Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA TANAMAN

“BINTIL AKAR”

DISUSUN OLEH:
NAMA : FIADHA AULIA MARNETA
NIM : 195040200111213
KELAS : G/G1
ASISTEN : DEMAS DHARMAWAN

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020

NILAI : …….
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Nitrogen salah satu unsur yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang
banyak. Fungsi nitrogen untuk tanaman adalah membentuk senyawa penting di
dalam sel, termasuk protein, DNA dan RNA. Tanaman menperoleh nitrogen dari
udara lewat fiksasi nitrogen yang dibantu oleh bakteri rhizobium selain pada udara,
nitrogen juga dapat diperoleh oleh tanaman dari tanah. Pada tanaman legume
terkandung banyak bintil akar. Bintil akar terjadi pada akar tanaman (terutama
Fabaceae) yang berasosiasi dengan bakteri pengikat nitrogen simbiotik. Dengan
adanya bakteri pengikat nitrogen simbiotik dapat mengikat nitrogen yang
merupakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Bintil akar adalah tonjolan
kecil di akar tanaman yang terbentuk akibat infeksi bakteri pengikat nitrogen yang
bersimbiosis secara mutualistik dengan tanaman. Bintil akar sangat bermanfaat bagi
tanaman karena dapat membantuk memfiksasi nitrogen yang dibutuhkan tanaman.

1.2 Tujuan

Dalam praktikum minggu ini prktikan dituntut untuk memahami video dan
mengetahui ciri-ciri bintil akar, bagaimana pengujian bintil akar, serta mekanisme
fiksasi nitrogen pada bintil akar.

1.3 Manfaat

Manfaat praktikum minggu ini adalah praktikan diharapkan dapat


mengetahui bintil akar itu bagaimana peranannya terhadap bakteri Rhizobium yang
dapat menangkap nitrogen di udara dan tanah serta mengetahui mekanismenya.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Ciri-ciri Bintil Akar Aktif dan Pasif

Bintil akar berfungsi untuk mengikat unsur nitrogen bebas, serta bintil akar
terbentuk saat adanya rangsangan pada permukaan akar yang menyebabkan bakteri
dapat masuk ke dalam akar dan berkembang didalamnya (Kumalasari et.al, 2013).
Bintil akar memiliki ciri-ciri ketika aktif dan pasif, Bintari (2017) menyatakan
bahwa bintil akar yang efektif memfiksasi N2, berwarna merah karena mengandung
leghemoglobin, serta bintil akar tetap aktif selama 50-60 hari, setelah itu akan
mengalami penuaan, pada saat penuaan bakteroid dan leghemoglobin akan
mengalami degradasi sehingga bintil akar menjadi pasif dan bintil akar akan
berwarna hijau atau coklat. Selain itu, menurut Purwaningsih et.al (2012) bintil akar
tetap aktif selama 50-60 hari, setelah itu akan mengalami senescen. Semakin
banyak jumlah bintil akar, semakin banyak jumlah bakteri bintil akar (rhizobium)
sehingga kemampuan menambat nitrogen akan semakin tinggi pula (Bintari, 2017),
namun bila semakin sedikit jumlah bintil akar, semakin sedikit jumlah bakteri bintil
akar (rhizobium) maka kemamouan menambat nitrogen akan menjadi rendah, hal
ini disebutkan ketika bintil akar menjadi pasif. Sari dan Prayudyaningsih (2015)
menambahkan strain inefektif dari Rhizobium, bentuk nodula umumnya kecil dan
berisi sedikit jaringan bakteroid yang berkembang, menunjukkan akumulasi tepung
dalam sel tanaman inang yang tidak berisi rhizobium.

2.2 Analisa Tahapan Pengujian Bintil Akar

Pada tahap pengujian bintil akar (video) ini diperlukan untuk menyiapkan
alat dan bahan terlebih dahulu. Alat dan bahan yang di butuhkan adalah nodul akar,
gram iodin/garam yodium, mikroskop, cover glass/cover slip, gliserin, pinset, silet,
cawan, kuas, preparat. Hal yang pertama dilakukan adalah mengambil nodul akar
menggunakan pinset, karena nodul akar berada di dalam gelas larutan, menyimpan
nodul akar di cawan. Selanjutnya mengambil nodul akar menggunakan silet (secara
hati-hati). Menuangkan gram iodin/garam yodium kedalam cawan yang lain, disini
fungsi gram iodin/garam yodium adalah sebagai indicator warna, hal ini sesuai
dengan pernyataan Hidayah et.al (2016) bahwa iodin digunakan sebagai bahan
pewarna. Setelah itu menyayat nodul akar menjadi ukuran yang lebih kecil dan tipis
dengan menggunakan silet.

Nodul akar yang telah teriris kecil dan tipis dimasukkan kedalam larutan
gram iodin/garam yodium. Selanjunya menetesi preparat dengan larutan gliserin
yang menurut Asngad et.al (2018) gliserin berfungsi sebagai agen pengental, dan
menaruh nodul akar yang telah direndam atau didiamkan pada larutan gram
iodin/garam yodium dengan menggunakan kuas secara hati-hati dan perlahan.
Meletakkan nodul akar pada preparat dan menutupnya menggunakan cover
glass/cover slip. Meletakkan preparat di mikroskop, dan melakukan penelitian
dengan mengatur perbesaran lensa mikroskop (10x) agar jaringan nodul akar
terlihat dengan jelas.

2.3 Mekanisme Fiksasi Nitrogen pada Bintil Akar

Interaksi awal antara tanaman inang dengan rhizobium adalah dengan


melepaskan beberapa senyawa kimia oleh sel-sel akar ke tanah. Semua proses
nodulasi diatur oleh kompleks senyawa kimia antara tanaman dan bakteri (Burdass,
2007), menurut Sugiyarto (2011) strain yang efektif adalah yang mampu
menginduksi nodul untuk fiksasi nitrogen. rhizobium menyerang akar melalu
rambut- rambut akar tempat mereka menginduksi formasi jalur infeksi. Jalur infeksi
tersusun atas sel- sel akar dan bukan bakteri, dan hanya terbentuk ketika merespon
infeksi. Jalur infeksi terus berkembang melalui sel-sel rambut akar dan memasuki
sel-sel akar lain yang dekat walaupun melalui percabangannya. Rhizobium (bakteri
pemfiksasi nitrogen) yang dikenal dengan bakteroid (Burdass, 2002). Pada legum,
Symbiotic Nitrogen Fixation (SNF) terjadi pada organ nodul yang terdiri dari
nitogen fixing rhizobia yang disebut bakteroid (Ott at.al, 2005).

Semua reaksi yang terjadi pada proses fiksasi nitrogen dikatalisis oleh nitrogenase.
Menurut Dewi dalam Sari dan Prayudyaningsih (2015) menyatakan bahwa reaksi
ini berlangsung ketika molekul N2 terikat pada kompleks enzim nitrogenase.
Protein Fe mula-mula direduksi oleh elektron yang diberikan oleh ferredoksin.
Kemudian Fe reduksi mengikat ATP dan mereduksi protein molibden besi yang
memberikan elektron pada N2 sehingga menghasilkan NH=NH. Pada dua daur
berikutnya prosesi ini (masing-masing membutuhkan elektron yang disumbangkan
oleh ferredoksin) NH=NH direduksi menjadi H2N-NH2 dan selanjutnya direduksi
menjadi NH3 tergantung pada jenis mikrobanya, ferredoksin eduksi yang memasok
elektron untuk proses ini diperoleh melalui fotosintesis, respirasi atau fermentasi.
Enzim nitrogenase akan hancur ketika kontak dengan oksigen. Oleh karena itu,
proses pengikatan nitrogen hanya terjadi pada kondisi anaerob (tanpa oksigen) atau
oksigen yang dinetralkan dengan bahan kimia lain seperti leghemoglobin.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bintil akar sangat bermanfaat bagi tanaman karena dapat menyediakan


nitrogen untuk tanaman. Bintil akar yang masih aktif berwarna merah karena
mengandung leghemoglobin, serta bintil akar tetap aktif selama 50-60 hari dan
bintil akar yang pasif akan berwarna berwarna hijau atau coklat. Pada proses fiksasi
nitrogen, proses pengikatan nitrogen hanya terjadi pada kondisi anaerob (tanpa
oksigen) atau oksigen yang dinetralkan dengan bahan kimia lain seperti
leghemoglobin.

3.2 Saran

Untuk praktikum online kali ini kurang bisa dipahami karena pemberian
video untuk direview tidak ada suaranya. Untuk praktikum selanjutnya semoga bisa
lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Asngad, A., & Nopitasari, N. (2018). Kualitas Gel Pembersih Tangan


(Handsanitizer) dari Ekstrak Batang Pisang dengan Penambahan Alkohol,
Triklosan dan Gliserin yang Berbeda Dosisnya. Bioeksperimen: Jurnal
Penelitian Biologi, 4(2), 61-70.
Bintari, S. H. (2017). Pengaruh pemberian inokulan legin dan mulsa terhadap
jumlah bakteri bintil akar dan pertumbuhan tanaman kedelai varietas
grobogan. Jurnal Mipa, 40(2), 80-86.
Hidayah, N., Hadidjah, D., & Sudjarwo, I. (2016). Ekstrak umbi bit (Beta vulgaris
L.) sebagai bahan pewarna plak Beet (Beta vulgaris L.) tuber extract as
plaque staining material. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran,
28(3).
Kumalasari, I. D., Astuti, E. D., & Prihastanti, E. (2013). Pembentukan Bintil Akar
Tanaman Kedelai (Glycine max (L) Merrill) dengan Perlakuan Jerami pada
Masa Inkubasi yang Berbeda. Jurnal Sains dan Matematika, 21(4), 103-107.
Purwaningsih, O., Indradewa, D., Kabirun, S., & Shiddiq, D. (2012). Tanggapan
tanaman kedelai terhadap inokulasi rhizobium. Agrotrop: Journal on
Agriculture Science, 2(1), 25-32.
Sugiyarto, L. (2011). Faktor Nod sebagai Sinyal Nodulasi untuk Fiksasi N2 pada
Tanaman Legum.

Anda mungkin juga menyukai