Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mencit (Mus musculuc) adalah anggota Muridae (tikus- tikusan) yang

berukurann kecil. Mencit mudah dijumpai di rumah rumah dan dikenal sebagai

hewan pangganggu karena kebiasaannya mengigit barang barang kecil lainnya,

serta bersarang di sudut-sudut lemari sehingga biasa juga memakan pakaian yang

ada dilemari. Hewan ini dapat dijumpai dimana saja, Mencit sangat mudah

menyesuaikan diri dengan bahan yang dibuat manusia.

Usaha pengembangan teknologi di bidang peternakan atau biologi, telah

banyak dilakukan melalui penelitian dan untuk menunjang hal tersebut maka

diperlukan hewan percobaan yang memiliki karakteristik anatomi dan fisiologi

yang hampir sama dengan hewan ternak lainnya. Salah satu hewan percobaan

yang umum dan popular digunakan dalam penelitian bidang peternakan atau

biologi adalah mencit putih (Mus musculus). Mencit digunakan sebagai hewan

percobaan karena memiliki keunggulan dibandingkan dengan hewan percobaan

lainnya (Nori, 2012).

Mencit (Mus musculus) adalah salah satu anggota kelompok kerajaan

hewan animalia. Hewan ini ditandai dengan cirri sebagai berikut: jinak, takut

cahaya, aktif pada malam hari, mudah berkembangbiak, siklus hidup yang

pendek, berwarna putih, dan tergolong poliestrus (Fransius, 2010). Mencit (Mus
musculus) merupakan hewan yang paling umum digunakan pada penelitian

laboratorium sebagai hewan percobaan, yaitu sekitar 40-80% (Aditya, 2011).

Mencit memeliki keunggulan sebagai hewan percobaan (khususnya

digunakan dalam penelitian biologi), yaitu siklus hidup yang relatif pendek

jumlah anak perlahirannya banyak, variasi sifat-sifatnya tinggi dan mudah dalam

penanganannya (Fransius, 2010).

Berdasarkan uraian di atas makan yang melatarbelakangi kami melakukan

praktikum tentang pemuliaan mencit untuk mengetahui anatomi dan fisiologi

mencit.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum ini adalah bagaimana cara mengetahui

Anatomi dan Fisiologi Mencit (Mus musculus)?

C. Tujuan Praktikum

Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui Anatomi dan

Fisiologi Mencit (Mus musculus).


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Mencit

Mencit (Mus musculus) adalah hewan yang masih satu kerabat dengan

tikus liar ataupun tikus rumah. Tikus ini tersebar di seluruh dunia. Tikus ini sering

ditemukan di dekat bangunan gedung ataupun di tempat lain, jika terdapat

makanan dan tempat berlindung. Tikus ini semuanya berasal mula dari keturunan

yang telah ada yaitu keturunan dari tikus liar yamg sudah mengalami peternakan

secara selektif. Tikus ini biasanya lebih suka hidup pada tempat yang memiliki

suhu lingkungan yang tinggi (Waston, 2010).

Allah berfirman dalam Quran surah an-Nur ayat 45 yang berbunyi:

‫علَ ٰى بَ ۡطنِِّّۦه َو ِّم ۡن ُهم همن‬


َ ‫علَ ٰى بَ ۡطنِِّّۦه َو ِّم ۡن ُهم همن يَمۡ شِّي‬
َ ‫ٱَّللُ َخلَقَ ُك هل دَآب ٖهة ِّمن هما ٓ ٖ ٖۖء فَ ِّم ۡن ُهم همن يَمۡ شِّي‬
‫َو ه‬

ٞ ‫علَ ٰى ُك ِّل ش َۡي ٖء قَد‬


٤٥ ‫ِّير‬ َ َ‫ٱَّلل‬ َ ‫علَ ٰى ِّر ۡجلَ ۡي ِّن َو ِّم ۡن ُهم همن يَمۡ شِّي‬
‫علَ ٰ ٓى إِّ هن ه‬ َ ‫يَمۡ شِّي‬

Terjemahnya:
Dan Allah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian
ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki,
sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan
apa yang Dia kehendaki, Sungguh, Allah maha kuasa atas sesuatu.

Ayat diatas menjelaskan bahwa Allas SWT menciptakan semua jenis

hewan dari air. Allah menciptakan berbagai jenis hewan ada yang berjalan diatas

perutnya atau hewan melata, ada yang berkaki dua dan empat Allah maha kuasa

atas segala ciptaan-Nya.

B. Morfologi Mencit
Morfologi mencit (Mus musculus) memiliki panjang 65-95 mm dari

ujung hidung hingga ujung tubuh. Warna bulu umumnya dari coklat muda sampai

hitam dan ada pula yang memiliki warna putih. Tikus memiliki ekor panjang yang

memiliki sedikit bulu dan memiliki deretan lingkaran sisik. Mencit cenderung

memiliki panjang bulu ekor lebih gelap ketika hidup erat dengan manusia, mereka

berkisar 12-30 gram berat badanya (Amori, 2010).

Struktur morfologi mencit terdiri atas bagian Caput, Truncus,

Ekstremitas liberae. Pada bagian Caput terdiri atas telinga yang berfungsi untuk

pendengaran, Porus acusticus externa, Organon visus dengan Palpabrae superior

dan inferior, serta Plica semilunaris pada sudut mata sebelah medial, kenudian

ada Nares dan Rima oris yang dibatasi oleh Labium superius dan Labium inferius

dengan bagian dalam Labium superius, lalu pada bagian Truncus terdiri atas dada,

punggung, perut, pantat, daerah antara kelamin luar dan anus, serta ekor. Jika

mencit (Mus musculus) dilentangkan akan tampak Papila mammae yang terletak

pada inguinal, lalu Organa genitalia externa pada hewan betina yaitu vulva (celah

yang dibatasi oleh labia majora) dan klitoris (alat kecil homolog dengan penis),

Organa genitalia externa hewan jantan yang terdiri atas penis dan gland penis

yang ditutupi oleh Preputium dan Scrotum (kantong testis). Extremitas liberae

terdiri atas Extremitas cranialis yang mempumyai 4 digit dan Extremitas caudalis

yang dilengkapi 3 digit (Seeley, 2011).

C. Anatomi Mencit (Mus musculus)


Sistem dalam tubuh mencit (Mus musculus) terbagi dengan beberapa

sistem yaitu Kardiovaskular, Digestonum, Respiratorium, Urogenitale, dan

Nervosum. Pada sistem sirkulasi pada mencit terdiri atas Atrium dexter (tempat

bermuaranya Vena cava).Atrium sinister (tempat bermuaranya Arteri pulmonalis),

Ventrikel sinister (dinding lebih tebal dari pada atrium, tempat keluarnya Aorta),

dan Kapiler dexter merupakan tempat keluarnya Arteri pulmonalis (Guinam,

2010).

Sistem pencernaan mencit (Mus musculus) terdiri atas mulut (Cavum

oris). Mulut adalah permulaan saluran yang terdiri atas 2 bagian yaitu bagian luar

yang sempit atau vestibula yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir dan pipi dan

bagian rongga mulut/bagian dalam, yaitu rongga mulut yang dibatasi sisinya oleh

tulang maksilaris, palatum dan mandibularis disebelah belakang bersambung

dengan faring. Selaput lendir mulut ditutupi epithelium yang berlapis-lapis

dibawahnya terletak kelenjar-kelenjar halus yang mengeluarkan lendir, selaput ini

kaya akan pembuluh darah dan juga memuat banyak ujung akhir saraf sensoris.

Bibir terletak disebelah luar mulut ditutupi oleh kulit dan disebelah dalam ditutupi

oleh selaput lendir (mukosa) (Mjumani, 2013).

Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (Duo

denum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke

dalam Duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa dicerna oleh

usus halus. Jika penuh, duodenum akan mengirimkan sinyal kepada lambung

untuk berhenti mengalirkan makanan. Duodenum menerima enzim pankreatik dari

pankreas dan empedu dari hati. Cairan tersebut (yang masuk ke dalam Duodenum
melalui lubang yang disebut sfingter Oddi) merupakan bagian yang penting dari

proses pencernaan dan penyerapan. Gerakan peristaltik juga membantu

pencernaan dan penyerapan dengan cara mengaduk dan mencampurnya dengan

zat yang dihasilkan oleh usus. Fungsi usus halus adalah menerima zat-zat

makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui kapiler-kapiler darah dan

saluran-saluran limfe, menyerap protein dalam bentuk asam amino, karbohidrat

diserap dalam bentuk monosakarida, di dalam usus halus terdapat kelenjar yang

menghasilkan getah usus yang menyempurnakan makanan (Seeley, 2011).

Usus besar terdiri dari Kolon asendens (kanan), Kolon transversum,

Kolon desendens (kiri), Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum). Apendiks

(usus buntu) merupakan suatu tonjolan kecil berbentuk seperti tabung, yang

terletak di Kolon asendens, pada perbatasan Kolon asendens dengan usus halus.

Usus besar menghasilkan lendir dan berfungsi menyerap air dan elektrolit dari

tinja. Ketika mencapai usus besar, isi usus berbentuk cairan, tetapi ketika

mencapai rektum bentuknya menjadi padat. Banyaknya bakteri yang terdapat di

dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan

zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting,

seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa

penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri di

dalam usus besar. Akibatnya akan terjadi iritasi yang bisa menyebabkan

dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare (Seeley, 2011).

Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar

(setelah kolon Sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat
penyimpanan sementarafeses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan

di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada Kolon desendens. Jika Kolon desendens

penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air

besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di

dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk

melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan

dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika

defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, maka konstipasi dan pengerasan

feses akan terjadi. Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana

bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh

(kulit) dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh

otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar),

yang merupakan fungsi utama anus (Guinam, 2010).

Sitem respirasi pada mencit (Mus musculus) terdiri atas hidung (Cavum

nasal). Ujung hidung ditunjang oleh tulang rawan dan pangkal hidung ditunjang

oleh tulang nasalis. Didaerah lubang hidung, Permukaan rongga hidung diselaputi

oleh epitel berlapis pipih dengan rambut-rambut kasar yang berfungsi untuk

menyaring debu-debu kasar dan serangga. Pada dinding lateral terdapat tiga

tonjolan yang disebut konkha nasalis superior, media dan inferior. Debu-debu

udara juga dapat diperangkap oleh lender (Tanri, 2013).

Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan

kerongkongan (Osofagus). Di dalam lengkung faring terdapat Tonsil (amandel)

yaitu kumpulan kelenjar Limfe yang banyak mengandung Limfosit dan merupakan
pertahanan terhadap infeksi. Disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan

jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan

ruas tulang belakang (Rinta, 2014).

Laring merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentuk suara

yang terletak di depan bagian faring sampai ketinggian Vertebra servikalis dan

masuk ke dalam Trakea. Pangkal tenggorokan itu dapat ditutup oleh Epiglottis,

yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsi pada waktu kita menelan

makanan menutupi laring. Trakea (batang tenggorokan) tersusun dari cincin

tulang rawan yang terletak didepan kerongkongan dan berbentul pipa. Bagian

dalam Trakea licin dilapisi selaput lendir yang terdiri dari sel-sel bersilia yang

berfungsi menahan debu atau kotoran dalam udara agar tidak masuk kedalam

paru-paru (Rinta, 2014).

Paru-paru terletak di dalam rongga di kanan dan kiri jantung. Paru-paru

sebelah kanan terdiri atas tiga kelompok Alveolus dan merupakan dua belahan

paru- paru (dua lobus). Didalam paru-paru, Bronkus sebelah kanan bercabang tiga,

sedangkan Bronkus sebelah kiri bercabang dua, sama jumlahnya dengan jumlah

lobus paru-paru. Cabang Bronkus disebut Bronkiolus. Fungsi dari paru-paru

adalah menukar oksigen dari udara dengan Karbon dioksidadari darah (Rinta,

2014).

Sistem sirkulasi pada mencit terdiri atas jantung. Jantung terletak diatas

rongga dada sebelah kiri, diatas diafragma. Jantung mempunyai empat ruang yang

terbagai sempurna dan terletak di dalam rongga dada serta terbungkus oleh

Pericardia. Pericardia terdiri dari dua lapisan, yakni Lamina parietalis (sebelah
luar) dan Lamina viseralis (menempel di dinding jantung). Diantara kedua lapis

ini terdapat Kavum pericardia yang berisi cairan Pericardia. Jantung terdiri dari

empat ruang, yakni dua serambi (Atrium) dan dua bilik (Ventrikel). Pada dasarnya,

fungsi serambi adalah sebagai tempat lewatnya darah dari luar jantung ke bilik.

Akan tetapi, serambi juga dapat berfungsi sebagai pemompa yang lemah sehingga

membantu aliran darah dari serambi ke bilik. Bilik memberi tenaga yang

mendorong darah ke paru-paru dan sistem sirkulasi tubuh. Jantung dibentuk

terutama oleh tiga jenis otot jantung (miokardia), yaitu ototserambi, otot bilik,

serta serabut otot perangsang dan penghantar khusus (Jacob, 2010).

Sistem ekskresi pada mencit (Mus musculus) yaitu Ren (sepasang, tipe

Mentanephros, warna merah coklat, ureter (sepasang, keluar dari Hillus renis,

bermuara pada bagian Dorsocaudal vesica urinaria). Vesica urinaria tunggal dan

uretra bermuara sebagai Orificum urethrae externum (pada betina di Caudal

clitoris, pada jantan menembus penis keluar pada Glans penis) (Estar, 2010).

Alat kelamin jantan berfungsi menghasilkan gamet jantan, yaitu

Spermatozoon (sperma). Alat kelamin luar terdiri dari penis dan Skrotum,

sedangkan alat kelamin dalam terdiri dari testis, saluran reproduksi, dan kelenjar

kelamin. Pada betina, alat kelamin luar terdiri dari vulva, Mons pubis, dan

klitoris/kelentit, sedangkan alat kelamin dalam terdiri dari Ovarium, Tuba fallopii,

uterus dan vagina. Ureter terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung

dari ginjal ke Vesika urinaria. Ureter sebagian terletak pada rongga abdomen dan

sebagian lagi terletak pada rongga pelvis. Lapisan dinding ureter terdiri dari

dinding luar jaringan ikat (Jaringan fibrosa), lapisan tengah lapisan otot polos,
lapisan sebelah dalam lapisan mukosa. Lapisan dinding ureter menimbulkan

gerakan-gerakan peristaltik yang mendorong urin masuk ke dalam kandung kemih

(Tanri, 2013).

D. Sistem Reproduksi Pada Mencit (Mus musculus)

Reproduksi merupakan proses memperbanyak keturunan untuk

melestarikan dan mempertahankan kehidupan makhluk hidup. Setiap setiap

makhluk hidup memiliki kemampuan reproduksi yang berbeda, ada yang

menghasilkan satu anak dalam satu kali bereproduksi dan untuk mendapatkannya

harus menunggu dalam waktu yang lama. Namun ada juga mahkluk hidup yang

mampu bereproduksi dengan menghasilkan banyak anak dalam jarak waktu relatif

dekat sehingga meningkatkan jumlah populasi makhluk hidup dalam suatu daerah

khususnya hewan (Novriyanti dkk, 2014).

1. Sistem Reproduksi Mencit Betina

Secara umum sistem reproduksi mencit betina terdiri atas ovarium dan

system duktus. Sistem tersebut tidak hanya menerima telur yang diovulasikan dan

membawa ke tempat implantasi di uterus, tetapi juga menerima sperma dan

membawanya ke tempat fertilisasi yaitu oviduk. Pertumbuhan, fungsi otot dan

epitel saluran betina ada di bawah pengaruh hormone dan ditentukan oleh

pergeseran progresif dalam sekresi estrogen dan progestron oleh ovarium selama

siklus ovarium (Atmarazaqi, 2013).

a. Ovarium

Bentuk ovarium sangat bervariasi sesuai dengan spesies dan tergantung

pada hewannya, apakah ia termasuk golongan politokus ataupun monotokus


(hewan yang melahirkan lebih dari satu). Ovarium adalah kelenjar berbentuk

biji, terletak di kanan dan kiri uterus di bawah tuba uterin dan terikat di sebelah

belakang oleh mesovarium. Ovarium merupakan pabrik penghasil telur dan

hormon kelamin yaitu estrogen dan progesteron. Ovarium tempat

berkembangnya folikel telur, yaitu folikel primer, folikel sekunder, folikel

tersier, folikel de Graaf, korpus rubrum, korpus luteum dan korpus albikan.

Folikel telur adalah sel telur yang dilingkupi oleh sel-sel granulose (sel folikel)

dengan ketebalan lapisan yang bervariasi, sesuai dengan tingkat

perkembangannya (Adnan, 2013).

b. Oviduk

Saluran ini terdapat sepasang dan merupakan penghubung antara

ovarium dengan uterus. Oviduk terdiri dari bagian interstisialis, bagian ismika,

bagian ampularis dan infundibulum yang berfimbria. Oviduk berfungsi pada

saat ovulasi dimana ovum disapu ke dalam ujung oviduk yang berfimbria.

Fungsi lain dari oviduk adalah kapasitasi sperma, fertilisasi, dan pembelahan

embrio yang terjadi dibagian ampula. Pengangkutan sperma ke tempat

fertilisasi dan pengangkutan ovum ke uterus diatur oleh kontraksi muskuler

yang dikoordinir oleh hormone ovarial, estrogen dan progesteron (Adnan,

2012).

c. Uterus

Uterus adalah suatu struktur saluran muskuler yang diperlukan untuk

penerimaan ovum yang dibuahi, penyediaan nutrisi dan perlindungan fetus,


serta stadium permulaan ekspulsi fetus pada waktu kelahiran (Rahmawati,

2012).

Dinding uterus terdiri dari 3 lapisan yaitu membran serosa

(Perimetrium), merupakan lapisan terluar yang membungkus uterus yang

terdiri dari jaringan ikat. Miometrium merupakan lapisan ke dua yang terdiri

dari otot polos yang mengandung pembuluh darah dan limpa. Sedangkan

lapisan ketiga adalah endometrium merupakan tempat nidasi atau implantasi

serta perkembangan embrio bagi mencit yang bunting. Bagi mencit yang tidak

bunting endometrium merupakan selaput lendir yang mengandung kelenjar dan

pembuluh darah (Akbar, 2011).

d. Vagina

Vagina terbagi menjadi dua bagian yaitu vertibulum (bagian luar

vagina) dan vagina posterior (dari muara uterus sampai serviks). Dinding

vagina terdiri dari mukosa, muscularis dan serosa. Pada betina yang memiliki

siklus normal, sel-sel epithelium yang membatasi vagina mengalami perubahan

secara periodik yang dikontrol oleh hormon yang disekresikan oleh ovarium.

Vagina merupakan saluran panjang yang terletak dorsal terhadap urethra dan

ventral terhadap rektum, sebagai tempat penumpahan semen dari individu

jantan (Akbar, 2011).

2. Sistem Reproduksi Mencit Jantan

Sistem reproduksi pada jantan terdiri atas sepasang testis yang terdapat

dalam skrotum, sepasang kelenjar asesori dan organ kopulasi.

a. Testis
Testis berjumlah dua buah, terdapat di dalam kantong luar yang disebut

skrotum. Pada semua spesies testis berkembang di dekat ginjal, yakni di daerah

krista genitalis primitif (Suganda et all, 2010). Testis dibungkus oleh kapsula

fibrosa tebal yang disebut tunika albugenia. Pada bagian posterior jaringan ikat

ini mengalami penebalan yang disebut mediastinum testis. Dari mediastenum

testis ini terbentuk sekat-sekat yang membagi lobus secara radier menjadi

lobuli testis. Sekat ini disebut septula testis. Di dalam lobuli testis ini terdapat

banyak saluran yang berliku-liku, disebut tubulus seminiferus, tempat

berlangsungnya proses spermatogenesis. Saluran ini kemudian bergabung di

bagian mediastinum testis tempat terdapatnya rete testis. Rete testis ini

berhubungan langsung dengan duktus eferen yang akan membentuk bagian

kaput epididimis (Sudarka, 2010).

Testis merupakan kelenjar campuran, yakni kelenjar eksokrin juga

sekaligus sebagai kelenjar endokrin. Sebagai kelenjar eksokrin testis berfungsi

menghasilkan sel sperma. Fungsi ini sesungguhnya dilakukan oleh saluran-

saluran dalam lobuli testis yang disebut tubulus seminiferus. Di dalam tubulus

seminiferus, sel-sel spermatogenik berkembang ke arah lumen dengan bantuan

“inang” yakni sel sertoli (Purdyaningsih, 2015).

b. Kelenjar asesoris

Kelenjar asesoris rodentia dan mamalia pada umumnya terdiri atas

epididimis, vas deferens, sepasang vesikula seminalis, prostat dan sepasang

glandula Cowper (bulbourethralis).


Epidermis adalah suatu struktur memanjang yang bertaut rapat dari

bagian bawah testis sampai bagian atas testis dan di dalamnya terdapat duktus

epididimis yang berliku-liku. Epididimis dapat dibagi atas tiga bagian kepala,

badan, dan ekor (Harding, 2010).

Saluran epidermis menghubungkan kelenjar testis dan vas deferens.

Epidermis berfungsi untuk pematangan spermatozoa dan sekaligus tempat

penyimpanan spermatozoa yang sudah matang (dewasa). Saluran epididimis ini

kemudian berhubungan langsung dengan saluran deferens (vas deferens). Vas

deferens atau duktus deferens mengangkut sperma dari ekor epididimis ke

uretra. Dindingnya mengandung otot-otot licin yang penting dalam mekanisasi

pengangkutan semen waktu ejakulasi (Harding, 2010).

c. Alat kelamin luar atau organ kopulatoris

Organ kopulatoris mencit jantan adalah penis yang mempunyai tugas

ganda yaitu sebagai alat pengeluaran urin dan penyaluran semen ke dalam

saluran reproduksi tikus betina. Penis terdiri dari akar, badan dan ujung bebas

yang berakhir pada glans penis. Penis ditunjang oleh fascia dan kulit. Badan

penis terdiri dari korpus kovernosum penis yang relatif besar dan diselimuti

oleh suatu selubung fibrosa tebal bewarna putih, yaitu tunika albugenia (El

Sherif et all, 2011).

E. Siklus Reproduksi Pada Mencit (Mus musculus)

Pada beberapa mamalia siklus reproduksi disebut juga sebagai siklus

estrus. Estrus atau birahi adalah suatu periode secara psikologis maupun

fisiologis yang bersedia menerima pejantan untuk berkopulasi. Periode atau


masa dari permulaan periode birahi ke periode birahi berikutnya disebut dengan

siklus estrus (Winarni, 2014).

Siklus estrus adalah siklus seksual pada mamalia bukan primata yang

tidak menstruasi. Siklus estrus merupakan cerminan dari berbagai aktivitas

yang saling berkaitan antara hipotalamus, hipofisis, dan ovarium. Selama siklus

estrus terjadi berbagai perubahan baik pada organ reproduksi maupun pada

perubahan tingkah laku seksual (Hapni, 2010).

Seperti telah disampaikan di muka, tikus dan mencit termasuk hewan

poliestrus. Artinya, dalam periode satu tahun terjadi siklus reproduksi yang

berulang-ulang. Daur estrus kedua jenis hewan ini dibedakan menjadi lima fase

yaitu Proestrus, Estrus, Metestrus I, Metestrus II dan Diestrus. Siklus estrus

mencit berlangsung 4-5 hari, sedangkan tikus satu siklus bisa selesai dalam 6

hari. Meskipun pemilihan waktu siklus dapat dipengaruhi oleh faktor- faktor

eksteroseptif seperti cahaya, suhu, status nutrisi dan hubungan sosial (Erianto,

2010).

Setiap fase dari daur estrus dapat dikenali melalui pemeriksaan apus

vagina. Apus vagina merupakan cara yang sampai kini dianggap relatif paling

mudah dan murah untuk mempelajari kegiatan fungsional ovarium. Melalui

apus vagina dapat dipelajari berbagai tingkat diferensiasi sel epitel vagina yang

secara tidak langsung mencerminkan perubahan fungsional ovarium

(Wijayanti, 2010).

Siklus secara kasar dapat dibagi menjadi empat stadium sebagai berikut
1. Fase Proestrus

Proestrus adalah fase sebelum estrus yaitu periode dimana folikel

ovarium tumbuh menjadi folikel de graaf dibawah pengaruh FSH. Fase ini

berlangsung 12 jam. Setiap folikel mengalami pertumbuhan yang cepat selama

2-3 hari sebelum estrus sistem reproduksi memulai persiapan-persiapan untuk

pelepasan ovum dari ovarium. Akibatnya sekresi estrogen dalam darah semakin

meningkat sehingga akan menimbulkan perubahan-perubahan fisiologis dan

saraf, disertai kelakuan birahi pada hewan-hewan betina peliharaan. Perubahan

fisiologis tersebut meliputi pertumbuhan folikel, meningkatnya pertumbuhan

endometrium, uteri dan serviks serta peningkatan vaskularisasi dan keratinisasi

epitel vagina pada beberapa spesies. Preparat apus vagina pada fase proestrus

ditandai akan tampak jumlah sel epitel berinti dan sel darah putih berkurang,

digantikan dengan sel epitel bertanduk, dan terdapat lendir yang banyak

(Bhudi, 2010).

2. Fase Estrus

Estrus adalah fase yang ditandai oleh penerimaan pejantan oleh hewan

betina untuk berkopulasi, fase ini berlangsung selama 12 jam. Folikel de graaf

membesar dan menjadi matang serta ovum mengalami perubahan-perubahan

kearah pematangan. Pada fase ini pengaruh kadar estrogen meningkat sehingga

aktivitas hewan menjadi tinggi, telinganya selalu bergerak-gerak dan punggung

lordosis. Ovulasi hanya terjadi pada fase ini dan terjadi menjelang akhir siklus
estrus. Pada preparat apus vagina ditandai dengan menghilangnya leukosit dan

epitel berinti, yang ada hanya epitel bertanduk dengan bentuk tidak beraturan

dan berukuran besar (Adnan, 2013).

3. Fase Metestrus

Metestrus adalah periode segera sesudah estrus di mana corpus luteum

bertumbuh cepat dari sel granulose folikel yang telah pecah di bawah pengaruh

LH dan adenohypophysa. Metestrus sebagian besar berada di bawah pengaruh

progesteron yang dihasilkan oleh corpus luteum. Progesteron menghambat

sekresi FSH oleh adenohypophysa sehingga menghambat pembentukan folikel

de Graaf yang lain dan mencegah terjadinya estrus. Fase ini berlangsung

selama 21 jam. Pada preparat apus vagina ciri yang tampak yaitu epitel berinti

dan leukosit terlihat lagi dan jumlah epitel menanduk makin lama makin sedikit

(Adnan, 2013).

4. Fase Diestrus

Diestrus adalah periode terakhir dan terlama siklus birahi pada ternak-

ternak dan mamalia. Fase ini berlangsung selama 48 jam. Korpus luteum

menjadi matang dan pengaruh progesteron terhadap saluran reproduksi menjadi

nyata. Endometrium lebih menebal dan kelenjar-kelenjar berhypertrophy.

Serviks menutup dan lendir vagina mulai kabur dan lengket. Selaput mukosa

vagina pucat dan otot uterus mengendor. Pada akhir periode ini corpus luteum

memperlihatkan perubahan-perubahan retrogresif dan vakualisasi secara

gradual. Endometrium dan kelenjar-kelenjarnya beratrofi atau beregresi ke

ukuran semula. Mulai terjadi perkembangan folikel-folikel primer dan sekunder


dan akhirnya kembali ke proestrus. Pada preparat apus vagina dijumpai banyak

sel darah putih dan epitel berinti yang letaknya tersebar dan homogen

(Winarno, 2015).

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan tempat

Waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini pada hari Kamis tanggal

23 Mei 2019 Pukul 14:00-15:30 dan bertempat di Laboratorium Peternakan,

Jurusan Ilmu Peternakan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri

Alauddin Makassar, Samata – Gowa.


B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu :

1. Alat

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah Neraca analitik,

kandang, gelas aqua kecil

2. Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah Mencit jantan dan

Betina.

C. Prosedur Kerja

1. Menyiapkan alat dan bahan

2.Mengambil mencit jantan dan mencit betina dalam kandang

3.Kemudian masukkan dalam kandang sendiri, setelah itu siap neraca

analitik

4.Kemudian keluarkan mencit jantan dan betina dari kandang dan timbang

mencit

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Tabel 1. Pengamatan Fisiologi Mencit (Mus musculus)


Jenis kelamin Warna Berat Keaktifan

Jantan Putih 17,2 g Tenang


Betina Putih 18,90 g Agresif

Sumber : Laboratorium peternakan jurusan ilmu peternakan fakultas sains dan teknologi
universitas islam negeri alauddin Makassar, 2019.

B. Pembahasan

Pada pengamatan fisiologi mencit jantan, warna kulit mencit jantang

berwarna putih karena memiliki pigmen ku;it berwarna putih yang membuktikan

bahwa mencit tersebut sehat. Hal ini sesuai dengan pendapat Amori (2010) yang

mengatakan bahwa Morfologi mencit (Mus musculus) memiliki panjang 65-95

mm dari ujung hidung hingga ujung tubuh. Warna bulu umumnya dari coklat

muda sampai hitam dan ada pula yang memiliki warna putih. Tikus memiliki ekor

panjang yang memiliki sedikit bulu dan memiliki deretan lingkaran sisik. Mencit

cenderung memiliki panjang bulu ekor lebih gelap ketika hidup erat dengan

manusia, mereka berkisar 12-30 gram berat badanya.

Berdasarkan hasil pengamatan fisiologi mencit betina, warna kulit mencit

betina berwarna putih karena mencit tersebut memiliki pigmen kulit berwarna

putih yang kebanyakan dimiliki oleh mencit.hal ini sesuai dengan pendapat

(Fransius, 2010). Yang menyatakan bahwa mencit (Mus musculus) adalah salah

satu anggota kelompok kerajaan hewan animalia. Hewan ini ditandai dengan cirri

sebagai berikut: jinak, takut cahaya, aktif pada malam hari, mudah

berkembangniak, siklus hidup yang pendek, berwarna putih, dan tergolong

poliestrus.

Dari hasil pengamatan fisiologi mencit jantan yang ditimbang melalui

timbangan analitik, di dapatkan hasil timbangan mencit jantan 17,2 g dan lebih
ringan dibandingkan dengan mencit betina. Hal ini sesuai dengan pendapat Amori

(2010) yang mengatakan bahwa Morfologi mencit (Mus musculus) memiliki

panjang 65-95 mm dari ujung hidung hingga ujung tubuh. Warna bulu umumnya

dari coklat muda sampai hitam dan ada pula yang memiliki warna putih. Tikus

memiliki ekor panjang yang memiliki sedikit bulu dan memiliki deretan lingkaran

sisik. Mencit cenderung memiliki panjang bulu ekor lebih gelap ketika hidup erat

dengan manusia, mereka berkisar 12-30 gram berat badanya.

Dari hasil pengamatan fisiologi mencit betina yang ditimbang melalui

timbangan analitik, di dapatkan hasil timbangan mencit betina 18,90 g dan lebih

berat dibandingkan mencit jantan karena organ tubuh di dalamnya juga bertambah

berat sesuai dengan umurnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Sihombing (2010)

yang menyatakan bahwa secara umum ada kenaikan berat organ (hati, ginjal,

paru-paru, dan limfa) pada mencit sesuai dengan bertambahnya umur hewan

tersebut.

Berdasarkan hasil pengamatan fisiologi mencit jantan, dapat dilihat

kaaktifan mancit jantan yang tenang karena mencit tersebut memiliki

pemeliharaan yang bagus dan menandakan mencit tersebut sehat. Hal ini sesuai

dengan pendapat Hataruk (2017), yang menyatakan bahwa kriteria inklusi

penelitian ini adalah mencit puttih jantan telah dinyatakan sehat ditandai dengan

bertingkah laku normal, dan bergerak dengan aktif.

Berdasarkan hasil pengamatan fisiologi mencit betina, dapat dilihat

keaktifan mencit betina yang agresif karena mencit betina tersebut sudah

memasuki fase estrus dan siap untuk kopulasi. Hal ini sesuai dengan pendapat
(Hapni, 2010). Yang menyatakan bahwa estrus adalah fase yang ditandai oleh

penerimaan pejantan oleh hewan betina untuk berkopulasi, fase ini berlangsung

selama 12 jam. Folikel de graaf membesar dan menjadi matang serta ovum

mengalami perubahan-perubahan kearah pematangan. Pada fase ini pengaruh

kadar estrogen meningkat sehingga aktivitas hewan menjadi tinggi, telinganya

selalu bergerak-gerak dan punggung lordosis. Ovulasi hanya terjadi pada fase

ini dan terjadi menjelang akhir siklus estrus. Pada preparat apus vagina ditandai

dengan menghilangnya leukosit dan epitel berinti, yang ada hanya epitel

bertanduk dengan bentuk tidak beraturan dan berukuran besar.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan fisiologi mencit (Mus musculus) yang telah dilakukan di

laboratorium peternakan diperoleh kesimpulan bahwa mencit pada umumnya

berwarna putih karena dipengaruhi oleh pigmen yang terkandung dalam mencit

tersebut. Ukuran mencit pada umumnya kecil karena berat rata-rata mencit

dewasa hanya berkisar 17-35 gram per ekornya. Dan kekatifan pada mencit

dipengaruhi oleh fase reproduksi yang dialami oleh mencit tersebut. Mencit akan
lebih aktif bila berada pada fase estrus dan cenderung tenang apabila belum

memasuki fase estrus atau masih dalam fase prosestrus.

B. Saran

Saran yang dapat kami berikan adalah pada percobaan genetika dan

pemuliaan mencit yaitu adanya penambahan wawasan tentang fisiologi mencit

(Mus musculus) sehingga praktikan dapat secara lebih mendalam mengetahui hal

tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Amori. 2010. Biologi Dasar. Erlangga: Bogor.

Akbar dan Adnan,2011. Sistem reproduksi mencit. Keperawatan Medical Bedah


Gangguan System hematologi trans info media.Jakarta.

Atmarazaqi, I. W. 2013. Analisis Fenotip Dan Kandungan Antosianin Tanaman


Rosella Merah (Hibiscus sabdariffa L.) Pasca Irradiasi Sinar Gamma.
Pustaka Baru Press. Yogyakarta.

Dwi Setyadi,Aditya. Organ Reproduksi dan Kualitas Sperma Mencit (Mus

musculus) yang mendapat tambahan pakan kemangi segar. Bogor: Program


Studi Teknologi Produksi Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian

Bogor, 2011.

Mangaratu, Parlindungan Silitonga Fransius. Penampilan Reproduksi Mencit

(Mus musculus) yang Diberi Daun Torbangun (Coleus ambonicuslour) dan

Taraf sop Daun Torbangun Kering. Bogor: Program Studi Teknologi

Produksi Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, 2010.

Parindra, Nori. Penampilan Reproduksi Mencit Putih (Mus musculus) dengan

Penambahan Kunyit (Curcuma domestica) Dalam Pakan. Bogor: Program

Studi Teknologi Produksi Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian

Bogor, 2012.

Seeley,2011. Morfologi dan Fisiologi Mencit. Agromedia pustaka. Bogor

Waston, 2010. Mencit. Universitas Muhammadiyah malang.Malang.

Astuti N,2018. Anatomi Mencit.Universitas Diponegoro.Semarang.

Bhudi, 2010. Sistem Reproduksi Betina. Pustaka Widyamara.Semarang.

Winarni,2014. Siklus reproduksi mencit. Seminar Nasional IX Pendidikan Biologi


FKIP UNS, 661-664.Yogyakarta.
Sudarka, W. 2010. Pemuliaan Kelainan Genetik Dan Sitogenetik. Jurnal Ilmu -
Ilmu Pertanian Indonesia. Volume 9 No 2. Hal 183 – 190.

Hapni, L. 2010. Analisis Usahatani Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa). Warta


Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Jacob, S. 2012. Animal Anatomy. Churchill Livingstone: New York.

Guinam, 2010. Jurnal Biologi. Universitas Andalas : Jambi.


Mjumani, 2013. Biologi. Erlangga: Bogor.

Anda mungkin juga menyukai