Anda di halaman 1dari 9

TUGAS RESUME KIMIA PERTANIAN

PERAN MIKROORGANISME RHIZOBIUM TERHADAP PENYEDIAAN UNSUR


HARA TANAH
Zahira Amalia | 11420010

Tanah Rhizosfer dan Mikrobakteria Tanah


Rhizosfer merupakan bagian tanah yang berada di sekitar perakaran tanaman yang
memiliki populasi mikroorganisme tanah paling banyak dibandingkan dengan bagian tanah
lainnya (Simatupang, 2008 ; Prayudyaningsih et al., 2015). Tanah rhizosfer pertama kali
dipelajari oleh Hiltner pada tahun 1904 yang menyatakan bahwa tanah yang berada di sekitar
sistem akar memiliki lebih banyak populasi bakteri dibandingkan tanah di bagian lainnya (Palai
et al., 2021). Aktivitas mikroorganisme rhizosfer dalam tanah berperan dalam siklus hara,
proses pembentukan tanah, pertumbuhan tanaman, aktivitas mikroogranisme lainnya, serta
sebagai pengendali hayati terhadap patogen akar Prayudyaningsih et al., 2015). Pada rhizosfer
tanah, terdapat beberapa bakteri tanah yang dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman yang
dikenal sebagai plant growth promoting rhizobacteria (PGPR) (Vessey, 2003 ; Palai et al.,
2021), yang dikelompokkan menjadi empat jenis berdasarkan sifatnya, yaitu bakteri bio-
fertilizer, fitosimulator, biopestisida, dan rhizoremediator. Biofertilizer merupakan bakteri
yang menangkap, melarutan, dan memindahkan nutrient pada tanah sehingga nutrient dapat
tersedia untuk diserap oleh tanaman. Mikrobakteria yang termasuk dalam golongan
biofertilizer ini diantaranya adalah bakteri golongan Rhizobium, Azosprillum, dan Azotobactor
(Somers et al., 2004 ; Palai et al., 2021).
Referensi :
Palai, J. B., Malik, G. C., Maitra, S., & Banarjee, M. (2021). Role of Rhizobium on growth and
development of groundnut : a review. International Journal of Agriculture, Environment and
Biotechnology. 14(1), 63-73.
Prayudyaningsih, R., Nursyamsi, Sari, R. (2015). Advantaging soil microorganism on the rhizosphere
of tuber crop under the shade of community forest stand in South Sulawesi. Pros Sem Nas Masy
Biodiv Indon, 1(4), 954-959.

Tanaman Legumes dan Tingkat Kesuburan Tanah


Tanaman Legumes atau kacang-kacangan dikenal dengan tanaman yang dapat
meningkatkan kesuburan tanah sejak dahulu. Salah satu penelitian awal terkait tanaman
kacang-kacangan dan kesuburan tanah pada tahun 1838 menyatakan bahwa terdapat
peningkatan kandungan N tanah pada tanah yang ditumbuhi tanaman kacang-kacangan
(Boussingault, 1838; Palai et al., 2021). Kemudian diketahui pada tahun 1886 bahwa bintil
akar pada tanaman kacang-kacangan mampu memfiksasi nitrogen atmosfer (Hellriegel &
Wilfarth, 1886 ; Palai et al., 2021) dengan bantuan mikroorganisme, dan pertama kali
diidentifikasi sebagai Bacillus radicicola, namun kemudian diubah namanya menjadi
Rhizobium leguminosarum (Frank, 1889 ; Palai et al., 2021).
Referensi :
Palai, J. B., Malik, G. C., Maitra, S., & Banarjee, M. (2021). Role of Rhizobium on growth and
development of groundnut : a review. International Journal of Agriculture, Environment and
Biotechnology. 14(1), 63-73.

Fiksasi Nitrogen
Nitrogen merupakan unsur makronutrien yang diperlukan oleh tanaman. Namun,
ketersediaan nitrogen pada daerah tropis, seperti Indonesia, tergolong rendah (Hendriayanto et
al., 2017). Penggunaan bakteri Rhizobium menjadi solusi untuk meningkatkan kandungan
maktonutrien nitrogen pada tanah karena kemampuannya memfiksasi nitrogen.
Fiksasi nitrogen merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh bakteri dengan enzim
nitrogenase yang dapat mereduksi nitrogen di atmosfer menjadi amonia dalam bintil atau nodul
akar. Beberapa bakteri yang dapat melakukan fiksasi nitrogen adalah bakteri golongan
Rhizobium, Sinorhizobium, Bradyrhizobium, Mesorhizobium, dan Azorhizobium. Proses
fiksasi nitrogen oleh bakteri yang melekat pada nodul akar dimulai dengan keluarnya senyawa
protein spesifik bernama inducen sebelum bakteri menginfeksi tanaman inang kacang-
kacangan. Protein ini dikeluarkan sebagai sinyal dari tanaman agar dikenali oleh bakteri.
Selanjutnya, bakteri mengeluarkan senyawa lipo-oligosakarida atau disebut nod factor untuk
perintah pembelahan sel inang (Prayoga et al., 2018).
Simbiosis dapat terjadi apabila terdapat kecocokan masing-masing substrat yang
dihasilkan. Mekanisme penambatan nitrogen oleh Rhizobium pada tanaman legum diawali
dengan proses infeksi, dengan penetrasi bakteri ke dalam sel rambut akar. Infeksi pada rambut
akar ini menyebabkan pertumbuhan rambut akar keriting akibat dari adanya auksin yang
dihasilkan oleh bakteri. Benang infeksi akan terus berkembang sampai di korteks dan
mengadakan percabangan. Percabangan ini menyebabkan jaringan korteks membesar
membentuk bintil akar (Prayoga et al., 2018).
Diperlukan 15-30 ATP untuk mereduksi satu molekul nitrogen, dengan 30-60% dari
ATP yang digunakan terbuang dalam bentuk gas H2. Reaksi umum yang terjadi dalam proses
penambatan nitrogen oleh bakteri Rhizobium adalah sebagai berikut (Novriani, 2011 ; Prayoga,
2018):

N2 + 8H+ + 8e- + 16 ATP → 2NH3 + 16 ADP + 16 Pi + H2


Gambar 1. Mekanisme Pelekatan Bakteri Rhizobium pada Akar dan Pembentukan Bintil
Akar
(Sumber : Raza et al., 2020)
Referensi :
Hendriyanto, M. F., Suharjono, Rahayu, S. (2017). Application of rhizobium inoculation and sp-36
fertilizer on production and seed quality of soybean (Glycine max(L.) Merrill) var derring.
Journal of Applied Agricultural Sciences, 1(1), 94-103.
Prayoga, D., Riniarti, M., Duryat. (2018). The application of rhizobium and urea on Paraseranthes
falcataria seedling growth. Jurnal Sylva Lestari, 6(1), 1-8.
Raza, A., Zahra, N., Hafeez, M. B., Ahmad, M., Iqbal, S., Shaukat, K., et al. (2020). Nitrogen fixation
of legumes: biology and physiology. The Plant Family Fabaceae, eds M. Hasanuzzaman, S.
Araújo, and S. Gill (Singapore: Springer), 43–74.

Penggunaan Rhizobium
Rhizobium dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman karena kemampuannya
mengikat unsur hara nitrogen yang dimanfaatkan tanaman untuk merangsang pertumbuhan
vegetatif terutama pada akar, batang, dan daun tanaman, serta berperan dalam pembentukan
klorofil yang penting dalam proses fotosintesis. Inokulasi Rhizobium atau pemindahan bakteri
Rhizobium dari satu media ke media lainnya dapat dilakukan untuk mengoptimalkan
pertumbuhan tanaman (Novriani, 2011 ; Prayoga, 2018). Secara umum, inokulasi Rhizobium
dilakukan untuk meningkatkan produktivitas tanah serta tanaman dalam pertanian organik
berkelanjutan. Inokulasi dilakukan dengan menempatkan bakteri Rhizobium kedalam tanah
agar bakteri tersebut mampu berasosiasi dengan tanaman kedelai dalam mengikat N2 bebas
dari udara. Keuntungan menggunakan inokulan tersebut adalah bakteri Rhizobium dapat
membantu dalam fiksasi nitrogen dari udara. Sebagian nitrogen yang ditambat tetap berada
dalam akar dan bintil akarnya lepas ke dalam tanah, nitrogen tersebut akan dimanfaatkan
makluk lain dan berakhir dalam bentuk amonium dan nitrat (Kebede, 2021).
Gambar 2. Efek Inokulasi Bakteri Rhizobium pada Tanah

(Sumber : Raza et al., 2020)

Inokulasi Rhizobium juga dapat meningkatkan kesuburan agrosistem, meningkatkan


ketahanan tanaman terhadap cekaman biotik dan abiotik, menjadi penyedia nutrisi terutama
penyedia nitrogen, serta mengurangi polusi lingkungan, mencegah kehilangan material organik
pada tanah, dan dapat menjadi alternatif dari penggunaan pupuk sintetis (Raza et al., 2020).

Referensi :
Kabede, E. (2021). Competency of rhizobial inoculation in sustainable agricultural production and
biocontrol of plant diseases. Frontiers in Sustainable Food System, 5, 1-22.
Raza, A., Zahra, N., Hafeez, M. B., Ahmad, M., Iqbal, S., Shaukat, K., et al. (2020). Nitrogen fixation
of legumes: biology and physiology. The Plant Family Fabaceae, eds M. Hasanuzzaman, S.
Araújo, and S. Gill (Singapore: Springer), 43–74.

Simbiosis Rhizobium dengan Tanaman Lain

Selain bersimbiosis dengan tanaman kacang-kacangan, bakteri Rhizobium juga


bersimbiosis dengan tanaman lain yang berperan sebagai inang dari bakteri tersebut. Berikut
ini merupakan tabel jenis bakteri Rhizobium dan spesies tanaman yang menjadi inangnya
(Kabede, 2021).
Gambar 3. Bakteri Rhizobium dan Spesies Tumbuhan Inangnya
(Sumber : Shamseldin & Sadowsky, 2017)
Gambar 4. Bakteri Rhizobium dan Spesies Tumbuhan Inangnya
(Sumber : Shamseldin & Sadowsky, 2017)
Gambar 5. Bakteri Rhizobium dan Spesies Tumbuhan Inangnya
(Sumber : Shamseldin & Sadowsky, 2017)
Gambar 6. Bakteri Rhizobium dan Spesies Tumbuhan Inangnya
(Sumber : Shamseldin & Sadowsky, 2017)
Gambar 7. Bakteri Rhizobium dan Spesies Tumbuhan Inangnya
(Sumber : Shamseldin & Sadowsky, 2017)

Referensi :
Kabede, E. (2021). Competency of rhizobial inoculation in sustainable agricultural production and
biocontrol of plant diseases. Frontiers in Sustainable Food System, 5, 1-22.
Shamseldin, A., Abdelkhalek, A., and Sadowsky, M. J. (2017). Recent changes to the classification of
symbiotic, nitrogen-fixing, legume-associating bacteria: a review. Symbiosis, 71, 91–109.

Anda mungkin juga menyukai