Anda di halaman 1dari 17

RHIZOBIUM PADA TANAMAN LEGUMINOCEAE

(Laporan Praktikum Bioteknologi Kehutanan)

Oleh:
Wulandhari
2014151036

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penggunaan pupuk kimia makin meningkat setiap tahunnya. Konsumsi pupuk


meningkat, pada tahun 1975-1980 dengan diimbangi peningkatan produksi
pertumbuhan rata-rata 15,6%. Laju pertumbuhan produksi menurun pada tahun
1980-1985 (10,2%), 1985-1990 (3,9%), dan 1990-1996 (1,5%) (Simanungkalit,
2001). Hal ini mengindikasikan terjadinya penurunan efisiensi pemupukan,
pemakaian pupuk dan pestisida secara terus menerus dan dalam jumlah besar,
sehingga banyak tanah yang rusak akibat pencemaran bahan kimia (Saraswati &
Sumorno, 2008).

Berbagai macam teknik pemupukan dikembangan dalam rangka mengurangi


kehilangan N, tetapi efisiensi penggunaan pupuk N belum optimal. Ketersediaan
N di Indonesia masih tergolong rendah. Pupuk N buatan menggunakan gas alam
sebagai bahan dasar mempunyai keterbatasan karena gas alam tidak dapat
diperbarui. Oleh karena itu, diperlukan teknologi penambatan N secara hayati
melalui inokulasi Rhizobium untuk mengefisienkan pemupukan N pada tanaman
legum, misalnya kedelai (Sari, dkk, 2018).

Novriani (2011), menyatakan bahwa Rhizobium merupakan kelompok bakteri


yang bisa menyediakan hara bagi tanaman kedelai. Kelompok bakteri ini mampu
menginfeksi akar tanaman dan membentuk bintil akar jika bersimbiosis dengan
tanaman legum. Bintil akar bisa memfiksasi N2 di atmosfer dan menyalurkannya
sebagai unsur hara pada tanaman inang. Rhizobium juga bisa menghasilkan zat
pengatur tumbuh tanaman, seperti auksin dan sitokinin.

Kemampuan Rhizobium dalam menambat N2 dengan pembentukan bintil akar


pada tanaman legum menjadi hal yang menarik untuk dipelajari. Isolasi,
karakterisasi dan identifikasi rhizobium pada tanaman legum, khususnya kededai
(Glycine max L.) dan putri malu (Mimosa pudica Linn.) perlu dilakukan untuk
mendukung kegiatan pembuatan pupuk hayati yang ramah lingkungan. Tujuan
dari penelitian ini adalah mengisolasi dan mengarakterisasi bakteri Rhizobium
dari nodula yang terbentuk pada perakaran tanaman legum (kedelai dan
putrimalu) (Sari, dkk. 2018).

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah sebagi berikut:

1. Mengetahui bintil akar pada tanaman leguminoceae


2. Mengetahui simbiosis rhizobium dengan akar pada tanaman leguminoceae
3. Mengetahui efektivitas rhizobium
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Rhizobium

Bakteri berasal dari kata bakterion (bahasa Yunani) yang berarti tongkat atau
batang. Bentuk bakteri dibagi atas tiga golongan, yaitu golongan
basil(tongkat/batang), golongan kokus (bulat), dan spiril (bengkok). Bentuk
tubuhbakteri dipengaruhi oleh keadaan medium dan usia bakteri (Dwijoseputro,
2010).

Bakteri merupakan mikroba uniseluler, pada umumnya tidak mempunyaiklorofil.


Ada beberapa yang fotosintetik dan reproduksi aseksual denganpembelahan sel.
Bakteri umumnya berukuran kecil dengan karakteristik dimensi sekitar 1 µm. Sel
dapat tunggal ataupun rantaian. Beberapa kelompok memiliki flagella dan dapat
bergerak aktif. Bakteri memiliki berat jenis 1,05-1,1 g cm -3 danberat sekitar 10-
12 g sebagai partikel kering, bentuknya ada bulat (cocci), batang(bacil) dan
lengkung. Bentuk bakteri dipengaruhi oleh umur dan syaratpertumbuhan tertentu.
Bakteri dikenal dengan bentuk yang disebut involusi, yaitu perubahan bentuk
yang disebabkan karena faktor-faktor keadaan sekitar yang tidak menguntungkan
seperti faktor makanan, suhu dan hal lain yang kurang menguntungkan bagi
bakteri. Selain bentuk involusi dikenal pula pleomorfi, yaitubentuk yang
bermacam-macam dan teratur yang terdapat pada suatu baktermeskipun
ditumbuhkan pada syarat-syarat pertumbuhan yang sesuai (Hidayat et al., 2006).

Rhizobium merupakan bakteri yang mampu bersimbiosis dengan tanaman


leguminosa. Akar tanaman akan mengeluarkan suatu zat yang merangsang
aktifitas bakteri Rhizobium. Apabila bakteri sudah bersinggungan dengan akar
rambut, akar rambut akan mengeriting. Setelah memasuki akar, bakteri
berkembang biak ditandai dengan pembengkakan akar. Pembengkakan akar
akansemakin besar dan akhirnya terbentuklah bintil akar (Hidayat et al., 2006).

Holl (1975) cit. Surtiningsih et al., (2009) karakteristik bakteri Rhizobium secara
makroskopis adalah warna koloni putih susu, tidak transparan, bentuk koloni
sirkuler, konveks, semitranslusen, diameter 2-4 mm dalam waktu 3-5 hari pada
agar khamir-manitol-garam mineral. Secara mikroskopis sel bakteri Rhizobium
berbentuk batang, aerobik, gram negativ dengan ukuran 0,5-0,9 x 1,2-3 µm,
bersifat motil pada media cair, umumnya memiliki satu flagella polar atau
subpolar. Untuk pertumbuhan optimum dibutuhkan temperature 25-300C, pH 6-7
(kecuali galur-galur dari tanah masam).

2.2. Potensi Penambat Rhizobium dalam Mengikat N

Rhizobium merupakan kelompok penambat nitrogen yang bersimbiosisdengan


tanaman kacang-kacangan. Kemampuan penambatan pada simbiosis Rhizobium
dapat mencapai 80 kg N2/ha/thn atau lebih. Keuntungan penggunaan bakteri
Rhizobium sebagai pupuk hayati adalah: (1) mampu meningkatkan ketersediaan
unsur hara, tidak mempunyai bahaya atau efek samping, (2) efisiensi penggunaan
yang dapat ditingkatkan sehingga bahaya pencemaran lingkungan dapat dihindari,
(3) harganya relatif murah, dan (4) teknologinya atau penerapannya relatif mudah
dan sederhana (Novriarni, 2011).

Rhizobium mampu meningkatkan penyerapan fosfat. Dalam perkembangan akar


dan pembentukan polong kedelai unsur fosfat diperlukan. Rhizobium mampu
meningkatkan ketersediaan dan penyerapan nitrogen di dalam tanah serta
menyumbangkan zat fitohormon IAA dan giberelin yang dapat meningkatkan
pertumbuhan akar dan cabang tanaman kedelai (Novriarni, 2011).

Jumlah nitrogen yang difiksasi oleh asosiasi leguminosa sangat bervariasi,


bergantung pada jenis leguminosa, kultivar, spesies, dan galur (strain) bakterinya
(Gardner & Mitchell, 1991). Kemampuan penambatan Nitrogen pada simbiosis
Rhizobium dan leguminosa dapat mencapai 380 kg N/ha (Peoples et al. 1995). Di
Amerika sekitar 2 juta ton/ha/tahun nitrogen dapat diikat oleh bakteri pada
tanaman leguminosa (Sutedjo et al., 1991). Penelitian Peoples et al. (1995)
mengemukakan bahwa pada kondisi percobaan, jumlah nitrogen yang ditambat
berkisar antara 1 – 380 kg N/ha (Tabel 1). Setiap kg N yang difiksasi pada bintil
akar setara dengan 2,22 kg pupuk urea (kadar N urea 45%) sehingga dapat
menghemat penggunaan pupuk nitrogen sintetis (Husin, 2012).

Nitrogen merupakan suatu unsur hara esensial yang dibutuhkan tanaman dalam
jumlah banyak, yang berfungsi sebagai penyusun protein dan penyusun enzim.
Tanaman memerlukan suplai nitrogen pada semua tingkat pertumbuhan, terutama
pada awal pertumbuhan, sehingga adanya sumber N yang murah akan sangat
membantu mengurangi biaya produksi. Jika unsur nitrogen terdapat dalam
keadaan kurang, maka pertumbuhan dan produksi tanaman akan terganggu.
(Armiadi, 2009).

2.3. N Pembentukan Bintil Akar Oleh Rhizobium

Menurut Tortora (2001) dan Campbell (2003) pembentukan bintil akar (nodulasi)
meliputi beberapa langkah berurutan yaitu sebagai berikut:

1) Rekognisi: suatu komunikasi kimiawi antara akar leguminosa dan Rhizobium


yang akhirnya membentuk suatu benang infeksi melalui invaginasi kearah
dalam membran plasma.
2) Invasi: masuknya bakteri Rhizobium menembus korteks akar didalam benang
infeksi. Sel korteks akar dan perisikel terbelah, dan kantung yang
mengandung bakteri Rhizobium memisah ke sel kortikal dari benang infeksi
yang bercabang.
3) Pertumbuhan sel pada bagian korteks dan perisikel yang terpengaruh. Kedua
masa sel-sel yang tumbuh dan membelah tersebut akhirnya membentuk bintil.
4) Berkembangnya jaringan pembuluh yang menghubungkan bintil dengan
xilem dan floem stele. Jaringan pembuluh ini menyediakan zat-zat makanan
dari bintil ke dalam stele untuk distribusi hingga kebagian tanaman yang lain.

Selanjutnya Sutedjo dan Kertosapoetra (1991) juga menjelaskan bahwa proses


pembentukan bintil akar (nodulasi) tersebut berlangsung melalui beberapa proses
yaitu sebagai berikut:

1) Bakteri Rhizobium berkerumun disekitar akar rambut


2) Akar rambut mengeluarkan triptofan, selanjutnya oleh bakteri Rhizobium
diubah menjadi asam indol asetat (IAA)
3) IAA menyebabkan rambut akar mengkerut, sedangkan bakteri Rhizobium
lebih lanjut menghasilkan enzim yang dapat melarutkan senyawa pekat yang
terdapat dalam sellulosa kulit rambut akar sehingga terikat
4) Kehadiran larutan pekat menyebabakan bekteri Rhizobium berubah menjadi
bulat, kecil-kecil dan dapat bergerak
5) Selullosa yang terikat pekat menyebabkan selaput akar rambut sangat tipis
dan mudah ditembus oleh Rhizobium
6) Bakteri Rhizobium masuk kedalam rambut akar dan berkembang membentuk
benang infeksi, sehingga setiap akar akan mengandung koloni-koloni bakteri
7) Proses terakhir terbentuknya nodul.

Soedarjo (1998) mempertegas bahwa ada beberapa proses penting dalam


pembentukan bintil akar (nodulasi) tersebut yaitu perkembangan Rhizobium
disekitar perakaran, melekatanya Rhizobium pada bulu akar, perubahan bentuk
bulu akar, pembengkokan ujung bulu akar, pembentukan calon bintil akar,
pembentukan benang infeksi, infeksi oleh Rhizobium melalui benang infeksi,
perkembangan Rhizobium dalam bintil akar yang akhirnya berdifferensiasi ke
dalam bentuk bakteroid.
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 1 Oktober 2021 pukul 15.00 –
17.50 WIB dan bertempat di jalan Swadaya, Desa Leuweung Kolot, Kecamatan
Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu cangkul, alat tulis, pisau, dan
penggaris. Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah tanaman
leguminoceae.

3.3. Cara Kerja

Adapun cara kerja yang digunakan pada praktikum ini adalah:

1. Dicari tanaman leguminoceae.


2. Diambil akar tanaman leguminoceae yang terdapat bintil akar dengan cara
digali.
3. Diamati bintil akar yang terdapat pada akar tanaman leguminoceae.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Hasil dari praktikum ini adalah sebagai berikut

Tabel 1. Pengamatan Bintil Akar pada Tumbuhan Leguminoceae


No. Jenis Tumbuhan Jenis Bakteri Letak Warna Bintil
Inang Akar
1. Putri Malu Rhizobium sp Akar halus Putih kecoklatan
(Mimosa pudica)
2. Petai Cina Rhizobium sp Akar Halus Coklat terang
(Leucaena
leucocephala)

4.2. Pembahasan

Dari hasil pengamatan diketahui bintil akar pada putri malu berada pada akar
halus bukan pada akar utama sehingga ukuran bintil relative kecil dan berwarna
putih kecoklatan. Bintil akar pada petai cina atau lamtoro juga ditemukan pada
akar halus dan berwarna coklat terang.

Buchanan dan Gibbans (1974, dalam Fuskhah et al.2007), yang menyatakan


bahwa bintil akar yang efektif berwarna merah muda, karena mengandung
leghaemoglobin. Bintil akar yang efektif yaitu yang segar, tidak keriput dan tidak
kering diambil untuk selanjutnya dilakukan sterilisasi dan isolasi. Bintil akar
kedua tanaman tersebut disterilisasi dengan NaOCl 1,5%, alkohol, dan akuades
adalah untuk membunuh kuman-kuman yang menempel pada bintil.
Beberapa penelitian melaporkan Rhizobium mampu menambat nitrogen,
melarutkan fosfat dan kalium sekaligus. Sehingga karena faktor inilah tanaman
putri malu begitu tangguh dan selalu nampak hijau walau dalam kondisi tanah
yang kritis sekalipun (Yuliani, 2016).

Lamtoro atau yang sering disebut petai cina, atau petai selong adalah sejenis
perdu dari famili Fabaceae (Leguminoseae, polong-polongan), yang kerap
digunakan dalam penghijauan lahan atau pencegahan erosi. Bala et al. (2003)
melaporkan bahwa di Lampung, akar lamtoro hanya dinodulasi oleh genus
Rhizobium Mekanisme Simbiosis Rhizobium dengan Akar Tanaman.

4.2.1. Simbiosis Rhizobium Dengan Tumbuhan Legum

Simbiosis mutualisme antara Rhizobium dengan akar legum bermula dari


perkembangan Rhizobium di daerah sekitar perakaran. Simbiosis ini dapat terjadi
karena ada komunikasi antara tanaman inang dengan Rhizobium. Komunikasi
tersebut dapat terjadi karena ada sinyal kimiawi yang dapat dikenali oleh
Rhizobium yang disebut oligosakarida (Soedarjo, 1998). Peristiwa tersebut
selanjutnya diikuti dengan penggulugan dan deformasi rambut akar (Rao, 1994).

Deformasi rambut akar disebabkan oleh adanya Rhizobium yang melekat pada
ujung akar. Adanya perlekatan ini memungkinkan Rhizobium terperangkap ke
dalam lingkungan akar tersebut dan mendegradasi dinding sel akar. Degradasi
dinding sel tersebut mengakibatkan Rhizobium masuk ke dalam sel korteks
melalui benang infeksi (Soedarjo, 1998).

Bintil akar dapat menghasilkan senyawa bernitrogen karena keberadaan


Rhizobium yang membentuk bakteroid di dalam bintil akar tersebut (Rao, 1994);
Cambell, Reece, dan Mitchell; 2003). Fiksasi nitrogen oleh bintil akar dapat
terjadi hanya setelah bakteroid terbentuk (Tortora, 2001).
Rhizobium membentuk koloni pada akar tanaman legum sebagai pengenalan
terhadap inangnya. Spesies Rhizobium yang berbeda, berbeda pula inangnya.
Proses infeksi dimulai dengan cara penetrasi bakteri ke dalam sel rambut akar
sehingga menyebabkan pertumbuhan rambut akar keriting akibat dari adanya
auksin yang dihasilkan oleh bakteri. Benang infeksi terus berkembang sampai di
kortek dan menggandakan percabangan. Percabangan ini menyebabkan jaringan
kortek membesar yang disebut bintil akar. Waktu antara infeksi sampai dengan
bakteri mampu memfiksasi N2 sekitar 3 minggu.

Selama periode tersebut kebutuhan karbohidrat, nutrient, mineral dan asam amino
disediakan olehinang. Bakteri membentuk satu komplek enzim yang dibutuhkan
untuk menambat nitrogen. Bentuk bakteri dalam satu sel akar yang mengandung
nodul aktif (bila dibelah melintang akan terlihat warna merah muda hingga
kecoklatan di bagian tengahnya disebut bakteroid. Akar tanaman mengeluarkan
senyawa triftopan yang menyebabkan bakteri berkembang pada ujung akar.

Senyawa triftopan diubaholeh Rhizobium menjadi IAA (Indole Acetic Acid) yang
menyebabkan akar membengkok karena adanya interaksi antara akar dan
Rhizobium kemudian bakteri merombak dinding sel akar tanaman sehingga
terjadi kontak antara keduanya. Terbentuklah benang infeksi yang merupakan
perkembangan dari membran plasma yang memanjang dari sel terinfeksi. Setelah
itu Rhizobium berkembang di dalam benang infeksi yang menjalar menembus sel-
sel korteks sampai parenkim dalam sel kortek Rhizobium, dilepas di dalam
sitoplasma untuk membentuk bakteroid dan menghasilkan stimulan yang
merangsang sel korteks untuk membelah. Pembelahan tersebut menyebabkan
proliferasi jaringan, membentuk struktur bintil akar yang menonjol sampai keluar
akar tanaman, yang mengandung bakteri Rhizobium (Armiadi, 2009).

Akar tanaman melakukan aktivitas metabolisme akar yang mengeluarkan senyawa


metabolit melalui akar ke dalam tanah yang disebut eksudat. Eksudat tersebut
terdiri dari senyawa-senyawa gula, asam amino, asam organik, glikosida, senyawa
nukleotide dan basanya, enzim, vitamin dan senyawa indole, sehingga dapat
digunakan sebagai nutrisi untuk bakteri di dalam tanah untuk keberlangsungan
hidupnya (Purwaningsih, 2009).

Pranata et al. (1981) cit. Fuskhah et al., (2014) tanaman inang pada asosiasi
Rhizobium leguminosa memperoleh hasil fiksasi nitrogen berupa asam amino
yang ditranslokasikan melalui xylem, sedangkan bakteri Rhizobium mendapatkan
senyawa karbon hasil fotosintesis dari tanaman inang.

4.2.2. Efektivitas Rhizobium

Peran utama bakteri Rhizobium bagi tanaman kacang-kacangan yaitu sebagai


penyedia nitrogen. Namun tidak semua bakteri Rhizobium dapat menfiksasi N2
diudara, hanya bakteri Rhizobium yang efektif yang dapat menfiksasi N2
sedangkan bakteri Rhizobium yang inefektif tidak dapat membentuk menfiksasi
N2.

Efektif tidaknya penambatan nitrogen pada tumbuhan legume dapat diketahui


antara lain dari perkembangan bintil akar saat tanaman mencapai fase berbunga.
Bintil akar yang efektif biasanya berukuran besar, terletak dibagian atas atau
bergerombol di sekitar leher akar dan tampak warna merah pada bagian tengah
nodul ketika dibelah. Warna merah tersebut disebabkan karena dalam nodul
terdapat kandungan lehemoglobin. Selain lehemoglobin di dalam bakteri
Rhizobium tersebut juga terdapat enzim nitrogenase. Menurut Handayanto (1998)
adanya lehemoglobin dan enzim nitrogenase merupakan dua komponen yang
memegang peranan proses fiksasi N2.. Sebaliknya, bintil akar yang tidak efektif
(inefektif) tersebar di seluruh perakaran tanaman dan berukuran kecil (Suryantini,
1994).
V. PENUTUP

5.1 Simpulan

Dari hasil praktikum hari ini dapat disimpulkan bahwa :

1. Bintil akar yang terdapat pada puti malu berwarna putih kecoklatan dan
tersebar di akar hakus. Sedangkan bintil akar pada lamtoro atau petai cina
lebih berwarna coklat dan tersebar pada akar halus.
2. Simbiosis yang terjadi pada rhizobium dengan akar tumbuhan legum adalah
simbiosi mutualisme. Dimana rhizobium masuk ke dalam akar tumbuhan
legume dan membentuk bintil akar yang dapat menambat nitrogen yang
diperlukan oleh tumbuhan untuk dapat tumbuh dan berkembang.
3. Bintil akar yang efektif biasanya berukuran besar, terletak dibagian atas atau
bergerombol di sekitar leher akar dan tampak warna merah pada bagian
tengah nodul ketika dibelah. Warna merah tersebut disebabkan karena dalam
nodul terdapat kandungan lehemoglobin

5.2. Saran

Bakteri rhizobium yang terdapat pada bintil akar tanaman legum memiliki banyak
manfaat untuk tumbuhan lainnya. Contohnya bintil akar pada putri malu dapat di
inokulasi dan dibuat sebagai biofertilizer untuk tanaman lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta. 214 hal.

Elfiati, D. 2005. Peranan Mikroba Pelarut Fosfat Terhadap Pertumbuhan


Tanaman. e-USU Repository, 1-10.

Fadlian., B. Hamzah., dan P. H. Abram. 2016. Uji Efektivitas Ekstrak Tanaman


Putri Malu (Mimosa pudica Linn) Sebagai Bahan Pengawet Alami Tomat.
Jurnal Akademika Kimia, 5 (4) : 153 – 158.

Novriani. 2011. Peranan Rhizobium dalam Meningkatkan Ketersediaan Nitrogen


bagi Tanaman Kedelai. Agronobis. 3 (5): 35 - 42.

Nurhayati. 2011 Pengaruh Jenis Amelioran Terhadap Efektivitas Dan Infektivitas


Mikroba Pada Tanah Gambut Dengan Kedelai Sebagai Tanaman Indikator. J.
Floratek, 6: 124 – 139.

Saraswati R, Sumarsono. 2008. Pemanfaatan Mikroba Penyubur Tanah sebagai


Komponen Teknologi Pertanian. Iptek Tanaman Pangan. 3(1): 41-58.

Sari E., dkk. 2018. ISOLASI DAN KARAKTERISASI Rhizobium DARI Glycine
max L. DAN Mimosa pudica Linn. Jurnal Penelitian Biologi, Botani, Zoologi
dan Mikrobiologi. Volume 03(2): 55-62.
Yuliani dkk. 2016. PEMANFAATAN RPTT (Rhizobakteri Pemacu Tumbuh
Tanaman) AKAR PUTRI MALU DAN GIBERELIN UNTUK
PENINGKATAN PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI (Capsicum
annum L.). Journal of Agroscience. Volume 6(2): 49-54.

LAMPIRAN
Putri Malu (Mimosa pudica)

Petai Cina (Leucaena leucocephala)


Akar Putri malu setelah 6 hari

Akar Putri malu setelah 6 hari

Anda mungkin juga menyukai