Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem pernapasan secara garis besarnya terdiri dari paru-paru dan susunan saluran
yang menghubungkan paru-paru dengan yang lainnya, yaitu hidung, tekak, pangkal
tenggorok, tenggorok, cabang tenggorok. Metabolisme normal dalam sel-sel
makhluk hidup memerlukan oksigen dan karbondioksida Sebagai sisa metabolisme
yang harus dikeluarkan dari tubuh. Pertukaran gas O2 dan CO2 dalam tubuh makhluk
hidup disebut pernapasan atau respirasi. O2 dapat keluar masuk jaringan dengan cara
difusi(Ganong, 2003).
Pernapasan atau respirasi dapat dibedakan atas dua tahap. Tahap pemasukan
oksigen kedalam dan mengeluarkan karbondioksida keluar tubuh melalui organ-
organ pernapasan disebut respirasi eksternal. Pengangkutan gas-gas pernapasan dari
organ pernapasan ke jaringan tubuh atau sebaliknya dilakukan oleh system respirasi.
Tahap berikutnya adalah pertukaran O2 dari cairan tubuh (darah) dengan CO2 dari
sel-sel dalam jaringan, disebut respirasi internal (Junquiera, 2007).
Sistem respirasi berperan untuk penyediaan oksigen untuk darah dan
membuang CO2. Sistem respirasi dibagi menjadi 2 bagian utama yaitu bagian
konduksi dan bagian respirasi.Bagian konduksi meliputi rongga hidung,
nasopharynx, larynx, trakea, bronkus dan bronkiolus. Bagian ini berperan untuk (1)
menyediakan saluran di mana udara dapat mengalir ke dan dari paru-paru, (2)
memelihara udara yang diinspirasi (dibersihkan, dibasahi dan dihangatkan). Untuk
melaksanakan fungsi tersebut, maka pada saluran respirasi terdapat tulang-tulang
rawan, serabut elastin dan otot polos. Tulang rawan berperan sebagai penyokong
dinding bagian konduksi. Serabut-serabut elastin dapat menjamin fleksibilitas
struktur dan memungkinkan kembali ke bentuk semula setelah meregang. Berkas
otot polos terdapat pada lamina propria dan berperan untuk mengurangi diameter
saluran berarti mengatur aliran udara selama inspirasi dan ekspirasi. Pada
pemeliharaan udara, pembersihan dilakukan oleh epitel bersilia yang berfungsi
membuang partikel-partikel debu dan zat-zat lain. Untuk membasahi saluran
respirasi diperlukan peranan dari kelenjar-kelenjar mukus (sel-selnya terdiri sel
mukosa dengan granul sekresi yang besar dan jernih) dan seromukus (gabungan sel
serosa dan mukosa, dimana sel serosa mempunyai granul sekresi yang mudah
diwarnai). Untuk menghangatkan diperlukan peranan dari pembuluh (Guyton, 1995).
Pernafasan berlangsung melalui 2 tahap, yaitu :pernafasan eksternal (luar) :
adalah difusi gas luar masuk ke dalam aliran darah (pertukaran O2dari darah) dan
pernafasan internal (dalam) adalah difusi gas atau pertukaran gas dari darah kesel
tubuhOksigen yang masuk ke dalam tubuh hanya sedikit yang dapat
disimpandalam tubuh, yaitu berupaoksimioglobin(dalam otot) dan sebagai
okihemoglobin dalam darah (Junquiera, 2007).

1.2. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui histologi jantung, alveoulus, larink, paru-
paru, trakea, arteri, dan bronkusekstrapulmonar yang merupakan organ-organ dalam
sistem sirkulasi dan respirasi, dan untuk mengenali serta dapat membedakan berbagai
jenis jaringan epitel melalui mikroskop, serta mengetahui bentuk-bentuk jaringan
epitel yang ada pada tubuh makhluk hidup.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Jantung merupakan organ muskuler yang dapat berkontraksi secara ritmis, dan
berfungsi memompa darah dalam sistem sirkulasi. Secara struktural dinding jantung
terdiri atas 3 lapisan (tunika) yaitu, 1. Endokardium terletak pada lapisan subendotel.
Sebelah dalam dibatasi oleh endotel. Endokardium tersusun atas jaringan
penyambung jarang dan banyak mengandung vena, saraf (nervus), dan cabang-
cabang sistem penghantar impuls. 2. Miokardium terdiri atas sel-sel otot jantung.
Sel-sel otot jantung dibagi dalam 2 kelompok; sel-sel kontraktil dan sel-sel yang
menimbulkan dan menghantarkan impuls sehingga mengakibatkan denyut jantung.
3. Epikardium merupakan membran serosa jantung, membentuk batas viseral
perikardium. Sebelah luar diliputi oleh epitel selapis gepeng (mesotel). Jaringan
adiposa yang umumnya meliputi jantung terkumpul dalam lapisan ini. Katup-katup
jantung terdiri atas bagian sentral yang terdiri atas jaringan fibrosa padat menyerupai
aponeurosis yang pada kedua permukaannya dibatasi oleh lapisan endotel (Junqueira,
1980).
Persarafan jantung tersusun atas sistem yang menimbulkan dan
menghantarkan impuls pada jantung. Sistem yang menimbulkan dan menghantarkan
impuls dari jantung terdiri atas beberapa struktur yang memungkinkan bagi atrium
dan ventrikel untuk berdenyut secara berurutan dan memungkinkan jantung
berfungsi sebagai pompa yang efisien. Sistem ini terdiri atas: 1. Simpul sinoatrial
(dari Keith dan Flack) sebagai alat pacu (pace maker) jantung. 2. Simpul
atrioventrikuler (dari Tawara). 3. Juga terdapat berkas atrioventrikuler (berkas His)
yang berasal dari simpul atrioventrikuler dan berjalan ke ventrikel, bercabang dan
mengirimkan cabang-cabang ke kedua ventrikel ( Tenzer, 1993).
Otot jantung mempunyai kemampuan autostimulasi, tidak tergantung dari
impuls saraf. Sel-sel otot jantung yang telah diisolasi dapat berdenyut dengan
iramanya sendiri. Pada otot jantung, sel-sel ini sangat erat berhubungan dan terjadi
pertukaran informasi dengan adanya gap junction pada discus interkalaris. Bagian
parasimpatis dan simpatis sistem autonom mempersarafi jantung membentuk
pleksus-plexus yang tersebar luas pada basis jantung. Pada daerah-daerah yang dekat
dengan simpul sinoatrial dan atrioventrikuler, terdapat sel-sel saraf ganglion dan
serabut-serabut saraf. Saraf-saraf ini mempengaruhi irama jantung, dimana
perangsangan bagian parasimpatis (nervus vagus) menimbulkan perlambatan denyut
jantung, sedangkan perangsangan saraf simpatis mempercepat irama pace maker
(Yatim, 1990).
Rongga hidung terdiri atas 2 bagian yaitu sebelah luar disebut vestibulum dan
di dalam disebut fossa nasalis. 1. Pada vestibulum terdapat nares, dan vibrissae. 2.
Fossa nasalis, terdapat penonjolan tulang yang disebut concha. Concha dapat
dibedakan menjadi concha superior, medial, dan inferior. Concha superior terdapat
reseptor pembau (olfaktorius). Hidung merupakan tempat masuknya udara atmosfer
dari luar ke saluran pernafasan. Di dalam rongga hidung terdapat rambut dan selaput
lendir. Rongga hidung berfungsi sebagai: 1. Penghantar udara pernafasan (respirasi)
dan seklaigus sebagai penyaring kotoran yang terikut dalam udara pernafasan. 2.
Menyesuaikan udara atmosfir agar temperatur dan kelembabannya sesuai bagi tubuh
hewan. 3. Menjaga kebersihan dan kelancaran udara yang masuk karena lapisan
mukosa saluran respirasi selalu basah dan bersilia yang berguna untuk menangkap
(menjerat) dan mengeluarkan partikel kotoran yang masuk bersama udara
pernafasan. Setelah melewati hidung selanjutnya udara masuk ke pharynx (Raven,
1986).
Alveolus adalah unit terkecil paru-paru, berupa gembungan bentuk
polihedral, terbuka pada satu sisi, yaitu muara ke kantung alveoli. Dindingnya terdiri
dari selapis sel epitel gepeng yang tipis sekali. Dinding alveolus dililit pembuluh
kapiler yang bercabang-cabang dan yang beranastomosis. Di luar kapiler ada
anyaman serat retikulosa dan elastis. Antara alveoli bersebelahan ada sekat. Sekat itu
terdiri dari dua lapis sel apitel dari kedua sel epitel terdapat serat elastis, kolagen,
kapiler, dan fibroblast. Epitel alveolus dibatasi dari endotel kapiler oleh lamina
basalis yang tipis. Ada pula sel epitel yang berbentuk bundar atau kubus, berada pada
dinding alveolus, disebut sel sekat atau sel alveolus besar. Diperkirakan sel ini
mensekresikan lendir. Ia memiliki mikrovilli dan mebentuk kompleks pertautan
dengan sel epitel alveolus yang gepeng dan yang lebih kecil. Sel alveolus gepeng
itulah dengan endotel kapiler yang melilitnya yang membina membaran
pernapasan.Membran pernapasan berarti disusun atas : membran sel epitel alveolus,
sitoplasma sel epitel elveolus, membran sel alveolus, lamina basalis, membarab sel
endotel kapiler, sitoplasma sel endotel kapiler, membran sel endotel kapiler. Yang
tujuh lapis ini sangat tipis. Karena itu kaluar-masuk gas pernapasan antara lumen
alveolus dan lumen kapiler sangat mudah dan cepat. Di dinding alveoli sering
ditemukan fagosit atau makrofag. Karena lazimnya sel ini berisi butiran maka
disebut dengan sel debu. Sel ini banyan di temukan pada perokok (Hickman, 1998).
Larink atau gerbang trakea ini ditunjang oleh beberapa keping tulang rawan
hialain dan elastis, jaringan ikat, serat otot lurik, dan dilapisi sebelah kelumen oleh
tunica mucosa. Tunica mucosa itu memiliki kelenjar lendir. Keping tulang rawan
yang menunjang jakun ialah: 1. tiroid, 2. krikoid tunggal, 3. epiglotis, 4. aritenoid, 5.
kornikulat sepasang, 6. kuneiform. Permukaan depan dan sebelah belakang epiglotis
dan pita suara diselaputi epitel berlapis mengelupas. Didaerah lain yaitu dasar
epiglotis, trakea dan bronkhus, epitel itu bersilia. Pada tunica mucosa banyak sel
goblet. Kelenjar lendir disini tergolong jenis tubulo-acinus. Sedikit kuncup rasa
terdapat tersebar pada bagian bawah epiglotis. Pita suara berisi ligamen tiro-
aritenoid, yang mengandung serat elastis dan dibagian sisisnya silengkapi serat otot
lurik tiro-aritenoid. Ditengah ditutup dengan tunica mucosa yang tipis dari epitel
berlapis mengelupas (Van De Graaff, 1999).
Cabang bronkhi masuk ke dalam paru (pulmo). Paru ada sepasang kiri-kanan,
terdiri dari lima lobi. Tiap lobus oleh septa yang terdiri dari jaringan ikat terbagi-bagi
atas banyak lobulli. Masing-masing lobulus dimasuki oleh satu bronkhiolus. Di
dalamnyabronkhiolus bercabang-cabang kecil berbentuk bronkhiolus ujung,dan
berakhir pada bronkhiolus pernapasan. Dalam lobulli terkandung pula pembuluh
darah, pembuluh limfa, urat saraf, dan jaringan ikat. Pada banyak tempat sepanjang
cabang dan ranting bronkhus terdapat nodus limfa menempel pada dinding. Sebelah
luar arah ke rongga pleura paru diselaputi oleh penerusan selaput dalam pleura
(Tenzer, 1993).
Trakhea merupaka lanjutan dari larink yang lebarnya 2-3.5 cm dan
panjangnya sekitar 11 cm. trakhea berakhir dengan cabang dua yang disebut sebagai
bronchus. Epitel yang melapisi sebelah dalam inilah epitel silindris semu bercilia dan
bertumpu pada membran basalis yang tebal. Di antara sel-sel tersebar piala. Di
bawah membran basalis terdapat lamina propria yang banyak mengandung serabur
elastis. Di lapisan dalam lamina propria serabut elastis. Membentuk ayaman padat
sebagai suatu lamina elastic, maka jaringan pengikat dibawahnya kadang-kadang
disebut tunica submukosa. Di dalam tunica submukosa inilah terdapat kelenjar-
kelenjar kecil seperti pada dinding larink yang dari trakhea adalah adanya kerangka
cincin-cincin cartilage hyaline yang berbentuk huruf C sebanyak 16-20 buah yang
berderet mengelilingi lumen dengan bagian yang terbuka di bagian belakang (pars
cartilaginea) (Hickman, 1998).
Sebagian besar pulmo menerima darah dari arteri pulmonalis yang
bertripeelastis. Cabang arteri ini masuk melalui hilus pulmonalis dan bercabang-
cabang mengikuti percabangan bronchus sejauh broncioli respiratorius. Dari sini
arteri tersebut member percabangan menuju ke ductus alveolaris dan member
anyaman kapiler di sekeliling alveolus. Venula menampung darah dari anyaman
kapiler di pleura dan dinding penyekak alveolus. Vena yang menampung darah dari
venula tidak selalu seiring dengan arterinya tetapi melalui jaringan pengikat di antara
lobules dan segmen. Pulmonalis dan vena pulmonalis terutama untuk pertukaran gas
dalamalveolus. Disamping itu terdapat arteri bronchialis yang lebih kecil, sebagai
cabang serta mengikuti bronchus dengan cabang-cabangnya. Arteri ini diperlukan
untuk nutrisi dinding bronchus termasuk kelenjar dan jaringan pengikat sampai di
bawah pleura. Darah akan kembali sebagian besar melalui vena pulmonalis
disamping vena bronchialis. Terdapat anastomosis dengan kapiler dari arteri
pulmonalis (Raven, 1986).
Trachea bercabang menjadi 2 bronchus primaries yang masuk ke
jaringan paru-paru melalui hilus pulmonalis dengan arah ke bawah dan
lateral. Bronchusyang sebelah kana bercabang menjadi 3 dan
yang sebelah kiri becabang menjadi2, dimana setiap cabang tersebut merupakan
percabangan dari bronchus primaries.Lamina propria terdiri dari jaringan
pengikat yang banyak mengandungserabut elastis dan serabut kolagen dan
retikuler serta beberapa limfosit. Di bawah membrane mucosa terdapat stratum
muscular yang tidak merupakan lapisan tertutup. Banyaknya serabut elastic
berhubungan erat dengan sel-sel otot polos dan serabut elastic ini sangat penting
dalam proses respirasi. Di dalam anyaman muskulo elastic ini terdapat banyak
jalinan pembuluh darah kecil. Perbedaan struktur antara trakea serta bronchus
extrapulmonalis serta intrapulmonalis (Junqueira, 1980).
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum histologi respiresi ini dilakukan pada hari Selasa, 27 Oktober 2015 di
Laboratorium Pendidikan II Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang.

3.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah mikroskop, pena, pensil, penggaris,
penghapus dan buku gambar. Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah
preparat permanen jantung, alveoulus, larink, paru-paru, trakea, arteri, dan
bronkusekstrapulmonar.

3.3. Cara Keja


Disiapkan peralatan kerja seperti mikroskop, preparat permanen histologi respirasi
serta alat tulis. Lalu diletakkan salah satu preparat kemeja benda yang ada di
mikroskop. Kemudian diatur revolving nosepice (pemutar lensa objektif) untuk
memutar lensa okuler sehingga perbesaran dapat diatur, sekrup pengatur vertikal
digunakan untuk menaikkan dan menurunkan kaca objek, horizontal feed knob
(sekrup pengatur horizontal) digunakan untuk menggeser kaca objek kekanan dan
kekiri, serta coarse focus knob (sekrup focus kasar) di gunakan untuk menaik
turunkan meja benda (untuk mencari fokus) secara kasar dan cepat,dan juga fine
focus knobe (sekrup fokus halus) digunakan untuk menaik turunkan meja benda
secara halus dan lambat.Apabila objek yang di amati sudah terlihat jelas, objek
tersebutdigambar pada buku gambar. Kemudian dilakukan cara yang sama untuk
preparat yang lainnya.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Paru paru


Berdasarkan pratikum yang telah dilakukan, maka didapatkan gambar sebagai
berikut:

Pada preparat ini sama halnya dengan preparat yang lain, bagian- bagian dari
preparat paru-paru kurang terlihat dan belum didapatkan secara optimal, hal ini dapat
terjadi karena pencahayaan yang kurang bagus dan belum tepat dalam mengatur
preparat tersebut pada mikroskop. Paru-paru merupakan sepasang organ terletak di
dalam rongga dada pada tiap- tiap sisi dari daerah pusat atau mediastenium, yang
terisi jantung dan penbuluh darah besar, esofagus, bagian bawah trakea dan sisa- sisa
kelenjar timus. Pada tiap sisi, rongga dada dilapisi oleh suatu selaput tipis, yaitu
pleura parietalis. Pada daerah hilus (akar) paru, pleura viseralis. Rongga pleura
merupakan ruangan patensial di antara pleura parietalis dan pleura viseralis,
mengandung sedikit cairan serosa. Di mediastinum, trakea bercabang menjadi
bronkus utama kiri dan kanan (Eroschenko,2003).
4.2 Trakea
Berdasarkan pratikum yang telah dilakukan, maka didapatkan gambar sebagai
berikut:

Pada preparat ini juga belum terlihat sempurna gambar yang didapatkan, karena
kurang teliti dalam mengamati dam kurang teliti dalam menganalisa gambar
tersebut.Dinding trakea terdiri dari atas mukosa, submukosa, tulang rawan hialin, dan
adventisia. Tulang rawan pada trakea adalah cincin berbentuk c, dan di antara kedua
ujung c itu terdapat m.trakealis. Mukosa terdiri atas epitel bertingkat semu silindris
bersilia dengan sel goblet. Lamina propria mengandung serat jaringan ikat halus,
jaringan limfatik difus dan kadang- kadang limfonodus solitarius. Di antara ikat
longgar submukosa terdapat kelenjar tubuloasionar campur yang duktusnya melalui
lamina propria untuk memasuki lumen trakea. Tulang hialin dikelilingi jaringan ikat
padat, yaitu perikordium yang menyatu dengan submukosa di satu sisi dan dengan
adventisia di sisi lain. Di dalam adventisia, terdapat banyak pembuluh darah dan
saraf yang bercabang halus ke lapisan luar. Mukosa dinding posterior trakea yang
tidak bertulang rawan, berlipat- lipat.Di dalam submukosa terdapat kelejar campur,
kelenjar ini terdapat di antara serat otot dan meluas sampai ke
adventisia(Eroschenko,2003).
4.3 (BEp) bronkus eksrapulmonar

Berdasarkan pratikum yang telah dilakukan, maka didapatkan gabar sebagai


berikut:

Pada preparat BEp gambar dan bagian-bagian yang didapatkan kurang sempurna, hal
ini dapat terjadi karena pencahayaan yang kurang bagus dan pengaturan mikroskop
yang kurang maksimal dalam pratikum, bagian yang didapatkan yaitu epitel dan
lumen. Susunan bronki ektrapulmonar sangat mirip trakea dan hanya berbeda dalam
garis tengahnya yang lebih kecil. Pada bronki utama, cincin tulang rawan juga tidak
sempurna, celah pada bagian posterior di tempati oleh otot polos. Bronkus
intrapulmonar berbeda dari bronkus eksrapulmonar dalam beberapa gambaran dasar,
pertama bronkus intrapulmonar tampak bulat dan tidak memperlihatkan bagian
posterior yang rata seperti yang terlihat pada trakea atau bronkus eksrapulmonar, hal
ini disebabkan oleh tidak terdapatnya cincin tulang rawan berbentuk c, melainkan
lempeng-lempeng tulang rawan hialin yang bentuknya tidak beraturan dan sebagian
melingkari lumen secara lengkap. Susunan tulang rawan tersebut tidak beraturan,
sehingga pada potongan melintang tampak sebagai beberapa potongan kecil tulang
rawan mengelilingi lumen(Eroschenko,2003).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pratikum histologi respirasi dan sirkulasi yang telah dilakukan, maka
dapat disimpulkan bahwa:
1. Pada preparat paru- paru terdapat pleura, dan bronkiolus terminalis
2. Pada preparat trakea terdapat kartilago, sub mukosa, lamina propia dan epitel
bertingkat semu silindris bersiilia dengan sel goblet.
3. Pada preparat BEp terdapat kartilago, bronkus, selaput luar.

5.2 Saran
Pada pratikum ini diharapkan pratikan lebih teliti dalam mengamati preparat
histologi, dan lebih hati- hati dalam menggunakan preparat. Dan diharapkan terlebih
dahulu mempelajari objek yang akan dipratikumkan.
DAFTAR PUSTAKA

Delmann, 1992. Buku Teks Histologi Veteriner. UI Press. Jakarta.

Eroschenko, V. P. 2003. Atlas Histologi di Fiore dengan Korelasi Fungsional.


Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Guyton, C. R. 1995. Fisiologimanusiaedisirevisi.Jakarta :kedokteran EGC

Hickman, C.P., Roberts, L.S., and Larson, A. 1998. Biology of Animals. 7th ed. New

Junqueira, L.C. danJose Carneiro . 1980. Basic Histology. Lange Medical


Publications,Clifornia.

Junquiera, L. C. dan Jose Cameiro. 2007. HistologiDasar. Jakarta :kedokteran EGC.

Leeson, C. R. 1996. Buku Ajar Histologi.Jakarta :BukuKedokteran EGC

Pearce, E., 2004. Anatomi dan Fisiologi Manusia untuk Paramedis. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.

Raven, P.H., and Johnson, G.B. 1986. Biology. Times Mirror/ Mosby College
Publishing.York: McGraw Hill Company Inc.

Tenzer, A. 1993. Struktur Hewan Bagian I. Malang: Universitas Negeri Malang.

Tim Pengajar MK. Anatomi dan Fisiologi Manusia, 2010. Penuntun Praktikum
Anatomi dan Fisiologi Manusia. Universitas Haluoleo. Kendari.

Van De Graaff, K.M. 1999. Concepts of Human Anatomy and Physiology. 5th-ed.
USA: MC Graw Hill Companies, Inc.

Victor, P. 2003. HistologiDasar. Jakarta : EGC

Yatim, W. 1990. Biologi Modern Histologi. Bandung: PT Tarsito.

Anda mungkin juga menyukai