Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan pada praktikum class amphibia, katak batu (Bufo
sp.) adalah sebagai berikut:
a. Inspectio
Keterangan:
1
2
3
4
5
6
7
8
b. Sectio
1. Paru-paru (pulmo)
2. Paru-paru kanan (right
pulmo)
3. Paru-paru kiri (left
pulmo)
2
3
1. Jantung (cor)
2
3
4
5
6
1. Hati (hepar)
2. Ginjal (ren)
3. Kloaka (cloaca)
2
3
VI.
PEMBAHASAN
pedes). Katak batu (Bufo sp.) memiliki ciri-ciri khusus diantaranya memiliki kulit
yang basah dan berkelenjar, tidak bersisik luar. Memiliki dua pasang kaki untuk
berjalan dan berenang, berjari 4 pada kaki bagian depan dan berjari 5 pada kaki
bagian belakang. Tidak memiliki sirip dan pernapasannya dengan menggunakan
insang ketika masih berbentuk berudu dan menggunakan kulit dan paru-paru
ketika telah dewasa. Cor terbagi atas 3 ruangan, yakni dua ruangan auricula dan
satu ventriculum. Terdapat 2 buah nares, mata berkelopak yang dapat digerakan,
mulut bergigi dan berlidah (Storer, 1995).
Secara anatomi (section) terdiri atas Sistem pencernaan (system
digestorium), sistem ekskresi
oesophagus, gastrum, duodenum, intestine, colon dan cloaca. Bangunanbangunan yang berada di dalam cavum oris ialah dentis dan lingua. Cavum oris
sebelah anterior berpangkal lingua dengan ujung yang bebas di sebelah posterior.
Ujungnya berlekuk sehingga tampak bercabang dan oleh karena itu disebut bifida.
Lingua dapat dijulurkan keluar dengan cepat yang berfungsi untuk menangkap
dan memasukkan mangsanya ke dalam mulut (Radiopoetro, 2000).
Sistem ekskresi (system uropoetica) pada katak batu (Bufo sp.) terdiri dari
hati (hepar), ginjal (ren) dan kloaka (cloaca). Pada ginjal (ren), ureter, vesica
urinaria dan papilla urogenitalis yang terdapat pada sepasang ren yang
memanjang. Ureter adalah saluran yang keluar dari ren. Pada dinding ventral
kloaka terdapat sebuah tonjolan ke luar berupa kantung dua lobi yang meluas ke
dalam cavum abdominale. Kantung ini berfungsi untuk menyimpan urin sehingga
disebut vesica urinaria. Cairan yang terdapat di dalamnya dapat mengalami
reabsorbsi ke dalam peredaran darah dan berfungsi untuk mencegah kekeringan
tubuhnya (Radiahman, 2003).
Sistem respirasi (system respiratorium) terdiri atas paru-paru (pulmo),
paru-paru kanan (right pulmo) dan paru-paru kiri (left pulmo). Pada katak, oksigen
berdifusi lewat selaput rongga mulut, kulit, dan paruparu. Kecuali pada fase
berudu bernapas dengan insang karena hidupnya di air. Selaput rongga mulut
dapat berfungsi sebagai alat pernapasan karma tipis dan banyak terdapat kapiler
yang bermuara di tempat itu. Pada saat terjadi gerakan rongga mulut dan faring,
lubang hidung terbuka dan glotis tertutup sehingga udara berada di rongga mulut
dan berdifusi masuk melalui selaput rongga mulut yang tipis. Selain bernapas
dengan selaput rongga mulut, katak bernapas pula dengan kulit, ini dimungkinkan
karma kulitnya selalu dalam keadaan basah dan mengandung banyak kapiler
sehingga gas pernapasan mudah berdifusi. Oksigen yang masuk lewat kulit akan
melewati vena kulit (vena kutanea) kemudian dibawa ke jantung untuk diedarkan
ke seluruh tubuh. Sebaliknya karbon dioksida dari jaringan akan di bawa ke
jantung, dari jantung dipompa ke kulit dan paru-paru lewat arteri kulit paru-paru
(arteri pulmo kutanea). Dengan demikian pertukaran oksigen dan karbon dioksida
dapat terjadi di kulit.
System
(cor). Pada tiga ruang jantung, satu ruang menerima darah yang kaya akan
oksigen dari paru paru dan kulit sedangkan ruang lainnya menerima oksigen yang
kaya akan karbondioksida dari seluruh tubuh. Darah dari kedua ruang ini
kemudian masuk ke ruang ketiga yang disebut ventrikel yang berfungsi untuk
memompa darah yang kaya akan oksigen ke seluruh jaringan tubuh dan darah
yang kaya akan karbondioksida kembali ke paru paru dan kulit sehingga bisa
mengambil oksigen. Pada amfibi termasuk katak, kulit sama pentingnya bahkan
lebih penting dari paru paru sebagai organ yang mengatur pertukaran gas. Karena
kulit amfibi yang berfungsi sebagai organ pertukaran gas maka hewan amfibi
terbatas hidupnya dalam air, meskipun beberapa salamander dapat hidup secara
total dalam air. Meskipun hidup di darat tetapi katak harus kembali ke air untuk
bertelur dan memulai siklus kehidupannya ( Alton, 1995).
Reproduksi pada vertebrata umumnya sama, tetapi karena tempat hidup
perkembangan anatomi dan cara hidup yang berbeda menyebabkan adanya
perbedaan pada proses fertilisasi. Sistem reproduksi pada katak jantan terdiri atas
testis, vassa efferentia, vesica seminalis, corpus adiposum yang merupakan bahan
cadangan makanan yang digunakan pada musim perkelaminan. Katak jantan
mempunyai sepasang testis (bentuknya oval, warnanya keputih putihan) terletak
di sebelah atas ginjal. Testis diikat oleh alat penggantungnya yang disebut
mesorchium. Testis terdapat saluran yang disebut vassa efferentia yang bermuara
di cloaca. Bagian ureter yang dekat cloaka mengalami pembesaran yang disebut
vesica seminalis yang berfungsi untuk penampungan sementara spermatozoa
(Zug,1993).
Organ reproduksi katak betina terdiri atas sepasang ovarium yang terdapat
pada bagian belakang rongga tubuh diikat oleh penggantungnya yang disebut
mesovarium. Katak betina ketika musim kawin pada ovarium terpadat, ovum yang
masak akan menuju ke saluran yang disebut oviduct. Bagian posterior oviduct
membesar membentuk uterus. Selanjutnya telur dikeluarkan melalui cloaka keluar
dari tubuh. Katak sendiri terjadi fertilisasi eksternal (pembuahan di luar tubuh)
dan pada musim kawin terjadi isyarat kawin oleh katak jantan dan katak betina.
Perkawinan dilakukan dengan cara katak jantan menempel di atas punggung katak
betina, lalu keduanya menyemprotkan selsel gametnya ke luar tubuh (Zug,1993).
VII.
Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum class amphibia, katak batu (Bufo sp.) yaitu
pengamatan secara Inspectio yang terdiri atas empat bagian yaitu kepala (caput),
badan (truncus), extrimitas anterior dan extrimitas posterior. Pengamatan secara
sectio terdiri atas Organ yang menyusun sistem pencernaan pada katak batu (Bufo
sp) secara berurutan adalah cavum oris, pharynk, oesophagus, gastrum, intestine,
colon dan berakhir di cloaca. Organ ekskresi dari katak batu (Bufo sp.) yaitu ren,
ureter, vesica urinaria dan papilla urogenitalis. Organ reproduksi atau genitalia
pada katak batu (Bufo sp.) jantan terdiri atas testis, vassa efferentia, vesica
seminalis dan corpus adiposum. Organ reproduksi atau genitalia pada katak batu
(Bufo sp.)
DAFTAR PUSTAKA
Brotowidjoyo, M. D., 1994, Zoology Dasar, Erlangga, Jakarta.
Biggs, Alton D., 1995, Konservasi Amfibi di Indonesia: Masalah Global dan
Tantangan1, J. Media Konservasi, 7,2: 4.
Darmawan, B., 2008, Keaneragaman Amfibi diberbagai Tipe Habitat, J. Studi
Kasus: 8.
Radiopoetro, 2000, Zoologi, Erlangga, Jakarta.
Storer dan Usinger, 1995, General Zoologi, J. Mc Graw-Hill, New Dehli.
Zug, George R., 1993, Herpetolology an Introduction Biology of Ampibians and
Reptiles, J. Academic Press, London.
Zug, George R., 1993, Herpetolology an Introduction Biology of Ampibians and
Reptiles, J. Academic Press, London.