Anda di halaman 1dari 14

METABOLISME NITROGEN PADA TANAMAN FAMILIA

LEGUMINOCEAE

Oleh :
M. Hamzah Al Farauq.M B1A019102
Marlina Yoga Prihastina B1A019104
Fenti Rizki Tania B1A019120
Khilwa Najakha B1A019139
Adibah Ulumi Arsy B1A019145
Izza Alliandra Nadira Suyatno B1A019148
Rombongan : C2
Kelompok :1
Asisten : Balqis Fiqhi Hanni

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN I

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2020
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tumbuhan Leguminecaae merupakan tumbuhan dikotil, lebih dikenal


masyarakat sebagai kacangkacangan. Berbagai jenis tumbuhan legum adalah
kacang kedelai, kacang panjang, kacang kapri, buncis, kacang tolo, kacang
gude, bengkuang, kacang hijau, kacang merah, kacang tanah (Primiani &
Pujiati, 2017). Tanaman famili leguminosae termasuk yang paling banyak di
alam, yaitu sekitar 19.000 spesies. Keberhasilannya hidup di alam disebabkan
oleh kemampuannya bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium yang mampu
memfiksasi nitrogen atmosfer, dengan membentuk organ yang disebut nodul
akar. Nodul akar ini merupakan tempat terjadinya fiksasi nitrogen dan dikenal
dengan symbiotic nitrogen fixation (SNF). Symbiotic nitrogen fixation sangat
sensitif terhadap gangguan metabolisme dan lingkungan seperti gugurnya
daun, kekeringan, gelap yag terus-menerus, pemupukan nitrat, cekaman suhu
dan salinitas. Beberapa tipe cekaman dapat menurunkan permeabilitas nodul
terhadap oksigen dengan menghambat aktivitas nitrogenase secara tidak
langsung, karena turunnya aktivitas respirasi nodul (Sugiyarto, 2015).
Menurut Salisbury dan Ross (1995), penambatan nitrogen sebenarnya
adalah reaksi reduksi N2 menjadi NH4+, yang mana sejauh ini diketahui
bahwa reaksi ini hanya dapat dilakukan oleh mikroorganisme prokariot.
Reaksi keseluruhan penambatan N adalah sebagai berikut:
N2 + 8e + 16ATP + H2O  2 NH3 + H2 + 16ATP + 16pi + 8H+
Reaksi tersebut memerlukan elektron dan proton serta banyak
molekul ATP yang dapat diperoleh dari oksidasi piruvat. Dalam reaksi
oksidasi piruvat tersebut, dihasilkan asetil fosfat yang dengan adanya
adenisin difosfat (ADP) membentuk ATP. Disamping itu, oksidasi piruvat
juga menyebabkan reduksi sebuah protein yang disebut feredoksin. Menurut
Rao (1994), feredoksin secara alami ditemukan pada protein pembawa
elektron yang mengandung besi belerang (Fe-S) yang dapat melakukan
oksidasi-reduksi secara bolak-balik. Protein ini banyak diisolasi dari bakteri
Clostridium pasteeurianum, Azotobacter vinelandii, daan Bacillus
polymyxa. Pada reaksi reduksi feredoksin ini piruvat mentransfer elektron
yang bergabung dengan 2H+ kemudian ditransfer pada feredoksin dengan
bantuan enzim hidrogenase sebagai katalisator.
Lebih lanjut Rao (1994), menjelaskan bahwa selain pentingnya
elektron dan proton serta ATP dalam proses reduksi N2 menjadi NH4+. Dalam
reaksi ini juga diperlukan enzim nitrogenase yang berfungsi sebagai
katalisator. Nitrogenase terdiri dari dua protein, yakni protein Fe dan protein
Fe-Mo. Protein Fe mempunyai 4 atom besi di kelompok Fe4S4, sedangkan
protein Fe-Mo mengandung 2 atom molybdenum dan 28 atom besi.
Reaksi penambatan nitrogen dimulai ketika nitrogenase menerima
elektron dari feredoksin tereduksi, sehingga protein Fe menjadi tereduksi.
Selanjutnya protein Fe membawa elektron ke protein Fe-Mo disertai katalisis
ATP menjadi ADP dan Pi. Protein Fe-Mo kemudian meneruskan
pengangkutan elektron menuju proton untuk membentuk 2NH4 dan satu H2.
Rhizobia masuk ke dalam akar melalui rambut akar dan retakan di
jaringan epidermis akar (Oldroyd dan Downie, 2008). Perkembangan bintil
akar mulai terjadi saat sel korteks terangsang membelah secara mitotik
membentuk calon bintil yang diikuti oleh masuknya bakteri rhizobia ke
dalam sel-sel tersebut (Purwaningsih et al., 2012). Meristem bintil akar yang
terbentuk kemudian berkembang menjadi jaringan yang berbeda. Bintil akar
yang telah berkembang sempurna menunjukkan 2 tipe jaringan utama yang
mudah dikenali, yaitu jaringan pusat dan jaringan perifer (Nap dan Bisseling,
1990). Jaringan perifer terdiri dari korteks dan endodermis, selain itu
parenkim juga terbentuk (berisi bundel vascular) yang menghubungkan bintil
dengan stele.
Bintil akar legum terdiri dari dua jenis berdasarkan periode
pertumbuhan bintil, yaitu bintil indeterminate dan determinate. Bintil
determinate berbentuk bulat sedangkan indeterminate memiliki sumbu dan
memanjang dengan meristem pada bagian apikal dari bintil (Puppo et al.,
2005). Jaringan pusat pada bintil akar memiliki karakteristik yang khas.
Jaringan pusat pada bintil tipe indeterminate memiliki 3 zona perkembangan
yang dapat dibedakan. Pada zona invasi yang berbatasan dengan meristem,
terjadi pelepasan bakteri dari benang infeksi yang terus menginfeksi sel-sel
baru. Sekitar setengah dari sel-sel ditembus oleh benang infeksi dan sebagian
sel tetap tidak terinfeksi. Zona invasi diikuti oleh zona simbiotik awal dimana
sel-sel tanaman memanjang dan bakteri berproliferasi. Pada zona simbiotik
akhir, sel-sel yang telah terinfeksi sepenuhnya diisi oleh bakteri yang
memiliki bentuk khas disebut bakteroid. Fiksasi nitrogen berlangsung pada
zona simbiotik akhir. Pada bintil akar yang sudah tua, zona keempat
terbentuk, saat sel tanaman dan bakteroid mengalami degenerasi (Ferguson et
al., 2010).

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum metabolisme nitrogen pada tanaman familia


Leguminoceae adalah untuk mengetahui aktivitas metabolisme nitrogen pada
tanaman familia Leguminoceae.
II. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat yang digunakan pada praktikum acara metabolisme nitrogen


pada tanaman familia Leguminoceae yaitu penggaris, alat tulis, dan gunting.
Bahan yang digunakan pada praktikum acara metabolisme nitrogen pada
tanaman familia Leguminoceae yaitu 3 tanaman Leguminoceae.

B. Metode

Dipilih 3 tanaman Tanaman dipisahkan Tanaman dan


familia dengan tanah dan bintilnya diamati
Leguminoceae yang akar dibersihkan
ada di sekitar rumah dengan air
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 3.1 Hasil Pengamatan Bintil Akar pada Tanaman Leguminoceae


Bintil Akar
Tanaman AKTIF TIDAK AKTIF
Ukuran Bentuk
Leguminocea
Tanaman Bintil Jumlah Warna Diameter JumlahJumlah Diameter
e
Putri Putri
Putri malu
Lonjon malu Lonjon malu
(Mimosa
g dan (Mimosa g dan (Mimosa
pudica) 38 cm 30 38 cm 30
bulat pudica) bulat pudica)

Kacang Kacang
Kacang tanah tanah tanah
(Arachis (Arachis (Arachis
hypogaea L.) 62 cm Bulat - hypogae 62 cm Bulat - hypogae
a L.) a L.)

Putri Putri
Putri malu
Lonjon malu Lonjon malu
(Mimosa
32 cm g dan 16 (Mimosa 32 cm g dan 16 (Mimosa
pudica)
bulat pudica) bulat pudica)

Gambar 3.1 Tanaman Putri Malu (Mimosa pudica)

Gambar 3.1 Tanaman Putri


Malu (Mimosa pudica)

Gambar 3.2 Bintil pada


Gambar 3.5 Tanaman Putri Gambar 3.6 Bintil pada
Malu (Mimosa pudica) Tanaman Putri Malu
(Mimosa pudica)
B. Pembahasan

Pengamatan hasil akar pada tanaman Leguminoceae adalah pertama


pada tanaman putri malu (Mimosa pudica) yang berukuran 38 cm memiliki
bintil akar aktif sebanyak 30 buah dengan rata-rata diameter 0,28 cm dan
berwarna merah muda dan mempunyai bintil akar tidak aktif sebanyak 5 buah
dengan rata-rata diameter 0,23 cm dan berwarna putih. Bentuk bintil pada
putri malu ini berbentuk lonjong dan bulat. Lalu tanaman kacang tanah
(Arachis hypogaea L.) yang berukuran 62 cm tidak mempunyai bintil akar
aktif dan mempunyai bintil tidak aktif sebanyak 56 buah yang berwarna putih
dengan rata-rata diameter adalah 0,3 cm. Tanaman Leguminoceae yang
ketiga adalah tanaman putri malu (Mimosa pudica) yang berukuran 32 cm
memiliki bintil akar aktif sebanyak 16 buah dengan rata-rata diameter 0,21
cm dan berwarna merah muda dan mempunyai bintil akar tidak aktif
sebanyak 7 buah dengan rata-rata diameter 0,22 cm dan berwarna putih.
Bentuk bintil pada putri malu ini berbentuk lonjong dan bulat.
Bintil akar dibentuk oleh bakteri Rhizobium japonicum saat tanaman
masih muda yaitu setelah terbentuk rambut akar pada akar utama atau pada
akar cabang. Bintil akar terbentuk akibat rangsang pada permukaan akar yang
menyebabkan bakteri dapat masuk ke dalam akar dan berkembang dengan
pesat di dalamnya. Bintil akar berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan
dan kesuburan tanaman. Selain itu juga dapat menyuburkan tanah karena
dapat menghemat penggunaan NH3 yang tersedia ditanah dan penyediaan
unsur nitrogen ke tanah.
Berdasarkan hasil pengamatan bahwa semakin besar atau semakin
banyak bintil akar yang terbentuk maka akan semakin besar nitrogen yang
ditambat, begitu pun sebaliknya. Hal ini sesuai dengan referensi menurut
Gardner et al., 1991 bahwa nitrat yang jumlahnya meningkat di dalam tanah
meningkatkan penyerapan oleh akar akan nitrogen sehingga akan
menghambat transkripsi gen nitrogenase. Transkripsi ini menyebabkan
terhambatnya biosintesis enzim nitrogenase sehingga aktivitas nitrogenase
menurun dan terjadi penurunan penambatan nitrogen bebas dan menurunkan
persentase bintil akar efektif. Persentase bintil akar efektif pada tiap
perlakuan ada hubungannya dengan aktivitas penambatan N dan hal ini ada
kaitanya dengan kandungan leghemoglobin yang ditunjukan dengan warna
kemerah-merahan pada bintil akar yang efektif (Gardner et al., 1991). Jumlah
leghemoglobin di dalam bintil memilki hubungan langsung dengan jumlah
nitrogen yang difiksasi oleh bintil akar. Leghemoglobin mengatur pemasukan
oksigen ke bakteroid. Nitrat yang ada di dalam tanah bila di absorbsi ke
dalam bintil akar maka akan direproduksi menjadi nitrat yang selanjutnya
membentuk senyawa N0 di dalam leghemoglobin sehingga mencegah
pengikatan leghemoglobin dengan O2 dan menghambat proses penambatan
N2 yang kemudian menurunkan persentase bintil akar efektif.
Leguminose tergolong kelompok Fabaceae atau leguminoceae.
Tanaman leguminose terdiri dari hampir 20.000 spesies yang tergabung
dalam 750 genus. Hanya sekitar 3.500 spesies tanaman leguminose yang
diketahui menambat N2 (Moreira, 2007). Dan hanya 15 % spesies yang sudah
diuji kemampuannya untuk bersiombiosis dengan rhizobia (Allen, 1981).
Leguminose memiliki fungsi ekologis dan ekonomis yang penting karena
merupakan salah satu kelompok fungsional dalam memelihara kesuburan
tanah suatu ekosistem dan sumber protein bagi manusia dan ternak serta
bahan kayu yang berkualitas. Fiksasi N2 dari atmosfer merupakan proses
biologi terpenting kedua setelah fotosintesis. Dalam proses tersebut terjadi
reduksi gas N2 menjadi 2 molekul ammonia yang dilakukan oleh mikroba
yang memiliki enzim nitrogenase. Fiksasi N2 dapat terjadi secara simbiosis
antara tanaman legume dengan rhizobia penambat N2. Proses tersebut dapat
menyumbangkan lebih dari 100 juta m3 ton N per tahun dan memenuhi 66 %
kebutuhan nitrogen untuk lahan pertanian. Penambatan N2 melalui tanaman
leguminose hanya terjadi di dalam bintil akar efektif yang mengandung
bakteroid rhizobium. Tanaman leguminose yang tidak membentuk bintil akar
atau memiliki bintil akar yang tidak efektif tidak dapat menambat N2. Bintil
akar efektif terbentuk apabila perakaran tanaman leguminose diinfeksi oleh
spesies rhizobium yang sesuai secara genetik. Jumlah spesies Rhizobium
yang telah dikenal selama ini terdiri dari 16 spesies yang tergolong ke dalam
4 genus Pembentukan bintil akar dikendalikan oleh gen nod A, B, C, dan D
yang terdapat pada seluruh Rhizobia, sedangkan gen yang menyandi
kesesuaian rhizobia dengan inang.
Sebagian besar nitrogen yang terdapat di dalam organisme hidup
berasal dari penambatan (reduksi) oleh mikroorganisme prokariot, sebagian
di antaranya terdapat di akar tumbuhan tertentu, atau dari pupuk kimia secara
industri. Sebagian kecil nitrogen juga masuk ke tanah dari atmosfer dalam
bentuk ion amonium (NH4+) dan nitrat (NO3-) bersama hujan dan kemudian
diserap akar (Salisbury dan Ross, 1995).
Pembentukan bintil akar terjadi antara 7-14 hari setelah
perkecambahan dengan membentuk akar rambut pada akar primer dan
sekunder (Gardner et al., 1991; Salisbury dan Ross, 1995). Akar
mengeluarkan senyawa triptofan yang menyebabkan bakteri berkembang
pada ujung akar rambut. Triptofan diubah oleh rhizobium menjadi IAA
(Indole Acetic Acid) yang menyebabkan akar membengkok karena adanya
interaksi antara akar dengan rhizobium. Kemudian bakteri merombak dinding
sel akar tanaman sehingga terjadi kontak antara keduanya. Benang infeksi
terbentuk, yang merupakan perkembangan dari membran plasma yang
memanjang dari sel terinfeksi. Setelah itu rhizobium berkembang di dalam
benang infeksi yang menjalar menembus sel-sel korteks sampai parenkim. Di
dalam sel kortek, rhizobium dilepas di dalam sitoplasma untuk membentuk
bakteroid dan menghasilkan stimulan yang merangsang sel korteks untuk
membelah. Pembelahan tersebut menyebabkan proliferasi jaringan,
membentuk struktur bintil akar yang menonjol sampai keluar akar tanaman,
yang mengandung bakteri rhizobium.
Jumlah N2 yang difiksasi oleh asosiasi leguminosa sangat bervariasi,
tergantung pada jenis leguminosa, kultivar, spesies dan galur (strain)
bakterinya (Gardner et al., 1991). Kemampuan penambatan N secara biologis
untuk mengkonversi N2 menjadi N organik adalah sangat substansial, sering
mencapai 100 kg ha-1 tahun-1 yang lebih dari cukup untuk mempertahankan
kebutuhan N dan mengganti N yang hilang (Vitousek et al., 2002).
Kemampuan tanaman leguminosa untuk menambat nitrogen sangat
bervariasi. Pada kondisi lingkungan yang ideal dengan bintil akar yang baik
tanaman kedelai dapat memperoleh sumbangan N hasil penambatan N2 oleh
bakteri Rhizobium setara dengan 65-115 kg N ha-1 tahun-1 (Alexander,
1977).
Nitrogen merupakan suatu unsur hara esensial yang dibutuhkan
tanaman dalam jumlah banyak, yang berfungsi sebagai penyusun protein dan
penyusun enzim. Tanaman memerlukan suplai nitrogen pada semua tingkat
pertumbuhan, terutama pada awal pertumbuhan, sehingga adanya sumber N
yang murah akan sangat membantu mengurangi biaya produksi. Jika unsur
nitrogen terdapat dalam keadaan kurang, maka pertumbuhan dan produksi
tanaman akan terganggu (Armiadi, 2009). Faktor-faktor yang dapat
meningkatkan penambatan nitrogen antara lain faktor lingkungan dan faktor
genetik. Faktor lingkungan mencakup kelembapan yang cukup, suhu hangat,
sinar matahari yang terang, dan konsentrasi Co 2 yang tinggi. Faktor genetik
mencakup proses penegenalan yang dikendalikan secara genetis antara
spesies bakteri dan spesies atau varietas tumbuhan kacangan dan kemampuan
nitrogenase dari semua organisme untuk mereduksi H, dan persaingan dengan
N 2 serta tahap pertumbuhan. Pada dasarnya jumlah terbesar yang ditambah
oleh tumbuhan asli tahunan dan tumbuhan kacangan pada pertumbuhan
adalah saat perkembangan reproduksi.
Penambatan nitrogen oleh adanya simbiose antara tanaman
leguminosa dan bakteri tanah Rhizobia, telah berlangsung lama, dan sangat
penting dalam fungsi ekosistem. Sejumlah besar kebutuhan nitrogen
disumbang oleh simbiose ini yang mampu mereduksi dinitrogen menjadi
bentuk organik. Tanaman leguminosa baik herba maupun perdu/pohon
mempunyai kemampuan mengikat N2 udara (bentuk N yang tidak tersedia
bagi tanaman) dan mengubahnya menjadi bentuk N yang tersedia bila
bersimbiose dengan bakteri Rhizobium. Hubungan antara bakteri dengan
tanaman leguminosa pada umumnya bersifat mutualistik, tetapi strain
rhizobia mempunyai efektivitas yang berbeda. Simbiosis ini merupakan
proses yang komplek yang dipengaruhi oleh faktor biotik maupun faktor
lingkungan. Usaha memanipulasi faktor-faktor yang terlibat secara optimal
akan dihasilkan fiksasi N yang optimal pula. Interaksi tanaman inang dan
bakteri Rhizobium bervariasi, dari yang moderat sampai yang spesifik,
sehingga perlu diidentifikasi kombinasi antara spesies dan rhizobium yang
superior mengikat N2 (Simms dan Taylor, 2002).
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa dalam
proses tersebut terjadi reduksi gas N2 menjadi 2 molekul ammonia yang dilakukan
oleh mikroba yang memiliki enzim nitrogenase. Fiksasi N2 dapat terjadi secara
simbiosis antara tanaman legume dengan rhizobia penambat N2. Proses tersebut
dapat menyumbangkan lebih dari 100 juta m3 ton N per tahun dan memenuhi 66%
kebutuhan nitrogen untuk lahan pertanian. Penambatan N2 melalui tanaman
leguminose hanya terjadi di dalam bintil akar efektif yang mengandung bakteroid
rhizobium. Tanaman leguminose yang tidak membentuk bintil akar atau memiliki
bintil akar yang tidak efektif tidak dapat menambat N2. Bintil akar efektif terbentuk
apabila perakaran tanaman leguminose diinfeksi oleh spesies rhizobium yang sesuai
secara genetik.
DAFTAR PUSTAKA

Alexander, M. 1977. Introduction to Soil Microbiology. 2nd Edition. John Wiley and
Sons; New York-Chichaster-Brisbane-Toronto-Singapore. 472 pp.

Armiadi., 2009. Penambatan Nitrogen secara Biologis pada Tanaman Leguminosa.


Bogor : Balai Penelitian Ternak.

Ferguson, B. J., A. Indrasumunar, S. Hayashi, M. Lin, Y. Lin, D. E. Reid and P. M.


Gresshoff. 2012. Molecular analysis of legume nodule development and
autoregulation. Journal of Integrative Plant Biology, 52 (1): 61-76.

Gardner, F. P., Pearce, R. B dan Mitchell, R. L. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.


UI Press. Jakarta.

Gardner, F.P., R.B. Pearce and R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Diterjemahkan oleh: Susilo, H. dan Subiyanto. Penerbit Universitas
Indonesia, Jakarta. 428 hlm.

Moreira, F.M. D.S. 2007. Soil biodiversity: genetic resources to enhance nitrogen
fixation in agriculture and forestry. Lotus Newsletter. Vol : 37(3): 112-113.

Oldroyd, G. E. D. and J. A. Downie. 2008. Coordinating nodule morphogenesis with


Rhizobial infection in legumes. Annual Review of Plant Biology, 59(1):519 –
546.

Puppo, A., K. Groten, F. Bastian, R. Carzaniga, M. Soussi, M. M. Lucas, M. R. de


Felipe, J. Harrison, H. Vanacker and C. H. Foyer. 2005. Legume nodule
senescence: roles for redox and hormone signaling in the orchestration of the
natural aging process. New Phytologist, 165 (3): 683-701.

Purwaningsih, O., D. Indradewa, S. Kabirun dan D. Siddiq. 2012. Tanggapan


tanaman kedelai terhadap inokulasi Rhizobium. Agrotop, 2 (1): 5-32.

Rao, N. S. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Jakarta: UI


Press.

Salisbury, F.B. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Terjemahan dari: Plant
physiology.Penerjemah: Lukman, D.R. dan Sumaryono. Penerbit ITB,
Bandung.

Salisbury, F. B. dan Ross, C. W. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3 (diterjemahkan


oleh Dian Lukman). Penerbit ITB.Bandung.

Simms, E.L., and Taylor D.L., 2002. Partner Choice in Nitrogen-fixation Mutualisms
of Legumes and Rhizobia. Journal Integrative and Comparative Biology.
Vol. 42 (2) : 369 – 380.

Sugiyarto, L. 2015. Faktor Nod sebagai Sinyal Nodulasi untuk Fiksasi N2 pada
Tanaman Legum pp : 1-10.
Vitousek,P.M.,K.Cassman,C.Cleveland,T.Crews,C.B.Field,N.B.Grimm,R.W.Howart
h,R.Marino, L.Martinelli,E.B. Rastetter and J.I. Sprent. 2002. Towards an
ecological understanding of biological nitrogen fixation. Biogeochemistry
57/58: 1 – 45.

Anda mungkin juga menyukai