR &
jaringan adiposa ↑ jaringan adiposa ↓
KENYANG
kadar leptin ↑ kadar leptin ↓
merangsang merangsang
satiety center / anorexigenic center feeding center / orexigenic center di
di hipotalamus hipotalamus

Neuro Peptide Y Neuro Peptide Y


(NPY)↓ (NPY)↑

↓nafsu makan ↑nafsu makan

Pada sebagian besar penderita obesitas terjadi resistensi leptin, sehingga


tingginya kadar leptin tidak menyebabkan penurunan nafsu makan.
Faktor Yang Mempengaruhi Rasa
Lapar Pada Manusia
• Hipotesis Lipostatik
– Leptin yang terdapat di jaringan adiposa akan menghitung atau
mengukur persentase lemak dalam sel lemak di tubuh.
– jumlah lemak << → membuat hipotalamus menstimulasi kita
untuk merasa lapar dan makan.

• Hipotesis Hormon Peptida pada Organ Pencernaan


– Makanan yang ada di dalam GI akan merangsang munculnya satu
atau lebih peptida, contohnya kolesitokinin. Kolesitokinin dalam GI
<< → hipotalamus menstimulasi kita untuk memulai pemasukan
makanan ke dalam tubuh.
– Ghrelyn → hormon yang ↑ perilaku makan. ↑ di saat puasa, ↑
sesaat sebelum makan, dan ↓ setelah makan.
• Hipotesis Glukostatik
– Rasa lapar ditimbulkan karena kurangnya glukosa dalam
darah.
• Hipotesis Termostatik
– Apabila suhu dingin atau suhu tubuh kita di bawah set point,
maka hipotalamus akan meningkatkan nafsu makan kita.
• Neurotransmitter
– Neurotransmitter ada banyak macam, dan mereka
berpengaruh terhadap nafsu makan. Misalnya saja, adanya
norepinephrine dan neuropeptida Y → mengkonsumsi
karbohidrat. Dopamine dan serotonine → tidak
mengkonsumsi karbohidrat.
• Pengukuran makanan oleh reseptor-reseptor hipotalamus
• seperti mengunyah, saliva, menelan, dan mengecap, dan
setelah jumlah tertentu lewat  pusat makan hipotalamus
menjadi terhambat.
• Kontraksi di Duodenum dan Lambung
• Terjadi jika lambung sudah kosong selama beberapa jam atau
lebih.
• Kontraksi juga dapat sangat ditingkatkan akibat kadar gula darah
yang rendah.
• Menimbulkan sensasi nyeri di bagian bawah lambung yang disebut
hunger pans (rasa nyeri mendadak waktu lapar) yang terjadi
setelah 12 - 24 jam sesudah makan. Pada kelaparan, hunger pans
mencapai intensitas terbesar dalam waktu 3 - 4 hari dan melemah
secara bertahap pada hari-hari berikutnya.

• Psikososial
– Penanda waktu ini juga memicu rasa lapar.
– Bau, rasa, warna dan tekstur makanan juga memicu rasa lapar.
– Pengetahuan tentang makanan yang baik bagi mereka.
Mekanisme neurohumoral yang mengatur
keseimbangan energi :
• Sistem perifer/aferen meneruskan sinyal dari berbagai
tempat. Komponen utamanya:
• Leptin dan adiponectin  sel lemak
• Ghrelin  lambung
• Peptide  ileum dan kolon
• Insulin –> pankreas
• Proses inti di hipotalamus dan sinyal perifer
neurohumoral dan diteruskan sinyal eferen
• Sistem eferen membawa sinyal dari hipotalamus ke
neuron utk mengendalikan asupan makanan dan
penggunaan energi
Leptin kerja melalui kompleks pemberi sinyal 
sirkuit melanokortin sentral

Neuropeptida
Neuropeptida
oreksigenik
anoreksigenik

NPY AgRP (prtein CART α melanocyte


terkait (Cocaine dan Hormone
Agouti) Amphetamine
Related
Transcript)

Reseptor  Reseptor NPY dan MC4R (tempat α MSH dan


AgRp terikat)
• Endocannabinoids
• Senyawa lipid endogen
• Berikatan dengan
• CB1
• CB2
• Ketika diaktifkan, reseptor CB1 meningkatkan konsumsi makan
• Blocker daripada CB1 telah terbukti mmpu menurunkan berat badan
Pengendali rasa lapar dan kenyang

Hipotalamus Neukleus
Ventromedial
Pusat kenyang
Neukleus Nukleus Nukleus
lateralis Dorsomedial Paraventrikular

Pusat lapar

Sekresi air liur Orexigenic

menjilat Substansi biokim


Batang otak
anorexigenic
mengunyah
menelan
makanan

lambung
Saluran cerna glucagon-like peptide

distensi
duodenum Ileum dan kolon
Insulin >>
Sinyal ke
N.vagus CCK

Peptide YY
melanokortin

KENYANG
Regulasi sistem saraf dan biokimia terhadap pengambilan makanan
1. Hipotalamus (pusat pengendali selera makan terbesar)
a. Nukleus lateralis sebagai pusat lapar.
Bekerja dengan cara mendorong sel saraf motorik untuk mencari
makanan.
Stimulasi di daerah ini akan menyebabkan makan dalam jumlah banyak
(hiperfagia), sedangkan destruksi di daerah ini menyebabkan kehilangan
selera makan, yang dapat berujung pada kehilangan berat badan, massa
otot, dan penurunan metabolisme tubuh.
b. Nukleus ventromedial adalah pusat kenyang.
Stimulasi di daerah ini akan menyebabkan perasaan kenyang sehingga
tidak mau makan (afagia), sebaliknya destruksi di daerah ini akan
menyebabkan hasrat untuk makan yang berlebih dan dapat berakibat
obesitas.
c.Nukleus paraventrikular mengakibatkan makan dalam jumlah
berlebih
d.Nukleus dorsomedial menyebabkan tidak mau makan.
e.Nukleus arkuata merupakan daerah di mana hormon-
hormon berpusat dan dikoordinasikan untuk  mengatur
pengambilan makanan.

2. Batang otak berperan dalam pengambilan makanan yaitu


mekanisme makan, seperti sekresi air liur, menjilat,
mengunyah, menelan dll.

3. Otak : berperan dalam pengindraan bau makanan.


a. amygdala
b. korteks prefrontalis.
Neurotransmitter dan hormon menentukan selera makan akan
dihambat (kenyang) atau dicetuskan (lapar).

(1) Substansi orexigenic yaitu substansi yang mencetuskan rasa


lapar .yaitu :
a.neuropeptide Y (NPY)
•NPY dilepaskan ketika simpanan energi menurun dan
menghambat POMC sehingga mengurangi aktivitas melanocortin
dan meningkatkan pengambilan makanan.
b. agouti-related protein (AGRP).
•AGRP  menginhibisi efek dari MCR  meningkatkan
pengambilan makanan.
•Pembentukan AGRP yang berlebihan dapat menyebabkan
obesitas.
(2) Substansi anorexigenic yaitu substansi yang menghambat selera
makan.
a. Neuron proopiomelanocortin (POMC),
substansi yang diproduksinya adalah :
- α-melanocyte-stimulating hormone (α-MSH)
- cocaine-and-amphetamine-related transcript (CART).

• Neuron POMC  melepas α-MSH  berikatan dengan reseptor


melanocortin (MCR) pada nukleus paraventrikular  Aktivasi pada
MCR  mengurangi pengambilan makanan  meningkatkan
pemakaian energi,
• Inhibisi akan meningkatkan pengambilan makanan dan mengurangi
pemakaian energi sehingga dapat menyebabkan obesitas.
Obesitas
Obesitas
• Definisi
– Obesitas merupakan suatu penyakit multifaktorial, yg terjadi akibat
akumulasi jaringan lemak berlebihan, sehingga dapat mengganggu
kesehatan.
– Obesitas terjadi bila besar dan jumlah sel lemak bertambah pd seseorang,
bila seseorang bertambah berat badannya maka ukuran sel lemak akan
bertambah besar & kemudian jumlahnya akan bertambah banyak.
ETIOLOGI
• Faktor eksogen (nutrisi, aktifitas fisik, sosioekonomi, gangguan
emosi, obat-obatan steroid dan beberapa anti depresi)
• Faktor endogen (Hipotiroidisme, Sindroma Cushing, Sindroma
Prader-Willi dan beberapa kelainan saraf yang bisa menyebabkan
seseorang banyak makan )
• Faktor genetik: ke 2 ortu obes  80% anak , salah satu ortu obes 
40%, ortu ga obes  14%
Obesitas idiopatik Obesitas endogen
(90% kasus) (10% kasus)

Perawakan tinggi (TB/U P50) Perawakan pendek (TB/U P5)

Riwayat obesitas keluarga (+) Riwayat obesitas keluarga (-)

Fungsi mental pdu dbN Fungsi mental sering retardasi

Usia tulang normal Usia tulang terlambat


OBESITAS ENDOGEN
Penyebab hormonal Temuan diagnostik
Hipotiroidisme TSH, tiroksin (T4)
Hiperkortisolisme Uji supresi steroid abN, kortisol
bebas urine (24 jam)

Hiperinsulinisme primer Insulin plasma, C-peptide


Pseudohipoparatiroidisme Hipokalsemia, hiperfosfatemia,
PTH
Asia-Pasifik
Klasifikasi berat badan lebih dan obesitas bersadasrkan IMT dan Lingkar
perut menurut kriteria asia pasifik
Risiko ko-morbiditas
Lingkar perut
Klasifikasi IMT(kg/m2) <90 cm (laki2) ≥90 cm(laki2)
<80 cm (perempuan) ≥80
cm( perempuan)
Berat badan <18,5 Rendah(risiko meningkat Sedang
kurang pada masalah klinis lain)

Kisaran normal 18,5- 22,9 Sedang Meningkat


BB lebih ≥23,0
•Beresiko 23,0-24,9 Meningkat Moderat
•Obes I 25,0-29,9 Moderat Berat
•Obes II ≥30,0 Berat Sangat berat

Sumber : WHO WPR/IASO/IOTF dalam The Asia Pasific Perspective : redefining


Obesity And Its Treatment (2000)
Klasifikasi berdasarkan IMT menurut WHO
Klasifikasi IMT (kg/m2)
BB kurang < 18.5
Kisaran normal 18.5 – 24.9
BB lebih > 25

Pra-obes 25 – 29.9
Obes I 30 -34.9

Obes II 35 – 39.9
Obes III > 40

Sumber : WHO technical series, 2000 – IPD


KATEGORI UNTUK ANAK - ANAK

Kategori BB/TB IMT

Gizi kurang < 80% < P50

Gizi baik 80-110% P50-85

Gizi lebih 110-120% P85-95

Obesitas > 120% ≥ P95


Penyulit
• 1. Kardiovaskuler
    Terkait dengan: peningkatan kadar insulin, trigliserida, LDL-kolesterol dan
tekanan darah sistolik serta penurunan kadar HDL- kolesterol.
• 2.Diabetes Mellitus tipe-2
Jarang ditemukan pada anak obesitas, tetapi hampir semua anak obesitas dengan
diabetes mellitus tipe-2 mempunyai IMT > + 3SD atau P > 99.
• 3.Obstructive sleep apnea
Sering dijumpai dengan gejala mengorok. Gejala ini berkurang seiring dengan
penurunan berat badan.
• 4.Gangguan ortopedik
Disebabkan tergelincirnya epifisis kaput femoris yang menimbulkan gejala nyeri
panggul atau lutut dan terbatasnya gerakan panggul akibat kelebihan berat
badan.
• 5.Pseudotumor serebri
Adanya gangguan jantung dan paru pada obesitas, menyebabkan peningkatan
kadar CO2 dan peningkatan tekanan intrakranial, yang dapat menimbulkan sakit
kepala, papil edema, diplopia, kehilangan lapangan pandang perifer dan
iritabilitas.
• 6.  Problem psikososial.
Karena obesitas merupakan bentuk  tubuh yang tidak menyenangkan serta
adanya anggapan   bahwa anak obesitas identik dengan malas, jorok, bodoh,
jelek, pembohong dan curang, sehingga anak yang obesitas sering mengalami
diskriminasi, fungsi sosial berkurang serta penurunan prestasi belajar, kebugaran
dan kesehatan.
Sindrom Metabolik

• Atau sindrom X atau sindrom resistensi metabolik : suatu kondisi di mana terjadi ↓ sensitivitas

jaringan terhadap kerja insulin sehingga terjadi ↑ sekresi insulin sebagai bentuk kompensasi sel

beta pankreas.

• Ditegakkan apabila ada sedikitnya 3 kriteria :


– ↑ kadar trigliserida (> 150 mg/dL)

– ↑ TD (> 130/85 mmHg)

– ↑ GDP (> 100 mg/dL)

– ↓kadar kolesterol HDL (laki-laki < 40 mg/dL, perempuan < 50 mg/dL)


Sindrom Metabolik disertai dengan keadaan proinflammasi /
prothrombotik yang dapat menimbulkan peningkatan kadar C-
reactive protein, disfungsi endotel, hiperfib-rinogenemia,
peningkatan agregasi platelet, peningkatan kadar PAI-1,
peningkatan kadar asam urat, mikroalbuminuria dan peningkatan
kadar LDL cholesterol. Akhir-akhir ini diketahui pula bahwa
resistensi insulin juga dapat menimbulkan Sindrom Ovarium
Polikistik dan Non Alcoholic Steato Hepatitis (NASH).
Kriteria Diagnosis Sindrom Metabolik
Unsur
Sindrom WHO NCEP ATP III EGIR ACE IDF
Metabolik
Dalam pengobatan Dalam pengobatan TD sistolik ≥ 140 TD > 130/85 TD sistolik ≥ 130 mmHg
antihipertensi antihipertensi atau mmHg, dan/atay TD mmHg atau TD diastolik 85
dan/atau TD > TD > 130/85 mmHg diastolik ≥ 90 mmHg, atau dalam
140/90 mm/Hg mmHg, dan/atau pengobatan
Hipertensi dalam pengobatan antihipertensi
antihipertensi

Plasma TG > 150 Plasma TG > 150 Plasma TG > 180 Plasma TG > 150 Plasma TG > 150
mg/dL dan/atau mg/dL mg/dL mg/dL mg/dL, atau dalam
HDL-C HDL-C HDL-C < 40 mg/dL HDL-C pengobatan
L < 35 mg/dL L < 40 mg/dL Dan/atau dalam L < 40 mg/dL dislipidemia
P < 40 mg/dL P > 50 mg/dL pengobatan P < 50 mg/dL HDL-C
Dislipidemia dislipidemia L < 40 mg/dL
P < 50 mg/dL, atau
dalam pengobatan
dislipidemia

IMT > 30 kg/m2 Lingkar perut Lingkar perut Obesitas sentral


dan/atau rasio L > 102 cm L > 94 cm (lingkar perut)
perut-pinggul P > 88 cm P ≥ 80 cm Asia :
L > 0,90 L > 90 cm
Obesitas P > 0,85 P > 80 cm
(nilai tergantung jenis
etnis)
Kriteria Diagnosis Sindrom Metabolik
Unsur
Sindrom WHO NCEP ATP III EGIR ACE IDF
Metabolik
DM tipe 2 atau TGT GD puasa > 110 GD puasa ≥ 110 GD puasa GD puasa ≥ 100 mg/dL
Gangguan mg/dL mg/dL 110-125 mg/dL atau didiagnosis DM
2 jam PP tipe 2
Metabolisme 140-200 mg/dL
Glukosa
Mikroalbuminuria > Hiperinsulinemia
20 µg.menit (30 (konsentrasi insulin
mg/g Cr) puasa > kuartil atas
Lain-lain populasi non-
diabetes)

DM tipe 2 atau TGT Minimal 3 kriteria DM tipe2 atau TGT Obesitas sentral + 2
dan 2 kriteria di dan 2 kriteria si kriteria di atas
atas. atas.
Kriteria Jika toleransi Jika toleransi
glukosa normal, glukosa normal,
Diagnosis diperlukan 3 diperlukan 3
kriteria kriteria

WHO : World Health Organization - 1999


EGIR : European Group for the study of Insulin Resistance - 1999
NCEP ATP III : National Cholesterol Education Program Adult Treatment Panel III -2001
ACE : American College of Endocrinology - 2003
IDF : International Diabetes Federation - 2005
Farmako
• Aspirin dan statin dapat menurunkan kadar C-reactive protein dan
memperbaiki profil lipid sehingga diharapkan dapat menurunkan
risiko penyakit kardiovaskular
Farmakoterapi
• Obat-obatan : sibutramin dan orlistat.
– Sibutramin memperbaiki kadar trigliserida dan kolesterol HDL

– Tiazolindion  pengaruh yang ringan tapi persisten dalam ↓ TD sistolik dan


diastolik

– Tiazolindin dan metformin  ↓kadar FFA

• Terapi untuk dislipidemia : perubahan gaya hidup yang diikuti dengan


medikasi.
– Gemfibrozil  memperbaiki profil lipid dan ↓ risiko KV

– Fenofibrat  ↓ trigliserida dan meningkatkan kolesterol HDL dan ↓ kadar


fibrinogen
TANDA DAN GEJALA
• wajah bulat dengan pipi tembem dan dagu rangkap
• leher relatif pendek
• dada membusung dengan payudara membesar
• perut membuncit
• pada anak laki-laki : penis “tersembunyi”, pembesaran
payudara
• pubertas dini
• genu valgum (tungkai berbentuk X) dengan kedua pangkal
paha bagian dalam saling  menempel dan bergesekan yang
dapat menyebabkan laserasi kulit
Tipe Android “Apple” Tipe Genoid “Pear”

Tempat bagian tubuh sebelah atas (dada, bagian tubuh sebelah bawah,
penumpukan pundak, leher, dan muka) yaitu sekitar perut, pinggul, paha,
Lemak dan pantat
Sering pria dan wanita yang sudah Wanita
ditemukan mengalami menopouse
Jenis lemak Lemak jenuh yang mengandung lemak tidak jenuh serta sel lemak
sel-sel besar banyak menumpuk kecil dan lembek
Resiko lebih tinggi penyakit yang kecil
berhubungan dengan metabolisme
lemak dan glukosa seperti penyakit
gula, jantung koroner, stroke,
pendarahan otak, dan tekanan darah
tinggi, dan kanker payudara

lebih mudah menurunkan berat lebih sukar menurunkan


tubuh kelebihan berat tubuh pada tipe
ini karena lemak-lemak tersebut
lebih sukar mengalami proses
metabolisme
TIPE OBESITAS • Obesitas Tipe Hyperplastik
BERDASARKAN Obesitas terjadi karena jumlah sel lemak yang lebih banyak
KEADAAN SEL dibandingkan keadaan normal tetapi ukuran sel-selnya tidak
LEMAK bertambah besar. Terjadi pada masa anak-anak.

• Obesitas Tipe Hypertropik


Obesitas terjadi karena ukuran sel lemak menjadi lebih
besar dibandingkan keadaan normal tetapi jumlah sel tidak
bertambah banyak dari normal. Terjadi pada usia dewasa.
Upaya untuk menurunkan berat badan lebih mudah
dibandingkan tipe hyperplastik.

• Obesitas Tipe Hyperplastik Dan Hypertropik


Obesitas terjadi karena jumlah dan ukuran sel lemak
melebihi normal. Obesitas ini dimulai pada anak-anak dan
berlangsung terus sampai dewasa. Upaya untuk
menurunkan berat badan paling sulit dan resiko tinggi untuk
terjadi komplikasi penyakit.
KRITERIA DIAGNOSIS
• Seseorang yang memiliki berat badan 20% lebih tinggi
dari nilai tengah kisaran berat badannya yang normal
dianggap mengalami obesitas.
Obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok:
Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40%
Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100%
Obesitas berat : kelebihan berat badan >100%.
Obesitas berat ditemukan sebanyak 5% dari antara
orang-orang yang gemuk.
PENDEKATAN KLINIS
• Anamnesis :
• Saat mulainya timbul obesitas : prenatal, early
adiposity rebound, remaja
• Riwayat tumbuh kembang (mendukung obesitas
endogenous)
• Adanya keluhan : ngorok (snoring), restless sleep,
nyeri pinggul
• Riwayat gaya hidup :
a) Pola makan/kebiasaan makan
b) Pola aktifitas fisik : sering menonton televisi
• Riwayat keluarga dengan obesitas (faktor genetik),
yang disertai dengan resiko seperti penyakit 
kardiovaskuler di usia muda, hiperkolesterolemia,
hipertensi dan diabetes melitus tipe II
DIAGNOSIS
• Mengukur lemak tubuh
• Metoda hidrostatik (under water weighing)
• Bahan radio aktif (potassium count)
• Bio-electrical Impedance Analysis (BIA)
• Computed Tomography (CT)
• Magnetic Resonance Imaging (MRI)
• Dual Energy X-Ray Absorptiometry (DEXA)

Obesitas:
≥ 25% pada pria
≥ 30% pada wanita
MENGUKUR LEMAK TUBUH
• Underwater weight, pengukuran berat badan dilakukan di dalam air dan
kemudian lemak tubuh dihitung berdasarkan jumlah air yang tersisa.

• BOD POD merupakan ruang berbentuk telur yang telah dikomputerisasi.


Setelah seseorang memasuki BOD POD, jumlah udara yang tersisa
digunakan untuk mengukur lemak tubuh.

• DEXA (dual energy X-ray absorptiometry), menyerupai skening tulang. Sinar


X digunakan untuk menentukan jumlah dan lokasi dari lemak tubuh.

• Jangka kulit, ketebalan lipatan kulit di beberapa bagian tubuh diukur dengan
jangka (suatu alat terbuat dari logam yang menyerupai forseps).

• Bioelectric impedance analysis (analisa tahanan bioelektrik), penderita


berdiri diatas skala khusus dan sejumlah arus listrik yang tidak berbahaya
dialirkan ke seluruh tubuh lalu dianalisa.
Body Composition Analyzer adalah suatu alat
kedokteran yang dapat secara cepat mendeteksi
kondisi komposisi tubuh kita seperti:
•Lemak
•Otot
•Sel
•Cairan tubuh
•Usia tubuh

Kadar lemak berlebih di dalam tubuh misalnya


visceral fat (lemak perut) dan subcutaneous fat
(lemak di bawah kulit), dapat menaikkan resiko
penyakit.
Visceral fat diukur untuk memprediksi Penyakit
Degeneratif seperti Diabetes Mellitus,
Hipertensi, Serangan Jantung dan Stroke.
BODY COMPOSITION ANALYZER
PRIA WANITA

FAT MASS 15-18% 20-25%

ESSENTIAL 4-7% 12%


FAT
OBES >= 25% >= 30%
KETEBALAN LIPATAN KULIT
1. Triceps - The back of the upper
arm
2. Pectoral - The mid-chest, just
forward of the armpit
3. Subscapula - Beneath the edge
of the shoulder blade
4. Midaxilla - Midline of the side
of the torso
5. Abdomen - Next to the belly
button
6. Suprailiac - Just above the iliac
crest of the hip bone
7. Quadriceps - Middle of the
upper thigh
WAIST TO HIP RATIO
Good Average High Extreme
Male 0.85-0.9 0.9-0.95 0.95-1 >1
Female 0.75-0.8 0.8-0.85 0.85-0.9 >0.9
DIAGNOSIS
• Tabel berat badan & tinggi badan
• Untuk menentukan apakah seseorang mengalami
kelebihan berat badan
• Tabel biasanya memiliki suatu kisaran berat badan untuk
tinggi badan tertentu.
• Kekurangan dari tabel ini adalah tabel tidak membedakan
antara kelebihan lemak dan kelebihan otot. Dilihat dari
tabel, seseorang yang sangat berotot bisa tampak gemuk,
padahal sesungguhnya tidak.
PEMERIKSAAN
ANTROPOMETRI
A. Body Mass Index (BMI)
Berat Badan (kg)
BMI =
Tinggi badan (m) X Tinggi badan (m)

B. Perbandingan BB dengan TB menggunakan tabel berat badan

C. Waist Circumference
Hanya Mengukur lingkar pinggang (perut)

D. Waist-Hip Circumference
Mengukur lingkar pinggang (perut) dan pinggul dalam cm
Kriteria obesitas pada anak
a. Pengukuran berat badan (BB) yang dibandingkan dengan standar
dan disebut obesitas bila BB > 120% BB standar.4

b. Pengukuran berat badan dibandingkan tinggi badan (BB/TB).


Dikatakan obesitas bila BB/TB > persentile ke 95 atau > 120% 6 atau Z-
score = + 2 SD.1

c. Pengukuran lemak subkutan dengan mengukur skinfold thickness


(tebal lipatan kulit/TLK).
Sebagai indikator obesitas bila TLK Triceps > persentil ke 85.6

d. Pengukuran lemak secara laboratorik, misalnya densitometri,


hidrometri dsb. yang tidak digunakan pada anak karena sulit dan tidak
praktis. DXA adalah metode yang paling akurat, tetapi tidak praktis untuk
dilapangan

e. Indeks Massa Tubuh (IMT), > persentil ke 95 sebagai indikator


obesitas.
PENATALAKSANAAN
• Sasaran Penatalaksanaan Obesitas
• Penurunan BB 5-10% dalam 6-8 bulan
• Mencegah peningkatan kembali BB dan sindrom yoyo
• Memperbaiki penyakit penyerta
• Menurunkan prevalensi obesitas
• Memperbaiki kualitas hidup
PENATALAKSANAAN
• Cara penentuan gizi
1. Basal Metabolisme Rate (BMR)
• energi yang dipergunakan oleh aktifitas alat-alat vital tubuh dan
involunter
• BMR pria = 66 + (13.7 x BB kg ) + ( 5 x TB cm ) – ( 6,8 x  u.thn )
BMR Wanita = 655 + ( 9,6 x BB kg ) + ( 1,8 x TB cm ) – (4,7 x u.thn)
2. Activity
Aktifitas ringan (50% dari energi BMR) dapat dilihat pada seseorang
yang hanya menggunakan otot tangan saja dalam beraktifitas.
aktifitas sedang (50-75% energi BMR ) yang dilihat adalah seseorang
yang selalu menfungsikan otot tangan dan kaki.
aktifitas berat (diatas 75% energi dari BMR) disamping seseorang
menggunakan otot tangan dan kaki juga menggunakan otot-otot
badannya.
PENATALAKSANAAN
• Cara penentuan gizi
3. Spesifik Dinamik Action (SDA)
• energi dari hasil metabolisme yang dipergunakan
untuk efek penguraian zat-zat gizi
• SDA = 10% (BMR+Aktifitas)
PENATALAKSANAAN
• OLAHRAGA
• Terapi harus dimulai secara perlahan dan intensitasnya
sebaiknya ditingkatkan secara bertahap.
• Dilakukan dalam 3 tahap
• Pemanasan (5 menit)
• Mempersiapkan otot, paru dan jantung untuk aktivitas yang lebih berat
• Meminimalkan kemungingkinan terjadinya cidera
• Inti (15-25 menit)
• Paling tidak harus menghabiskan 200-500 kilokalori
• 3.500 kilokalori  0,5 kg BB turun
• Pendinginan (5 menit)
• Untuk mengembalikan faal tubuh
Penatalaksanaan
• CNS
• Katekolaminergik
• Serotoninergik
• Meningkatkan kerja serotonin
• Phenylpropanolamine (PPA) digunakan sebagai
appetite suppressant, ES : stroke
• Kombinasi
• Sibutramine  menghambat reuptake dari serotonin
dan nonepinephirne sehingga menekan nafsu lapar,
• ES : kardovaskuler, KI : tidak boleh dikombinasi
dengan antridepresant
Penatalaksanaan
• Non CNS
• Orlistat tidak menghambat nafsu makan tapi
menghambat kerja enzim lipase sehingga mengurangi
uptake lemak.
• Harus diberi suplemen vitamin yang larut lemak
4 pilar menurunkan BB
• Diet rendah kalori
• Aktivitas fisik (Olahraga)
• Perubahan perilaku (pengawasan mandiri dan dukungan sosial)
• Obat-obatan/bedah (Sibutramine dan Orlistat)

Terapi diet
 Pada pasien overweight: membuat defisit 500-1000 kcal/ hari
 Sebelumnya diukur kebutuhan energi basal pasien:
Laki-laki:
B.E.E =66,5+(13,75 x kg) +(5,003 x cm )-( 6,775 x age)

Wanita :
B.E.E=655,1 +(9,563 x kg)+ (1850 x cm)- (4,676 x age)

Total kalori = B.E.E x jumlah faktor stress dan aktivitas


DIET ENERGI RENDAH
• Tujuan diet :
– Mencapai status gizi yang sesuai
– Mencapai IMT 18-25 kg/m2
– Penurunan BB 0.5-1 kg/minggu

• Asupan energi dikurangi 500-1000 kkal/hari dari


kebutuhan normal
• Protein 1-1,5 g/kgBB/hari atau 15-20% energi total
• Lemak 20-25% dari energi total
• KH 55-65% energi total
• Vitamin dan mineral sesuai kebutuhan
• Cairan 8-10 gelas/hari
Terapi perilaku
• Strategi yang spesific meliputi:
• Pengawasan mandiri terhadap kebiasaan makan dan
aktivitas fisik
• Manajemen stress
• Stimulus kontrol
• Pemecahan masalah
• Contigency management
• Cognitive restructuring
• Dan dukungan sosial
STRATEGI TATALAKSANA
OBESITAS
Umur < 7 Umur > 7
tahun tahun

IMT P85-95 IMT > P95


Komorbid Komorbid Komorbid Komorbid
(+) (-) (-) (+)

MEMPERTAHANKAN BERAT
BADAN

MENURUNKAN BERAT BADAN


AAP. Pediatrics. 2003;112-
424-430
TINDAKAN BEDAH
• Horizontal banden gastroplasty
• Vertical banded gastroplasty
• Roux en Y gastric by pass
• Gastric binding
• Biliopancreatic by pass
PEMBEDAHAN
• Apabila penatalaksanaan di atas tidak berhasil.
• Operasi dipikirkan jika;
– Indeks massa tubuh (IMT) anda 40 atau >
– IMT 35 sampai 39,9 dan  anda mempunyai komplikasi lain yang
berhubungan seperti tekanan darah tinggi dan diabetes.
• Efek samping :
– Pneumonia
– Pembekuan darah
– Infeksi
– Penurunan berat badan yang terlalu cepat akan menghasilkan
batu empedu, hernia (pada tempat pemotongan)
– Sindrom dumping, suatu kondisi dimana isi perut terlalu cepat
masuk ke usus halus, menyebabkan mual, muntah, diare, pusing
dan berkeringat
• HUBUNGAN OBESITAS SENTRAL DENGAN DM &
DISLIPIDEMIA
– Resistensi insulin pada obesitas sentral diduga merupakan
penyebab sindrom metabolik
– Insulin berperan penting dalam penyimpanan lemak maupun
sintesis lemak dalam jaringan adiposa
– Insulin merangsang lipogenesis pada jaringan arterial &
jaringan adiposa melalui peningkatan produksi acetyl-CoA,
peningkatan TG dan glukosa
– Dislipidemia yang ditandai dengan peningkatan konsentrasi
trigliserid & penurunan kolesterol HDL merupakan akibat dari
pengaruh insulin terhadap kolesterol transfer protein (CETP)
yang memperlancar transfer kolesterol ester (CE) dari HDL ke
VLDL (TG)  katabolisme dari Apo A, komponen HDL
– Resistensi insulin dapat disebabkan oleh banyak faktor salah
satunya adalah Obesitas
HIPERTENSI
• Terjadi karena peningkatan
plasma darah
• Pada orang yang obesitas
meningkat sebanyak 10-
20%
• Penyumbatan oleh lemak
sehingga jantung
memompa darah dengan
cepat dapat terjadi
hipertensi.
• Tekanan darah tinggi atau
di atas 140/90 mm Hg,
tumumnya terdapat pada
lebih dari sepertiga orang
obesitas
• Penyakit Jantung Koroner
Obesitas dapat menyebabkan penyakit jantung koroner melalui
berbagai cara, yaitu dengan cara perubahan lipid darah, yaitu
– peninggian kadar kolesterol darah
– kadar LDL meningkat (kolesterol jahat, yaitu zat yang mempercepat
penimbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah)
– penurunan kadar HDL-kolesterol (kolesterol baik, yaitu zat yang
mencegah terjadinya penimbunan kolesterol pada dinding pembuluh
darah)
– hipertensi.
• Stroke
Seiring dengan meningkatnya tekanan darah, gula dan lemak
darah, maka orang obesitas sangat mudah terserang stroke 
karena adanya sumbatan pada pembuluh darah yang
disebabkan oleh lemak yang mengendap di pembuluh darah 
menyebabkan hipertensi  kalau lama dibiarkan akan
mengakibatkan kerusakan pembuluh darah dan menjadi
pendarahan
• Osteoartritis
Biasanya terjadi pada obesitas, umumnya pada sendi-sendi
besar penyanggah berat badan, misalnya lutut dan kaki, yang
akan membuat sendi bekerja lebih berat. Karena sendi tersebut
bekerja dengan keras maka terjadi penurunan fungsi sendi.
• Batu Empedu
Pada obesitas dengan BMI diatas 30 didapatkan kecenderungan
timbul batu empedu dua kali lipat dibandingkan orang normal;
pada obesitas dengan BMI lebih dari 45, ditemukan angka 7 kali
lipat.
• Kanker Payudara
Wanita yang telah menopause lebih berisiko mengalami kanker
payudara. Ini terjadi karena pada wanita menopause yang
obesitas terjadi peningkatan estrogen yang dihasilkan dari
jaringan lemak. Karena jaringan lemak terlalu banyak maka
menghasilkan estrogen dalam jumlah yang besar sehingga
berpengaruh terhadap resiko kanker payudara.

Anda mungkin juga menyukai