Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS VEGETASI METODE GARIS, TITIK, DAN KUADRAT


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekologi
yang dibina oleh Dr. Vivi Novianti, S.Si, M.Si. dan Bagus Priambodo, S.Si.,
M.Si., M.Sc.

Disusun oleh :
Alief Sella Fitri N. N (180342618033)
Desvita Risa (180342618008)
Nur Sulistyowati (1803426180 )
Sherin Vinca (180342618031)
Wahyu Nengsih (1803426180 )

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
PROGRAM STUDI S1 BIOLOGI
Februari 2020
A. Topik
Analisis Vegetasi Metode Garis, Titik, dan Kuadrat
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui frekuensi, kerapatan, dan dominansi suatu tipe vegetasi
yang diamati di sekitar lingkungan FMIPA UM
2. Mengetahui Indeks Nilai Penting (INP) setiap jenis tumbuhan pada suatu
vegetasi
3. Mengetahui pengaruh faktor abiotik terhadap dominansi tumbuhan
4. Mahasiswa dapat menggunakan variabel dominansi dan frekuensi yang
diaplikasikan pada metode titik
5. Mahasiswa dapat memberi nama suatu vegetasi berdasarkan Indeks Nilai
Pentingnya (INP)
6. Mahasiswa dapat memahami analisis vegetasi dengan metode tanpa plot
7. Menjelaskan cara menentukan analisis vegetasi metode kuadrat
8. Mengetahui nilai frekuensi, dominansi, dan kerapatan suatu vegetasi
9. Mengetahui milai penting dan indeks keragaman pada vegetasi tersebut
C. Dasar Teori
Vegetasi merupakan sekumpulan populasi dari beberapa tumbuhan yang
saling berinteraksi dengan lingkungan abiotik dan biotiknya. Faktor lingkungan
ini sangat berpengaruh dalam vegetasi tumbuhan (Martono, 2012). Analisis
vegetasi ialah cara mempelajari tatanan atau struktur vegetasi berdasarkan
keragaman dari jenis-jenis tumbuhan yang ada pada wilayah tersebut. Sedangkan
yang dimaksud dengan vegetasi adalah sekumpulan tumbuh-tumbuhan yang
terdiri dari beberapa jenis yang tumbuh secara bersama-sama pada suatu wilayah
(Febriliani, 2013). Dalam kehidupan bersama tersebut terdapat mekanisme
interaksi yang erat, diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri atau
dengan organisme lainnya sehingga suatu sistem hidup dan tumbuh serta dinamis.
(Suhadi, 2003). Suatu keseimbangan vegetasi suatu wilayah dipengaruhi oleh
Iklim dan tanah.
Cara mengetahui vegetasi suatu wilayah dapat dilakukan dengan berbagai
cara salah satunya adalah dengan menggunakan metode garis. Metode garis
adalah metode yang digunakan untuk menganalisis suatu vegetasi dengan
menggunakan alat berupa garis dari tali atau sejenisnya. Pada metode garis
variabel yang diamati berupa frekuensi, kerapatan, dominansi, serta menentukan
nilai INP. Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang dilalui oleh
garis, dominansi ditentukan berdasarkan Panjang garis yang tertutup oleh
individu. Nilai INP menunjukkan nilai pentingnya suatu tanaman beserta
perannya (Alikondra, 2010).
Selain menggunakan metode garis, analisis vegetasi juga bisa
menggunakan metode titik. Analisis metode titik merupakan suatu metode analisis
vegetasi dengan menggunakan penanda berupa titik. Pada metode ini, tumbuhan
yang di identifikasi adalah tumbuhan yang mengenai titik tersebut. Variabel yang
digunakan pada metode ini yaitu kerapatan, dominansi, dan frekuensi (Rohman,
2001). Kelimpahan setiap individu dapat dinyatakan dalam persen jumlah total
spesies yang ada sehingga didapatkan pengukuran yang relatif. Dari pengukuran
tersebut akan di dapatkan nilai INP yang merupakan salah satu dasar untuk
memberi nama suatu vegetasi, kelimpahan serta frekuensi yang sangat penting
dalam menentukan struktur komunitas (Michael, 1994)
Metode analisis vegetasi kuadrat juga dapat digunakan selain metode garis
dan titik. Kuadrat merupakan daerah persegi dengan berbagai macam ukuran.
Ukuran tersebut bervariasi, bentuk petak sampel dapat persegi, persegi panjang
atau lingkaran. Bentuk percontoh atau sampel dapat berupa segi empat atau
lingkaran yang menggambarkan luas area tertentu pengukuran dalam metode
kuadrat. Luasnya bisa bervariasi sesuai bentuk vegetasi yang telah ditentukan
dahulu luas minimumnya. (Syafei, 1990).

D. Alat dan Bahan


Alat Bahan
1. Roll meter 1. Kertas label
2. Alat tulis 2. Plastik
3. Kamera HP
4. Soil thermometer
5. Soil tester
6. Lux meter
7. Tali rafia
8. Point frame
9. Kuadrat set 1 x 1 m

E. Prosedur Kerja
1. Analisis vegetasi metode garis

Ditentukan tempat pengamatan berupa vegetasi semak yang kompleks

Ditentukan titik mulai pengamatan.

Disiapkan rafia yang diikatkan pada pemberat (pasak/batu).

Diletakkan tali rafia di atas vegetasi secara horizontasp.

Individu yang menyentuh garis transek baik yang terletak di atas maupun di
bawah garis tersebut merupakan jenis yang diamati dan dicatat datanya.

Data yang tercatat dari masing-masing individu itu adalah berupa pengukuran
panjang transek yang terpotong dan lebar maksimum tajuk tumbuhan yang
diproyeksikan kedalam transek.

Untuk individu yang terukur yang tidak dikenal di lapangan, maka harus
diidentifikasi dilaboratorium. Untuk hal ini harus diambil contoh herbarium.

Diukur faktor abiotik masing-masing plot.

Dihiitung variabel: dominansi relatif, frekuensi relatif, kerapatan relatif, dan


indeks nilai penting.
2. Analisis vegetasi metode titik

Dipilih titik awal plot yang akan digunakan

Diletakkan point frame pada titik awal plot

Dilakukan analisis berdasarkan spesies yang ditemukan di setiap titik kemudian


dimasukkan ke dalam tabel

Dilanjutkan dengan mencari indeks nilai penting dari setiap jenis tumbuhan

Disusun pada tabel dengan ketentuan bahwa tumbuhan yang nilai pentingnya tertinggi
diletakkan pada tempat teratas

Diberi nama vegetasi berdasarkan dua jenis/spesies yang memiliki nilai penting
terbesar

3. Analisis vegetasi metode kuadrat


F. Data Pengamatan dan Analisis
Tabel 1. faktor abiotik
Faktor Abiotik Plot
1 2 3
Suhu tanah 26°C 26°C 26°C
pH tanah 7,4 7,4 7,4
Kelembapan 45% 45% 45%
Intensitas 133 x 100 lux 133 x 100 lux 133 x 100 lux

1. Analisis Vegetasi Metode Garis


Tabel 2. Frekuensi
No. Spesies Plot Total
1 2 3
1. Oxalis sp. V V V 3
2. Peperonica V V V 3
pellucida
3. Emilia sonchifora V V V 3
4. Brachiaria sp. V - - 1
5. Centella sp. V V - 4
6. Phyllanthus sp. V - - 1
7. Pennisetum sp. V V V 3
8. Isotoma longiflora V - - 1
Jumlah 19

Tabel 3. Kerapatan
No Spesies Plot (cm) Total
1 2 3
.
1. Oxalis sp. 17 18 6 41
2. Peperonica 10 6 2 18
pellucida
3. Emilia sonchifora 15 43 18 36
4. Brachiaria sp. 19 - - 19
5. Centella sp. 17 5 - 22
6. Phyllanthus sp. 25 - - 25
7. Pennisetum sp. 29 39 28 124
8. Isotoma longiflora 7 - - 7
Jumlah 334
Tabel 4. Dominansi
No Spesies Plot (cm) Total
1 2 3
.
1. Oxalis sp. 17 18 6 41
2. Peperonica 10 6 2 18
pellucida
3. Emilia sonchifora 15 43 18 36
4. Brachiaria sp. 19 - - 19
5. Centella sp. 17 5 - 22
6. Phyllanthus sp. 25 - - 25
7. Pennisetum sp. 29 39 28 124
8. Isotoma longiflora 7 - - 7
Jumlah 334
Tabel 5. Analisis Vegetasi Metode Garis
No Spesies FM FR KM KR DM DR INP Rank
.
1. Oxalis sp. 1 15,78% 0,177 12,32% 0,122 12,26 40,36% 3
%
2. Peperonica 1 15,78% 0,006 5,40% 0,053 5,32% 26,5% 5
pellucida
3. Emilia 1 15,78% 0,253 22,75% 0,227 22,81 61,34% 2
sonchifora %
4. Brachiaria sp. 0,334 5,27% 0,063 5,67% 0,056 5,62% 16,56% 7
5. Centella sp. 1,334 21,05% 0,073 6,57% 0,066 6,63% 34,25% 4
6. Phyllanthus sp. 0,334 5,27% 0,083 7.46% 0,074 7,43% 20,16% 6
7. Pennisetum sp. 1 15,78% 0,421 37,77% 0,377 37,89 91,44% 1
%

8. Isotoma 0,334 5,27% 0,023 2,07% 0,020 2,01% 9,35% 8


longiflora
Pada pengamatan analisis vegetasi menggunakan metode garis kami
menghitung jumlah spesies yang dilalui oleh garis pada 3 plot. Pada plot 1 kami
menemukan sebanyak 8 spesies yaitu Oxalis sp., Peperonica pellucid, Emilia
Sonchifor, Brachiaria, Centella sp., Phyllanthus sp., Pennisetum sp., dan Isotoma
longiflora. Pada plot 2 kami menemukan sebanyak 5 spesies yaitu Oxalis sp.,
Peperonica pellucid, Emilia sonchifor, Centella sp., dan Pennisetum sp.
Sedangkan pada plot 3 spesies yang ditemukan sebanyak 4 spesies yaitu Oxalis
sp., Peperonica pellucid, Emilia sonchifora, dan Brachiaria sp. . Spesies yang
paling dominasi adalah Pennisetum sp. Yang terdapat pada setiap plot. Total
individu yang ditemukan sejumlah 19 dengan 8 spesies yang berbeda.
Dari data dominasi dan frekuensi kami mendapatkan nilai INP 8 spesies
tersebut. Spesies Oxalis sp. memiliki dominasi mutlak 0,122 dan dominasi relatif
12,26%. Dari keseluruhan total spesies yang melewati garis memiliki frekuensi
mutlak 1 dengan nilai INP 40,36%. Kemudian Peperonica pellucida memiliki
dominasi mutlak sebesar 0,053, dominasi relatif sebesar 5,32%, memiliki
frekuensi mutlak sebesar 1, dan nilai INP sebesar 26,5%. Emilia sonchifora
memiliki dominasi mutlak sebesar 0,227 dan dominasi relatif 22,81%, frekuensi
mutlak sebesar 15,78%, dan nilai INP nya adalah 61,34%. Brachiaria sp.
memiliki dominasi mutlak 0,056 dan dominasi relatif 5,62%. Dari keseluruhan
total spesies yang melewati garis memiliki frekuensi mutlak 0,334 dengan nilai
INP 16,56%. Centella sp. memiliki dominasi mutlak 0,066 dan dominasi relatif
6,63%. Dari keseluruhan total spesies yang melewati garis memiliki frekuensi
mutlak 1,334 dengan nilai INP 34,25%. Phyllanthus sp. memiliki dominasi
mutlak 0,074 dan dominasi relatif 7,43%. Dari keseluruhan total spesies yang
melewati garis memiliki frekuensi mutlak 0,334 dengan nilai INP 20,16%.
Pennisetum sp. memiliki dominasi mutlak 0,377 dan dominasi relatif 37,89%.
Dari keseluruhan total spesies yang melewati garis memiliki frekuensi mutlak 1
dengan nilai INP 91,44%. Dan Isotoma longiflora memiliki dominasi mutlak
0,020 dan dominasi relatif 2,01%. Dari keseluruhan total spesies yang melewati
garis memiliki frekuensi mutlak 0,334 dengan nilai INP 9,35%.

Keterangan :
a) Frekuensi mutlak (FM)
jumlah plot yang memut spesies
FM =
jumlah plot
Frekuensi mutlak (Oxalis sp.) =
Frekuensi mutlak (Peperonica pellucida) =
Frekuensi mutlak (Emilia sonchifora) =
Frekuensi mutlak (Brachiaria sp. ) =
Frekuensi mutlak (Centella sp.) =
Frekuensi mutlak (Phyllanthus sp.) =
Frekuensi mutlak (Pennisetum sp.) =
Frekuensi mutlak (Isotoma longiflora) =
b) Dominasi Relatif
dominasi spesies( x)
DR = x 100%
dominasitotal
Dominasi relatif (Oxalis sp.) =
Dominasi relatif (Peperonica pellucida) =
Dominasi relatif (Emilia sonchifora) =
Dominasi relatif (Brachiaria )=
Dominasi relatif (Centella sp.) =
Dominasi relatif (Phyllanthus sp.) =
Dominasi relatif (Pennisetum sp.) =
Dominasi relatif (Isotoma longiflora) =
c) Frekuensi Relatif
frekuensi mutlak spesies( x )
FR = x 100%
total frekuensi mutlak
Frekuensi relatif (Oxalis sp.) =
Frekuensi relatif (Peperonica pellucida) =
Frekuensi relatif (Emilia sonchifora) =
Frekuensi relatif (Brachiaria sp. )=
Frekuensi relatif (Centella sp.) =
Frekuensi relatif (Phyllanthus sp.) =
Frekuensi relatif (Pennisetum sp.) =
Frekuensi relatif (Isotoma longiflora) =
d) Dominasi Relatif

dominasi spesies( x)
DR = x 100%
dominasitotal
Dominasi relatif (Oxalis sp.) =
Dominasi relatif (Peperonica pellucida) =
Dominasi relatif (Emilia sonchifora) =
Dominasi relatif (Brachiaria sp.) =
Dominasi relatif (Centella sp.) =
Dominasi relatif (Phyllanthus sp.) =
Dominasi relatif (Pennisetum sp.) =
Dominasi relatif (Isotoma longiflora) =
e) INP = FR + DR

INP (Oxalis sp.) =


INP (Peperonica pellucida) =
INP (Emilia sonchifora) =
INP (Brachiaria ) =
INP (Centella sp.) =
INP (Phyllanthus sp.) =
INP (Pennisetum sp.) =
INP (Isotoma longiflora) =
f) Kerapatan Mutlak
g) Kerapatan Relatif

2. Analisis vegetasi metode titik


Tabel Dominansi
No Nama Spesies Plot
1 2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0
1 Centella sp V
2 Oxalis sp. V V
3 Pennisetum sp. V V V V V V V

Tabel Frekuensi
No Nama Spesies Plot Total
3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1
1 Centella sp
2 Oxalis sp. 2
3 Pennisetum sp. V V V V V V V V V 16
Total 19
Pada pengamatan analisis vegetasi menggunakan metode titik, kami
menghitung jumlah spesies yang terkena tusukan pada 3 plot dengan 10 titik pada
setiap plot. Spesies yang pertama yaitu Centella sp ditemukan pada plot 1 titik
pertama, Kemudian, kami mendapat spesies 2 yaitu Oxalis sp yang terdapat pada
titik 3 plot 1, serta juga terdapat pada titik 1 plot ke 2. Selain itu, kami juga
mendapatkan spesies yang paling dominan yaitu Penisetum sp terdapat pada
setiap plot dengan jumlah terbanyak pada plot ke tiga seanyak 9 titik. Total
individu yang kami temukan yaitu 19 individu dengan 3 spesies yang berbeda.
Tabel Frekuensi
No Nama Spesies Plot Total
1 2 3
1 Centella sp V 1
2 Oxalis sp. V 1
3 Pennisetum sp. V V V 3
Tabel Analisis
No Nama Spesies FM FR DM DR INP Rank
1 Centella sp 0,33 54,78% 0,053 5,3% 60,08% 3
2 Oxalis sp. 0,33 54,78% 0,105 10,5% 65,28% 2
3 Pennisetum sp. 1 100% 0,842 84,2% 184,2% 1
Pada tabel frekuensi, Centella sp dan Oxalis sp hanya ditemukan pada plot
1, sedangkan Pennisetum sp ditemukan pada setiap plot. Selain menghitung
vegetasi tumbuhan, kami juga mengukur faktor abiotik yang berada di 3 plot yaitu
suhu tanah 26°C, pH tanah sebesar 7,4 dengan kelembapan 45%
dan intesitas cahaya sebesar 133 x 100 lux. Dari data dominansi
dan frekuensi, kami dapat menghitung nilai INP ketiga spesies
tersebut. Centella sp memiliki dominasi mutlak 0,053 dan dominasi
relatif sebesar 5,3% dari keseluruhan total spesies yang tertusuk,
memiliki frekuensi mutlak 54,78% dengan nilai INP terkecil
60,88%. Kemudian oxalis sp menempati peringkat ke 2 dengan
nilai INP 65,28% serta dominasi mutlak 0,105 dan dominasi
relatif 10,5%. Selain itu Pennisetum sp yang paling mendominasi
dengan frekuensi relatif 100% dan nilai INP tertinggi sebesar
184,2%.
Keterangan :
a) Dominasi Mutlak (DM)
jumlah tusukan yang mengenai jenis
DM =
total tusukan
Dominasi mutlak (Centella sp) = 1/19 = 0,053
Dominasi mutlak (Oxalis sp) = 2/19 = 0,105
Dominasi mutlak (Pennisetum sp) = 16/19 = 0,842
b) Dominasi Relatif
dominasi spesies( x)
DR = x 100%
dominasitotal
Dominasi relatif (Centella sp) = 0,053/1 x 100% = 5,3%
Dominasi relatif (Oxalis sp) = = 0,105/1 x 100% = 10,5%
Dominasi relatif (Pennisetum sp) = 0.842/1 = 84,2%
c) Frekuensi mutlak (FM)
jumlah plot yang memut spesies
FM =
jumlah plot
Frekuensi mutlak (Centella sp) = 1/3 = 0.33
Frekuensi mutlak (Oxalis sp.) = 1/3 = 0.33
Frekuensi mutlak (Pennisetum sp.) = 3/3 = 1
d) Frekuensi relatif (FR)
frekuensi mutlak spesies( x )
FR = x 100%
total frekuensi mutlak
Frekuensi relatif (Centella sp) = 0.33/1,66 x 100% = 54,78%
Frekuensi relatif (Oxalis sp) = 0.33/1,66 x 100% = 54,78%
Frekuensi relatif (Pennisetum sp) = 1/1,66 x 100% = 100%
e) INP = FR + DR
INP (Centella sp) = 54,78% + 5,3% = 60,08%
INP (Oxalis sp.) = 54,78% + 10,5% = 65,28%
INP (Pennisetum sp.) = 100% + 84,2% = 184,2%
G. Pembahasan
Pada praktikum analisis vegetasi metode garis didapatkan hasil bahwa
Pennisetum sp. mempunyai nilai INP tertinggi dan mendominasi tiga plot sebesar
91,44%. Tingginya INP dari Pennisetum sp. dikarenakan Pennisetum sp. mampu
beradaptasi dengan kondisi lingkungan di sekitarnya seperti intensitas cahaya,
suhu, kelembaban, dan pH. Hal ini menurut Sri Wiedarti, dkk (2014), bahwa
intensitas cahaya sangat diperlukan oleh tumbuhan untuk masa pertumbuhan
tanaman. Selain itu juga Pennisetum sp memiliki pertumbuhan yang sangat cepat
dan tumbuh baik pada suhu 25-40°C dan memiliki adaptasi yang luas
pada tingkat keasaman (pH tanah) 4,5-8,2, Rumput ini dapat hidup di
berbagai tempat, toleran naungan, respon terhadap pemupukan dan menghendaki
tingkat kesuburan tanah yang tinggi (Sirait, 2017). Selain itu, ada juga
tumbuhan yang memiliki INP terendah yaitu Isotoma longiflora
sebesar 9,35%. Ini dikarenakan kurangnya kemampuan untuk
beradaptasi dan bersaing antar tumbuhan untuk berkompetisi
membuat Isotoma longiflora kurang mampu tumbuh dan
berkembang biak secara optimal. Hal ini menurut Ariyati dkk
(2007), bahwa terdapat tekanan ekologi tinggi, baik yang berasal
dari faktor biotik (persaingan antar individu tumbuhan untuk
setiap tingkatan) atau faktor abiotik. Tekanan ekologi yang tinggi
tersebut menyebabkan tidak semua jenis tumbuhan dapat
bertahan hidup di suatu lingkungan. Selain itu juga, Isotoma
longiflora lebih baik hidup di tempat yang terbuka dan kurang sesuai di
tempat yang ada naungannya. Namun, Isotoma longiflora juga bisa
tumbuh lebih baik di tempat yang lembab. Saat pengamatan,
Isotoma longiflora dapat berkembang di kondisi lingkungan pada
tempat pengamatan yang memiliki kelembaban sebesar 45%,
suhu 26o, dan pH sebesar 7,4. Menurut Sri Wiedarti, dkk (2014)
Isotoma longiflora lebih tumbuh lebih baik di tanah dengan pH
5,00- 7,00, tetapi pada saat pengamatan pH tanahnya sebesar
7,4 sehingga keadaan pH tanah terlalu basah bagi Isotoma
longiflora.
Pada praktikum analisis vegetasi metode titik, didapatkan hasil bahwa
Pennisetum sp memiliki nilai INP tertinggi dan mendominasi tiga plot sebesar
184,2%. Hal ini dikarenakan Pennisetum sp memiliki pertumbuhan yang sangat
cepat dan tumbuh baik pada suhu 25-40°C dan memiliki adaptasi yang
luas pada tingkat keasaman (pH tanah) 4,5-8,2, Rumput ini dapat
hidup di berbagai tempat, toleran naungan, respon terhadap pemupukan dan
menghendaki tingkat kesuburan tanah yang tinggi (Sirait, 2017). Pada
peringkat kedua terdapat Oxalis sp. Menurut Setiawan (2007)
tumbuhan ini menyukai tempat yang agak lembab, baik di tempat terbuka maupun
agak terlindung. Pernyataan ini sesuai dengan kondisi lingkungan pada tempat
pengamatan yaitu memiliki kelembapan 45%. Namun Oxalis sp tidak terdistribusi
luas dikarenakan biji berkecambah bagus pada cahaya matahari penuh, pada suhu
di bawah 21º C (Setiawan, 2007).
H. Kesimpulan
1. Analisis vegetasi ialah cara mempelajari tatanan atau struktur vegetasi
berdasarkan keragaman dari jenis-jenis tumbuhan yang ada pada wilayah
tersebut.
2. Analisis vegetasi dapat dilakukan dengan tig acara yaitu metode garis, titik
dan kuadran. metode garis adalah metode yang digunakan untuk
menganalisis suatu vegetasi dengan menggunakan alat berupa garis dari
tali atau sejenisnya. metode titik merupakan suatu metode analisis vegetasi
dengan menggunakan penanda berupa titik
3. Dari ketiga metode tersebut, spesies yang mendominasi yaitu Pennisetum
sp dikarenakan dikarenakan Pennisetum sp memiliki pertumbuhan yang
sangat cepat serta kondisi lingkungan yang mendukung seperti pH,
kelembapan dan suhu.

Daftar Rujukan
Alikondra, H.A 2010. Teknik Pengelolaan Satwa Liar dalam Rangka
Mempertahankan Keanekaragaman Hayati Indonesia. Penerbit IPB Press.
Bogor
Febriliani, Dkk., 2013, Analisis Vegetasi Habitat Anggrek Di Sekitar Danau
Tambing Kawasan Taman Nasional Lore Lindu, Warta Rimba, Vol. 1,No.1.
Ariyati, R.W., Sya’rani L dan Arini E. 2007. Analisis Kesesuaian Perairan
Pulau Karimun jawa dan Pulau Kemujan Sebagai Lahan Budidaya Rumput
Laut Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Jurnal Pasir Laut. 3(1): 27-
45.
Sirait, Juniar. 2017. “Rumput Gajah Mini (Pennisetum Purpureum Cv . Mott)
sebagai Hijauan Pakan Untuk Ruminansia.” WARTAZOA 27(4):167–76.
Martono, Djoko Setyo. 2012. “Analisis Vegetasi Dan Asosiasi Antara Jenis-Jenis
Pohon Utama Penyusun Hutan Tropis Dataran Rendah Di Taman Nasional
Gunung Rinjani Nusa Tenggara Barat.” Agri-Tek 13(2):18–27.
Rohman, Fatchur, dan Sumberartha I W. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi
Tumbuhan. JICA: Malang.
Michael, P. 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium.
Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Setiawan. 2007. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia 4. Jakarta: Puspa Swara
Sri Wiedarti. Herdi R. dan Cecep S. 2014. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan
Pencegah Erosi di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung. Ekologia, Vol.
14 No.2 , Oktober 2014: 1-9
Suhadi. 2003. Analisis Vegetasi. Malang : Universitas Negeri Malang.
Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung : ITB.

Anda mungkin juga menyukai