KEANEKARGAMAN HAYATI
OLEH
JURUSAN BIOLOGI
KUPANG
2018
PENDAHULUAN
Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk
(struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Untuk suatu kondisi hutan yang luas,
maka kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup
menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili habitat tersebut. Dalam sampling ini
ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak contoh, cara peletakan petak contoh
dan teknik analisa vegetasi yang digunakan (Marsono, 1977).
Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup besar agar individu jenis
yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas, tetapi harus cukup kecil agar individu
yang ada dapat dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa duplikasi atau pengabaian
(Harjosuwarno, 1990).
Beberapa sifat yang terdapat pada individu tumbuhan dalam membentuk populasinya,
dimanasifat – sifatnya bila di analisa akan menolong dalam menentukan struktur komunitas.
Sifa t– sifat individu ini dapat dibagi atas dua kelompok besar, dimana dalam analisanya akan
memberikan data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Analis kuantitatif meliputi :
distribusi tumbuhan (frekuensi), kerapatan (density), atau banyaknya (abudance) (Indriyanto,
2010).
Dalam pengambilan contoh kuadrat, terdapat empat sifat yang harus dipertimbangkan dan
diperhatikan, karena hal ini akan mempengaruhi data yang diperoleh dari sample. Keempat
sifat itu adalah (Indriyanto, 2010) :
1. Ukuran petak.
2. Bentuk petak.
3. Jumlah petak.
4. Cara meletakkan petak di lapangan.
Jika berbicara mengenai vegetasi, tidak bisa terlepas dari komponen penyusun
vegetasi itu sendiri dan komponen tersebutlah yang menjadi fokus dalam pengukuran
vegetasi. Komponen tumbuh-tumbuhan penyusun suatu vegetasi umumnya terdiri dari
(Indriyanto, 2010) :
1. Belukar (Shrub) yaitu tumbuhan yang memiliki kayu yang cukup besar, dan memiliki
tangkai yang terbagi menjadi banyak subtangkai.
2. Epifit (Epiphyte) yaitu tumbuhan yang hidup dipermukaan tumbuhan lain (biasanya
pohon dan palma). Epifit mungkin hidup sebagai parasit atau hemi-parasit.
3. Paku-pakuan (Fern) yaitu tumbuhan tanpa bunga atau tangkai, biasanya memiliki
rhizoma seperti akar dan berkayu, dimana pada rhizoma tersebut keluar tangkai daun.
4. Palma (Palm) yaitu tumbuhan yang tangkainya menyerupai kayu, lurus dan biasanya
tinggi; tidak bercabang sampai daun pertama. Daun lebih panjang dari 1 meter dan
biasanya terbagi dalam banyak anak daun.
5. Pemanjat (Climber) yaitu tumbuhan seperti kayu atau berumput yang tidak berdiri
sendiri namun merambat atau memanjat untuk penyokongnya seperti kayu atau belukar.
6. Terna (Herb) adalah tumbuhan yang merambat ditanah, namun tidak menyerupai rumput.
Daunnya tidak panjang dan lurus, biasanya memiliki bunga yang menyolok, tingginya
tidak lebih dari 2 meter dan memiliki tangkai lembut yang kadang-kadang keras.
7. Pohon (Tree) adalah umbuhan yang memiliki kayu besar, tinggi dan memiliki satu
batang atau tangkai utama dengan ukuran diameter lebih dari 20 cm.
Untuk tingkat pohon dapat dibagi lagi menurut tingkat permudaannya, yaitu :
1. Semai (Seedling) : Permudaan mulai dari kecambah sampai anakan kurang dari 1.5 m.
2. Pancang (Sapling) : Permudaan dengan tinggi 1.5 m sampai anakan berdiameter kurang
dari 10 cm. 3.
3. Tiang (Poles) : Pohon muda berdiameter 10 cm sampai kurang dari 20 cm. (Kurniawan,
2008)
Dalam analisa vegetasi ini terdapat banyak ragam metode analisa diantaranya yaitu:
(Wolf dkk, 1990)
Metode kuadrat pada umumnya dilakukan jika hanya vegetasi tingkat pohon saja
yang menjadi bahan penelitian. Metode ini mudah dan lebih cepat digunakan untuk
mengetahui komposisi, dominansi pohon dan menaksir volumenya (Harjosuwarno, 1990).
Beberapa rumus yang penting diperhatikan dalam menghitung hasil analisa vegetasi,
yaitu :
1. Kerapatan (Density)
Banyaknya (abudance) merupakan jumlah individu dari satu jenis pohon dan
tumbuhan lain yang besarnya dapat ditaksir atau dihitung. Secara kualitatif dibedakan
menjadi jarang terdapat, kadang-kadang terdapat, sering terdapat dan banyak sekali
terdapat jumlah individu yang dinyatakan dalam persatuan ruang disebut kerapatan yang
umunya dinyatakan sebagai jumlah individu (Indriyanto, 2010). 2.
2. Dominasi
Dominasi dapat diartikan sebagai penguasaan dari satu jenis terhadap jenis lain,
sehingga dominasi dapat dinyatakan dalam besaran:
a. Banyaknya Individu (abudance) dan kerapatan (density)
b. Persen penutupan (cover percentage) dan luas bidang dasar (LBD)/Basal area(BA)
c. Volume
d. Indek nilai penting (importance value-IV) (Indriyanto, 2010)
3. Frekuensi
Frekuensi merupakan ukuran dari uniformitas atau regularitas terdapatnya suatu jenis
frekuensi memberikan gambaran bagimana pola penyebaran suatu jenis,apakah
menyebar keseluruh kawasan atau kelompok. Hal ini menunjukan daya penyebaran dan
adaptasinya terhadap lingkungan (Wolf dkk, 1990).
4. Indek Nilai Penting (Importance Value Indeks)
Merupakan gambaran lengkap mengenai karakter sosiologi suatu spesies dalam
komunitas. Nilainya diperoleh dari menjumlahkan nilai kerapatan relatif, dominasi relaif
dan frekuensi relatif, sehingga jumlah maksimalnya 300% (Wolf dkk, 1990).
METODE
a. Lokasi Studi
Praktikum ini dilakukan di area hutan BAK Lama Universitas Nusa Cendana.
b. Alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan adalah 4 plot berukuran (1 m x 1 m, 2 m x 2 m, 4 m x
4 m dan 10 m x 10 m) untuk menentukan tempat yang akan dianalisis, meteran rol, alat
tulis, kamera.
c. Cara Kerja
Langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan 4 tempat yang akan di analisis.
Pada percobaan ini dibuat 4 plot berukuran 1x1 meter (plot 1), 2x2 meter (plot 2), 4x4
meter(plot 3) dan 10x10 meter(plot 4) yang diletakkan pada tempat berbeda. Kemudian
dicatat semua spesies tumbuhan beserta jumlah tiap spesies yang ditemukan di tempat
tersebut. Setelah itu, hasil yang telah didapat dimasukkan dalam tabel worksheet
lapangan dan tabulasi data analisis vegetasi. Dalam tabel tabuasi data, data yang telah
didapat dihitung dengan menggunakan beberapa rumus yaitu frekuensi (F), frekuensi
relatif (FR), densitas (N), densitas relatif (NR), dominansi (Dom), dominansi relatif
(DomR), indeks nilai penting (INP), dan indeks diversitas Shannon-Wiener (E’).
HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Hasil
Berikut adalah data banyaknya jumlah, ukuran diameter dan hasil perhitungan bassal
area tiap spesies.
B𝐴 = 𝜋𝑟 2
Tabel 1. Worksheet Lapangan
No Spesies Plot n r BA
1 Lamtoro (Leucaena leucocephala) 1 2 5 78,5
2 Bunga Liar Duri Putih 1, 2, 3 & 4 11 1,43 6,42
3 Spesies A 2 2 2 12,56
4 Johar (Cassia siamea) 1, 3 & 4 4 19,25 1.163,57
5 Gamal (Gliricidia sepium) 2, 3, & 4 17 36,7 4.229,23
6 Flamboyan (Delonix regia) 2, 3, & 4 10 16,3 834,27
7 Kosambi (Schleichera oleosa) 3 3 5,67 100,95
8 Bidara (Ziziphus mauritiana) 4 2 9 253,34
9 Mahoni (Swietenia mahagoni) 4 1 11 379,54
(Sumber : Kelompok 3)
Setelah didapat data dalam bentuk tabel seperti diatas, kemudian dihitung dengan
beberapa rumus sebagai berikut.
1. Densitas (N)
2. Dominansi (Dom)
∑𝑏𝑎𝑠𝑎𝑙 𝑎𝑟𝑒𝑎 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
𝐷𝑜𝑚 =
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑎𝑟𝑒𝑎
3. Frekuensi (F)
∑𝑝𝑙𝑜𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑎
𝐹=
∑𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑝𝑙𝑜𝑡
4. Densitas Relatif (NR)
𝑁 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
𝑁𝑅 = 𝑥 100%
∑𝑁 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
5. Dominansi Relatif (DomR)
𝐷𝑜𝑚 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
𝐷𝑜𝑚𝑅 = 𝑥 100%
∑𝐷𝑜𝑚 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
6. Frekuensi Relatif (FR)
𝐹 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
𝐹𝑅 = 𝑥 100%
∑𝐹 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
7. Indeks Nilai Penting (INP)
𝐼𝑁𝑃 = FR + DomR + NR
8. Indeks Diversitas (H)
H = - ∑ (pi log pi)
9. Indeks Kemerataan (E)
𝐻 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
𝐸=
log 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
Tabel 2.
b. Pembahasan
Dari hasil penrhitungan diatas, didapatkan bahwa Frekuensi Relatif (FR) terbesar
adalah bunga liar duri putih dengan FR sebesar 22,22 %. Nilai ini menunjukkan bahwa
tanaman tersebut memiliki kehadiran yang tinggi di tiap plot dibandingkan dengan
spesies lainnya dimana tanaman tersebut ditemukan di keempat plot.
Densitas Relatif (NR) terbesar ada pada gamal (Gliricidia sepium) dengan NR sebesar
32,69% diikuti bunga liar duri putih dengan NR sebesar 21,15%. Nilai ini menunjukkan
bahwa gamal(Gliricidia sepium) dan bunga liar duri putih memiliki kerapatan yang
tinggi bila dibandingkan dengan spesies lainnya.
Sedangkan Dominansi Relatif (DomR) terbesar ada pada gamal (Gliricidia sepium)
dengan DomR sebesar 83,28%. Nilai ini menunjukkan bahwa gamal (Gliricidia sepium)
yang paling mendominasi di depan BAK Lama UNDANA dibandingkan tanaman yang
lain.
Nilai INP (indeks nilai penting) dihitung dengan menjumlah frekuensi relatif (FR),
dominansi relatif (DomR) dan densitas relatif (NR) adalah sebesar 357,39%. Indeks nilai
penting menunjukkan kepentingan suatu jenis tumbuhan serta peranannya dalam
komunitas (Jumin, 1992).
Selanjutnya, yaitu menghitung indeks diversitas dan indeks kemerataan. Indeks
diversitas atau indeks keragaman dapat digunakan untuk menyatakan hubungan
kelimpahan spesies dalam komunitas. Keanekaragaman spesies terdiri dari 2 komponen,
yaitu : (Jumin, 1992)
1. Jumlah spesies dalam komunitas yang sering disebut kekayaan spesies.
2. Kesamaan spesies.
Kestabilan suatu jenis dipengaruhi oleh tingkat kemerataanya. Semakin tinggi nilai
keanekargaman jenis (H) maka keanekargaman dalam komunitas tersebut semakin
stabil, sebaliknya semakin rendah (H) maka tingkat kestabilan nilai keanekargaman jenis
semakin rendah.
Suatu jenis yang memiliki tingkat kestabilan yang tinggi mempunyai peluang yang
lebih besar untuk mempertahankan kelestarian jenisnya. Semakin tinggi nilai kemerataan
(E) maka keanekargaman jenis dalam komunitas semakin stabil. Jika nilai (E) semakin
tinggi menunjukkan keseragaman semakin tinggi.
Jika :
Dari hasil analisis diperoleh indeks keragaman adalah 0,7808 maka dapat katakan
bahwa indeks keragaman vegetasi di depan BAK Lama UNC ada dalam keadaan rendah.
Sedangkan nilai kemerataannya adalah 1,37. Data ini menunjukan bahwa area vegetasi di
depan BAK Lama UNC memiliki keseragaman yang sangat tinggi.
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa komunitas
yang dianlisis ini (Vegetasi depan BAK Lama UNC) merupakan komunitas kurang stabil jika
ditinjau dari indeks keragaman. Dan dikatakan komunitas stabil jika ditinjau dari indeks
kemerataannya.
PERHITUNGAN
Worksheet Lapangan
B𝐴 = 𝜋𝑟 2
1. Lamtoro : 𝐵𝐴 = 3,14 × 25 = 78,5
8. Bidara :
9. Mahoni :