Anda di halaman 1dari 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi dan Klasifikasi Bawang Merah


Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak
lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk ke
dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai bumbu penyedap
makanan serta bahan obat tradisional (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
2007).
Klasifikasi :

Kingdom :Plantae
Subkingdom :Tracheobionta
Superdivisio :Spermatophyta
Divisio :Magnoliophyta
Klas :Liliopsida
Sub-klas :Liliidae
Ordo :Liliales
Familia :Liliaceae
Genus :Allium
Spesies :Allium cepa L.

1. Morfologi bawang merah (Aoyama dan Yamamoto, 2007)


a. Akar
Berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang
terpencar pada kedalaman antara 15 – 30 cm di dalam tanah.

b. Batang
Memiliki batang sejati atau disebut diskus yang berbentuk seperti
cakram, tipis dan pendek sebagai tempat melekatnya akar dan mata tunas
(titik tumbuh), diatas diskus terdapat batang semu yang tersusun dari
pelepah – pelepah daun dan batang semu yang berada di dalam tanah
berubah bentuk dan fungsi menjadi umbi lapis
c. Daun
Berbentuk silindris kecil memanjang antara 50 – 70 cm, berlubang dan
bagian ujungnya runcing, berwarna hijau muda sampai tua, dan letak daun
melekat pada tangkai yang ukurannya relative pendek

d. Bunga
Tangkai bunga keluar dari ujung tanaman (titik tumbuh) yang
panjangnya antara 30 – 90 cm, dan di ujungnya terdapat 50 – 200 kuntum
bunga yang tersusun melingkar seolah berbentuk payung. Tiap kuntum
bunga terdiri atas 5 – 6 helai daun bunga yang berwarna putih, 6 benang
sari berwarna hijau atau kekuning – kuningan, 1 putik dan bakal buah
berbentuk hampir segitiga. Bunga bawang merupakan bunga sempurna
dan dapat menyerbuk sendiri atau silang.

e. Buah dan Biji


Buah berbentuk bulat dengan ujungnya tumpul membungkus biji
berjumlah 2 – 3 butir, bentuk biji agak pipih saat muda berwarna bening
atau putih setelah tua berwarna hitam. Biji bawang berwarna merah dapat
digunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman secara generatif.

2. Senyawa aktif bawang merah


Bawang merah banyak dibutuhkan sebagai bumbu berbagai masakan.
Kegunaan lain dari bawang merah ialah sebagai obat tradisional karena senyawa
aliin dan alisin yang berifat bakterisida (Rukmana, 1994). Menurut (Rodrigues
dkk., 2003), kandungan gizi dari bawang merah ialah karbohidrat (11,0 g),
protein (1,2 g), serat (0,6 g), lemak (0,30 %) dan beberapa vitamin seperti
vitamin A (0,012 mg), vitamin C (11 mg), thiamin (0,08 mg), riboflavin (0,01
mg), dan niasin (0,2 mg), dan beberapa mineral seperti fosfor, kalsium, sodium,
besi dan kalium.

B. Mekanisme kerja Kolkhisin


Kolkhisin bersifat toksik dan karsinogenik, larut dalam air, akohol dan
kloroform tapi tidak begitu larut dalam eter. Kolkhisin umum digunakan untuk
menginduksi poliploid. Keberadaan kolkhisin pada titik tumbuh tanaman akan
menghambat pembentukan benang-benang spindel yang menyebabkan kromatid gagal
berpisah pada anafase dan akhirnya menyebabkan terjadinya penggandaan kromosom
tanpa pembentukan dinding sel. Pembentukan pelat sel juga terhambat oleh kolkhisin
akibatnya sitokinesis tidak terjadi. Keadaan tersebut menyebabkan terbentuknya sel
dengan jumlah kromosom ganda dalam satu ini.

Penggandaan kromosom merupakan salah satu upaya seleksi untuk


meningkatkan mutu tumbuhan baik berupa peningkatan kandungan metabolit
sekundernya maupun toleransinya terhadap faktor lingkungan terutama lingkungan
yang ekstrim. Konsentrasi pemakaian kolkisin sebagai senyawa penginduksi
poliploidi beragam tergantung pada jenis tumbuhan (Fajrina et al., 2012). Dari hasil
penelitian Suharni (2004) pemberian kolkhisin dengan metode tetes pada konsentrasi
0 sampai dengan 0.6 % dapat menyebabkan tanaman menjadi poliploid yang tinggi
dalam morfologi, anatomi, fisiologi dan sitologi dari pada tanaman diploidnya.

Kolkhisin merupakan salah satu reagen untuk mutasi yang menyebabkan


terjadinya poliploid. Senyawa ini dapat menghalangi terbentuknya benang- benang
spindle pada pembelahan sel sehingga jumlah kromosom dalam setiap sel menjadi
dua kali lipat atau terjadi proses poliploidisasi (Suharni, 2004).

C. Tanaman Poliploidi
Poliploidi dapat dibuat secara sengaja (dengan induksi) menggunakan bahan
kimia seperti kolkhisin. Poliploid mengakibatkan terjadinya beberapa perubahan
sebagai akibat dari duplikasi kromosom, contohnya sel dan bagian- bagian tanaman
yang menjadi lebih besar. Manipulasi ploidi telah berhasil digunakan dalam
pemuliaan tanaman untuk memproduksi tanaman poliploid sebagai salah satu cara
untuk meningkatkan hasil.

Poliploidi seringkali memberikan efek dramatis dalam penampilan atau


pewarisan sifat yang bisa positif atau negatif. Tumbuhan secara umum bereaksi positif
terhadap poliploidi yaitu adanya perubahan yang menyebabkan tanaman lebih besar
dari ukuran normal.
Tanaman poliploid memiliki pola pertumbuhan, ciri morfologi, anatomi,
genetik, fisiologi, dan produktivitas yang berbeda dibandingkan dengan tanaman
diploidinya. Umumnya kenampakan tanaman dan produktivitasnya lebih baik,
sehingga secara ekonomis lebih menguntungkan (Burns, 1972).

Burns (1972) mengungkapkan adanya ciri morfologi yang berbeda pada


tanaman poliploid dibandingkan tanaman diploidnya. Pada tanaman poliploid, jumlah
kromosom yang lebih banyak menyebabkan ukuran sel dan inti sel bertambah besar.
Sel yang berukuran lebih besar menghasilkan bagian tanaman seperti daun, bunga,
buah maupun tanaman secara keseluruhan yang lebih besar.

Hasil penelitian yang dilakukan Damayanti (2003) pada tanaman vanila


menunjukkan bahwa Perlakuan kolkhisin menghasilkan jumlah kromosom yang
beragam pada masing-masing perlakuan. Konsentrasi kolkhisin yang menunjukkan
adanya duplikasi kromosom adalah konsentrasi kolkhisin 0,20% dan 0,25% selama 6
hari. Penambahan jumlah kromosom tersebut diikuti dengan peningkatan ukuran sel
dan perbesaran organ yang menyebabkan pada penampakan biakan, pada warna tunas
yang lebih hijau, tingkat multiplikasi tinggi, dan batang lebih besar.

Perendaman biji menggunakan kolkhisin konsentrasi 0,01% pada tanaman Pacar


air (Impatiens balsamina L.) juga menginduksikan tanaman poliploid, perubahan
tersebut ditandai dengan daun dan batang lebih besar, cabang lebih banyak, dan waktu
pembungaan lebih cepat. Tetapi perubahan jumlah kromosom tersebut tidak
berpengaruh nyata terhadap diameter bunga Impatiens balsamina L (Wiendra, 2011).

Anda mungkin juga menyukai