Anda di halaman 1dari 10

NON FLORISTIK

LAPORAN PRAKTIKUM

Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Ekologi


yang dibimbing oleh Dr. Vivi Novianti, S.Si, M.Si. dan Bagus Priambodo, S.Si.,
M.Si., M.Sc.

Disusun oleh :
Kelompok 4 Offering H 2018

Alief Sella Fitri N. N (180342618033)


Desvita Risa (180342618008)
Nur Sulistiyowati (180342618043)
Sherin Vinca (180342618031)
Wahyu Nengsih (180342618017)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
PROGRAM STUDI S1 BIOLOGI
Maret 2020
A. Topik
Analisis vegetasi dengan metode Non Floristik.
B. Tujuan
1. Untuk memahami dan menerapkan pendekatan non-floristik dalam metode
analisis vegetasi di Jalan Jakarta (Taman Kunang-kunang)
2. Untuk mengetahui stratifikasi vegetasi pada area Taman Kunang-kunang
C. Dasar Teori
Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi
sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Sedangkan
yang dimaksud dengan sumberdaya hutan adalah benda hayati, non hayati dan
jasa yang terdapat di dalam hutan yang telah diketahui nilai pasar, kegunaan
dan teknologi pemanfaatannya (Pasal 1 Undang-Undang No 41 Tahun 1999,
tentang Kehutanan). Hutan secara singkat dan sederhana didefinisikan sebagai
suatu ekosistem yang didominasi oleh pohon (Malamassam, 2009). Sumber
daya hutan mempunyai peran penting dalam penyediaan bahan baku industri,
sumber pendapatan, menciptakan lapangan dan kesempatan kerja. Hasil hutan
merupakan komoditi yang dapat diubah menjadi hasil olahan dalam upaya
mendapat nilai tambah serta membuka peluang kesempatan kerja dan
kesempatan berusaha. Dalam melakukan praktik-praktik pengelolaan hutan
yang hanya berorientasi pada kayu dan kurang memperhatikan hak dan
melibatkan masyarakat, perlu diubah menjadi pengelolaan yang berorientasi
pada seluruh potensi sumber daya kehutanan dan berbasis pada pemberdayaan
masyarakat. Sejalan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
tentang pemerintahan daerah, maka pelaksanaan sebagian pengurusan hutan
yang bersifat operasional diserahkan kepada pemerintah daerah tingkat
provinsi dan tingkat kabupaten atau kota, sedangkan pengurusan hutan yang
bersifat nasional atau makro, wewenang pengaturannya dilaksanakan oleh
pemerintah pusat (Andriyanto, 2010).
Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk
menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendeskripsikan
suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya.Dalam hal ini suatu metodologi sangat
berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang
pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang
ada (Michael, 2000). Metode non-floristiaka telah dikembangkan oleh banyak
pakar vegetasi, seperti Du Rietz (1931), Raunkiaer (1934), dan Dansereau
(1951). Yang kemudian diekspresiakan oleh Eiten (1968) dan Unesco (1973).
Danserau membagi dunia tumbuhan berdasarkan berbagai hal, yaitu bentuk
hidup, ukuran, fungsi daun, bentuk dan ukuran daun, tekstur daun, dan
penutupan. Untuk setiap karakteristika di bagi-bagi lagi dalam sifat yang kebih
rinci, yang pengungkapannya dinyatakan dalam bentuk simbol huruf dan
gambar. Bentuk hidup, klasifikasi bentuk vegetasi, biasanya dipergunakan
dalam pembuatan peta vegetasi dengan skala kecil sampai sedang, dengan
tujuan untuk menggambarkan penyebaran vegetasi berdasarkan penutupannya,
dan juga masukan bagi disiplin ilmu yang lainnya (Syafei,1990).
D. Alat dan Bahan

Alat Bahan

1. Roll Meter 1. Kantong Plastik


2. Alat Tulis 2. Kertas label
3. Tali Rafia 3. Tabel pengamatan
4. Camera
E. Prosedur Kerja

Dibagi plot yang telah ditentukan menjadi empat daerah yaitu quarter 1, 2, 3, dan 4

Dilakukan analisis vegetasi pada quarter 3 dengan menggunakan metode non floristik
(Destruktif). Pengamatan meliputi:
a) Bentuk Hidup

W Pohon tinggi berkayu (Tinggi lebih dari 3 m, keliling lebih


dari 30 cm)
L Tumbuhan memanjat pada pohon
E Epifit

H Herba (tumbuhan tidak berkayu)


M Bryoid (tumbuhan berbentuk batang termasuk lumut daun,
lumut hati, lumut kerak, dan jamur)

S Perdu (tumbuhan berkayu pendek)

b) Stratifikasi
1. Lebih dari 25 meter
2. 10-25 meter
3. 8-10 meter
4. 2-4 meter
5. 0,5-2 meter
6. 0,1-0,5 meter
7. 0,0- 0,1 meter
c) Cover

B Sangat jarang
P Berkelompok
I Diskontinu (< 60 %)
C Kontinue (> 60 %)

d) Bentuk dan ukuran daun

O Tak berdaun

N Seperti jarum atau duri

G Graminoid, rumput

A Medium atau kecil (2:5)


H Lebar dan besar

V Majemuk

Bertalus
q

e) Fungsi daun

D Luruh atau desidous

S Tak berdaun

E Selalu hijau (evergreen)

I Selalu hijau daun (sekulenta)

f) Tekstur daun

O Tak berdaun

F Sangat tipis, seperti film

E Seperti membran

X Sclerophyllous

Sukulenta
K
Diberikan rumus sesuai dengan ciri atau sifat yang tampak pada tumbuhan yang ada
dalam kuadran 3 disetiap plot

Digambar stratifikasi tumbuhan pada kertas millimeter blok sesuai dengan rumus
yang telah didapatkan

F. Data Pengamatan dan Analisis

Tabel 1. Hasil pengamatan

Plot No Jenis Tumbuhan Rumus Jumlah


Jenis
1 1 Polyalthia Longifolia W3BNEF 1
2 1 Theobroma Cacao S4BNEF 1
3 1 Bauhinia Purpurea W3IVEF 1

Berdasarkan tabel data yang sudah didapat dari hasil pengamatan Non
Floristik di Taman Kunang-Kunang jalan Jakarta didapatkan hasil bahwa pada
plot pertama ditemukan 1 jenis tumbuhan yaitu Polyalthia Longifolia dengan
rumus W3BNEF yang berarti pohon tinggi berkayu (tinggi lebih dari 3 m, keliling
lebih dari 30 cm), stratifikasi 8-10 meter, cover sangat jarang, Bentuk dan ukuran
daun seperti jarum, fungsi daun selalu hijau (evergreen) dan tekstur daun sangat
tipis seperti film, pada plot pertama ditemukan sebanyak 1 jenis. Pada plot kedua
ditemukan Theobroma Cacao dengan rumus S4BNEF yang berarti perdu
(tumbuhan berkayu pendek), stratifikasi 2-4 meter, cover sangat jarang, bentuk
dan ukuran daun seperti jarum, fungsi daun selalu hijau (evergreen) dan tekstur
daun sangat tipis seperti film, pada plot kedua ditemukan sebanyak 1 jenis
tumbuhan. Pada plot ketiga Bauhinia Purpurea bentuk pohon tinggi berkayu
(tinggi lebih dari 3 m, keliling lebih dari 30 cm) stratifikasi 8-10 meter, cover
diskontinu (< 60%), bentuk dan ukuran daun majemuk, fungsi daun selalu hijau
daun (sekulenta), dan tekstur daun sangat tipis seperti film, pada plot ketiga
ditemukan sebanyak 1 jenis tumbuhan.

Tabel 2. Faktor abiotik

Faktor Abiotik Plot


1 2 3
Suhu udara (℃) 30 28 26
Kelembapan (%) 70 68 70
Suhu tanah (℃ ¿ 26 26 26
Kelembapan Tanah - - -
pH Tanah 7 7 7
Kesuburan Tanah Dry Dry Dry
Intensitas Cahaya Low Low Low

Dalam pengamatan yang dilakukan faktor abiotik pada setiap plot juga
diukur sehingga hasil pada plot 1 suhu udara (℃) didapatkan 30℃, plot 2 sebesar
28℃, dan plot 3 sebesar 26℃. Kelembapan (%) didapatkan pada plot 1 sebesar
70%, plot 2 sebesar 68%, dan pada plot 3 juga 68%. Suhu tanah (℃) pada plot 1
didapatkan 26%, plot 2 sebesar 26%, dan plot 3 juga sebesar 26%. Pada
pengukuran kelembapan tanah tidak diukur sehingga tidak diketahui. Sedangkan
pada pH tanah pada semua plot sebesar 7. Kesuburan tanah setiap plot adalah Dry,
dan intensitas cahaya di setiap plot adalah L0w.

G. Pembahasan
Pada saat praktikum, kami melakukan praktikum analisis vegetasi
menggunakan metode nonfolistik. Pada plot pertama, didapatkan 1 jenis tanaman
yaitu Polyalthia Longifolia. Tumbuhan ini memiliki ciri-ciri pohon tinggi
berkayu, evergreen, dan bentuk daun tipis. Hidup pada suhu 30℃, dengan
kelembapan 70%, pH tanah netral (7), dengan intensitas cahaya yang rendah
karena naungan antar pohon Hal ini sesuai dengan teori yaitu bentuk daun
Polyalthia Longifolia adalah memanjang dengan ujung agak meruncing, berwarna
hijau muda. Permukaan daunnya sempit dan memiliki daging daun yang tipis
(Sundra dan Raka, 2007). Pohon Polyalthia Longifolia tumbuh hingga 15-20
meter, memiliki batang yang lurus dan banyak cabang. Daun memanhang dengan
permukaan yang smpit serta mengkilap (Jothy, 2003).
Pada plot 2 ditemukan tumbuhan Theobroma cacao merupakan tumbuhan
yang dapat tumbuh baik pada tingkat kelembapan tinggi dan teduh (Spillane,
1995). Hal ni sesuai dengan hasil praktikum bahwa tumbuhan ini tumbuh pada
plot 2 dengan tingkat kelembapan 67%. Selain itu, tumbuhan ini juga ditemukan
di bawah naungan pohon yang tinggi. Pada plot ke 3 ditemukan satu jenis
tumbuhan yaitu Bauhinia Purpurea, merupakan pohon dengan tinggi lebih dari 3
meter, bentuk daun majemuk berwarna hijau (sekulenta) dengan daging daun yang
tipis seperti film. Tumbuh baik pada suhu 26℃, kelembapn 70%, dan intensitas
cahaya yang rendah. Hal ini sesuai dengan teori bahwa, Bauhinia Purpurea
memiliki jenis daun ringkas berbentuk seperti dua helai daun kembar serta
tumbuh baik pada iklim hangat (Kurnia, 2017)
H. Kesimpulan
1. Analisis vegetasi menggunkan metode nonfloristik merupakan cara
identifikasi tumbuhan secara sederhana, yang diringkas dalam simbol
huruf dan gambar. Ditemukan tiga jenis tumbuhan dari tiga plot pada
Taman Kunang-Kunang yaitu Polyalthia Longifolia, Theobroma
cacao, dan Bauhinia Purpurea.
2. Tanaman Polyalthia Longifolia dan Bauhinia Purpurea memiliki
stratifikasi 8-10 meter sedangkan pada Theobroma cacao memiliki
stratifikasi lebih rendah yaitu 2-4 meter.
I. Daftar Rujukan
Andriyanto, A. 2010. Identifikasi Penyimpangan Kawasan Lindung Hutan
Antara RTRW dan Kondsi Hutan Saat Ini di Kabupaten Garut. Tesis.
Program Studi Magister Perencanaan Wilayah dan Kota SAPPK.
Bandung: Institut Teknologi Bandung
Jothy, S. 2013. “Polyalthia longifolia Sonn: an Ancient Remedy to Explore
for Novel Therapeutic Agents”. RJPBCS. 4(1):20-25
Kurnia, N. 2017. Isolasi Senyawa Metabolit Sekunder dari Akar Tumbuhan
Bunga Kupu-Kupu (Bauhinia purpurea) dan Uji Aktvitas Antibakteri
Senyawa Hasil Isolasi. Skripsi. Bandar Lampung: FMIPA Universitas
Lampung
Malamassam, D. 2009. Modul Pembelajaran, Mata Kuliah: Perencanaan
Hutan. Makassar: Universitas Hassanudin.
Michael, P. 2000. Metode Ekologi untuk Penelitian dan Laboratorium. USA :
University Grants Commision Press
Spillane, J. 1995. Komoditi Kakao, Peranannya dalam Perekonomian
Indonesia. Yogyakarta: Kanisius
Sundra, I. K., dan Raka, J. K. 2007. Kandungan Timah Hitam pada Tanaman
Peneduh Jalan di Kota Denpasar. Denpasar: FMIPA UNUD
Syafei, E. S. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: Institut
Teknologi Bandung

J. Lampiran
Polyalthia Longifolia

Theobroma Cacao

Bauhinia Purpurea

Anda mungkin juga menyukai