Anda di halaman 1dari 20

ANALISIS VEGETASI DENGAN METODE GARIS, TITIK, DAN

KUADRAT

LAPORAN PRAKTIKUM

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekologi


Yang dibimbing oleh Dr. Vivi Novianti, S.Si, M.Si

OLEH:
OFFERING A
KELOMPOK 8

Dinar Arsy Anggrani 180341617502


Firmansyah Dana K. 180341617571
Mutia Ananda 180341617559
Siti Nor Lelia O. 180341617535
Widad Lazuardi 180341617519

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FEBRUARI 2020
I. TOPIK
1. Analisis vegetasi metode garis
2. Analisis vegetasi metode titik
3. Analisis vegetasi metode kuadrat

II. TUJUAN
1. Memahami analisis vegetasi dengan metode titik, garis , dan kuadrat.
2. Menjelaskan cara menentukan analisis vegetasi dengan metode titik, garis,
dan kuadrat.
3. Mengetahui frekuensi, kerapatan, dan dominansi suatu tipe vegetasi yang
diamati di halaman gedung Biologi FMIPA Universitas Negri Malang.
4. Mengetahui Indeks Nilai Penting (INP) setiap jenis tumbuhan pada suatu
metode vegetasi.
5. Mengetahui pengaruh faktor abiotik terhadap dominansi tumbuhan.

III. DASAR TEORI


Vegetasi merupakan kumpulan dari berbagai kelompok mahkluk
hidup lebih khususnya tumbuhan yang hidup bersama sama sekaligus
menciptakan interaksi dari kelompok tersebut. Suatu cara untuk mempelajari
sistem komposisi vegetasi suatu kelompok ekosistem disebut dengan analisis
vegetasi (Syafei, 1990). Susunan dari struktur interaksi komunitas vegetasi
dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya, kerapatan, dominasi, frekuensi,
serta keanekaragaman vegetasi dalam komunitas yang akan dianalisis
(Hastuti, 2012). Ilmu metode dalam analisis vegetasi telah dikembangkan
untuk mengetahui sekaligus mendeskripsikan suatu vegetasi sesuai dengan
fungsi tujuan metodenya. Jenis metode yang digunakan dalam praktikum
adalah metode sampling komunitas yang terdiri atas metode titik, metode
garis, dan metode kuadrat (Caustio, 2012).
Metode garis digunakan untuk menganalisis tipe vegetasi tumbuhan
dengan habitus semak dengan dasar mencari komposisi dalam satu luasan
yang dibatasi dengan garis. Panjang garis yang digunakan dalam vegetasi
semak belukar sekitar 5m-10m. Metode garis dapat dilakukan penggunaan
dalam analisis yang lebih sederhana cukup dilakukan pengukuran dengan
panjang garis sebesar 1x1m (Suhadi, 2003). Analisis metode ini bertujuan
untuk memberi nama sebuah vegetasi yang ditentukan melalui INP (Indeks
Nilai Penting) dimana dikaji interaksi variabel kerapatan yang menentukan
jumlah individu dalam suatu baris, variabel kerimbunan sebagai panjang
penutupan garis yang dilewati individu, dan variabel frekuensi vegetasi
spesies dalam setiap garis (Rohman, 2001).
Metode lainnya adalah metode tanpa plot atau metode titik dilakukan
untuk mengetahui komposisi bentuk struktur vegetasi. Metode ini
menggunakan sampel titik keberadaan tumbuhan. Analisis tumbuhan yang
berada dalam titik memiliki nilai hitung 1 per individunya. Penentuan INP
(Indeks Nilai Penting) dilakukan dengan analisis jumlah variabel relatif dari
kerapatan yang menentukan jumlah individu dalam suatu baris, variabel
relatif kerimbunan sebagai panjang penutupan garis yang dilewati individu,
dan variabel frekuensi vegetasi spesies dalam setiap garis (Rohman, 2001).
Metode kuadrat dijadikan acuan terhadap proyeksi perhitungan luas
area tertentu. Variasi luasan dalam proyeksi disesuaikan dengan bentuk
vegetasi dengan perhitungan luas minimum terlebih dahulu. Perhitungan yang
menjadi dasar dari analisis metode digunakan Variabel kerapatan,
kerimbunan, dan frekuensi. Analisis variabel inilah yang nantinya akan
menetukan besar harga nilai penting dari toal penjumlahan variabel relatifnya
(Suhadi, 2003).
Analisis vegetasi ditinjau dari karakter komposisi ekosistem tidak
terlepas dari berbagai pengaruh faktor lingkungannya. Faktor pengaruh
lingkungan meliputi faktor biotik dan abiotik (Susanti, 2016). Analisis
interaksi antar komunitas juga menunjukkan adanya pengaruh dengan
fisiologis tumbuh, tempat, dan persebaran hidupnya.

IV. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
1. Roll meter
2. Alat tulis
3. Kamera
4. Termohigrometer
5. Soil Survey Instrument
6. Point frame
7. Kuadrat
8. Soil tester
9. Lux meter
b. Bahan
1. Tali rafia
2. Kertas Label
3. Plastik

V. PROSEDUR KERJA
a. Metode garis
Ditentukan tempat pengamatan berupa vegetasi semak yang kompleks

Ditentukan titik mulai pengamatan

Disiapkan rafia yang diikatkan pada pemberat (pasak/batu)

Diletakkan tali rafia di atas vegetasi secara horizontal

Individu yang menyentuh garis transek baik yang terletak di atas


maupun di bawah garis tersebut merupakan jenis yang diamati dan
dicatat datanya

Data yang tercatat dari masing-masing individu itu adalah berupa


pengukuran panjang transek yang terpotong dan lebar maksimum
tajuk tumbuhan yang diproyeksikan ke dalam transek

Untuk individu terukur yang tidak dikenal di lapangan, maka


harus diidentifikasi di laboratorium. Untuk hal ini harus
diambil contoh herbarium

Diukur faktor abiotik masing-masing plot

Dihitung variabel: dominansi relatif, frekuensi relatif, kerapatan


relatif, dan INP

b. Metode titik
Dipilih titik awal plot yang akan digunakan

Diletakkan point frame pada titik awal plot

Dilakukan analisis berdasarkan spesies yang ditemukan di setiap titik


lalu dimasukkan ke dalam tabel

Dilanjutkan dengan mencari INP dari setiap jenis tumbuhan

Disusun pada suatu tabel dengan ketentuan bahwa tumbuhan dengan


INP tertinggi diletakkan pada tempat teratas

Diberi nama vegetasi berdasarkan dua jenis atau spesies yang


memiliki nilai penting terbesar

c. Metode kuadrat
Diletakkan kuadrat ukuran 1m2 (1m x 1m) di suatu vegetasi tertentu

Ditentukan presentasi suatu spesies dalam kuadrat

Dihitung jumlah spesies yang ditemukan

Diidentifikasi nama spesies dari tanaman yang ditemukan

Dilakukan analisis vegetasi berdasarkan variabel kerapatan,


kerimbunan, dan vegetasi

Dilakukan perhitungan untuk mencari nilai relatif dari setiap variabel


untuk setiap tumbuhan

Dilanjutkan perhitungan untuk mencari harga nilai penting dari setiap


jenis tumbuhan

Disusun harga nilai penting yang sudah diperoleh pada suatu tabel
dengan ketetuan bahwa tumbuhan yang nilai pentingnya tertinggi
diletakkan di tempat teratas

VI. DATA PENGAMATAN


a. Metode garis
Tabel 1 Data Hasil Pengamatan Analisis Vegetasi Metode Garis
Plot (cm) ∑
No. Nama Spesies
1 2 3
Axonopus
1. 76 69 4 149
compressus
2. Plechtrantus sp 4 - - 4
3. Emilia sp - 1 6 7
4. Trifolium repens - - 15 15
Jumlah 175

Tabel 2 Analisis Data Penentuan Indeks Penting Metode Garis

No. Nama Spesies KR (%) DR (%) FR (%) INP (%)


Axonopus
1. 86,2 85,8 13 215,06
compressus
2. Plechtrantus sp 1,72 2,02 14 17,74
3. Emilia sp 3,45 4,04 29 36,49
4. Trifolium repens 8,62 8,08 14 30,7

b. Metode titik
Tabel 3 Data Hasil Pengamatan Analisis Vegetasi Metode Titik
Plot
No. Nama Spesies ∑ FM FR (%)
1 2 3
Axonopus
1. √ √ - 2 2/3 33,3
compressus
Plechtrantus
2. - √ √ 2 2/3 33,3
sp
3. Emilia sp - - √ 1 1/3 16,67
Trifolium
4. - - √ 1 1/3 16,67
repens
Jumlah 2

Tabel 4 Dominansi Pengamatan Analisis Vegetasi Metode Titik


No Plot ∑
Nama Spesies
. 1 2 3
Axonopus
1. 3 2 - 5
compressus
2. Plechtrantus sp - 1 1 2
3. Emilia sp - - 2 2
Trifolium
4. - - 3 3
repens
Jumlah 12

Tabel 5 Analisis Data Penentuan Indeks Penting Metode Titik

No. Nama Spesies DR (%) FR (%) INP (%)


1. Axonopus compressus 16,67 33,3 49,97
2. Plechtrantus sp 6,67 33,3 39,97
3. Emilia sp 6,67 16,67 23,34
4. Trifolium repens 10 16,67 26,67

c. Metode kuadrat
Tabel 6 Data Hasil Pengamatan Analisis Vegetasi Metode Kuadrat
Plot (%)
No. Nama Spesies ∑
1 2 3
1. Axonopus 76 34 4 114
compressus
2. Plechtrantus sp 14 10 10 34
3. Phyllantus 1 - 10 11
urinaria
4. Chrysosplenium - - 9 9
americanum
5. Oplismenus - 36 - 36
hirtellus
6. Cyperus - 12 - 27
mindorensis
7. Emilia sp - 2 - 2
8. Sonchus oleraceus - 5 8 13
9. Ageratum - - 9 9
conyzoides
10. Trifolium repens - - 19 19
Jumlah 269

Tabel 7 Analisis Data Penentuan Indeks Nilai Penting Metode Kuadrat


No Nama Spesies FR (%) DR (%) KR (%) INP (%)
.
1. Axonopus compressus 16,67 54,4 0,44 71,51
2. Plechtrantus sp 16,67 10,1 0,13 26,4
3. Phyllantus urinaria 11,16 3,1 0,04 14,3
4. Chrysosplenium 5,5 2,3 0,033 7,83
americanum
5. Oplismenus hirtellus 5,5 10,1 0,13 15,73
6. Cyperus mindorensis 11,16 7,7 0,1 18,96
7. Emilia sp 11,16 0,54 0,007 11,77
8. Sonchus oleraceus 11,16 3,9 0,04 15,1
9. Ageratum conyzoides 5,5 2,3 0,033 7,83
10. Trifolium repens 5,5 5,4 0,07 10,97

d. Faktor abiotik
Tabel 8 Data Pengukuran Faktor Abiotik
Plot Suhu pH IC (Lux) Kelembapan Kelembapan
Tanah (ºC) Tanah (%) Udara (%)
1 28,0 ± 0,0 6,7 ± 0,29 216 ± 49,15 23,3 ± 5,8 74,0 ± 0,0
2 27,3 ± 0,56 6,8 ± 0,29 269,7 ± 108,91 38,3 ± 7,64 74,0 ± 0,0
3 28,0 ± 0,0 6,7 ±0,29 537,33 ± 89,81 36,7 ± 11,55 74,0 ± 0,0
Keterangan : ± = Stdev; n = 3

VII. ANALISIS DATA


a. Analisis Vegetasi Metode Garis
Praktikum analisis vegetasi Tanaman dilakukan di lokasi dengan
menetapkan 3 plot yang memiliki suhu tanah 28 ºC, kadar pH tanah
kurang lebih netral yaitu 6,7, intensitas cahaya yang 216-537 lux, dan
kelembapan udara paling rendah 23,3 di plot 1 dan paling tinggi 36,7 di
plot 2 serta kelempaan udara pada lokasi pengamatan adalah 74%.
Berdasarkan hasil dari praktikum yang dilakukan pada 3 plot di lokasi
yang sama. Dapat diketahui bahwa terdapat 4 spesies tumbuhan herba
yang terlewati oleh garis atau tali rafia. Keempat spesies tersebut adalah
Axonopus compressus, Plechtrantus sp, Emilia sp dan Trifolium repens.
Pada ketiga plot yang diamati, spesies yang paling banyak ditemukan
adalah Axonopus compressus.
Setelah diperoleh data yang dibutuhkan, dilakukan perhitungan nilai
Km (Kerapatan mutlak) yang didapat dari panjang garis yang mengenai
spesies dibagi jumlah garis plot; Fm (Frekuensi Mutlak) yang didapat
dari jumlah plot yang memuat spesies dibagi total plot; serta Dm
(Dominasi mutlak) yang didapat dari jumlah tusukan yang menyentuh
spesies dibagi total tusukan. Kemudian dicari nilai, dilakukan
perhitungan nilai Kr (Kerapatan relatif), Fr (Frekuensi relatif), dan Dr
(Dominasi relatif) untuk mengetahui spesies dominan di lokasi tersebut.
rumus yang digunakan untuk menghitung nilai Kr ( Kerapatan relatif), Fr
(Frekuensi relatif), dan Dr (Dominasi relatif) yaitu:
Frekuensi mutlak spesies (x)
Frekuensi relatif (Fr) = x 100%
total frekuensi mutlak

dominansi mutlak spesies (x)


Dominasi relatif (Dr) = x 100%
Dominansi total

Kerapatan mutlak spesies (x)


Kerapatan relatif (Kr) = x 100%
Total kerapatan mutlak
Kemudian dicari nilai INP (indeks nilai penting) dengan
menjumlah Kr. Dr. dan Fr dari masing-masing spesies sehingga dapat
diketahui jika setiap spesies memepunyai nilai INP yang berbeda-beda,
untuk Axonopus compressus 215.06%, Plechtrantus sp 17.74 %, Emilia
sp 36.49 %, dan Trifolium repens 30.7 % . Dari seluruh hasil INP yang
didapat, terlihat jika nilai INP pada spesies Axonopus compressus
mempunyai nilai INP yang tertinggi dibandingkan tanaman yang lain
sehingga dpat disimpulkan sementara bahwa Axonopus compressus
maerupakan spesies dominan di pada lokasi pengamatan.

b. Analisis Vegetasi Metode Titik


Berdasarkan hasil dari praktikum yang dilakukan pada 3 plot di
lokasi yang sama, didapatkan 4 spesies tumbuhan yang terkena tusukan.
Keempat spesies tersebut adalah Axonopus compressus, Plechtrantus sp,
Emilia sp dan Trifolium repens. Pada plot 1 dan 2 didapatkan tumbuhan
Axonopus compressus sebanyak tiga tumbuhan di plot 1 dan dua
tumbuhan di plot 2, sehingga totalnya lima tumbuhan. Tumbuhan
Plechtrantus sp ditemukan pada plot 2 dan 3 dengan masing-masing plot
terdiri atas satu tumbuhan. Tumbuhan Emilia sp ditemukan pada plot 3
dengan jumlah dua tumbuhan, serta Trifolium repens sejumlah tiga
tumbuhan pada plot 3.
Dari data di atas dapat ditentukan bahwa pada ketiga plot yang
diamati, spesies yang paling banyak ditemukan adalah Axonopus
compressus. Setelah diperoleh data yang dibutuhkan, dilakukan
perhitungan nilai Fm (Frekuensi Mutlak) yang didapat dari jumlah plot
yang memuat spesies dibagi total plot, serta Dm (Dominasi mutlak) yang
didapat dari jumlah tusukan yang menyentuh spesies dibagi total tusukan.
Kemudian dicari nilai Fr (Frekuensi relatif), dan Dr (Dominasi relatif)
untuk mengetahui spesies dominan di lokasi tersebut saat dimasukkan
rumus Indeks Nilai Penting (INP). Rumus yang digunakan untuk
menghitung nilai Fr (Frekuensi relatif), dan Dr (Dominasi relatif) yaitu:
Frekuensi mutlak spesies (x)
Frekuensi relatif (Fr) = x 100%
total frekuensi mutlak

dominansi mutlak spesies (x)


Dominasi relatif (Dr) = x 100%
Dominansi total

Kemudian dicari nilai INP dengan menjumlah Dr dan Fr dari


masing-masing spesies sehingga dapat diketahui jika setiap spesies
memepunyai nilai INP yang berbeda-beda, untuk Axonopus compressus
49.97%; Plechtrantus sp 39.97%; Emilia sp 23.34%; dan Trifolium
repens 26.67%.
Dari seluruh hasil INP yang didapat, terlihat jika nilai INP pada
spesies Axonopus compressus mempunyai nilai INP yang tertinggi
dibandingkan tanaman yang lain sehingga dpat disimpulkan sementara
bahwaa Axonopus compressus maerupakan spesies dominan di pada
lokasi pengamatan.

c. Analisis Vegetasi Metode Kuadrat


Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dan berdasarkan pada
tabel 6. Data hasil pengamatan analilis vegetasi metode kuadrat,
ditemukan beberapa spesies dari 3 plot yang berbeda. Dari plot 1
ditemukan tanaman Axonopus compressus, tanaman B, dan Phyllantus
urinaria. Dari plot 2 ditemukan lebih banyak spesies tanaman diantaranya
tanaman Axonopus compressus, tanaman B, Oplismenus hirtellu, Cyperus
mindorensis, Emilia sp., dan Sonchus oleraceu. Dan dari plot 3 ditemukan
beberepa spesies tanaman antara lain yaitu Axonopus compressus, tanaman
B, Phyllantus urinaria, Chrysosplenium americanum, Sonchus oleraceus,
Ageratum conyzoides, dan Trifolium repen. Ada 2 tanaman yang dapat
ditemukan pada ketiga plot yaitu tanaman Axonopus compressus dan
tanaman B.
Berdasarkan data hasil penentuan Indeks Nilai Penting metode
kuadrat ditemukan bahwa Frekuensi Relatif (FR) terbesar terdapat pada
tanaman Axonopus compressus dan tanaman B dengan FR sebesar 16,7
%. Kerapatan Relatif (KR) terbesar ada pada tanaman Axonopus
compressus dengan KR sebesar 0,44 % diikuti tanaman B dan tanaman
Oplismenus hirtellus dengan DR sebesar 0,13 %.

Sedangkan Dominansi Relatif (DR) terbesar ada pada tanaman Axonopus


compressus dengan DR sebesar 54,4 %. diikuti tanaman B dan tanaman
Oplismenus hirtellus dengan DR sebesar 10,1 %. Dan nilai INP paling
besar adalah pada tanaman Axonopus compressus yaitu sebesar 71,51 %.

VIII. PEMBAHASAN
a. Analisis Vegetasi Metode Garis
Menurut Hamidun (2011), jika pada hasil suatu analisis
vegetasi menunjukkan adanya jenis tumbuhan dengan INP terbesar,
maka dapat dikategorikan jenis tumbuhan tersebut sebagai penyusun
utama komunitas. INP suatu spesies pada suatau komunitas merupakan
salah satu parameter yang menunjukkan peranan jenis tumbuhan
tersebut dalam komunitasnya tersebut. Spesies yang mendominasi
berarti memiliki batasan kisaran yang lebih luas jika dibandingkan
dengan spesies yang lainnya terhadap faktor lingkungan, sehingga
kisaran toleransi yang luas pada faktor lingkungan menyebabkan
spesies ini akan memiliki sebaran yang luas (Fanani, dkk., 2013). Pada
Analisis Vegetasi metode garis yang dilakukan, garis yang digunakan
adalah sepanjang 1 meter karena lokasi yang digunakan vegetasinya
sederhana.
Pada Analisis vegetasi garis yang dilakukan, keempat tanaman
yang ditemukan adalah herba. Keempat tanaman yang ditemukan
memperoleh nutrisi dari tanah di lokasi tersebut, sehingga aka terjadi
persaingan antar tanaman. Menurut Krebs (2014) pada kompetisi dalam
memperoleh sumber daya yang sama apabila suatu spesies yang
meningkat maka spesies lain akan menurun. Demikian yang terjadi
pada lokasi pengamatan ini. Karena kemampuan adaptasi Axonopus
compressus yang baik maka spesies ini meningkat dan membuat spesies
lain menurun jumlahnya karena kalah bersaing dengan Axonopus
compressus.

Faktor abiotik pada suatu tempat menentukan struktur tumbuhan


pada temapat tersebut. karena faktor abiotik memepengaruhi
pertumbuhan tanaman. Tanaman yang berbeda memiliki kebutuhan
faktor abiotik yang beerbeda pula. Sehingga kemapuan adaatasi
tanaman dakam memeperoleh nutrisi dan beradaptasi di suatu tempat
dapat menentukan kelangsungan hidup tanaman tersebut. Pada hasil
pengamatan diketahui bahwa Axonopus compressus mempunyai nilai
INP terbesar dari jenis spesies yang lain. Axonopus compressus adalah
salah satu spesies rumput lunak yang banyak digunakan sebagai
penutup tanah untuk melindungi erosi tanah, untuk menjaga
kelembaban tanah (Jurami, 2003). Axonopus compressus telah
dinaturalisasi di banyak daerah tropis dan subtropis termasuk tropis
Afrika Barat, Afrika Selatan, Asia Tenggara, Australia dan Kepulauan
Pasifik. Axonopus compressus sering ditemukan di padang rumput,
pinggir jalan dan daerah yang terganggu atau teduh di tropis dataran
rendah lembab dan sub-lembab, antara 27° N dan 27° S, dan dari
permukaan laut hingga ketinggian 3000m. Ia dapat tumbuh pada
berbagai jenis tanah, termasuk tanah yang kurang subur, dari tanah
berpasir hingga tanah liat, asalkan kelembabannya tersedia dan pH tidak
di atas 7. Meskipun lebih suka sinar matahari penuh, Axonopus
compressus memiliki toleransi yang luar biasa terhadap kondisi teduh;
dengan demikian umumnya ditanam di bawah tanaman perkebunan di
daerah tropis (Heuzé, dkk., 2016). Berdasarkan hasil pengamatan,
kondisi lingkungan abiotik di lokasi teapat Axonopus compressus
tumbuh. Sangat sesuai dengan pertumbuhan Axonopus compressus
sehingga rumput ini dapat mendominasi lokasi tersebut dibandingkan
spesies lain.
b. Analisis Vegetasi Metode Titik
Metode titik seperti yang telah dijelaskan oleh Rohman (2001),
adalah metode yang digunakan dalam analisis vegetasi, yaitu tumbuhan
yang dikenai satu titik dihitung satu.per individumnya dan diukur
hingga mendapatkan nilai INP. Sesuai dengan hasil pengamatan
didapatkan tumbuhan berikut ini beserta nilai INP masing-masing:
Axonopus compressus 49.97%; Plechtrantus sp 39.97%; Emilia sp
23.34%; dan Trifolium repens 26.67%. Hal tersebut menunjukkan
bahwa tumbuhan Axonopus compressus memiliki jumlah populasi yang
lebih banyak dari tumbuhan lainnya. Begitu juga Emilia sp yang
memiliki jumlah populasi lebih sedikit dari tumbuhan yang lainnya.
Tumbuhan Axonopus compressus memiliki nilai INP yang
cukup tinggi, karena dominasinya pada suatu lahan daripada tumbuhan
lain. Hal ini karena rumput Axonopus compressus dapat menyebar lebih
cepat dengan rimpang bawah dan stolon. Selain itu, rumput Axonopus
compressus dapat tumbuh di tempat yang memiliki tingkat kesuburan
yang rendah (Reksohadiprodjo, 1985). Kondisi suhu tanah yang kurang
lebih 28ºC, pH tanah bernilai 6.7, intensitas cahaya bernilai 216 lux,
kelembapan tanah dan udara yang secara berturut-turut 23.3% dan 74%,
termasuk ke dalam lingkungan yang mendukung perkembangan
Axonopus compressus.
Tumbuhan Plechtrantus sp memiliki nilai INP 39.97% dengan
jumlah tumbuhan yang terkena titik ada dua buah dalam dua titik.
Tumbuhan Emilia sp yang memiliki nilai INP 23.34%, yang juga
memiliki dua buah tumbuhan namun dalam satu titik. Kedua tumbuhan
tersebut juga memiliki jumlah yang sama, tetapi terdapat perbedaan
dominasi dan persebaran dari kedua tumbuhan.
Dominasi dapat terjadi karena perbedaan kondisi fisik tumbuhan
yang lebih dominan di satu spesies. Meskipun lingkup wilayahnya
sempit, faktor lingkungan yang mendukung persebaran dan
pertumbuhan jarang bersifat seragam (Indriyanto, 2006).
Persebaran dari tumbuhan dipengaruhi genetik, kemampuan fisiologis
dan adaptasi tumbuhan dengan lingkungannya. Tidak hanya itu,
persebaran juga dipengaruhi dengan interaksi dari tumbuhan dengan
organisme lain, seperti epifauna dan tumbuhan lain di sekitarnya
(Martono, 2012).
Faktor lain yang mempengaruhi dominasi dan persebaran adalah
kompetisi. Setiap individu tumbuhan berkompetisi untuk
memperebutkan air, sinar matahari, ruang, dan nutrisi (Gibson dan
Gibson 2006; May 2007a; May 2007b). Faktor abiotik juga
mempengaruhi dominasi dan persebaran tumbuhan. Seperti yang
dikatakan Hardiansyah (2010), faktor abiotik yang berpengaruh ada tiga
tipe yaitu faktor iklim, faktor tanah dan faktor topografi. Faktor iklim
meliputi cahaya, suhu, ketersediaan air, dan angina. Faktor tanah
meliputi nutrisi tanah, reaksi tanah, kadar air tanah, dan kondisi fisik
tanah. Faktor topografi meliputi sudut kemiringan tanah, aspek
kemiringan lahan dan ketinggian tempat dari permukaan laut.

c. Analisis Vegetasi Metode Kuadrat


Berdasarkan percobaan yang sudah dilakukan, jenis tanaman dan jumlah
spesies tanaman berbeda-beda pada setiap plot percobaan. Terdapat plot
yang hanya memiliki sedikit tanaman, sedangkan plot yang lain lebih
banyak jenis tanamannya dan jumlah spesies juga bertambah. Menurut
Latifah (2005), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jumlah spesies
di dalam suatu daerah atau wilayah antara lain sebagai berikut:
a) Iklim Fluktuasi
Suhu maksimum yang ekstrim, persediaan air, dan sebagainya
menimbulkan kemacetan ekologis (bottleck) yang membatasi
jumlah spesies yang dapat hidup secara tetap di suatu daerah.
b) Keragaman Habitat
Habitat dengan daerah yang beragam dapat menampung spesies
yang keragamannya lebih besar di bandingkan habitat yang lebih
seragam.
c) Ukuran daerah yang luas dapat menampung lebih besar spesies
dibandingkan dengan daerah sempit. Beberapa penelitian telah
membuktikan bahwa hubungan antara luas dan keragaman spesies
secara kasar adalah kuantitatif.
Setelah didapat data dalam bentuk tabel seperti diatas, kemudian
dihitung dengan beberapa rumus sebagai berikut.
1) Kerapatan (K)

individu suatu spesies


K= (1)
Jml plot x luas minimal /satuan plot

2) Dominansi (Dom)

basal area suatu spesies


Dom = (2)
Luas area

3) Frekuensi (F)

plot yang terdapat spesies a


F= (3)
seluruh plot

4) Kerapatan relatif (NR)

N suatu spesies
KR = x 100 % (4)
N seluru h spesies

5) Dominansi relatif (DR)

Dom suatu spesies


DR = x 100 % (5)
Dom seluru h spesies
6) Frekuensi relatif (FR)

F suatu spesies
FR = x 100 % (6) (Odum, 2004).
F seluru h spesies

Dengan menggunakan rumus-rumus diatas, dihitung satu persatu


kemudian dimasukkan ke dalam tabel tabulasi data analisis vegetasi. Dari
hasil perhitungan di atas, didapatkan bahwa Frekuensi Relatif (FR)
terbesar adalah tanaman Axonopus compressus dan tanaman B dengan
FR sebesar 16,7 %. Nilai ini menunjukkan bahwa kedua tanaman
tersebut memiliki kehadiran yang tinggi di tiap plot dibandingkan dengan
spesies lainnya dimana kedua tanaman tersebut ditemukan di ketiga plot.
Kerapatan Relatif (KR) terbesar ada pada tanaman Axonopus
compressus dengan KR sebesar 0,44 % diikuti tanaman B dan tanaman
Oplismenus hirtellus dengan DR sebesar 0,13 %. Nilai ini menunjukkan
bahwa tanaman Axonopus compressus, tanaman B dan Oplismenus
hirtellus memiliki kerapatan yang tinggi bila dibandingkan dengan
spesies lainnya. Sedangkan Dominansi Relatif (DR) terbesar ada pada
tanaman Axonopus compressus dengan DR sebesar 54,4 %. diikuti
tanaman B dan tanaman Oplismenus hirtellus dengan DR sebesar 10,1 %.
Nilai ini menunjukkan bahwa ketiga tanaman tersebut yang paling
mendominasi di daerah tersebut dibandingkan tanaman yang lain, dimana
tanaman Axonopus compressus, tanaman B, dan Oplismenus hirtellus
yang medominasi.
Nilai INP (Indeks Nilai Penting) dapat dihitung dengan
menjumlahkan frekuensi relatif (FR), kerapatan relatif (KR), dan
dominansi relatif (DR). Nilai INP paling besar adalah pada tanaman
Axonopus compressus yaitu sebesar 71,51 %. Indeks nilai penting
menunjukkan kepentingan suatu jenis tumbuhan serta peranannya dalam
komunitas (Jumin, 2002).
Bentuk kehidupan dari spesies tumbuhan biasanya memiliki
karakteristik atauciri-ciri yang tetap. Namun spesies yang sama dapat
menerima bentuk kehidupan yang berbeda ketika tumbuh di bawah
kondisi lingkungan yang berbeda. Vegetasi dapat diklasifikasikan ke
dalam struktur tanpa menunjuk pada nama spesies.

Hal ini telah dibuktikan terutama dalam floristik lokasi yang belum
dijamah dan dalam lokasi di mana vegetasi tidak dapat diklasifikasikan
dengan mudah dengan spesies yang dominan. Ketinggian tumbuhan
digunakan sebagai kriteria dalam klasifikasi bentuk kehidupan.
Walaupun, berbagai bentuk kehidupan dapat memberikan pemikiran
khusus dari stratifikasi atau pelapisan dalam komunitas (Jumin, 2002).

IX. KESIMPULAN
1. Analisis vegetasi metode titik dilakukan untuk mengetahui komposisi bentuk
struktur vegetasi menggunakan sampel titik keberadaan tumbuhan, metode
garis digunakan untuk menganalisis tipe vegetasi tumbuhan dengan habitus
semak dengan dasar mencari komposisi dalam satu luasan yang dibatasi
dengan garis, dan metode kuadrat dijadikan suatu acuan terhadap proyeksi
perhitungan luas pada area tertentu.
2. Analisis vegetasi metode titik ditentukan pada sampel tumbuhan yang terkena
titik sampel, metode garis ditentukan pada sampel tumbuhan yang terlewati
garis yang terbentang, dan metode kuadrat ditentukan oleh presentase sampel
tumbuhan pada area tertentu.
3. Frekuensi, kerapatan, dan dominansi tertinggi tumbuhan pada tipe vegetasi
yang diamati di halaman gedung Biologi FMIPA UM adalah spesies
Axonopus compressus.
4. Indeks Nilai Penting (INP) dalam satuan persen (%) tiap spesies tumbuhan
pada suatu vegetasi memiliki rumus tersendiri dalam setiap metode. Metode
titik menentukan INP dengan rumus INP = DR + FR, sedangkan metode garis
dan kuadrat menentukan INP dengan rumus INP = DR + FR + KR.
5. Terdapat pengaruh faktor abiotik terhadap dominansi tumbuhan. Pengaruh
tersebut berupa fisiologis, tempat, dan persebaran hidup suatu spesies
tumbuhan.
DAFTAR RUJUKAN

Causton, D. 2012. An introduction to vegetation analysis: principles, practice


and interpretation. Springer Science & Business Media.
Fanani, A., Rohman, F., dan Sulasmi, E. 2013. Karakteristik Komunitas Herba Di
Hutan Jati Resort Pemangkuan Hutan (Rph) Dander Petak 12b Kabupaten
Bojonegoro. (Online), (jurnal-
online.um.ac.id/.../artikel06C174076B13EA256B3892E7EEC675.karya-
ilmiah.um.ac.id). diakses tanggal 12 Februari 2020.
Gibson, J.P., & Gibson, T.R. 2006. The Green World Plant Ecology. New York:
Chelsea H.
Hamidun, S., & Baderan, D. 2011. Analisis Vegetasi Hutan Produksi Terbatas
Boliyohuto Provinsi Gorontalo, (Online). (epository.ung.ac.id/.../Analisis-
Vegetasi-Hutan-Produksi-Terbatas-Boliy) diakses tanggal 12 Februari 2020.
Hardiansyah. 2010. Pengantar Ekologi Tumbuhan Banjarmasin: Jurusan PMIPA
FKIP Unlam.
Hastuti, E. D. 2012. Interaksi Struktur Komunitas Vegetasi Dengan
Kualitas Lingkungan di Kawasan Sempadan Pantai Semarang-Demak.
GE Environmental Sciences. Semarang: Universitas Diponegoro
Semarang.
Heuzé V., Tran G.,Delagarde R., Lebas F. 2016. Blanket grass (Axonopus
compressus). Feedipedia, a programe by INRA, CIRAD, AFZ and FAO.
(Online), (https://www.feedipedia.org/node/498) , diakses 12 Februari 2020.
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta: Bumi Aksara.
Jumin, H.B. 2002. Ekologi Tanaman. Jakarta: Rajawali Press.
Jurami, S. 2003. Turf grass: types, uses and maintenance. Garden Asia. vol. 8.
40–43.
Krebs, C. J. 2001. Ecology: Experimental analysis of Distribution and
Abundance. Fifth Edition. Benjamins Cummings, an imprint of Addision
Wesley Longmas, Inc. New York.
Latifah, S. 2005.  Analisis Vegetasi Hutan Alam. Sumatera Utara: USU
Reository.
Manik, K. E. S. 2018. Pengelolaan lingkungan hidup. Kencana.
Martono, D.M. 2012. Analisis Vegetasi dan Asosiasi Antara Jenis-Jenis Pohon
Utama Penyusun Hutan Tropis Dataran Rendah Di Taman Nasional Gunung
Rinjani Nusa Tenggara Barat. Jurnal Agri-Tek. Vol: 13. 21 p.
May, S. 2007a. Invasive Species: Invasive Aquatic and Wetland Plants. New
York: Chelsea H.
May, S. 2007b. Invasive Species: Invasive Terrestrial Plants. New York: Chelsea
H.
Odum, E. P., 2004. Dasar-dasar Ekologi Edisi Kelima. Yogyakarta: UGM Press.
Reksohadiprodjo, S. 1985. Produksi Hijauan Makanan Ternak Tropik Edisi
Revisi BPFE. Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta.
Rohman, F., & Sumberartha, I. W. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi
Tumbuhan. Malang : JICA.
Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung : ITB.
Suhadi, S. 2003. Analisis Vegetasi. Malang : Universitas Negeri Malang
Susanti, A. 2016. Analisis Vegetasi Herba di Kawasan Daerah Aliran Sungai
Krueng Jreue Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar Sebagai
Referensi Matakuliah Ekologi Tumbuhan (Doctoral dissertation, UIN Ar-
Raniry Banda Aceh).
LAMPIRAN

Gambar 1. Axonopus Gambar 2. Plechrantus Gambar 3. Phyllantus


compressus sp urinaria

Gambar 4. Gambar 5. Oplismenus Gambar 6. Cyperus


Chrysoplenium hirtellus mindorensis
americanum

Gambar 7. Emilia sp Gambar 8. Sonchus Gambar 9. Ageratum


oleraceus conyzoides

Gambar 10. Trifolium Gambar 11. Gambar 12.


repens Penghitungan Intensitas Perhitungan
Cahaya Kelembapan Tanah

Gambar 13. Gambar 14. Gambar 15.


Perhitungan Perhitungan Suhu Perhitungan pH Tanah
Kelembapan Udara Tanah

Anda mungkin juga menyukai