Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

AMFIBI

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keanekaragaman Hewan


Yang dibina oleh Sofia Ery Rahayu, S.Pd, M.Si.

Offering H
Kelompok 2
Ainun Nadzifatun Arifah (160342606232)
Faris Nizarghazi (160342606288)
Gabriela Maria Immaculata (160342606209)
Lita Neldya Putri (160342606223)
Maya Erisma Lativa (160342606218)
Rika Nur Azizah (160342606265)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
NOVEMBER 2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ada sekitar 3000 spesies amphibian di dunia, yang dikelompokkan dalam 3
golongan yaitu Annura (katak dan kodok), Caudata atau Urodela (salamander), dan
Gymnophiona atau Apoda (Caecilia). Namun sebagian besar kelas amphibian terdiri atas
katak dan kodok.

Terminology “amphibia” diterapkan pada anggota kelas ini karena sebagian besar
hewan menghabiskan tahap awal siklus kehidupannya di dalam air, dari bentuk larva
berupa kecebong yang bernafas dengan insang luar kemudian mengalami metamorphosis
menjadi anak katak dengan alat pernafasan berupa paru-paru. Kehidupan demikian ini
tidak mutlak untuk amphibi, ada beberapa yang tidak pernah meninggalkan air dan yang
lainnya ada yang tidak pernah masuk ke dalam air pada tahap tertenty dari siklus
kehidupannya. Ada juga yang tidak punya paru-paru sampai dewasa dan bernafas melalui
kulit, karenanya kulit tersebut selalu basah dan glandular.

Amphibia memiliki pendaktil (lima ujung jari-jari kaki), meskipun jumlah


kakinya dapat saja berkurang). Seperti pada ikan dan reptile, amfibi adalah ectoderm atau
perubahan suhu tubuh bergantung pada suhu lingkungan. Pada kebanyakan amphibian
meninggalkan telur-telurnya dalam kolam dan di aliran-aliran air dan tidak seekorpun
dapat berjalan di tanah begitu menetas, sedikit spesies yang hidup jauh dari air.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini
antara lain sebagai berikut:

a) Bagaimana ciri umum dari Kelas Amphibia?


b) Bagaimana klasifikasi Kelas Amphibia?
c) Bagaimana struktur morfologi dan anatomi Kelas Amphibia?
d) Bagaimana ciri khusus dari Kelas Amphibia?
1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain:

a) Untuk mengetahui ciri umum dari Kelas Amphibia.


b) Untuk mengetahui klasifikasi Kelas Amphibia.
c) Untuk mengetahui struktur morfologi dan anatomi Kelas Amphibia.
d) Untuk mengetahui ciri khusus dari Kelas Amphibia.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. CIRI UMUM

Ciri umum dari amfibi adalah:

1. Habitat anggota kelas amphibi bisa di darat ataupun di air.


2. Bentuk tubuh bervariasi : pada salamander biasanya memiliki kepala, leher, tubuh dan
ekor. Pada katak atau kodok kepala dan tubuh menyatu atau tidak ada leher dan pada
caecilian, memiliki tubuh yang memanjang.
3. Jantung terdiri atas 1 sinus venosus, 2 atrium dan 1 ventrikel.
4. Kulit lunak, berkelenjar, dan selalu basah.
5. Respirasi dengan kulit dalam beberapa jenis juga dengan insang dan paru-paru tergantung
pada jenis spesiesnya.
6. Ectothermic, suhu tubuh bergantung pada lingkungannya.

B. SISTEM RANGKA

Amphibi mempunyai tengkorak yang tebal dan luas. Tengkorak amphibi lebih
modern karena mempunyai tulang-tulang premaksila, nasal, frontal, parietal, dan skuamosa.
Jumlah vertebra atau ruas tulang belakang pada amphibi bervarisasi dari 10 ruas Salientia
sampai 200 pada Gymnophiona. Tengkorak bersendi dengan tulang tengkuk, jumlah vertebra
kaudal bervariasi.
Keterangan gambar: Bagian rangka katak
Sumber: Hickman, et all, 2006.

Amphibi merupakan vertebrata yang pertama kali mempunyai sternum (tulang dada)
tetapi perkembangannya kurang sempurna. Tulang iga hanya pendek dan kurang berkembang
sehingga tidak berhubungan dengan sternum seperti pada reptil, aves dan juga mamalia.
Sebagian besa amphibi mempunyai dau pasang tungkai dengan 4 jari kaki pada kaki depan
dan 5 jari kaki pada kaki belakang.

C. SISTEM OTOT

Sistem otot pada amfibi, seperti sistem-sistem organ yang lain, sebagia transisi antara
ikan dan reptil. Sistem otot pada ikan terpusat pada gerakan tubuh ke lateral, membuka dan
menutup mulut serta gill apertura (operculum atau penutup lubang/celah insang) dan gerakan
sirip yang relatif sederhana. Kebutuhan hidup di darat mengubah susunan ini.

Musculus pada katak lebih kompleks daripada musculus pada ikan, tersusun atas
serabut-serabut otot berbentuk gelendong. Bagian-bagian otot tersebut adalah: 1. Insertio,
bagian ujung yang melekat lebih jauh dari linea mediana dan gerakannya lebih leluasa, 2.
Origo, bagian ujung yang melekat dekat dari linea mediana. Pada beberapaa otot katak
memiliki perluasan jaringan ikat yang disebut tendon. Fungsi tendon sebagai pengikat atau
penghubung antara otot dengan tulang atau otot dengan otot.
Apabila kulit katak dibuka, maka akan tampak beberapa otot. Beberapa otot yang
tampak dari permukaan dorsal adalah otot-otot: depressor mandibulae, dorsalis scapulae,
latissimus dorsi, spinalis, longissimus dorsi, ileocostalis, coccygeolliacus, coccygeosacralis,
dan iliacus externus. Sedangkan yang tampak dari permukaan ventral adalah otot-otot
submandibularis, pectoralis, delloideus, rectus abdominis, obliquus abdominis externus, dan
internus.

Sumber: Hickman Integrated Principles of Zoology 14th

Gambar: Sistem otot pada katak bagian dorsal dan bagian ventral

Sistem otot aksial pada amfibi masih metamerik seperti pada ikan, tetapi tampak tanda-
tanda perbedaan. Sekat horisontal membagi otot dorsal dan ventral. Bagian dari sistem otot
epaksial atau dorsal mempengaruhi gerakan kepala. Otot ventral, adalah menjadi bukti dalam
pembagian otot-otot setiap segmen tubuh amfibi. Selanjutnya otot hipaksial terlepas atau
terbagi dalam lapisan-lapisan, kemudian membentuk otot-otot oblique eksternal, oblique
internal dan otot tranversus, sedangkan otot dermal sangat kurang. Berbagai macam gerakan
pada amfibi, yaitu berenang, berjalan, meloncat atau memanjat, melibatkan perkembangan
berbagai tipe otot. Beberapa di antaranya terletak dalam tungkai itu sendiri dan berupa otot-
otot intrinsik. Berdasarkan aktivitas otot, maka dikenal beberapa tipe otot, sebagai berikut:
a. Flexor : Mengikat satu bagian dengan bagian yang lain. Contoh: otot
bisep
b. Extensor : Meluruskan suatu bagian. Contoh: otot trisep
c. Abductor : Menarik suatu bagian menjauhi sumbu tubuh. Contoh: Deltoid
d. Adductor : Menarik suatu bagian mendekati sumbu tubuh. Contoh: Latissimus dorsi
e. Depressor : Menurunkan suatu bagian mendekati sumbu tubuh. Contoh Otot
depressor mandibulae
f. Lavator : Mengangkat /meninggikan suatu bagian. Contoh: masseter
g. Rotator : Memutar suatu bagian. Contoh: pyriformis

D. SISTEM SIRKULASI

Jantung katak terbagi menjadi tiga ruang yaitu dua atrium dan satu ventrikel (yang
tidak terbagi). Atrium berada di sebelah anterior dan berdinding tipis, sedangkan ventrikel
terletak di sebelah posterior, berdinding tebal , dan berbentuk conus. Di sebelah dorsal
jantung terdapat sinus venosus yang berbentuk segitiga dan berdinding tipis. Sinus venosus
tersebut berhubungan dengan atrium kanan melalui suatu lubang di tengah-tengah bentukan
segitiga itu. Antara atrium kiri dan kanan terdapat septum interatrale. Kedua atrium
berhubungan dengan ventrikel melalui ostium atrioventriculare.

Pembuluh darah yang keluar dari dinding ventral jantung adalah truncus arterious.
Pada pangkal truncus arterious tersebut terdapat tiga buah klep semilunares. Truncus
arterious bercabang dua, di sebelah sebelah kiri dan kanan. Selanjutnya masing-masing
bercabang tiga, yaitu: (1) arteria carotis communis, (2) arcus aorta, dan (3) arteria
pulmocutanea, menuju ke paru-paru dan kulit.

Arteria carotis communis berjalan ke cranial bercabang menjadi dua: kiri dan kanan.
Masing-masing cabang ini bercabang lagi menjadi arteria carotis interna dan eksterna. Arcus
aorta berjalan ke caudal, bercabang menjadi dua, kiri dan kanan terus melengkung ke arah
dorsal rongga tubuh. Kemudian melanjutkan ke arah dorsal rongga tubuh, kemudian
melanjutkan ke arah medio-caudal, selanjutnya bersatu dan berjalan terus ke caudal
sepanjang columna vertebralis menjadi aorta dorsalis. Cabang-cabang dari aorta dorsalis, di
antaranya adalah : (1) arteria coeliacomesentrica yang menuju ke ventriculus, intestinum,
hepar, vesica fellea, dan lien, (2) arteria urogenitalis yang menuju ke ren, kelenjar kelamin
dan corpus adiposum, (3) arteria lumbalis yang menuju ke dinding lateral lumbal, (4) arteria
hemorhoidalis yang menuju ke rectum, (5) arteria iliaca communis, menuju ke extremitas
posterior.

Vena yang masuk ke dalam jantung melalui sinus venosus ada tiga buah: (1) vena
cava superior dexter, (2) vena cava superior sinister, (3) vena cava inferior. Ketiga vena ini
mengalirkan darah venosus ke dalam atrium kanan. Adapun vena yang masuk ke atrium kiri
adalah vena pulmonalis dexter dan sinister yang datang dari paru-paru membawa darah
arterial.

Pada Rana dijumpai sistem porta yang serupa dengan ikan yaitu sistem porta hepatica
dan renalis. Sistem porta hepatica mengumpulkan darah dari saluran pencernaan makanan
(ventriculus dan intestinum), limpa dan pankreas. Dari hepar ke luar vena hepatica
membentuk persatuan dengan vena abdominalis yang mengumpulkan darah dari extremitas
posterior, vasica urinaria dan dinding badan bagian ventral. Sistem porta renalis
mengumpulkan darah dari extremitas posterior dan dinding tubuh bagian posterior. Sebelum
bermuara ke dalam vena cava inferior, vena renalis di dalam ren membentuk anyaman
kapiler. Darah yang berasal dari extremitas posterior sebagian mengalir ke dalam ren melalui
sistem porta renalis kemudian dari situ melalui vena renalis masuk ke dalam vena cava
inferior. Sebagian yang lain melalui vena abdominalis, mengalir ke dalam hepar, kemudian
dari situ melalui vena hepatica masuk ke dalam vena cava inferior.

Sebagian besar amfibi mempunyai problem untuk mengisi jantung yang menerima
darah oksi paru-paru dan darah deoksi yang tidak mengandung oksigen dari tubuh. Untuk
mencegah banyaknya percampuran dua jenis darah tersebut, amfibi telah mengembangkan ke
arah sistem sirkulasi transisional. Jantung mempunyai sekat interatrial, kantong ventrikular,
dan pembagian konus arteriosus dalam pembuluh sistemik dan pembuluh pulmonari. Darah
dari tubuh masuk ke atrium kanan dari sinus venosus kemudian masuk ke sisi kanan
ventrikel, dan dari sini dipompa ke paru-paru. Darah yang mengandung oksigen dari paru-
paru masuk ke atrium kiri lewat vena pulmonalis kemudian menuju sisi kiri ventrikel untuk
selanjutnya dipompa menuju ke seluruh tubuh. Beberapa penegecualian terjadi pada
salamander yang tidak mempunyai paru-paru, dimana celah interatrial tidak lengkap dan
vena pulmonalis tidak ada.

Sirkulasi darah pada katak yaitu : pertama darah dari seluruh tubuh memasuki ruang
penerima yang besar yaitu sinus venosus yang mendorong darah masuk ke atrium kanan.
Atrium kiri menerima darah beroksigen dari paru-paru dan kulit. Atrium kanan dan kiri
berkontraksi secara tidak bersamaan sehingga meski ventrikelnya tidak terbagi, sebagian
besar darah tetap terpisah saat memasuki ruang ventrikel. Jika ventrikel berkontraksi, darah
dari paru-paru yang kaya oksigen memasuki aliran sistemik dan darah yang miskin oksigen
memasuki aliran pulmonary. Pemisahan ini dibantu oleh katup spiral yang membagi aliran
sistemik dan paru-paru di dalam conus arteriosus, dan dengan perbedaan tekanan darah pada
paru-paru dan pembuluh darah sistemik meninggalkan conus arterious.

Sumber: Hickman Integrated Principles of Zoology 14th


Gambar : Struktur jantung katak. Panah merah, darah kaya oksigen. Panah biru darah miskin oksigen.

Kebanyakan pada amphibia pasangan arkus aorta pertama, kedua dan kelima hilang.
Arkus aorta ketiga pada sisi dasar karotid internal, dan arkus aorta keempat merupakan
sistem arkus yang menuju ke posterior berupa dorsal aorta. Bagian proksimal dari pasangan
keenam arkus aorta cabang dari arteri pulmokutaneus, membawa darah ke paru-paru dan ke
kulit dimana aerasi terjadi. Sistem venosus pada amfibi sangat mirip pada ikan paru-paru,
kecuali pada vena abdominal masuk sistem portal hepatik ke sinus venosus.

E. SISTEM PENCERNAAN
Katak air butuh sedikit kelenjar oral, karena makanan mereka berada di air sehingga
tidak memerlukan banyak kelenjar mukus di mulut. Kelenjar-kelenjar ini banyak terdapat
pada katak (frog) dan kodok (toad) darat, khususnya pada lidahnya, yang digunakan untuk
menangkap mangsa.
Amfibi darat juga memiliki kelenjar intermaksilari pada dinding mulutnya. Ada
beberapa amphibia yang lidahnya tidak dapat bergerak, tetapi sebagian besar bangsa
Amphibia mempunyai lidah yang dapat dijulurkan keluar (protrusible tongue) serta pada
katak dan kodok lidah digulung ke belakang bila tidak digunakan. Esofagus pendek dapat
dibedakan dari lambung. Usus menunjukkan berbagai variasi. Pada Caecillia menunjukkan
ada gulungan kecil dan tidak dibedakan antara usus kecil dan usus besar, pada katak dan
kodok terdapat usus yang relatif panjang, menggulung yang membuka ke kloaka.
Sistem pencernaan makanan pada katak terdiri atas saluran pencernaan makanan dan
kelenjar pencernaan makanan. Saluran pencernaan makanannya berturut dari cranial sampai
caudal adalah cavum oris, faring, esofagus, ventrikulus, interestinum tenue, intestinum
crassum, rectum, dan kloaka.\
Di dalam cavum oris terdapat gigi dan lidah. Gigi tersusun berderet di sepanjang tepi
premaxilla, maxilla dan tulang vomer, berfungsi untuk menahan mangsanya. Lidah katak
berlekuk di ujungnya atau bifida, dapat dijulurkan keluar dengan cepat, berpangkal di bagian
anterior cavum oris. Fungsi lidah ini untuk menangkap dan memasukkan mangsanya ke
dalam mulut.
Cavum oris menyempit ke arah faring kemudian berlanjut sebagai esofagus,
selanjutnya berhubungan dengan ventrikulus. Ventrikulus terdiri atas : pars cardiaca ialah
bagian yang besar dan pars pylorica ialah bagian yang pendek dan sempit. Pada dinding
ventrikulus terdapat kelenjar pencernaan makanan yang menghasilkan pepsin dan HCl.
Pemasukkan makanan dari ventrikulus ke duodenum diatur oleh otot sphinter pylorii.
Duodenum ialah bagian awal usus halus yang memanjang ke arah anterior sejajar
dengan ventrikulus. Bagian ini kaya dengan sel-sel piala yang menghasilkan mucus. Disini
makanan diabsorbsi masuk ke dalam sistem porta hepatica, yaitu susunan vena yang
membawa hasil-hasil pencernaan dari intestinum ke hepar sebelum kembali ke cor.
Duodenum melanjutkan diri ke arah posterior kembali sebagai saluran yang berjalan berbelit-
belit yang disebut dengan illium selanjutnya meluas dan disebut rectum, bagian ini pendek
dan berakhir pada kloaka tanpa perubahan diameter.
Hepar katak berlobus, menghasilkan empedu atau bilus. Bilus ini dihasilkan terus-
menerus, selanjutnya ditimbun dalam suatu kantung, vesica fellea atau kantung empedu,
yang terdapat diantara lobus hepaticus kiri dan kanan. Bilus selanjutnya dicurahkan ke dalam
duodenum melalui ductus choledochus atau saluran empedu yang menembus jaringan
pankreas. Pankreas ialah suatu kelenjar yang terdapat diantara duodenum dan ventrikulus
yang berfungsi sebagai kelenjar eksokrin dan kelenjar endokrin. Sel-sel eksokrin atau accini
menghasilkan enzim-enzim pencernaan makanan yang disalurkan melalui ductus
pancreaticus atau saluran pankreas ke dalam duodenum atau usus duabelas jari.

Gambar sistem pencernaan amfibia


Sumber:
https://inside.ucumberlands.edu/academics/biology/faculty/kuss/courses/Digestive%20syste
m/DigestiveTubesOfVertebrates.htm

F. SISTEM PERNAFASAN
System pernafasan pada amphibi misalnya katak, berupa paru-paru, kulit, dan insang.
Pada stadium larva, yaitu berudu, hewan ini bernafas dengan insang luar. Insang luar berupa
3 pasang lipatan-lipatan kulit yang banyak mengandung pembuluh-pembuluh kapiler darah.
Oksigen yang larut dalam air di sekeliling insang berdifusi kedalam kapiler-kapiler darah dan
beredar keseluruh jaringan tubuhnya. Karbondioksida dibawa kembali oleh darah ke alat
pernapasan untuk dikeluarkan dari tubuh. Pada salamander yang hidup di air, terdapat insang
luar yang tetap ada pada stadium dewasanya.
Pada stadium katak dewasa katak bernafas menggunakan paru-paru (pulmo), kulit
dan permukaan dinding cavumoris; semua alat pernafasan tersebut mempunyai epitelium
yang selalu basah dan kaya akan kapiler darah. Paru-paru katak berjumlah sepasang. Struktur
paru-paru katak berupa kantong tipis yang elastis, dilengkapi dengan lipatan-lipatan pada
permukaan dinding dalamnya yang berguna untuk memperluas permukaan. Pada permukaan
dinding dalam terdapat kapiler-kapiler darah yang berfungsi mengangkut O2 dari paru-paru
ke jaringan-jaringan lain dan melepas CO2 ke paru-paru.

Gambar paru-paru katak. Dikutip dari Biology, Raven and Johnson

Mekanisme Pernapasan Katak


Pada katak, baik saat berinspirasi (menghirup udara) maupun berekspirasi
(mengeluarkan CO2), mulutnya selalu dalam keadaan tertutup. Pernapasan pada katak diatur
oleh kontraksi dan relaksasi otot perut dan otot rahang bawah. Alat-alat pernapasan katak
terdiri dari: rongga mulut – koane – paru-paru.
Inspirasi
Mula-mula otot sternohioideus bersamaan dengan otot mylohyoideus berkontraksi
sehingga rongga mulut membesar. Hal ini menyebabkan udara masuk rongga mulut, lalu
menuju hulu tenggorokan lewat koane. Kemudian koane tertutup oleh klep, diikuti dengan
berkontraksinya otot rahang bawah dan otot geniohioideus yang menyebabkan rongga mulut
mengecil.
Ekspirasi
Pertama otot mylohyoideus relaksasi dan otot sternohyoideus berkontraksi demikian
dengan otot abdominis; akibatnya pulmo tertekan dan udara terdesak keluar. Kedua rima
glottis menutup, otot submandibularis berkontraksi diikuti dengan otot geniohyoideus,
akibatnya udara didalam cavumoris terdesak keluar melalui nares.
Pertukaran gas terjadi pada dinding alveoli yang penuh dengan anyaman kapiler-
kapiler darah. Hal ini terjadi pula pada permukaan kulit yang penuh dengan kapiler-kapiler
darah percabangan dari arteri cutanea, yang dipercabangkan dari arteria pulmo cutanea.
Pernapasan dengan kulit berlangsung pada amfibi sewaktu di darat maupun di air. Kulit katak
selalu basah agar dapat berfungsi sebagai alat pernapasan. Selain itu, kulit katak sangat tipis,
mengandung kapiler-kapiler darah, dan dilengkapi dengan kelenjar-kelenjar penghasil lendir
di bagian korium/dermisnya serta di bawah kulit.

Gambar mekanisme respirasi katak.

Sumber : https://www.slideserve.com/alaire/bab-7-sistem-pernapasan

G. SISTEM UROGENITAL
Sistem ini masih disebut sebagai suatu sistem gabungan karena masing-masing sistem
masih tergabung pada kloaka sebagai muara bersama baik untuk sistem ekskresi maupun
untuk sistem reproduksi, dan kecuali untuk feses.
Reproduksi pada amphibi ada dua macam yaitu secara eksternal pada anura pada
umumnya dan internal pada Ordo Apoda. Proses perkawinan secara eksternal dilakukan di
dalam perairan yang tenang dan dangkal. Di musim kawin, pada anura ditemukan fenomena
unik yang disebut dengan amplexus, yaitu katak jantan yang berukuran lebih kecil menempel
di punggung betina dan mendekap erat tubuh betina yang lebih besar. Perilaku tersebut
bermaksud untuk menekan tubuh betina agar mengeluarkan sel telurnya sehingga bisa
dibuahi jantannya. Amphibi berkembang biak secara ovipar, yaitu dengan bertelur, namun
ada juga beberapa famili amphibi yang vivipar, yaitu beberapa anggota ordo apoda.
(Duellman and Trueb, 1986).
Pada katak, organ genitaljantan berupa sepasang testis berbentu oval berwarna
keputih-putihan, terletak di sebelah anterior dari ren; diikat oleh alat penggantungnya yang
disebut mesorchium yang terbentuk dari lipatan peritoneum. Corpus adiposum melekat di
sebelah cranial testis, yakni suatu zat lemak yang berwarna kekuning-kuningan, sedang di
sebelah median dataran testis terdapat saluran-saluran halus yang disebut vasa efferentiayang
bermuara pada saluran kencing, kemudian menuju ke kloaka. Akhir dari ureter mengalami
pembesaran dan disebut vesicular seminalis, sebagai tempat penampungan sementara
spermatozoa.
Organ genital betina terdiri atas sepasang ovarium dilekatkan dengan bagian dorsal
coelom oleh alat penggantung yang disebut mesovarium, yang terbentuk dari lipatan
peritoneum. Pada hewan yang telah dewasa kadang-kadang terdapat telur yang berwarna
hitam dan putih berbentuk bintik-bintik. Pada ovarium juga terdapat corpus adiposum yang
berwarna kekuning-kuningan. Pada “breeding season” telur yang telah masak menembus
dinding ovarium untuk masuk ke dalam oviduct, yaitu suatu saluran yang berkelok-kelok
dengan ujung terbuka sehingga tidak berhubungan dengan ovarium. Pada sebelah posterior
saluran ini melebar dengan dinding yang tipis, kadang-kadang ada yang menyebut sebagai
uterus. Selanjutnya ovum menuju ke kloaka pada suatu papilae.
Keterangan gambar: Siklus hidup katak
Sumber: Hickman, 2006
Beberapa salamander siklus hidupnya berada diperairan, namun pada salamander
purba kebanyakan metamorf yakni memiliki larva di air dan salamander dewasa hidup
dibalik bebatuan lembab atau tempat yang basah. Telur salamander paling banyak
dibuahisecara internal.Salamander betina bertelur diserabut atau tumbuhan air. Telur
salamander menetas menjadi larva air yang memiliki insang dan ekor seperti finis. Sebagian
salamander yang kebanyakan hidup didaratan menyimpan telurnya didalam tanah yang
lembab dan menjaga telurnya sampai menetas. Telur menetas tanpa tahap larva, namun
langsung menjadi salamander kecil yang menyerupai indukannya.

Keterangan gambar: Siklus hidup salamander


Sumber: Hickman, 2006
Transfer sperma dilakukan setelah betina memberi rangsangan dengan menempelkan
dagunya di dasar ekor salamander jantan.Sperma salamander seperti agar agar putih yang
keluar dari spermatofor dan kaki depan betina menyesuaikan posisi sampai spermatofor
berada pada kloaka betina. Dan jantan membelokkan badannya keatas sampai sperma benar
benar masuk pada tubuh betina dan terjadi fertilisasi secara internal.
Keterangan gambar : Fertilisasi pada salamander
Sumber : Hickman, 2006
Fertilisasi pada caecilians bersifat internal. caecilians jantan memiliki organ kopulasi
yang menonjol. Telur biasanyadiendapkan di tanah lembab yang berada didekat air.
Beberapa spesies memiliki fase larva air. Perkembangan larva pada spesies lain terjadi di
dalamtelur. Pada beberapa spesies telur dijaga dengan hati-hati selama merekaberkembang
dengan dilingkari oleh tubuh induk. Embrio caecilians mendapatkan makanan dengan
makandinding saluran telur.

Keterangan gambar : Ordo Caecilian

Sumber : Hickman, 2006


Organ eksresi pada amphibi berupa ginjal, seperti pada ikan sejenis opistonefros.
Amphibi berekor ginjalnya berstruktur elongasi seperti pada Elasmobranchii tetapi pada
jenis Anura ada tendensi menjadi pendek. Banyak amphibi yang sebagian atau seluruh
hidupnya berada dalam air, korpuskel renalisnya berkembang untuk membantu mencegah
pengenceran yang berlebihan dari cairan tubuh. Pembuluh arkinefrik amfibi jantan berupa
genital ekskretori. Pembuluh arkinefrik tersebut hanya melakukan transport sperma.

Sistem ekskresi sebagai sistem pembuangan zat-zat yang tidak berguna pada amphibi
dilakukan oleh kulit, paru-paru, dan beberapa zat yang tidak berguna itu dilepaskan oleh
hati berupa empedu dan yang terpenting dilakukan oleh ginjal. Ginjal amphibi berbentuk
bulat panjang, berwarna coklat terpisah dari coelom di bawah vertebrae. Pemisahan ini
disebut “retroperitonial”. Ginjal merupakan alat filter selektif untuk membuang sisa-sisa
zat organis dan garam-garam mineral dari pembuluh darah. Proses filtrasi terjadi
pada capsula renalis. Sebuah capsula renalis terdiri atas:

Pembuluh darah kecil yang berlekuk-lekuk yang disebut “glomerulus”. Dinding


ganda yang berbentuk mangkokan yang disebut “capsula bowman”. Tubulus uriniferus
yang merupakan pembuluh lanjutan dari capsula bowman dililiti oleh pembuluh darah
arteri. Tubulus uriniferus akan menyalurkan zat sisa pada pembuluh pengumpul yang
disebut ductus wolfian atau ureter, yang merupakan pembuluh sepanjang dorsal menuju ke
vesica urinaria sebagai penyimpan sementara. Akhirnya urine sebagai bahan sampah
dibuang ke kloaka dan selanjutnya dikeluarkan dari tubuh.
H. SISTEM SARAF

Tiga bagian mendasar dari otak yaitu otak depan (telencephalon), yang berkaitan dengan
indra penciuman, otak tengah (mesencephalon) yang berkaitan dengan penglihatan, dan
hindbrain (rhombencephalon). Sistem saraf amfibi pada dasarnya sama seperti pada ikan. Pusat
kegiatan otak berada pada bagian dorsal otak tengah, dimana sel-sel saraf (lapisan abu-abu)
terkonsentrasi di dalam tektum. Lineal body ditemukan pada semua amfibi, tetapi Anura
memiliki parietal body atau ujung organ pineal. Cerebellum yang mengkoordinasikan
keseimbangan dan gerakan tidak berkembang baik pada amfibi, sehingga amfibi bergerak
lamban, maka cerebellum sangat kecil kecuali pada Caecillia. Hanya ada 10 saraf cranial. Akar
dorsal dan ventral dari spinal bergabung melalui foramen intervertebra.
Keterangan gambar: Bagian otak katak
Sumber: Hickman, et all, 2006.

I. ORGAN INDERA
Organ perasa pada amfibi, tidak seperti pada ikan, terbatas pada dinding mulut dan
lidah. Khoane internal, apertura nasal berfungsi sebagai penciuman tetapi juga untuk saluran
udara. Biasanya epithelium olfaktori lembut dan terbatas pada bagian dorsal nasal. Struktur
olfaktori yang lain pada amfibi adalah organ (organ vomeronasal). Organ tersebut dipercaya
mejadi alat bantu dalam merasakan makanan. Organ ini juga penting dalam tingkah laku
reproduksi, karena aksi pertama adalah hewan jantan menyentuh hidung, kepala, dan leher
betinanya.
Keterangan gambar: Bagian organ vomeronasal
Sumber: Kenneth V. Kardong. 2009. Vertebrate Comparative Anatomy. Fifth Edition.

Mata amfibi seperti vertebrata lain. Lensa mata tetap dan tidak berubah
kecembungannya untuk jarak pandangan yang relative jauh. Pupil aperture mungkin
vertikal, horizontal, tiga sudut atau empat sudut. Kelopak mata kurang bagus bagi yang di
air tetapi berkembang bagus pada spesies yang hidup di darat. Kelopak bagian bawah
biasanya lebih mudah bergerak daripada bagian atas. Karena kornea mata amfibi darat
menjadi kering akibat evaporasi, maka perlu dibasahi dengan cairan yang dihasilkan oleh
kelenjar Harderian. Lacrimal atau kelenjar air mata pada amfibi, kurang bagus
perkembangannya.
Parietal dan pineal body berfungsi sebagai fotoreseptor, sensitive terhadap
gelombang panjang dan intensitas cahaya, berperan dalam termoregulasi dan orientasi
arah. Fotoreseptor terhadap gelombang panjang, juga terdapat pada kulit katak dan
salamander.

Ada berbagai macam alat pendengaran amfibi. Salamander dan golongannya tidak
punya pendengaran tengah, meski salamander dipercaya dapat mendeteksi vibrasi. Katak
dan kodok mempunyai pendengaran tengah dan gendang telinga.

Linea lateralis ada pada larva amfibi dan bahkan ditemukan pada katak dewasa
untuk spesies katak yang hidup di air. Secara structural linea lateralis itu seperti pada
ikan.
J. SISTEM ENDOKRIN

Sistem endokrin pada amphibian mirip pada vertebrata tingkat tinggi. Katak misalnya
memiliki kelenjar endokrin yang menghasilkan sekresi intern yang disebut hormon.
Fungsinya mengatur atau mengontrol tugas-tugas tubuh, merangsang baik yang bersifat
mengaktifkan atau mengerem pertumbuhan, mengaktifkan bermacam-macam jaringan
berpengaruh terhadap tingkah laku mahluk. Pada dasar otak terdapat glandula epituitaria atau
glandulae hypophysa. Bagiananterior kelenjarinipada larva menghasilkan hormone
pertumbuhan. Hormon ini mengontrol pertumbuhan tubuh terutama panjang, dan kecuali itu
mempengaruhi glandulaethyroidea. Pada katak dewasabagian anterior glandula epituitaria ini
menghasilkan hormone yang menghasilkan hormone yang merangsang gonad
untuk mengahsilkanselkelamin.

Jika kita mengadakan implantasi kelenjar ini dengan sukses pada seekor katak dewasa
yang tak dalam keadaan berkembang biak, maka mulai saat itu segera terjadi perubahan.
Implantasi pada hewan betina mengakibatkan hewan itu menghasilkan ovum yang telah
masak. Implantasi pada hewan jantan mengakibatkan hewan itu menghasilkan sperma.

Kelenjar tiroid (gondok) yang terdapat di belakang tulang rawan hyoid


menghasilakan hormon thyroid yang mengatur metabolism secara umum. Di sampingitu juga
dipercaya sangat penting dalam mempengaruhi periode pelepasan lapisan luar kulit.Kelenjar
ini menjadi besar pada berudu sebelum metamorphose menjadi katak. Jika kelenjar itu
diambil maka berudu tidak akan menjadi katak.

Kelenjar paratiroid (anak gondok) ada sebagai regulator kalsium dalam system
endokrin. Kelenjar pankreas di samping menghasilkan enzim juga menghasilkan hormone
insulin yang mengatur metabolism zat gula. Hormon itu dihasilkan oleh sekelompok sel yang
disebut pulau Langerhans. Pada permukaan sebelah luar dari ginjal terdapat kelenjar supra
renalis atau kelenjar adrenalis yang menghasilkan hormon adrenalin atau apinephrine yang
bekerjanya berlawanan dengan insulin
Gambar kelenjar tyroid. Dikutip dari http://yusnia-bio.blogspot.co.id/2009/04/sistem-
hormon-hormon-adalah-zat-kimia.html

K. CIRI KHUSUS

1. Kulit dan kelenjar kulit.

Kulit amfibi sangat penting dalam respirasi dan proteksi. Kulit terjaga
kelembabannya dengan adanya kelenjar mukosa, bahkan pada spesies yang hidup di air,
mukus memberikan minyak pelumas bagi tubuh. Sebagian besar amfibi memiliki kelenjar
glanular dan kelenjar mukus. Meskipun keduanya mirip dalam beberapa hal, kelenjar
granular memproduksi zat abnoxious (menjijikkan) atau racun untuk melindungi diri dari
musuh.

Racun yang terdapat pada amfibi sangat bervariasi. Kodok yang hidup di laut (Bufo
marinus) racunnya sangat manjur untuk membunuh anjing. Kelenjar racun pada katak dan
kodok dapat menimbulkan iritasi pada kulit jika seseorang menyentuh binatang ini.

Kelenjar mukus dan granular atau kelenjar racun dikelompokkan sebagai kelenjar
alveolar. Kelenjar alveolar adalah kelenjar yang tidak mempunyai saluran pengeluaran,
tetapi produknya dikeluarkan lewat dinding selnya sendiri secara alami. Akan tetapi ada
juga beberapa amfibi yang mempunyai kelenjar alveolar tubuler, kelenjar demikian ini
sering ditemukan di ibu jari pada katak dan kodok dan terkadang juga ditemukan di
bagian dadanya. Kelenjar ini menjadi fungsional selama musim reproduksi dan
mengeluarkan cairan yang membantu pejantan dalam melekatkan diri ke betina selama
musim kawin, bahkan pada salamander terdapat kelenjar tubular pada dagu pejantannya
yang mengeluarkan cairan khusus untuk menarik betina selama musim reproduksi. `
2. Warna tubuh

Amfibi sangat beraneka ragam warnanya, hijau terang, kuning, orange dan emas,
sedangkan warna merah dan biru jarang ditemukan. Warna tubuh pada amfibi bisa
disebabkan oleh karena pigmen atau secara structural, atau dihasilkan oleh keduanya (paduan
pigmen dan structural). Pigmen pada amfibi, sebagaimana pada ikan, terletak pada
kromatofora di kulit. Sel-sel pigmen ini biasanya dinamakan menurut jenis pigmen yang
dikandung. Melanofora mengandung pigmen coklat dan hitam dan lipopora mengandung
pigmen merah, kuning, dan orange. Amfibi juga memiliki sel-sel pigmen yang disebut
guanofora, semacam iridosit pada ikan, mengandung kristal guanine yang dapat
memproduksi iridesen atau efek putih terang. Umumnya lipofora terletak didekat permukaan
kulit, lebih ke arah dalam terdapat guanofora dan yang paling dalam terdapat melanofora.

Warna pada beberapa amfibi ketika ditempatkan di lingkungan yang gelap menjadi
tampak bercahaya, adalah merupakan hasil dari simulasi kelenjar pineal menghasilkan
melatonin (zat sejenis hormon) yang mampu mengurangi kuantitas cahaya atau sinar
gelombang panjang. Kemudian kontak hormon kromatotrofik hipofise yang menyebabkan
perluasan melanofora, akibatnya melanofora berkontraksi dan menghasilkan efek tubuh
menjadi lebih bercahaya. Percobaan dengan menghilangkan kelenjar pineal (pineale-
ctomized) menyebabkan tubuh katak tersebut tidak bercahaya ditempat gelap. Beberapa
amfibi mempunyai pewarnaan yang bersifat protektif.

3. Pergantian kulit

Seluruh kulit amfibi terlepas secara periodik. Proses ini berlangsung dibawah kontrol
hormon. Lapisan luar kulit tidak hanya satu bagian, tidak sebagaimana pada reptile, tetapi
dalam fragmen, meskipun tungkai biasanya utuh dan mengelupas bersamaan. Frekuensi
bergantinya kulit bermacam-macam pada spesies yang berbeda. Pengelupasan kulit pada
katak hijau, mungkin terjadi setiap bulan atau lebih.

4. Alat gerak (appendages)

Amphibia mempunyai dua pasang tungkai pentadaktila, ternyata terjadi variasi oleh
karena adaptasi untuk hidup di darat, air, arboreal (hidup di atas pohon) dan di bawah tanah.
Semua Caecillia di daerah tropis bertungkai, tubuhnya memanjang (wormlike) dan teradaptasi
hidup di liang dengan cara menggali humus atau kayu-kayu yang membusuk.

Sebagian besar amfibi berekor modern memiliki empat tungkai relative lemah yang tidak
cocok untuk berjalan cepat di tanah. Umumnya kaki depan memiliki 4 jari dan kaki belakang
5 jari, tetapi pada beberapa spesies terjadi pengurangan.

Secara umum katak dan kodok, jumlah jari tungkai depan biasanya 4 buah, tungkai
belakang memanjang dan biasanya untuk melompat. Kebanyakan katak dan kodok memiliki
5 jari pada tungkai belakang dan jari tambahan yang diketahui sebagai prehaluk pada sisi
ventral kaki. Prehaluk ini pada Spadefoot (katak penggali tanah) berupa tulang-tulang yang
tajam yang digunakan untuk menggali, untuk bersembunyi di dalam tanah.

Ada berbagai variasi struktur kaki belakang Anura, ada yang berselaput meluas sampai ke
jari dan yang lainnya ada tetapi tidak sampai meluas ke jari atau bahkan tidak ada sama
sekali. Anura tidak mampu melakukan regenerasi tungkai ataupun jari yang hilang, tetapi
pada salamander mampu melakukannya.

J. KLASIFIKASI

Kelas amphibia terdiri atas beberapa ordo. Ordo pada amphibia meliputi :

1. Ordo Gymnophiona (Apoda)


(Gr. gymnos, naked, _ opineos, of a snake) ordo gymnophiona kenampakkannya seperti
ular.
a. Hidup di daerah tropis
b. Tubuhnya panjang dan ramping
c. Beberapa memiliki sisik kecil pada kulitnya
d. Rusuk memanjang
e. Tidak memiliki gelang kaki maupun tangan
f. Ukuran mata kecil dan mayoritas spesies buta saat dewasa
g. Memiliki tentakel pada hidung / moncongnya
h. Makanannya berupa cacing dan invertebrata kecil yang ada di bawah
permukaan tanah
i. Fertilisasi internal
j. Beberapa spesies memiliki larva akuatik

Gambar caecilians, spesies Herpele multiplicata


Sumber Hickman, 2006
2. Ordo Caudata (Urodela)
a. Sub ordo 1. Cryptobranchoidea ; contoh : Cryptobranchus
b. Sub ordo 2. Ambystomoidea ; contoh : Ambystoma
c. Sub ordo 3. Salamandroidea ; contoh : Salamander
d. Sub ordo 4. Proteida ; contoh : Proteus
e. Sub ordo 5. Meantes ; contoh : Siren

(Gr. oura, tail, _ delos, evident) ordo caudata kenampakkannya yaitu memiliki organ ekor
yang tampak jelas.
a. tubuh terdiri atas kepala, tubuh dan ekor
b. tidak memiliki sisik
c. merupakan ampibian bereekor
d. tersebar pada area tropis
e. tubuh kecil kurang dari 15cm. Namun ada beberapa salamander akuatik yang
berukuran besar. misalnya salamander raksasa Jepang dapat mencapai ukuran
1,5meter panjangnya.
f. Makanannya berupa cacing, antrophoda kecil, dan moluska kecil lainnya.
g. Mayoritas salamander fertilisasinya secara internal.
h. Pada kulitnya terdapat jaring vaskular yang berfungsi dalam pertukaran oksigen
dan karbondioksida.
i. Terdapat fase dalam hidupnya salamander dapat memiliki insang atau paru-paru
luar.
j. Beberapa keturunan salamander telah berevolusi secara permanen menjadi hewan
akuatik yang gagal menyelesaikan metamorfosis dan mempertahankan insang dan
serta sirip sepanjang hidupnya

Spesies Plethodon yonahlossee


Gambar spesies Eurycea
Sumber : amphibiaweb.org
longicauda
Sumber : Hickman, 2006

Spesies Cryptobranchus Spesies Proteus anguinus


alleganiensis Sumber : amphibiaweb.org
Sumber : amphibiaweb.org

Spesies Ambystoma Spesies Siren intermedia


jeffersonianum Sumber : amphibiaweb.org
Sumber : amphibiaweb.org
3. Ordo Anura (Salienta)
a. Sub ordo 1. Amphicoela ; contoh : Ascaphus
b. Sub ordo 2. Opisthocoela ; contoh : Alytes
c. Sub ordo 3. Anomocoela ; contoh : Pelobates
d. Sub ordo 4. Procoela ; contoh : Bufo
e. Sub ordo 5. Diplasiocoela ; contoh : Rana

(Gr. an, without, _ oura, tail) ordo anura kenampakkannya tidak memiliki ekor pada
tubuhnya.
a. Kepala dan tubuh menyatu.
b. Ekor menghilang saat dewasa, hanya genus Aschapus yang memiliki struktur
seperti ekor meski sudah dewasa.
c. Kulitnya permeable terhadap air sehingga umumnya hidup tidak dapat jauh dari
sumber air
d. Hidup di daerah tropis

Spesies Rana catesbeiana (family


Ranidae) Spesies Conraua (Gigantorana)
Sumber : Hickman, 2006 goliath (family Ranidae)
Sumber : Hickman, 2006
Spesies Bufo americanus (family Spesies Alytes cisternasii

Bufonidae) Sumber : amphibiaweb.org

Sumber : Hickman, 2006

Spesies Pelobates fuscus


Spesies Ascaphus truei
Sumber : amphibiaweb.org
Sumber : amphibiaweb.org
DAFTAR PUSTAKA

https://amphibiaweb.org/cgi/amphib_query?where-genus=Cryptobranchus&where
species=alleganiensis&account=iucn diakses secara online pada 07 november 2017 pukul
13.00

https://inside.ucumberlands.edu/academics/biology/faculty/kuss/courses/Digestive%20system/
gestiveTubesOfVertebrates.htm diakses secara online pada 07 November 2017 pukul
12.00

Masjhudi. Amphibia : Lingkup dan Pembahasannya. 1999. Malang : FMIPA UM

Keneneth V. kardong., Edward J. Zalisco. 2009. Comparative Vertebrate Anatomy: A


Laboratoty Dissection Guide, Fifth Edition. New York. McGraw-Hill Companies.

Hickman, C.P., Roberts, L.S., Larson, A., I’Anson, H., and Eisenhour, D.J. 2006. Integrated
Principles of Zoology (Thirteenth Edition). New York. McGraw-Hill Companies.

Djarubito Brotowidjoyo, Mukayat.1994. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.

Campbell, Reece, Michele. 2003. Biologi Edisi Kelima-Jilid III. Jakarta: Erlangga.
Tuti Kurniati, M.Pd, Bintarti Yusriana, M.Si, Sumiyati Sa’adah M.Si.
2011. Zoologi Vertebrata. Prodi Pendidikan Biologi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. UIN
SGD Bandung.

Anda mungkin juga menyukai