Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIKUM

KELAS MAMALIA

Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Keanekaragaman Hewan yang dibimbing oleh :

Bagus Priambodo S.Si., M.Si., M.Sc.


Fahrul Ghani Muhaimin, Fustatul Qur'ani Anam, Maisuna Kundariati

Disusun oleh :
Kelompok Aves
Offering I/2018

1. Annasa Sabatia (170342615589)


2. Aziza Fadhilah (180342618018)
3. Ika Firdayanti (180342618019)
4. Rozi Ibaddallah (180342618093)
5. Suci Yana Lestari (180342618026)
6. Sylvana Bilqis Labibah (180342618073)

Laboratorium Struktur Perkembangan dan Taksonomi Hewan

Program Studi Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Malang

November 2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Dasar Teori

Mamalia adalah vertebrata yang tubuhnya tertutup rambut, mamalia adalah


hewan yang menyusui. Yang betina mempuyai kelenjar mammae (air susu) yang tumbuh
baik. Anggota gerak depan pada mamalia dapat bermodifiksi untuk berlari, menggali
lubang, berenang dan terbang. Pada jari-jarinya terdapat kuku, cakar, atau tracak. Pada
kulit terdapat banyak kelenjar minyak dan kelenjar keringat. Gigi umumnya terdapat
berbagai 4 tipe, gigi seri, taring, premolar dan molar. Disbanding dengan kondisi
vertebrata lainnya, jumlah tulang tengkorak mamalia banyak yang tereduksi. Ada 2
kondil oksipital. Vertebrata servikal biasanya da 7 buah. Dalam sabuk pectoral tidak
terdapat tulang korakoid, dan klavikula vestigial atau tidak ada sama sekali. Ekor, jika
ada panjang dan dapat digerakkan.comtoh mamalia, manusia, kera, sapi, dan paus
(Indriawati, 2017).

Mamalia yang hidup di alam mempunyai ciri tersendiri dibandingkan dengan


satwa yang lain, mamalia mempunyai ciri-ciri yakni : mempunyai rambut, mempunyai
kelenjar susu, mampu bertahan hidup pada kondisi cuaca yang ekstrem, mempunyai saraf
tunjang, bertulang belakang, mempunyai cuping telinga, mempunyai jantung yang ada 4
katup, mamalia betina melahirkan dan menyusui anaknya, kecuali mamalia primitif
(Platypus dan Echidna), bernafas melalui paru-paru, homoiterm (berdarah panas)
(Duellman &Trueb, 2004).

Pada umumnya, mamalia melahirkan keturunannya dengan cara beranak atau


melahirkan. Tapi ada beberapa mamalia yang bertelur, seperti ikan guppy dan hiu
martil. Hal ini karena tidak melahirkan bukanlah ciri utama hewan mamalia. Tapi
adalah soal menyusui dan memiliki kelenjar susu pada betina tadi merupakan ciri
utamanya. Hewan mamalia memiliki beberapa ciri, misalnya memunyai jantung dengan
empat ruang, tubuhnya ditutupi bulu, ujung telinganya bercuping (lancip), memiliki
kelenjar peluh, dan bernapas melalui paru-paru.Mamalia terdiri dari 5.487 spesies dari
46 ordo. Diketahui saat ini hampir 25 persen spesies mamalia terancam punah.
Sedikitnya 1.141 spesies menyusut drastis. Populasi spesies yang paling menurun
jumlahnya adalah jenis primata Asia, misalnya gajah. Hal itu terjadi karena rusaknya
hutan tempat gajah liar tinggal. Di sisi lain, hewan mamalia merupakan hewan yang
dikenal paling dapat bertahan dari perubahan lingkungan sehingga berumur panjang.
Hal ini disebabkan karakter hewan ini paling variatif. Bukan hanya tersebar sebagai
hewan darat, air, dan udara. Ukurannya yang beraneka ragam, terkecil (2,5-12
sentimeter) hingga terbesar (33 meter) memiliki sehingga dapat tinggal di tempat
dengan berbagai karakter dan cuaca. Mulai dari gua, lubang, tempat sempit, laut,
hingga gurun pasir, hingga padang rumput.Beberapa hewan lain yang termasuk jenis
mamalia di antaranya adalah harimau, orang utan, rusa, ikan paus, tikus, hiu, kelinci,
kanguru, kelelawar, tapir, dan unta. Diketahui enam dari 10 hewan paling cerdas
berasal dari kelompok mamalia (Indriawati, 2017).

Dalam identifikasi anggota mamalia dapat dilakukan dangan mempelajari anatomi


kerangka maupun morfologi, dimana pada bagian kerangka terdapat tengkorok sedangkan
pada bagian appendicular adalah anggota gerak, rahan bawah terdiri proceccus
coronvidalis, proceccus condylus, dan proceccus anggularis, sedangkan pada bagian gigi
memiliki jumlah dan bentuk yang sangat penting dalam identifikasi dan tergolong
heterodont, pada anggota gerak kaki depan dan belakan 0 terdiri dari 3 komponen dasar
yaitu segmen proximal, segmen tengah dan segmen destal, untuk bagian morfologi
memiliki pola mata yang berbeda dan ukuran tubuh, pada gigi bnetuk struktur dan
formula gigi penting, bagian gigi dibagi dua yakni grandula mamae dan tarometatarus
(Duellman &Trueb, 2004).

1.2 Tujuan Praktikum

Melalui kegiatan pengamatan dan diskusi, diharapkan mahasiswa dapat memiliki


kemampuan untuk :
1. Menunjukkan ciri-ciri umum dan bagian-bagian tubuh anggota mamalia
2. Membedakan anggota mamalia berdasarkan ciri-ciri morfologi dan struktur.
3. Menunjukkan struktur bagian-bagian luar (morfologi) tubuh hewan contoh dari kelas
mamalia
1.3 Manfaat Praktikum

1. Mahasiswa mampu menunjukkan ciri-ciri umum dan bagian-bagian tubuh anggota Aves
dengan menggambarkan sketsanya.
2. Mahasiswa mampu membedakan anggota Aves berdasarkan ciri-ciri morfologi dan
struktur tubuhnya.
3. Mahasiswa mampu menunjukkan struktur bagian-bagian luar (morfologi) tubuh hewan
contoh dari kelas Aves dengan cara menggambarkan sketsanya.
BAB II

METODOLOGI

2.1. Waktu dan Tempat

Hari, tanggal : Rabu, 20 November 2019


Waktu : 15.45- 20.00 WIB
Tempat : Gedung Biologi O5.208, FMIPA UM

2.2. Alat dan Bahan

1. Alat
a. Lup
b. Kamera hp
c. Media gambar
2. Bahan
a. Mencit
b. Marmut
c. Sugar glider
d. Kambing

2.3 Prosedur kerja


BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan

No. Nama Spesies Gambar

1. Mencit

2. Anjing laut

3. Kelelawar
4. Singa

5. Lemur catta

6. Kangoroo

7. Monyet
3.2 Pembahasan

3.2.1 Perbandingan Bahan Amatan

1. Mencit

Gambar saat
pengamatan

(Dokumen pribadi, 2019)

Gambar struktur
tubuh

(Sumber : Beddard, 2019)

Gambar literatur

(Sumber : Beddard, 2019)


Klasifikasi Mencit menurut (Linnaeus, 1766) :

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Famili : Muridae
Genus : Mus
Spesies : Mus musculus

Mencit adalah hewan yang termasuk ke dalam kelas Mamalia. Mencit merupakan
salah satu golongan hewan mamalia pengerat yang bersifat omivorus dan nokturnal. Ciri
umum dari mencit yaitu memiliki warna kulit rambut tubuh putih atau keabu-abuan
dengan perut sedikit pucat, mata berwarna merah atau hitam (Murwanti dkk, 2004).

Morfologi

Mencit memiliki bentuk tubuh yang kecil berwarna putih dengan memiliki siklus
estrus yang pendek dan teratur antara 4-5 hari. Mencit jantan memiliki berat badan sekitar
18-35 gram. Biasanya mencit dapat hidup selama 1-2 tahun dan dewasa pada umur 35-60
hari. Mus musculus L. memiliki masa reproduksi 1,5 tahun dengan waktu kehamilannya
19-21 hari. Mencit dapat melahirkan 6-15 ekor (Akbar, 2010). Berat dewasa mencit rata-
rata 18-35 gram dan berat lahir 0,5-1.0 gram. Suhu rektal mencit 35-39OC dengan
pernapasan 140-180 kali/menit, dan denyut jantung 600-650 kali (Somala, 2006). Mencit
merupakan salah satu hewan percobaan efisien yang sering digunakan dalam penelitian.
Hal ini dikarenakan mencit mudah dipelihara, tidak memerlukan tempat yang luas, waktu
kehamilan yang singkat, dan banyak memiliki anak perkelahiran. Mencit dan tikus putih
memiliki 13 banyak data toksikologi, sehingga mempermudah dalam membandingkan
toksisitas zat-zat kimia (Lu, 1995).
Sistem Reproduksi Mencit

Sistem reproduksi pada mencit betina terdiri atas: kelenjar betina (ovarium), saluran
reproduksi dan kelenjar assesori pada umur 10-12 minggu, mencit jantan maupun betina
sudah mencapai kematangan seksual. Periode aktivitas reproduksi berlangsung sejak
umur dewasa 14 seksual yang mencapai sampai mencit berumur 14 bulan dan biasa lebih
lama lagi pada mencit jantan. Mencit betina hanya akan berkopulasi dengan mencit jantan
selama fase estrus (Prawirohardjo, 2008).

Perkembangan Fetus Mencit Masa embriogenik atau masa organogenesis adalah


masa mudigah yang berlangsung dari perkembangan minggu ketiga hingga minggu
kedelapan dan merupakan masa terbentuknya jaringan dan sistem organ yang spesifik 15
dari masing-masing lapisan mudigah (Sadler, 2000). Masing-masing dari ketiga lapisan
mudigah yaitu lapisan mudigah ektoderm, endoderm, dan mesoderm akan membentuk
banyak jaringan dan organ yang spesifik (Cunningham, 2006). Sedangkan fetus adalah
makhluk yang sedang berkembang yang bentuk morfologinya menyerupai bentuk
dewasa. Tahap perkembangan embrio secara sistematik meliputi tahap progenesis,
embriogenesis, dan organogenesis (Roux, 2011). Pertumbuhan dan perkembangan fetus
pada hewan uji mencit diawali dengan meningkatnya jumlah sel yang diikuti dengan
diferensiasi sel dan perkembangan sebagai sistem organ. Perkembangan fetus dipengaruhi
oleh sejumlah faktor genetik dan status nutrisi dari kedua induk, sumber nutrisi fetus
berasal dari induk melalui plasenta (Muna dkk, 2011).

2. Anjing laut

Gambar saat pengamatan


(Dokumen pribadi, 2019)

Gambar struktur tubuh

(Sumber : Groves, et al. 2015)

Gambar literature

(Sumber : Groves, et al. 2015)

Klasifikasi menurut Gmelin (1788):

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Mamalia
Ordo : Pinnipedia
Famili : Otariidae
Genus : Phoca
Spesies : Phoca vitulina
Struktur morfologi
Anjing laut adalah mamalia besar dari ordo Pinnipedia. Anjing laut umumnya
bertubuh licin dan cukup besar. Tubuhnya beradaptasi dengan baik untuk habitat
akuatiknya, di mana mereka menghabiskan sebagian besar masa hidupnya. Sebagai
tangan, kaki depannya berukuran besar dan berbentuk seperti sirip, dan tubuhnya
menyempit ke belakang. Anjing laut terkecil, yaitu Arctocephalus galapagoensis
memiliki berat sekitar 30 kg untuk ukuran dewasa dan panjang 1.2 meter. Anjing laut
terbesar, yaitu anjing laut gajah selatan (Mirounga leonina) memiliki panjang maksimal
hingga 4 meter dan berat 2200 kg (Borge, 2002).

Akan tetapi khusus anjing laut jenis Phoca vitulina memiliki warna biru ke abu-
abuan kembali dengan campuran terang dan gelap; telinga mereka sangat sedikit
khususnya dibagian eksternal dan memiliki anggota tubuh bagian depan yang pendek
sehingga menghasilkan gerak yang terbatas di darat. Ukuran jantan sedikit lebih besar
daripada perempuan, jantan memiliki berat sampai £ 245 (110 kg), dan panjang sekitar
5,6-6,3 kaki (1,7-1,9 m. Mereka pendek, cekung, seperti moncong anjing dan cenderung
untuk naik ke darat dengan cara seperti pisang dengan kepala mereka dan sirip belakang
yang tinggi (Borge, 2002).

Kebiasaan Makan

Semua jenis anjing laut merupakan hewan karnivora yang memakan ikan, cumi dan
hewan laut lainnya. Anjing laut leopard (Hydrurga leptonyx) kemungkinan merupakan
predator terbesar di antara jenis-jenis anjing laut lainnya, yang memakan berbagai macam
hewan dari krill, penguin hingga anjing laut lainnya (Dima, A. F. 2012)

Reproduksi dan Daur Hidup

Pekawinan terjadi di bawah air. Sistem perkawinan tidak diketahui, tetapi dianggap
poligami . Wanita melahirkan sekali per tahun, dengan usia kehamilan jangka waktu
sekitar sembilan bulan. Melahirkan anak anjing terjadi setiap tahun di pantai. Waktu
musim kawin bervariasi dengan lokasi, yang terjadi pada bulan Februari untuk populasi
di lintang rendah, dan hingga akhir Juli di zona subarktik. Para betina adalah penyedia
tunggal pelayanan, dengan menyusui berlangsung empat sampai enam minggu. Para
peneliti telah menemukan laki-laki berkumpul di bawah air, menyalakan punggung
mereka, menempatkan kepala mereka bersama-sama dan menyuarakan untuk menarik
betina siap untuk kawin. (Nakagawa, 2009).

Daerah Penyebaran

Phoca vitulina menghuni zona intertidal berpasir; beberapa segel juga dapat
memasukkan muara dalam mengejar mereka ikan mangsa. Beberapa bahkan diambil
untuk memberi makan dan bermain di New York Harbor dan Boston Harbor dalam
beberapa tahun terakhir. Segel sering memilih untuk berkumpul di pelabuhan,
meminjamkan hewan nama lain bersama mereka. Kebiasaan makan telah dipelajari erat
di banyak bagian jangkauan mereka, mereka dikenal memangsa terutama pada ikan ,
seperti menhaden , ikan teri , sea bas, makarel , ikan cod , kapur sirih dan flatfish , dan
kadang-kadang pada udang , kepiting , moluska dan cumi . Terutama pantai, penyelaman
ke lebih dari 500 m telah direkam. segel umum telah dicatat untuk menyerang,
membunuh dan memakan beberapa jenis burung laut (Nakagawa, 2009).

3. Kelelawar

Gambar pengamatan

(Dokumen pribadi, 2019)


Gambar struktur tubuh

(Sumber : Suyanto, 2011)

Gambar literatur

(Sumber : Suyanto, 2011)

Klasifikasi menurut Gmelin (1788):

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Mamalia
Ordo : Chiroptera
Famili : Pteropodidae
Genus : Micropteropus
Spesies : Micropteropus pusillus
Keanekaragaman jenis kelelawar di Indonesia sangat tinggi yaitu 231 jenis atau
sekitar 21% dari jumlah jenis yang ada di dunia. Kelelawar yang ada di Indonesia terdiri
dari sepuluh suku, 78 jenis pemakan buah (Megachiroptera) dan 153 jenis pemakan
serangga (Microchiroptera)). Kesepuluh suku tersebut diantaranya yaitu Pteropodidae,
Megadermatidae, Nycteridae, Vespertilionidae, Rhinolophidae, Hipposideridae,
Emballonuridae, Rhinopomatidae, Miniopteridae, dan Molossidae (Suyanto, 2001).

Kelelawar merupakan mamalia kecil dengan keanekaragaman jenis kedua terbesar


setelah ordo binatang pengerat (Rodentia). Kelelawar memiliki peran penting bagi
ekosistem. Kelelawar pemakan buah berperan dalam memencarkan biji berbagai jenis
tanaman. Kelelawar tersebut terbang ke daerah yang jaraknya jauh dari tempat
sebelumnya dan biji pohon yang dimakan bisa jadi jatuh di tempat tersebut. Selain itu
juga kelelawar merupakan agen penyerbuk berbagai jenis tanaman, termasuk tanaman
yang bernilai ekonomi yang tinggi seperti durian (Durio zibethinus), aren (Arenga sp.),
petai (Parkia speciosa), kapuk randu (Ceiba petandra), pisang-pisangan (Musa sp.),
kelapa (Cocos nucifera) (Suyanto, 2003). Serbuk sari dari pepohonan yang terbawa oleh
kelelawar yang terbang dalam jarak yang jauh dapat meningkatkan keanekaragaman
hayati.

Sebagian besar kelelawar juga memakan serangga, termasuk hama pertanian, dan
nyamuk yang merupakan vektor penyakit berbahaya bagi manusia. Oleh karena itu
kelelawar disebut juga sebagai pengendali biologis atau predator alami bagi serangga.
Menurut Gould (1955) Myotis lucifugus yang ada di Amerika Serikat, mampu memakan
satu gram serangga yang setara dengan 500 individu serangga dalam satu jam, bahkan
kelelawar Pipistrellus subflavus mampu menangkap serangga sebanyak seperempat bobot
tubuhnya dalam waktu 30 menit. Kelelawar yang jumlahnya mencapai 20 juta ekor dapat
memangsa 6600 ton serangga per tahun. (Hylsandy dkk. 2015)
4. Panther leo

Gambar Spesimen Gambar Struktur Morfologi Gambar Spesies

Sumber : ( Dokumen Sumber : (Packer, 2001)


Pribadi, 2019 ) Sumber : (Myers dkk.,
2019)

Klasifikasi menurut Myers (2019) :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mamalia

Ordo : Carnivora

Family : Felidae

Genus : Panthera

Spesies : Panthera leo

Singa Afrika (Panthera leo) hidup di sebagian besar Afrika sub-Sahara kecuali di
habitat gurun dan hutan hujan. Banyak ahli taksonomi berpendapat bahwa ada lima sub-
spesies Afrika yang masih ada. Singa pernah dimusnahkan dari Afrika Selatan, di mana
mereka tetap di Taman Nasional Kruger dan Kalahari Gemsbok dan mungkin beberapa
kawasan lindung lainnya. Singa pernah berkisar di Asia barat daya dan Afrika utara. Setiap
subspesies diidentifikasi oleh wilayah geografis. Panthera leo senegalensis (singa Afrika
Barat atau Senegal), P. l. azandica (singa Kongo timur laut), P. l. bleyenberghi (Katanga,
Angola, atau singa Kongo selatan), dan P. l. krugeri (singa Afrika Selatan atau Transvaal).
Panthera leo krugeri termasuk singa Kalahari (kadang-kadang dilambangkan sebagai P. l.
Verneyi). Terakhir, ada singa Afrika Timur (P. l. Nubica). Hewan-hewan ini telah
dikategorikan sebagai singa Somalia (P. l. Somaliensis), singa Masai (P. l. Massicus), singa
Serengeti (P. l. Massicus), singa Kongo (P. l. Hollisteri), dan singa Abyssinian ( P. l.
Roosevelti). Namun perlu dicatat bahwa ada beberapa perdebatan mengenai validitas
klasifikasi subspesies Afrika, hanya menyisakan subspesies Asia, P. l. persica, tidak
terbantahkan (Urban and West, 2002)

Singa Afrika hidup di dataran atau habitat sabana dengan basis mangsa yang besar
(sebagian besar berkuku) dan tutupan yang cukup tersedia. Di habitat yang optimal ini, singa
adalah predator besar kedua terbanyak, setelah melihat hyena Crocuta crocuta. Singa juga
dapat hidup, dengan rentang yang lebih luas, di sebagian besar habitat kecuali di hutan hujan
tropis dan di padang pasir. Singa dapat hidup di habitat hutan, semak, pegunungan, dan
semi-gurun. Mereka mampu hidup di ketinggian. Ada populasi singa di Pegunungan Bale di
Ethiopia pada 4.240 m. Singa Asia hidup di semak belukar dan hutan jati di cagar alam
Hutan Gir kecil di India (Cat Spesialist Group, 2001).

Singa adalah kucing besar dengan mantel pendek berwarna kuning kecoklatan,
bagian bawah berwarna putih, dan ekor panjang dengan jumbai hitam di ujungnya. Mereka
dimorfik secara seksual dan singa jantan adalah satu-satunya kucing dengan surai. Singa
jantan berusia tiga tahun menumbuhkan surai dengan warna bervariasi dari hitam hingga
pirang. Manes cenderung lebih penuh di habitat terbuka. Pria dewasa biasanya memiliki
berat 189 kg; jantan terberat yang tercatat memiliki berat 272 kg (Gunung Kenya). Betina
memiliki berat rata-rata 126 kg. Tinggi rata-rata jantan adalah 1,2 m dan tinggi betina rata-
rata adalah 1,1 m. Panjang berkisar 2,4-3,3 m dan panjang ekor berkisar 0,6-1,0 m; singa
jantan terpanjang yang tercatat adalah 3,3 m (Greggor, dkk., 2016).
Anaknya memiliki bintik-bintik cokelat pada mantel keabu-abuan sampai usia tiga
bulan; bintik-bintik mungkin tetap pada perut, terutama di Afrika timur. Albinisme memang
terjadi pada beberapa populasi, tetapi tidak ada catatan yang dipublikasikan tentang
melanisme (bulu hitam) pada singa. Singa dewasa memiliki total 30 gigi dan betina dewasa
memiliki empat mammae (Urban dan Barat, 2002).

Singa berkembang biak sepanjang tahun dan biasanya berpoligin. Diperkirakan


singa berkopulasi 3.000 kali untuk setiap anak yang bertahan lebih dari satu tahun. Satu
estrus dari setiap 5 menghasilkan serasah dan singa jantan sekitar 2,2 kali per jam untuk
periode estrus 4 hari. Singa jantan sangat besar dan mencolok karena mereka memiliki
kesempatan untuk mengontrol reproduksi betina ketika mereka memerintah atas harga diri.
Singa betina bersifat poliestrous, berkembang biak sepanjang tahun dan memuncak pada
musim hujan. Singa betina cenderung memiliki anaknya setiap 2 tahun. Namun, jika anak
seekor betina terbunuh (biasanya oleh singa jantan yang mengganggu), maka betina masuk
ke estrus lebih awal dan memiliki lebih banyak anak. Betina dapat berkembang biak pada
usia 4 tahun dan jantan pada usia 5 tahun (Barnet, dkk., 2009)

Singa betina biasanya hidup lebih lama daripada jantan. Jantan mencapai
puncaknya antara lima dan sembilan tahun, tetapi hanya sedikit jantan yang bertahan hidup
selama sepuluh tahun. Beberapa pejantan bertahan hingga 16 tahun di alam liar. Betina
biasanya hidup sampai 15 atau 16 tahun. Singa adalah karnivora pemangsa. Singa adalah
predator teratas dalam jangkauannya. Tidak jelas sampai sejauh mana singa mengatur
populasi mangsanya beberapa penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan makanan
memainkan peran yang lebih besar dalam mengatur populasi mangsa daripada konsumsi
oleh singa (Dunston,dkk., 2016).
5. Lemur catta

Gambar Spesimen Gambar Struktur Gambar Spesies


Morfologi

Sumber : (Myers dkk., 2019)

Sumber:( Dokumen
Sumber : (Sauther, 2012)
Pribadi, 2019 )

Klasifikasi menurut Myers (2019) :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mamalia

Ordo : Primates

Family : Lemuridae

Genus : Lemur

Spesies : Lemur catta

Lemur ekor cincin hanya ditemukan di Madagaskar selatan dan barat daya. Mereka
lebih suka galeri hutan, hutan di dekat dan mengikuti tepi sungai, tetapi dapat ditemukan di
semak kering, hutan lembab pegunungan, dan hutan gugur. Mereka mentolerir kisaran suhu
-12 hingga 48 Celcius. Lemur berekor cincin ditemukan di tiga habitat berbeda di
Madagaskar selatan dan barat daya: hutan kanopi berkelanjutan, hutan semak dan semak,
dan hutan campuran. Hutan kanopi kontinu di wilayah ini didominasi oleh pohon-pohon
Tamarind (Tamarindas indica) dan pohon-pohon besar lainnya yang tingginya mencapai 20-
25 meter. Hutan semak dan semak lebih kering daripada hutan terbuka dan tingginya lebih
rendah. Meskipun lemur ekor cincin ditemukan di semua habitat pohon, mereka paling
sering ditemukan di hutan kanopi yang berkelanjutan (Wilson dan Hanlon, 2010).

Lemur ekor cincin memiliki panjang tubuh mulai dari 39 hingga 46 cm dengan
panjang mulai dari 56 hingga 63cm dan berat badan rata-rata 2,2 kg. Tubuh, ditutupi bulu
yang tebal dan lebat, berwarna solid mulai dari abu-abu hingga coklat, dengan ekor yang
panjang dan tebal. Ekor memiliki cincin tebal, jelas, hitam dan putih dari batang ke ujung.
Biasanya, individu memiliki masker wajah putih, dengan garis hitam mata dan hidung.
Mereka memiliki perut berwarna lebih terang mulai dari abu-abu muda atau coklat, hingga
putih. Ring-Tailed Lemur memiliki empat jari tipis dan ibu jari pada pelengkap atas dan
bawahnya, masing-masing berakhir dengan kuku berwarna gelap. Jempol pada pelengkap
atas tidak bisa ditentang karena sambungannya diperbaiki. Ujung pertama pada pelengkap
bagian bawah berlawanan, digunakan saat memanjat pohon di tajuk tingkat menengah dan
atas (Cawthon, 2005).

Lemur ekor cincin mulai kawin pada bulan April, dengan masa kehamilan 130 hingga
144 hari, melahirkan dimulai pada bulan Agustus dan berakhir pada bulan September.
Betina tidak aktif secara reproduktif sampai usia 2,5 tahun, dan betina yang berusia 3 hingga
4 tahun memiliki peluang lebih tinggi untuk berhasil hamil dan melahirkan anak yang sehat
daripada betina yang lebih muda. Betina biasanya melahirkan satu atau dua anak, lebih
sering betina hanya memiliki satu. Lemur ekor cincin adalah omnivora oportunistik. Mereka
dapat dan akan memakan apa pun yang mudah tersedia bagi mereka termasuk buah-buahan,
daun, batang, bunga, eksudat (damar, getah, getah), laba-laba, jaring laba-laba, bunglon,
serangga ulat bulu, burung kecil, dan gundukan rayap. Sumber makanan terpenting dalam
buah dari pohon asam. Asam Jawa ditemukan dalam ketiga kebiasaan di mana lemur
diketahui hidup (Wilson dan Hanlon, 2010).
6. Kangoroo

Gambar Spesimen Gambar Struktur Morfologi Gambar Spesies

Sumber : (Dokumen pribadi,


Sumber : (John, 2019)
2019)

Sumber : (John, 2019)

Klasifikasi (Shaw, 1790).

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mamalia
Ordo : Diprotodontia

Famili : Macropodidae

Genus : Macropus

Spesies : Macropus sp.

Menurut Cascini (2018), terdapat tiga spesies kanguru, yaitu:

1. Kanguru Merah

Kanguru Merah adalah hewan marsupial terbesar yang masih hidup.


Apabila berdiri tingginya dapat mencapai lebih dari 2 meter dan bobotnya
mencapai 90 kg. Kanguru jenis ini biasanya bergerak dalam kelompok besar.
Mereka tidur di kala siang yang hawanya paling panas. Apabila tidak ada air,
mereka akan mencari kelembapan dari tumbuhan hijau. Mereka juga hanya akan
berkembang biak apabila ada hujan dan tumbuh tanaman baru.

2. Kanguru Abu-abu Timur

Kanguru Abu-abu Timur dapat ditemukan di daerah subur Australia


bagian timur.

3. Kanguru Abu-abu Barat

Kanguru Abu-abu Barat dapat ditemukan di Australia bagian barat,


Australia bagian selatan yang dekat dengan pantai dan basin Sungai Darling.
Kanguru Abu-abu sangat banyak jumlahnya. Mereka hidup di hutan-
hutan eukaliptus yang terbuka dan di daerah berumput. Mereka
memakan rumput.

Kanguru adalah satu-satunya hewan besar yang menggunakan melompat sebagai


alat penggerak. Kecepatan loncatan yang cukup untuk kanguru merah adalah sekitar 20–
25 km / jam, tetapi kecepatan hingga 70 km / jam dapat dicapai dalam jarak pendek,
sementara itu, ia juga dapat mempertahankan kecepatan 40 km / jam untuk hampir 2
km. Selama lompatan, otot gastrocnemius yang kuat mengangkat tubuh dari tanah
sementara otot plantaris yang lebih kecil, yang menempel di dekat jari keempat yang
besar, digunakan untuk mendorong. Tujuh puluh persen energi potensial disimpan
dalam tendon elastis. Pada kecepatan lambat, ia menggunakan penggerak pentapedal,
menggunakan ekornya untuk membentuk tripod dengan dua kaki depannya sambil
membawa kaki belakangnya ke depan (Chamoli, 2019). Kanguru adalah perenang yang
mahir, dan sering lari ke saluran air jika terancam oleh pemangsa. Jika dikejar ke dalam
air, seekor kangguru dapat menggunakan kaki depannya untuk menahan predator di
bawah air untuk membuatnya tenggelam (Couzens, 2018).

Kanguru hidup berkelompok, yang biasanya memiliki 10 atau lebih kanguru di


dalamnya. Hidup dalam kerumunan dapat memberikan perlindungan bagi beberapa
anggota kelompok yang lebih lemah. Agregasi yang lebih besar menampilkan jumlah
interaksi yang tinggi dan struktur sosial yang kompleks, sebanding dengan ungulata.
Salah satu perilaku yang umum adalah sentuhan hidung dan mengendus, yang sebagian
besar terjadi ketika ada yang bergabung dengan suatu kelompok. Kanguru yang akan
mengenduk untuk memperoleh banyak informasi dari isyarat bau. Perilaku ini
menegakkan kohesi sosial tanpa agresi. Selama saling mengendus, jika satu kanguru
lebih kecil, ia akan memegang tubuhnya lebih dekat ke tanah dan kepalanya akan
bergetar, yang berfungsi sebagai bentuk kemungkinan penyerahan (Emura, 2016).

Sebagian besar perilaku non-antagonis lainnya terjadi antara ibu dan anak mereka.
Ibu dan anak muda memperkuat ikatan mereka melalui perawatan. Seorang ibu akan
merawat anaknya selama atau setelah menyusui. Joey akan masuk ke dalam kantong
ibunya jika ingin menyusu. (Emura, 2016)

Aktivitas seksual kanguru terdiri dari pasangan selir. Betina-betina yang terlalu
besar berkeliaran secara luas dan menarik perhatian jantan dengan sinyal-sinyal yang
mencolok. Seorang jantan akan memonitor betina dan mengikuti setiap gerakannya. Dia
mengendus urinnya untuk melihat apakah dia ada dalam oestrus, suatu proses yang
menunjukkan respons jantan. Setelah persetubuhan selesai, jantan akan pindah ke betina
lain (Emura, 2016).

7. Monyet

Gambar Spesimen Gambar Struktur Morfologi Gambar Spesies

Sumber : (Elton, 2016)

Sumber : (Dokumentasi pribadi, 2019)


Sumber : (Elton, 2016)

Klasifikasi (Schreber, 1775)

Kingdom : Animalia

FIlum : Chordata

Subfilum : Vertebrata

Kelas : Mammalia
Ordo : Primata

Famili : Cercopithecidae

Genus : Erythrocebys

Spesies : Erythrocebus patas

Monyet patas jantan tumbuh hingga 60 cm hingga 87 cm panjangnya, tidak termasuk


ekor, yang berukuran mencapai 75 cm. Jantan dewasa jauh lebih besar daripada betina
dewasa, yang panjangnya rata-rata 49 cm. Berat pada jantan dewasa rata-rata 12,4 kg dan
betina dewasa 6,5 kg, menunjukkan tingkat dimorfisme seksual yang tinggi. Dapat mencapai
kecepatan 55 km / jam (34 mph), hal ini membuktikan bahwa monyet patas menurupakan
pelari tercepat pada ordo primata. Rentang hidup di alam bisa mencapai 20 tahun (Elton,
2016).

Monyet Patas adalah hewan diurnal. Mereka membentuk pasukan 10 - 40 individu, yang
terdiri dari satu jantan dominan tunggal dan beberapa betina dengan keturunan mereka.
Primata ini hidup dalam masyarakat yang didominasi betina. Betina tidak hanya memimpin
kelompok, tetapi juga mempertahankan wilayah kelompok mereka dari pasukan lain.
Meskipun hidup bersama, jantan dan betina bersatu terutama selama musim kawin. Namun,
seiring dengan pembiakan, pejantan memiliki beberapa tanggung jawab seperti melindungi
kelompok dari ancaman. Ketika kelompok lain muncul di wilayah mereka, jantan terlibat
dalam konfrontasi, mengeluarkan peringatan keras untuk mengusir para penyusup. Mereka
tetap berada di sepanjang batas wilayah kelompok mereka, memperingatkan anggota
pasukan akan ancaman yang mendekat. Mereka sering mengekspos diri mereka pada
predator, bertindak sebagai umpan sementara anggota kelompok lainnya melarikan diri ke
tempat berlindung mereka (Animalia, 2019)

Sistem reproduksi spesies ini disebut 'poligami harem'. Mereka hidup dalam kelompok
harem yang terdiri dari banyak betina dan satu jantan, yang kawin dengan mereka semua.
Monyet Patas kadang-kadang menunjukkan sistem polininkandro (promiscuous), ketika
jantan dari luar bergabung dengan harem ini selama musim reproduksi dan individu dari
kedua jenis kelamin berkembang biak dengan banyak pasangan. Populasi di berbagai daerah
berkembang biak baik pada Juni-September atau Oktober-Januari. Masa kehamilan
berlangsung selama 5 bulan, menghasilkan satu bayi. Bayi yang baru lahir dirawat dan
dirawat oleh induknya. Pada tahap awal perkembangan, monyet muda akan menempel pada
induknya. Setelah mencapai kematangan dan kemandirian, jantan dari spesies ini bubar,
biasanya bergabung dengan semua kelompok jantan, meskipun beberapa mungkin tetap
menyendiri, sampai musim kawin berikutnya. Usia kematangan reproduksi adalah 3 - 4
tahun pada jantan dan 2,5 tahun pada betina. (Animalia, 2019)

Primata ini merupakan asli dan endemik khusus Afrika, dimana mereka terdapat di
seluruh wilayah sub-Sahara dari tepi barat Senegal ke Afrika Timur dan selatan ke Kamerun.
Populasi monyet Patas yang lebih kecil terjadi di Taman Nasional Serengeti dan Koridor
Sungai Grumeti di Tanzania. Selain itu, populasi yang terisolasi ditemukan di Massif Udara
(Niger) dan Massif Ennedi (Chad). Kebanyakan monyet Patas hidup di hutan Acacia,
terutama di daerah yang berdekatan dengan padang rumput. Meskipun mereka umumnya
lebih suka lingkungan dengan rumput tinggi dan pohon-pohon yang tersebar, monyet Patas
menempati berbagai habitat seperti padang rumput, semak-semak, padang rumput terbuka
dan sabana berhutan (Animalia, 2019).

3.2.2. Proses Molting Pada Mamalia

3.2.3. Hubungan Dari Massa Tubuh Dan Tingkat Metabolisme Pada Mamalia

3.2.4.: Horn Of Bovids, Antlers Of Deer, Dan Horn Of Rhinos dan Siklus Pertumbuhan dari Jenis
Tanduk Antler

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
A. Susunan tubuh mamalia terdiri atas kepala, leher, badan, dan juga ekor. Perlu diketahui
juga bahwa mamalia merupakan hewan vertebrata (hewan yang memiliki tulang
belakang). Ciri ini bisa jadi menjadi ciri umum dari hewan mamalia yang tidak dimiliki
jenis hewan lainnya. Mamalia memiliki anggota gerak di bagian depan dan belakang.
Anggota gerak tersebut biasanya memiliki jari-jari dan juga kuku-kuku serta cakar.
Anggota gerak pada tubuh mamalia tersebut biasanya digunakan untuk berlari, menggali,
dan berenang. Ciri hewan mamalia selanjutnya adalah memiliki rambut. Rambut bisa
jadi menjadi ciri utama hewan mamalia yang tidak dimiliki oleh jenis hewan lainnya.
Mamalia memiliki rambut setidaknya dalam satu fase siklus hidup mamalia. Rambut-
rambut pada hewan mamalia tersebut akan tumbuh di kantong-kantong kulit yang
menghasilkan minyak pada kulit hewan tersebut. Kantong-kantong rambut tersebut
terletak dengan posisi yang miring, maka tidak heran jika rambut hewan mamalia akan
memiliki arah tertentu. Jika ada rambut yang berdiri, itu tidak lain karena ada otot di kulit
tersebut.

B. Ordo Marsupialia adalah hewan mamalia yang betinanya memiliki kantung (marsupium)
di bagian perutnya. Kantung ini digunakan sebagai tempat menyimpan anak yang baru
terlahir terutama yang lahir dalam keadaan prematur. Beberapa contoh hewan mamalia
yang termasuk ordo Marsupialia antara lain kangguru (Dendrolagus sp), opossum
(Didelphia marsupialia), kuskus (Phalanger sp), dan koala (Phascolarctus sp).

Ordo Insektivora, adalah golongan mamalia yang menjadikan serangga sebagai makanan
utamanya. Hewan ini juga dapat memakain cacing atau biji-bijian. Ciri hewan yang
masuk ordo ini adalah memiliki mata yang tertutup, memiliki cakar yang besar, dan
telapak kaki bagian depannya lebih lebar. Beberapa contoh hewan mamalia dalam ordo
ini antara lain Scalopus sp, Echinosorex albus, dan Scapanus sp.

Ordo Dermoptera, adalah hewan mamalia yang memiliki parasut berbulu (patagium) di
sela empat kakinya. Hewan dalam ordo ini umumnya merupakan contoh hewan herbivora
yang makan buah atau dedaunan. Contoh hewan di ordo ini misalnya Gakopithecus sp.

Ordo Chiroptera, adalah ordo mamalia yang dapat terbang, pada bagian kaki depan dan
belakang terdapat membran interdigital, walaupun ukuran kaki yang di belakang lebih
kecil. Biasanya mereka tergolong hewan nokturnal yang hanya aktif di malam hari.
Hewan ini suka makan buah dapat terbang dan mencari makan di malam hari (nocturnal).
Beberapa contoh hewan mamalia dalam ordo ini misalnya Desmodus sp (vampire),
Pteropus edulis (kalong Jawa), dan Myotes sp.

Ordo Primata, adalah hewan mamalia yang memiliki tangan besar dan jari sebagai
penunjang kebiasaannya dalam memanjat pohon, hewan yang termasuk herbivora,
karnivora, ataupun omnivore. Beberapa contoh hewan primata misalnya kera, orang utan,
monyet, dan lutung.

Ordo Rodentia, adalah hewan mamalia yang tidak mempunyai taring sehingga biasanya
mereka hidup sebagai pengerat. Hewan dalam ordo ini dicirikan dengan gigi seri yang
tebal dan besar, dapat hidup pada segala habitat Beberapa contoh di antaranya adalah
Rattus sp (tikus), Sciurus sp (tupai pohon), Erethyson sp (landak), Marmota sp (marmut),
dan Mus musculus (mencit).

Ordo Carnivora, adalah kelompok mamalia yang menjadikan daging sebagai


makanannya. Ciri hewan yang termasuk ordo ini adalah ia memiliki gigi taring yang
tajam dan cakar yang runcing sebagai alat untuk berburu dan mengoyak daging
mangsanya.
Beberapa contoh hewan mamalia dalam ordo ini antara lain Felis leo (singa), Canis lupus
(serigala), Felis tigris (harimau), Zalophus sp (singa laut), Eumetopias jubata (anjing
laut), Felis catus (tikus rumah), dan Canis familiaris (anjing).

Ordo Laghomorpha, adalah ordo mamalia pemakan tumbuhan. Contohnya kelinci


(Oryctologus cuniculus).

Ordo Cetacea, yang termasuk dalam golongan ordo ini adalah mamalia yang hidup di
laut. Contoh Dolphinus delvis (dolpin laut), Phalenoptera musculus (paus biru).

Ordo Proboscidea, yang masuk dalam golongan proboscidae adalah semua jenis gajah
yang ada di dunia. Contoh: Loxodonta africana (gajah Afrika), Elephas maximus (gajah
di India dan Indonesia).
C. Didalam mulut terdapat langit-langit atas yang keras dan bagian belakangnya lunak.
Kelenjar pencernaannya berupa 4 pasang kelenjar ludah, hati dan kantung empedu dan
pankreas. Dengan 2 lobus paru-paru masing-masing di dalam ruang pleura yang terpisah.
Terdapat laring yang beratap epiglottis sebagai alat suara. Terdapat 2 buah vena cava
anterior kiri dan kanan. Jantung beruang 4 dengan sekat sempurna. Sel darah merah tidak
berinti. Sepasang ginjal bertipe metanefros, bentuk seperti kacang kapri. Ruang ginjal
dengan kantung kemih dihubungkan oleh sepasang ureter. Urin keluar lewat lubang
urogentalis. Sistem saraf pusat: serebrum dan serebelum relatif besar, terdapat 12 pasang
saraf cranial Lubang genital dan anus terpisah. Hewan jantan mempunyai alat kopulasi
berupa penis. Tetis menghasilkan spermatozoid dan berada dalam saku skotum. Ovum
sanga kecil.
4.1 Diskusi Pembahasan

1. Bandingkan spesies yang anda amati dengan gambar literatur, Sistem klasifikasinya, deskripsi
singkat, habitat fungsi ekologis, dan karakter spesifik. (golongkan spesimen yang anda amati
berdasarkan familinya)
Jawab:
NO SPESIES FAMILIA
1. Mencit (Mus muculus) Muridae
2. Anjing laut (Phoca vitulina) Otariidae
3. Kelelawar (Micropteropus pusillus) Pteropudidae
4. Singa(Panthera leo) Felidae
5. Lemur catta Lemuridae
6. Kanguru (Macropus sp) Macropodidae
7. Monyet (Erythrocebus patas) Cercopithecidae

2. Apakah hewan pada spesies mamalia melakukan Molting? Jelaskan


Jawab :
Ya, sebagian besar hewan mamalia melakukan molting. Molting pada kasus mamalia
tidak lah semasif pada hewan avertebrata (dalam hal ini insekta dan crustacea yang memiliki
eksoskeleton) yaitu pada rambut, mamalia memiliki rambut yang disebut dengan rambut
mantel memiliki fungsi spesifik yaitu menunjang kemampuan termoregulasinya sendiri. Pada
sebagian besar mamalia memiliki molting yang bersifat periodik dan terjadi menyeluruh pada
rambut mantel. Pada hewan mamalia yang hidup di lingkungan 4 musim cenderung
melakukan molting pada musim tertentu yaitu musim semi dan pada musim, musim semi
hewan-hewan ini merontokkan rambutnya dan mengganti dengan rambut baru dan pada
musim gugur mereka menumbuhkan bulu yang relatif lebih tebal dari sebelumnya dengan
warna yang lebih gelap yang mungkin berguna untuk memaksimalkan penyerapan panas kala
suhu lingkungan semakin dingin (Hickman, 2008).

3. Jelaskan hubungan dari massa tubuh dan tingkat metabolisme pada mamalia!
Jawab:

Menurut Hickman tentang hubungan massa tubuh


dengan laju metabolisme adalah berbanding terbalik
yaitu semakin kecil tubuh suatu mamalia makan
semakin besar dan banyak makanan yang perlu
dikonsumsi.
Hal ini disebabkan laju metabolisme mamalia dan
karenanya jumlah makanan yang harus dimakan
untuk mempertahankan laju metabolisme ini
bervariasi dalam proporsi kasar terhadap luas permukaan relatif daripada berat badan
(Hickman, 2008).
Sel hewan eukariotik memliki volum yang relatif sama, dengan kata lain dalam kasus ukuran
sel singa dengan sel tikus adalah relatif sama, namun pada tikus ia harus lebih sering makan
karena tubuhnya kecil dan terbatas untuk menampung makanan yang ia makan sedangkan laju
metabolismenya adalah relatif sama dengan dengan singa yang bertubuh lebih besar. Tikus
harus terus menerus makan jika tidak laju metabolismenya akan terganggu dan dalam jangka
waktu lama akan menyebabkan kematian. Sedangkan pada singa hanya memerlukan satu kali
makan rusa dewasa untuk bertahan hidup 1 minggu selanjutnya. (Campbell, 2008)

4. Apa yang khas dari masing-masing berikut: Horn of bovids, Antlers of deer, dan horn of
Rhinos? Jelaskan siklus pertumbuhan dari jenis tanduk antler
Jawab :
 Horn of bovids merupakan tanduk sejati yang umumnya dimiliki oleh keluarga
bovidae (domba dan sapi) ciri tanduk tipe ini adalah berupa selubung berlubang
epidermis keratin yang merangkul inti tulang yang timbul dari tengkorak. Tanduk
sejati tidak bercabang (meskipun melengkung), tumbuh terus menerus, dan dimiliki
oleh individu jantan dan betina (Hickman, 2008).
 Antlers of deer secara struktural dan histologisnya hampir mirip dengan tanduk sejati
bovids namun perbedaannya bagian keratin yang memiliki cabang dua dan bercabang
setiap tahun (tanduk tumbuh dan patah setiap tahunnya dan memiliki siklus
pertumbuhan tertentu yang spesifik di tiap spesiesnya) secara umum hanya individu
jantan yang memilki tanduk tipe ini (Hickman, 2008).
 Horn of Rhinos atau tanduk pada badak terdiri dari filamen keratin seperti rambut
yang muncul dari papila dermal yang menyatu tetapi tidak melekat pada
tengkoraknya. Tanduk ini dimiliki individu jantan dan betina (Hickman, 2008).

Berikut adalah siklus pertumbuhan tahunan tanduk


antler pada rusa:
a. Tanduk mulai tumbuh pada akhir musim semi,
distimulasi oleh gonadotropin hipofisis.
b. Tulang tumbuh sangat cepat dan dihentikan
dengan kenaikan cepat produksi testosteron oleh
testis.
c. Kulit (beludru) mati dan mengelupas.
d. level testosteron memuncak selama musim kawin
musim gugur. Tanduk luruh pada Januari karena
kadar testosteron menurun.
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, B. 2010.Tumbuhan Dengan Kandungan Senyawa Aktif Yang Berpotensi Sebagai Bahan
Antifertilitas. . Jakarta : Adabia Press

Animalia. 2019. http://animalia.bio/patas-monkey. Diakses pada tanggal 2 Desember 2019.

Beddard, F.E. 2019. Mammalia. Order V Sirenia. London, MacMillan : 333-338.


Berg, 2002. Harbour Seal (Phoca vitulina) Diet in Vester» len, North Norway.
www.tandoffline.com. dikases pada Tanggal 3 Desember 2019

Barnett, R., Shapiro, B., Barnes, I., Ho, S. Y. W., Burger, J., Yamaguchi, N., Cooper, A.
(2009). Phylogeography of lions (Panthera leo ssp.) reveals three distinct taxa and a
late Pleistocene reduction in genetic diversity. Molecular Ecology, 18(8) : 1668–1677.
https://doi.org/10.1111/j.1365-294X.2009.04134

Campbell, N. A. & J. B. Reece. (2008). Biologi, Edisi Kedelapan Jilid 3. Terjemahan:


Damaring Tyas Wulandari. Jakarta: Erlangga.

Cat Specialist Group 2001. "Panthera leo" (On-line). 2001 IUCN Red List of Threatened
Species. Accessed December 02, 2019

http://www.redlist.org/search/details.php?species=15951

Cascini, M., Mitchell, K.J., Cooper, A. and Phillips, M.J., 2018. Reconstructing the evolution
of giant extinct kangaroos: comparing the utility of DNA, morphology, and total
evidence. Systematic biology, 68(3), pp.520-537.

Cawthon lang, K. 2005. "Ring-tailed lemur (Lemur catta) Taxonomy, Morphology, & Ecology"
(On-line). Primate Info Net. Accessed December 02, 2019
at http://pin.primate.wisc.edu/factsheets/entry/ring-tailed_lemur

Chamoli, U., Umali, J., Kleuskens, M.W., Chepurin, D. and Diwan, A.D., 2019. Morphological
characteristics of the kangaroo lumbar intervertebral discs and comparison with other
animal models used in spine research. European Spine Journal, pp.1-11.

Cunningham, F. G. 2006. Obstetri Williams Volume I. EGC. Jakarta.

Couzens, A. and Prideaux, G., 2018. Rapid Pliocene Diversification of Modern


Kangaroos. bioRxiv, p.323717.

Duellman, W.E. and Trueb, l. 2004. Biology of Mammalia. McGraw-Hill Book Company.
Encyclopedia. Ontario: Firefly Books.
Dima, A. F. 2012. Mamalia adalah Kelompok Khusus Hewan dengan Kombinasi
Karakteristik yang Memisahkan Mereka dari Semua Hewan Lain.
http://www.scribd.com. Diakses pada tanggal 3 Desember 2019

Dunston, E. J., Abell, J., Doyle, R. E., Kirk, J., Hilley, V. B., Forsyth, A., ... Freire, R. (2016).
An assessment of African lion Panthera leo sociality via social network analysis:
prerelease monitoring for an ex-situ reintroduction program. Current Zoology,
zow012. https://doi.org/10.1093/cz/zow012

Elton, S., Jansson, A.U., Meloro, C., Louys, J., Plummer, T. and Bishop, L.C., 2016. Exploring
morphological generality in the Old World monkey postcranium using an
ecomorphological framework. Journal of anatomy, 228(4), pp.534-560.

Emura, S., 2016. Morphology of the lingual papillae in the eastern grey kangaroo. Okajimas
folia anatomica Japonica, 93(2), pp.53-57

Gould, E. 1955. The feeding efficiency of insectivorous bats. Journal Mammal. 36:399-407.

Groves, C.P.. Wilson, D.E.; Reeder, D.M., 2015. Mammal Species of the World: A
Taxonomic and Geographic Reference (edisi ke-3). Baltimore: Johns Hopkins
University Press. hlm. 64 & 66. ISBN 0-801-88221-4. OCLC 62265494.

Greggor, A. L., Berger-Tal, O., Blumstein, D. T., Angeloni, L., Bessa-Gomes, C., Blackwell,
B. F., … Sutherland, W. J. (2016). Research Priorities from Animal Behaviour for
Maximising Conservation Progress. Trends in Ecology & Evolution, 31(12), 953–964.
https://doi.org/10.1016/j.tree.2016.09.001

Hickman, Larry, Susan, Allan, Helen, dan David. (2008). Integrated Principles of

Zoology: Fourteenth Edition. New York: McGraw Hill

Hylsandy, N. Sofia, E. R., Sigit, W. . 2015 KEANEKARAGAMAN KELELAWAR DI


KAWASAN UNIVERSITAS NEGERI MALANG (Diversity of Bats in Region
State University of Malang). Jounal mamalia.

Indriawati, S. E. 2017. Keanekaragaman Hewan Koordata rendah. Malang: Universitas Negeri


Malang. Jurusan Biologi.
Lu, F.C. 1995. Toksikologi Dasar, Asas, Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi II.
Penerbit UI. Jakarta. p.155-157.
John. 2019. https://unsplash.com/photos/2f33ykzzPCU. Diakses pada tanggal 2 Desember
2019.

Muna, L., O.P. Astirin., dan Sugiyarto. 2011. Uji Teratogenik Ekstrak Pandanus conoideus
Varietas Buah Kuning Terhadap Perkembangan Embrio Tikus Putih(Rattus
norvegicus).Nusantara Bioscience. 2. pp 126-134.

Murwanti, R., E. Meiyanto, A. Nurrochmad, and S.A. Kristina, 2004. Efek Ekstrak Etanol
Rimpang Temu Putih (Curcuma zedoria Rosc.) terhadap Pertumbuhan Tumor Paru
Fase Post Inisiasi pada Mencit Betina Diinduksi Benzo(a)piren. Majalah Farmasi
Indonesia, 15(1):7-12.

Myers, P., R. Espinosa, C. S. Parr, T. Jones, G. S. Hammond, and T. A. Dewey. 2019. The
Animal Diversity Web (online). Accessed at https://animaldiversity.org

Nakagawa, E., 2009. Growth variation in skull morphology of Kuril harbor seals (Phoca
vitulina). http://www.ncbi.nlm.nih.gov. Diakses pada tanggal 3 Desember 2019

Packer, C., A. Pusey. 2001. Egalitarianism in Female African Lions.

Prawirohardjo, S. 2008. Obat Pada Perempuan Hamil dan Janinnya pp.6780 dan Plasenta dan
Cairan Amnion pp. 148-156. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka

Roux, D. 2011. A High-Resolution Anatomical Atlas of the Transcriptomein the Mouse


Embryo. JPLOS Bio. 9 (1).

Sadler, T.W. 2000. Embriologi Kedokteran Langman Ed. 7 : Masa Embriogenik. Jakarta :
EGC.

Sauther, M. 2012. "Ring-tailed Lemur (Lemur catta)" (On-line). Wildscreen Arkive.

Somala, L. 2006. Sifat Reproduksi Mencit (Mus musculus) Betina yang Mendapat Pakan
Tambahan Kemangi (Ocimum basilicum) Kering. Skripsi. Program Studi Teknologi
Produksi Ternak Fakultas Peternakan, Bogor : Institut Pertanian Bogor..

Suyanto, A. 2001. Seri Panduan Lapangan :Kelelawar di Indonesia. Bogor :Balai Penelitian
dan Pengembangan Zoologi.
Suyanto, A. 2003. Kelelawar Pemakan Buah dari Taman Nasional Gunung Halimun. Zoo
Indonesia, 5 (2): Hal 31-40.

Suyanto, A. 2011. Kelelawar di Indonesia. Puslitbang Biologi – LIPI. Hal.7-10.


Trumble, Sj., 2002. Blood Chemistry, Hematology, andMorphology of Wild Harbor Seal.
http://www.jstor.org. Diakses pada tanggal 3 Desember 2019

Urban, M., P. West. 2002. "Lion Research Center" (On-line). Accessed December 02, 2019
at http://www.lionresearch.org/

Wilson, D., E. Hanlon. 2010. Lemur Catta (Primates: Lemuridae). Mammalian Species, 42
(854): 58-74. Accessed December 02, 2019

at http://www.mammalsociety.org/uploads/Wilson%20and%20Hanlon%202010.pdf

Anda mungkin juga menyukai