Disusun oleh :
Alief Sella Fitri N. N (180342618033)
Desvita Risa (180342618008)
Nur Sulistyowati (1803426180 )
Sherin Vinca (180342618031)
Wahyu Nengsih (1803426180 )
E. Prosedur Kerja
1. Analisis vegetasi metode garis
Individu yang menyentuh garis transek baik yang terletak di atas maupun di
bawah garis tersebut merupakan jenis yang diamati dan dicatat datanya.
Data yang tercatat dari masing-masing individu itu adalah berupa pengukuran
panjang transek yang terpotong dan lebar maksimum tajuk tumbuhan yang
diproyeksikan kedalam transek.
Untuk individu yang terukur yang tidak dikenal di lapangan, maka harus
diidentifikasi dilaboratorium. Untuk hal ini harus diambil contoh herbarium.
Dilanjutkan dengan mencari indeks nilai penting dari setiap jenis tumbuhan
Disusun pada tabel dengan ketentuan bahwa tumbuhan yang nilai pentingnya tertinggi
diletakkan pada tempat teratas
Diberi nama vegetasi berdasarkan dua jenis/spesies yang memiliki nilai penting
terbesar
Tabel 3. Kerapatan
No Spesies Plot (cm) Total
1 2 3
.
1. Oxalis sp. 17 18 6 41
2. Peperonica 10 6 2 18
pellucida
3. Emilia sonchifora 15 43 18 36
4. Brachiaria sp. 19 - - 19
5. Centella sp. 17 5 - 22
6. Phyllanthus sp. 25 - - 25
7. Pennisetum sp. 29 39 28 124
8. Isotoma longiflora 7 - - 7
Jumlah 334
Tabel 4. Dominansi
No Spesies Plot (cm) Total
1 2 3
.
1. Oxalis sp. 17 18 6 41
2. Peperonica 10 6 2 18
pellucida
3. Emilia sonchifora 15 43 18 36
4. Brachiaria sp. 19 - - 19
5. Centella sp. 17 5 - 22
6. Phyllanthus sp. 25 - - 25
7. Pennisetum sp. 29 39 28 124
8. Isotoma longiflora 7 - - 7
Jumlah 334
Tabel 5. Analisis Vegetasi Metode Garis
No Spesies FM FR KM KR DM DR INP Rank
.
1. Oxalis sp. 1 15,78% 0,177 12,32% 0,122 12,26 40,36% 3
%
2. Peperonica 1 15,78% 0,006 5,40% 0,053 5,32% 26,5% 5
pellucida
3. Emilia 1 15,78% 0,253 22,75% 0,227 22,81 61,34% 2
sonchifora %
4. Brachiaria sp. 0,334 5,27% 0,063 5,67% 0,056 5,62% 16,56% 7
5. Centella sp. 1,334 21,05% 0,073 6,57% 0,066 6,63% 34,25% 4
6. Phyllanthus sp. 0,334 5,27% 0,083 7.46% 0,074 7,43% 20,16% 6
7. Pennisetum sp. 1 15,78% 0,421 37,77% 0,377 37,89 91,44% 1
%
Keterangan :
a) Frekuensi mutlak (FM)
jumlah plot yang memut spesies
FM =
jumlah plot
Frekuensi mutlak (Oxalis sp.) =
Frekuensi mutlak (Peperonica pellucida) =
Frekuensi mutlak (Emilia sonchifora) =
Frekuensi mutlak (Brachiaria sp. ) =
Frekuensi mutlak (Centella sp.) =
Frekuensi mutlak (Phyllanthus sp.) =
Frekuensi mutlak (Pennisetum sp.) =
Frekuensi mutlak (Isotoma longiflora) =
b) Dominasi Relatif
dominasi spesies( x)
DR = x 100%
dominasitotal
Dominasi relatif (Oxalis sp.) =
Dominasi relatif (Peperonica pellucida) =
Dominasi relatif (Emilia sonchifora) =
Dominasi relatif (Brachiaria )=
Dominasi relatif (Centella sp.) =
Dominasi relatif (Phyllanthus sp.) =
Dominasi relatif (Pennisetum sp.) =
Dominasi relatif (Isotoma longiflora) =
c) Frekuensi Relatif
frekuensi mutlak spesies( x )
FR = x 100%
total frekuensi mutlak
Frekuensi relatif (Oxalis sp.) =
Frekuensi relatif (Peperonica pellucida) =
Frekuensi relatif (Emilia sonchifora) =
Frekuensi relatif (Brachiaria sp. )=
Frekuensi relatif (Centella sp.) =
Frekuensi relatif (Phyllanthus sp.) =
Frekuensi relatif (Pennisetum sp.) =
Frekuensi relatif (Isotoma longiflora) =
d) Dominasi Relatif
dominasi spesies( x)
DR = x 100%
dominasitotal
Dominasi relatif (Oxalis sp.) =
Dominasi relatif (Peperonica pellucida) =
Dominasi relatif (Emilia sonchifora) =
Dominasi relatif (Brachiaria sp.) =
Dominasi relatif (Centella sp.) =
Dominasi relatif (Phyllanthus sp.) =
Dominasi relatif (Pennisetum sp.) =
Dominasi relatif (Isotoma longiflora) =
e) INP = FR + DR
Tabel Frekuensi
No Nama Spesies Plot Total
3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1
1 Centella sp
2 Oxalis sp. 2
3 Pennisetum sp. V V V V V V V V V 16
Total 19
Pada pengamatan analisis vegetasi menggunakan metode titik, kami
menghitung jumlah spesies yang terkena tusukan pada 3 plot dengan 10 titik pada
setiap plot. Spesies yang pertama yaitu Centella sp ditemukan pada plot 1 titik
pertama, Kemudian, kami mendapat spesies 2 yaitu Oxalis sp yang terdapat pada
titik 3 plot 1, serta juga terdapat pada titik 1 plot ke 2. Selain itu, kami juga
mendapatkan spesies yang paling dominan yaitu Penisetum sp terdapat pada
setiap plot dengan jumlah terbanyak pada plot ke tiga seanyak 9 titik. Total
individu yang kami temukan yaitu 19 individu dengan 3 spesies yang berbeda.
Tabel Frekuensi
No Nama Spesies Plot Total
1 2 3
1 Centella sp V 1
2 Oxalis sp. V 1
3 Pennisetum sp. V V V 3
Tabel Analisis
No Nama Spesies FM FR DM DR INP Rank
1 Centella sp 0,33 54,78% 0,053 5,3% 60,08% 3
2 Oxalis sp. 0,33 54,78% 0,105 10,5% 65,28% 2
3 Pennisetum sp. 1 100% 0,842 84,2% 184,2% 1
Pada tabel frekuensi, Centella sp dan Oxalis sp hanya ditemukan pada plot
1, sedangkan Pennisetum sp ditemukan pada setiap plot. Selain menghitung
vegetasi tumbuhan, kami juga mengukur faktor abiotik yang berada di 3 plot yaitu
suhu tanah 26°C, pH tanah sebesar 7,4 dengan kelembapan 45%
dan intesitas cahaya sebesar 133 x 100 lux. Dari data dominansi
dan frekuensi, kami dapat menghitung nilai INP ketiga spesies
tersebut. Centella sp memiliki dominasi mutlak 0,053 dan dominasi
relatif sebesar 5,3% dari keseluruhan total spesies yang tertusuk,
memiliki frekuensi mutlak 54,78% dengan nilai INP terkecil
60,88%. Kemudian oxalis sp menempati peringkat ke 2 dengan
nilai INP 65,28% serta dominasi mutlak 0,105 dan dominasi
relatif 10,5%. Selain itu Pennisetum sp yang paling mendominasi
dengan frekuensi relatif 100% dan nilai INP tertinggi sebesar
184,2%.
Keterangan :
a) Dominasi Mutlak (DM)
jumlah tusukan yang mengenai jenis
DM =
total tusukan
Dominasi mutlak (Centella sp) = 1/19 = 0,053
Dominasi mutlak (Oxalis sp) = 2/19 = 0,105
Dominasi mutlak (Pennisetum sp) = 16/19 = 0,842
b) Dominasi Relatif
dominasi spesies( x)
DR = x 100%
dominasitotal
Dominasi relatif (Centella sp) = 0,053/1 x 100% = 5,3%
Dominasi relatif (Oxalis sp) = = 0,105/1 x 100% = 10,5%
Dominasi relatif (Pennisetum sp) = 0.842/1 = 84,2%
c) Frekuensi mutlak (FM)
jumlah plot yang memut spesies
FM =
jumlah plot
Frekuensi mutlak (Centella sp) = 1/3 = 0.33
Frekuensi mutlak (Oxalis sp.) = 1/3 = 0.33
Frekuensi mutlak (Pennisetum sp.) = 3/3 = 1
d) Frekuensi relatif (FR)
frekuensi mutlak spesies( x )
FR = x 100%
total frekuensi mutlak
Frekuensi relatif (Centella sp) = 0.33/1,66 x 100% = 54,78%
Frekuensi relatif (Oxalis sp) = 0.33/1,66 x 100% = 54,78%
Frekuensi relatif (Pennisetum sp) = 1/1,66 x 100% = 100%
e) INP = FR + DR
INP (Centella sp) = 54,78% + 5,3% = 60,08%
INP (Oxalis sp.) = 54,78% + 10,5% = 65,28%
INP (Pennisetum sp.) = 100% + 84,2% = 184,2%
G. Pembahasan
Pada praktikum analisis vegetasi metode garis didapatkan hasil bahwa
Pennisetum sp. mempunyai nilai INP tertinggi dan mendominasi tiga plot sebesar
91,44%. Tingginya INP dari Pennisetum sp. dikarenakan Pennisetum sp. mampu
beradaptasi dengan kondisi lingkungan di sekitarnya seperti intensitas cahaya,
suhu, kelembaban, dan pH. Hal ini menurut Sri Wiedarti, dkk (2014), bahwa
intensitas cahaya sangat diperlukan oleh tumbuhan untuk masa pertumbuhan
tanaman. Selain itu juga Pennisetum sp memiliki pertumbuhan yang sangat cepat
dan tumbuh baik pada suhu 25-40°C dan memiliki adaptasi yang luas
pada tingkat keasaman (pH tanah) 4,5-8,2, Rumput ini dapat hidup di
berbagai tempat, toleran naungan, respon terhadap pemupukan dan menghendaki
tingkat kesuburan tanah yang tinggi (Sirait, 2017). Selain itu, ada juga
tumbuhan yang memiliki INP terendah yaitu Isotoma longiflora
sebesar 9,35%. Ini dikarenakan kurangnya kemampuan untuk
beradaptasi dan bersaing antar tumbuhan untuk berkompetisi
membuat Isotoma longiflora kurang mampu tumbuh dan
berkembang biak secara optimal. Hal ini menurut Ariyati dkk
(2007), bahwa terdapat tekanan ekologi tinggi, baik yang berasal
dari faktor biotik (persaingan antar individu tumbuhan untuk
setiap tingkatan) atau faktor abiotik. Tekanan ekologi yang tinggi
tersebut menyebabkan tidak semua jenis tumbuhan dapat
bertahan hidup di suatu lingkungan. Selain itu juga, Isotoma
longiflora lebih baik hidup di tempat yang terbuka dan kurang sesuai di
tempat yang ada naungannya. Namun, Isotoma longiflora juga bisa
tumbuh lebih baik di tempat yang lembab. Saat pengamatan,
Isotoma longiflora dapat berkembang di kondisi lingkungan pada
tempat pengamatan yang memiliki kelembaban sebesar 45%,
suhu 26o, dan pH sebesar 7,4. Menurut Sri Wiedarti, dkk (2014)
Isotoma longiflora lebih tumbuh lebih baik di tanah dengan pH
5,00- 7,00, tetapi pada saat pengamatan pH tanahnya sebesar
7,4 sehingga keadaan pH tanah terlalu basah bagi Isotoma
longiflora.
Pada praktikum analisis vegetasi metode titik, didapatkan hasil bahwa
Pennisetum sp memiliki nilai INP tertinggi dan mendominasi tiga plot sebesar
184,2%. Hal ini dikarenakan Pennisetum sp memiliki pertumbuhan yang sangat
cepat dan tumbuh baik pada suhu 25-40°C dan memiliki adaptasi yang
luas pada tingkat keasaman (pH tanah) 4,5-8,2, Rumput ini dapat
hidup di berbagai tempat, toleran naungan, respon terhadap pemupukan dan
menghendaki tingkat kesuburan tanah yang tinggi (Sirait, 2017). Pada
peringkat kedua terdapat Oxalis sp. Menurut Setiawan (2007)
tumbuhan ini menyukai tempat yang agak lembab, baik di tempat terbuka maupun
agak terlindung. Pernyataan ini sesuai dengan kondisi lingkungan pada tempat
pengamatan yaitu memiliki kelembapan 45%. Namun Oxalis sp tidak terdistribusi
luas dikarenakan biji berkecambah bagus pada cahaya matahari penuh, pada suhu
di bawah 21º C (Setiawan, 2007).
H. Kesimpulan
1. Analisis vegetasi ialah cara mempelajari tatanan atau struktur vegetasi
berdasarkan keragaman dari jenis-jenis tumbuhan yang ada pada wilayah
tersebut.
2. Analisis vegetasi dapat dilakukan dengan tig acara yaitu metode garis, titik
dan kuadran. metode garis adalah metode yang digunakan untuk
menganalisis suatu vegetasi dengan menggunakan alat berupa garis dari
tali atau sejenisnya. metode titik merupakan suatu metode analisis vegetasi
dengan menggunakan penanda berupa titik
3. Dari ketiga metode tersebut, spesies yang mendominasi yaitu Pennisetum
sp dikarenakan dikarenakan Pennisetum sp memiliki pertumbuhan yang
sangat cepat serta kondisi lingkungan yang mendukung seperti pH,
kelembapan dan suhu.
Daftar Rujukan
Alikondra, H.A 2010. Teknik Pengelolaan Satwa Liar dalam Rangka
Mempertahankan Keanekaragaman Hayati Indonesia. Penerbit IPB Press.
Bogor
Febriliani, Dkk., 2013, Analisis Vegetasi Habitat Anggrek Di Sekitar Danau
Tambing Kawasan Taman Nasional Lore Lindu, Warta Rimba, Vol. 1,No.1.
Ariyati, R.W., Sya’rani L dan Arini E. 2007. Analisis Kesesuaian Perairan
Pulau Karimun jawa dan Pulau Kemujan Sebagai Lahan Budidaya Rumput
Laut Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Jurnal Pasir Laut. 3(1): 27-
45.
Sirait, Juniar. 2017. “Rumput Gajah Mini (Pennisetum Purpureum Cv . Mott)
sebagai Hijauan Pakan Untuk Ruminansia.” WARTAZOA 27(4):167–76.
Martono, Djoko Setyo. 2012. “Analisis Vegetasi Dan Asosiasi Antara Jenis-Jenis
Pohon Utama Penyusun Hutan Tropis Dataran Rendah Di Taman Nasional
Gunung Rinjani Nusa Tenggara Barat.” Agri-Tek 13(2):18–27.
Rohman, Fatchur, dan Sumberartha I W. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi
Tumbuhan. JICA: Malang.
Michael, P. 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium.
Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Setiawan. 2007. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia 4. Jakarta: Puspa Swara
Sri Wiedarti. Herdi R. dan Cecep S. 2014. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan
Pencegah Erosi di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung. Ekologia, Vol.
14 No.2 , Oktober 2014: 1-9
Suhadi. 2003. Analisis Vegetasi. Malang : Universitas Negeri Malang.
Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung : ITB.