Anda di halaman 1dari 15

METABOLISME NITROGEN PADA TUMBUHAN FAMILIA

LEGUMINOCEAE

Oleh :
Nurul Syifa Yasaari B1A019107
Desti Ramadhani Ekawati B1A019116
Dyah Ayu Roellyanita Putri B1A019121
Ahmad Amanullah B1A019138
Maulida Salsabila Putri Partono B1A019147
Rombongan : C1
Kelompok :2
Asisten : Muhammad Farhan Zuhdi

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN I

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2020
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Leguminoceae (nama lain dari Fabaceae), biasa disebut sebagai keluarga


kacang-kacangan atau polong-polongan yang saat ini terbagi menjadi tiga sub-
familia yaitu Caesalpinioideae, Mimosoideae dan Papilionoideae yang dibagi
lebih lanjut menjadi 35 suku yang terdiri atas 751 genera yang mencakup
19,500 spesies secara total (Lewis, 2013). Leguminoceae merupakan salah satu
suku tumbuhan dikotil yang mempunyai kemampuannya mengikat (fiksasi)
nitrogen langsung dari udara (tidak melalui cairan tanah) karena bersimbiosis
dengan bakteri tertentu pada akar atau batangnya (Tillman et al., 1998).
Leguminoceae memiliki bintil-bintil akar yang berfungsi dalam pensuplai
nitrogen, dimana di dalam bintil-bintil akar inilah bakteri bertempat tinggal dan
berkembang biak serta melakukan kegiatan fiksasi nitrogen bebas dari udara.

Reksohadiprodjo (1985) mengatakan bahwa, apabila dilihat dari


bentuknya, tanaman Leguminoceae dibagi menjadi tiga, yaitu:

1) Pohon adalah Tanaman Leguminoceae yang berkayu dan mempunyai tinggi


lebih dari 1,5 meter, contohnya adalah Leucaena leucocephala, Sesbania
glandiflora, Glyricidia sepium, dan Bauhinia sp.
2) Perdu adalah tanaman Leguminoceae yang berkayu dan mempunyai tinggi
kurang dari 1,5 meter, contohnya adalah Desmanthus vergatus, Desmodium
gyroides, Flemingia congesta, dan Indigofera arrecta.
3) Semak adalah tanaman Leguminoceae yang tidak berkayu, sifat tumbuhnya
memanjat dan merambat, contohnya adalah Centrosema pubescens,
Pueraria phaseoloides, dan C alopogonium mucunoides.

Fiksasi nitrogen merupakan proses yang menggabungkan nitrogen


bebas dengan unsur lain secara kimia yang disebut penambatan nitrogen.
Salah satu caranya ialah melalui kegiatan organisme bersimbiosis yang dapat
mengubah nitrogen dari atmosfer menjadi amonia (kebalikan dari
denitrifikasi). Dewi (2007) menjelaskan bahwa fiksasi nitrogen melibatkan
penggunaan ATP dan proses reduksi ekuivalen yang berasal dari
metabolisme primer. Semua reaksi yang terjadi dikatalisis oleh nitrogenase.
Enzim ini mengandung 2 molekul nutrien yaitu molekul protein besi dan 1
molekul protein molibden besi. Reaksi ini berlangsung ketika molekul N 2
terikat pada kompleks enzim nitrogenase. Protein Fe mula-mula direduksi
oleh elektron yang diberikan oleh ferredoksin. Kemudian Fe reduksi
mengikat ATP dan mereduksi protein molibden besi yang memberikan
elektron pada N2 sehingga menghasilkan NH=NH. Pada dua daur berikutnya,
proses ini (masing-masing membutuhkan elektron yang disumbangkan oleh
ferredoksin) NH=NH direduksi menjadi H2N-NH2 dan selanjutnya direduksi
menjadi NH3 tergantung pada jenis mikrobanya, ferredoksin reduksi yang
memasok elektron untuk proses ini diperoleh melalui fotosintesis, respirasi
atau fermentasi. Produk akhir dari proses pengikatan nitrogen adalah amoniak
(NH3) dan air. Enzim nitrogenase akan hancur ketika kontak dengan oksigen,
oleh karena itu, proses pengikatan nitrogen hanya terjadi pada kondisi
anaerob (tanpa oksigen) atau oksigen yang dinetralkan dengan bahan kimia
lain seperti leghemoglobin.

Pada proses penambatan nitrogen, tanaman Leguminoceae


menyediakan lingkungan dan karbohidrat untuk metabolisme bakteri,
sedangkan bakteri mengubah N2 udara menjadi N tersedia bagi tanaman.
Tanaman Leguminoceae mampu tumbuh baik pada tanah yang kekurangan N
karena adanya simbiosis dengan Rhizobium, sehingga mampu meningkatkan
kualitas dan kuantitas tanaman Leguminoceae, serta mampu meningkatkan
dan menjaga kesuburan tanah (Gardner et al., 1991). Menurut Wicaksono dkk
(2015) nitrogen di dalam tanah berbentuk nitrat (NO3ˉ) yang mempunyai
kemampuan menghilangkan bulu-bulu akar yang dibutuhkan bakteri untuk
menginfeksi akar sehingga mengurangi kemampuan akar untuk memproduksi
bintil akar. Adanya kandungan nitrogen yang berlebihan akibat dilakukan
pemupukan akan mengurangi kemampuan bakteri Rhizobium dalam
menginfeksi akar. Hal ini sejalan dengan pendapat Fitriana dkk (2015) bahwa
pertumbuhan bakteri Rhizobium dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara
pada lingkungan perakaran dan tentunya akan berpengaruh pada fiksasi
nitrogen. Kelebihan dan kekurangan unsur hara akan berdampak buruk
terhadap pertumbuhan Rhizobium dan fiksasi nitrogen (Prayoga, 2018).
Warna bintil akar setelah dibelah dapat menjadi salah satu indikator
keaktifan dari bintil akar dalam memfiksasi nitrogen. Howieson dan Dilworth
(2016) menyatakan bahwa bagian dalam dari bintil yang berwarna merah atau
merah muda setelah dibelah mengandung pigmen leghemoglobin dan
sekaligus menunjukkan ciri-ciri bintil akar yang telah matang. Bintil akar
yang efektif umumnya berukuran besar dan berwarna merah muda karena
mengandung pigmen leghemoglobin (gugus heme menempel ke protein
globin) yang berwarna di dalam jaringan bakteroid. Sedangkan bintil dengan
bagian dalam yang berwarna hijau diduga belum aktif dalam menambat
nitrogen (Nugroho, 2018). Rao (1994) menambahkan bintil akar yang tidak
efektif berukuran kecil dan mengandung jaringan bakteroid yang tidak dapat
berkembang dengan baik karena struktur bintilnya tidak normal. Bintil akar
yang telah tua akan mengalami senescen. Purwaningsih et al. (2012)
menyatakan bakteroid dan leghemoglobin akan mengalami degradasi
sehingga bintil akar berwarna cokelat atau hitam.

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum metabolisme nitrogen pada tumbuhan familia


Leguminoceae adalah untuk mengetahui aktivitas metabolisme nitrogen pada
tumbuhan familia Leguminoceae.
II. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat yang digunakan pada praktikum metabolisme nitrogen pada


tumbuhan familia Leguminoceae adalah penggaris, alat tulis, dan gunting.
Bahan yang digunakan pada praktikum metabolisme nitrogen pada
tumbuhan familia Leguminoceae adalah tiga tumbuhan dari familia
Leguminoceae.

B. Metode

Sebanyak 3 Tumbuhan tersebut Bintil akar yang ada pada


tumbuhan familia dipisahkan dengan tumbuhan tersebut diamati
Leguminoceae tanah, kemudian akar tentang jenis bintilnya
yang ada di tumbuhan dibersihkan apakah aktif atau tidak
sekitaran rumah dengan air. aktif, bentuk bintil, dan
dipilih dan diambil. diameter bintil.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 3.1 Hasil Pengamatan Bintil Akar pada Tumbuhan Leguminoceae


Tumbuhan Ukuran Bentuk Bintil Akar
Leguminoceae Tumbuhan Bintil Aktif Tidak Aktif
Jumlah Warna Diameter Jumlah Warn Diameter
a
Turi (Sesbania 47 cm Bulat 6 Merah 0,38 cm 2 Putih 0,2 cm
grandiflora L.) muda
Kacang Panjang 315 cm Bulat 5 Coklat 0,36 cm 7 Putih 0,13 cm
(Vigna tidak kemerah pucat
unguiculata ssp. beratura mudaan
Sesquipedalis L.) n
Putri malu 39 cm Bulat 2 Merah 0,2 cm 7 Putih 0,1 cm
(Mimosa pudica muda pucat
L.)

Keterangan: *ukuran tumbuhan…..cm


*diameter…..cm
*warna merah/merah muda/putih/putih pucat

Gambar 3.1 Tumbuhan Turi (Sesbania grandiflora L.) Secara Utuh


Gambar 3.2 Bintil pada Akar Tumbuhan Turi (Sesbania grandiflora L.)

Gambar 3.3 Bintil Aktif dan Tidak Aktif Tumbuhan Turi (Sesbania grandiflora
L.) Sebelum Diiris

Gambar 3.4 Bintil Aktif Tumbuhan Turi (Sesbania grandiflora L.) Setelah Diiris
Gambar 3.5 Bintil Tidak Aktif Tumbuhan Turi (Sesbania grandiflora L.)
Setelah Diiris

Gambar 3.6 Tumbuhan Kacang Panjang (Vigna unguiculata ssp. Sesquipedalis


L.) Secara Utuh

Gambar 3.7 Bintil pada Akar Tumbuhan Kacang Panjang (Vigna unguiculata
ssp. Sesquipedalis L.)
Gambar 3.8 Bintil Aktif Tumbuhan Kacang Panjang (Vigna unguiculata ssp.
Sesquipedalis L.) Sebelum Diiris

Gambar 3.9 Bintil Tidak Aktif Tumbuhan Kacang Panjang (Vigna unguiculata
ssp. Sesquipedalis L.) Sebelum Diiris

Gambar 3.10 Bintil Aktif Tumbuhan Kacang Panjang (Vigna unguiculata ssp.
Sesquipedalis L.) Setelah Diiris
Gambar 3.11 Bintil Tidak Aktif Tumbuhan Kacang Panjang (Vigna
unguiculata ssp. Sesquipedalis L.) Setelah Diiris

Gambar 3.12 Tumbuhan Putri malu (Mimosa pudica L.) Secara Utuh

Gambar 3.13 Bintil pada Akar Tumbuhan Putri malu (Mimosa pudica L.)
Gambar 3.14 Bintil Aktif Tumbuhan Putri malu (Mimosa pudica L.) Sebelum
Diiris

Gambar 3.15 Bintil Tidak Aktif Tumbuhan Putri malu (Mimosa pudica L.)
Sebelum Diiris

Gambar 3.16 Bintil Aktif Tumbuhan Putri malu (Mimosa pudica L.) Setelah
Diiris
Gambar 3.17 Bintil Tidak Aktif Tumbuhan Putri malu (Mimosa pudica L.)
Setelah Diiris

B. Pembahasan

Berdasarkan percobaan yang sudah dilakukan diperoleh hasil pengamatan


bintil akar pada tumbuhan Leguminoceae. Tumbuhan yang digunakan meliputi
tumbuhan turi (Sesbania grandiflora L.), kacang panjang (Vigna unguiculata ssp.
Sesquipedalis L.), dan putri malu (Mimosa pudica L.). Berdasarkan hasil
percobaan, tumbuhan turi memiliki ukuran sepanjang 47 cm, bentuk bentuk bintil
akar bulat, dengan bintil akar aktifnya berjumlah 6, memiliki warna merah muda,
dan ukuran diameternya sebesar 0,38 cm. Sedangkan bintil akar tidak aktif
berjumlah 2 dengan warna putih dan diameter sebesar 0,2 cm. Tumbuhan kacang
panjang memiliki ukuran sepanjang 315 cm, bentuk bintil akar pada tumbuhan
ini yaitu bulat tidak beraturan. Bintil akar aktif berjumlah 5 dengan warna coklat
kemerah mudaan dan diameter sebesar 0,36 cm, bintil akar tidak aktif pada
tumbuhan ini berjumlah 7 dengan warna putih pucat dan diamernya sebesar 0,13
cm. Tumbuhan putri malu memiliki ukuran sepanjang 39 cm, bintil akar pada
puri malu berbentuk bulat. Bintil aktif berjumlah 2 dan berwarna merah muda
dengan diameter sebesar 0,2 cm. Bintil tidak aktif berjumlah 7 berwarna putih
pucat dengan diameter 0,1 cm.
Besar dan jumlah dari bintil akar pada tumbuhan akan mempengaruhi
kemampuan Rhizobium dalam menambat nitrogen dari udara. Semakin besar
bintil akar atau semakin banyak bintil akar yang terbentuk, maka nitrogen yang
tertambat juga semakin besar. Semakin aktif nitrogenase semakin banyak pula
pasokan nitrogen bagi tumbuhan, sehingga dapat memperbaiki pertumbuhan
suatu tumbuhan. Banyaknya nitrogen yang difiksasi oleh tumbuhan
Leguminoceae bervariasi, tergantung pada jenis tumbuhan, kultivar, jenis bekteri,
dan tempat tumbuh bakteri tersebut terutama pengaruh dari pH tanah pada
tumbuhan itu tumbuh (Suharjo, 2001).
Tumbuhan Leguminoceae mempunyai bintil akar yang terdapat pada
akarnya. Bintil akar tersebut merupakan simbiosis antara akar dengan bakteri
Rhizobium japonicum. Bintil akar berfungsi untuk mengikat langsung unsur
nitrogen bebas yang ada di udara. Bintil akar juga dapat menyuburkan tanah
karena dapat menghemat penggunaan NH3 yang tersedia di dalam tanah dan
penyediaan unsur nitrogen ke tanah. Terdapat protein yang dinamakan
leghemoglobin yang terdapat di ruang peribakteroid, tepatnya pada bagian
sitoplasma. Protein tersebut menyebabkan bintil tumbuhan kacang-kacangan
memiliki warna merah muda dan protein tersebut berperan dalam mengangkut
O2. Penambatan nitrogen di bintil akar terjadi secara langsung di bakteroid.
Tumbuhan inang menyediakan karbohidrat bagi bakteroid yang akan dioksidasi
sehingga menghasilkan energi (Salisbury & Ross, 1985).
Atmosfer mengandung 80% nitrogen dalam bentuk gas nitrogen, namun
umumnya tumbuhan tidak dapat memanfaatkan secara langsung.
Mikroorganisme penambat nitrogen ada yang hidup bebas dan ada yang
bersimbiosis. Reaksi fiksasi N2 membutuhkan enzim kompleks yaitu nitrogenase,
yang melibatkan protein kompleks protein Fe dan protein Fe-Mo. Enzim
nitrogenase berperan mengubah bentuk nitrogen bebas di udara menjadi amonia.
Protein Fe-Mo berperan untuk mereduksi nitrogen di udara. Terlibat pula ATP,
ion H+, dan elektron yang bersumber dari respirasi. ATP diduga berperan dalam
mengaktifkan protein Fe (Bidwell, 1997).

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa


aktivitas metabolisme nitrogen adalah rangkaian proses biokimia yang terjadi
di dalam atau luar tumbuhan berupa pembentukan nitrogen dari molekul-
molekul sederhana dan perombakan kompleks nitrogen menjadi molekul-
molekul sederhana pembentuknya. Tumbuhan Leguminoceae memiliki bintil
akar yang mampu memfiksasi nitrogen secara langsung di udara. Proses
fiksasi tersebut dibantu oleh bakteri tanah Rhizobium yang mampu menambat
atau mengikat nitrogen untuk proses fiksasi. Kemampuan penambatan
nitrogen oleh Rhizobium dipengaruhi oleh bintil. Semakin besar dan semakin
banyak bintil aktif yang ada pada akar maka semakin besar pula nitrogen
yang ditambat, dan begitu sebaliknya. Tumbuhan turi memiliki bintil aktif
sebanyak 6 buah sehingga penambatan dan fiksasi nitrogen dapat berjalan
lancar. Tumbuhan kacang panjang memilki bintil aktif sebanyak 7 buah
sehingga penambatan dan fiksasi nitrogen dapat berjalan lancar juga,
sedangkan tumbuhan putri malu memiliki bintil aktif sebanyak 2 buah
sehingga penambatan dan fiksasi nitrogen berjalan dengan kurang lancar.

DAFTAR PUSTAKA

Bidwell, R. G. S., 1979. Plant Physiology. London: Macmillon Publishing


Company.
Dewi, I. R. A. 2007. Fiksasi N Biologis pada Ekosistem Tropis. Jatinangor:
Universitas Padjajaran.
Gardner. F.P., R.B. Pearce & R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Howieson, J. G. & M. J. Dilworth. 2016. Working with Rhizobia. Canberra:
Australian Centre for International Agricultural Research.
Lewis, G. P., Schrire, B. D., Mackinder, B. A., Rico, L., & Clark, R. 2013. A 2013
linear sequence of legume genera set in a phylogenetic context—a tool for
collections management and taxon sampling. South African Journal of
Botany, 89(1), 76-84.
Nugroho, D. N. 2018. Pengaruh Pemberian Cendawan Mikoriza Arbuskular dan
Dosis Kompos Gulma Siam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai.
Yogyakarta: Universitas Mercu Buana.
Prayoga, D., Riniarti, M., & Duryat, D. 2018. Aplikasi Rhizobium dan Urea Pada
Pertumbuhan Semai Sengon Laut. Jurnal Sylva Lestari, 6(1), 1-8.
Purwaningsih, O., D. Indradewa, S. Kabirun & D. Siddiq. 2012. Tanggapan
tanaman kedelai terhadap inokulasi Rhizobium. Agrotop, 2(1), pp. 5-32.
Rao, N. S. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Jakarta: UI
Press.
Reksohadiprodjo, S. 1985. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik.
Edisi Revisi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Salisbury, F. G. & Ross, C. W., 1985. Plant Physiology. California: Wadsworth
Publishing Company.
Suharjo, U. K. J., 2001. Efektivitas nodulasi Rhizobium japonicum pada kedelai
yang tumbuh di tanah sisa inokulasi dan tanah dengan inokulasi tambahan.
Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia, 3(1), pp. 31-35.
Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo, & S.
Lebdosukojo, 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan ke-4.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai