Anda di halaman 1dari 6

SELADA, SAWI, PAKCHOI, BAYAM, KANGKUNG

Selada (Lactuca sativa L) merupakan salah satu komoditi hortikultura yang memiliki
prospek dan nilai komersial yang cukup baik. Semakin bertambahnya jumlah penduduk
Indonesia serta meningkatnya kesadaran penduduk akan kebutuhan gizi menyebabkan
bertambahnya permintaan akan sayuran. Kandungan gizi pada sayuran terutama vitamin dan
mineral tidak dapat disubtitusi melalui makanan pokok, Nazaruddin (2003).

Sawi merupakan tanaman semusim. Bentuk sawi hampir menyerupai caisim. Sawi
berdaun lonjong, halus, tidak berbulu dan tidak berkrop. Tanaman ini mempunyai akar
tunggang dengan akar samping yang banyak, tetapi dangkal.Ukuran kuntum bunganya
lebih kecil dengan warna kuning pucat yang spesifik. Bijinya kecil dan berwarna hitam
kecoklatan.

Pakchoi merupakan salah satu jenis sayuran daun yang banyak dibudidayakan dengan
sistem hidroponik. Pakchoi hidroponik memiliki prospek untuk dikembangkan
karena permintaan pasar dan harga yang tinggi dibandingkan jenis sawi - sawian yang
lain.Teknik budidaya pakchoi dengan sistem hidroponik, berbeda dengan teknik
budidaya pakchoi secara konvensional. Budidaya tanaman dengan sistem
hidroponik tidak menggunakan tanah sebagai media tanam (Irawan, 2003).
Bayam merupakan sayuran daun yang mempunyai gizi tinggi dan banyak disukai
masyarakat Indonesia. Bayam memiliki kandungan gizi yang lengkap diantaranya karbohidrat,
protein, mineral, vitamin, dan mineral (Suyanti, 2003).

Kangkung air (Ipomoea aquatica) merupakan genus Ipomoea. Selain dapat digunakan
sebagai tanaman fitoremediasi, juga dapat digunakan sebagai bahan makanan manusia dan ternak
(Rukmana,2004).

HIDROPONIK
Sistem hidroponik dapat memberikan suatu lingkungan pertumbuhan yang lebih terkontrol.
Dengan pengembangan teknologi, kombinasi sistem hidroponik dengan membran mampu
mendayagunakan
air, nutrisi, pestisida secara nyata lebih efisien (minimalis system) dibandingkan dengan kultur
tanah (terutama untuk tanaman berumur pendek). Penggunaan sistem hidroponik tidak mengenal
musim dan tidak memerlukan lahan yang luas dibandingkan dengan kultur tanah untuk
menghasilkan satuan produktivitas yang sama (Lonardy, 2006).

Pemberian nutrisi hidroponik yang tepat akan memberikan hasil yang optimal bagi
pertumbuhan tanaman selada. Selain itu pertumbuhan tanaman tidak lepas dari lingkungan
tumbuh terutama faktor media tanam yang secara langsung akan mempengaruhi hasil tanaman.

Semua hara yang terkandung pada nutrisi hidroponik adalah unsur esensial yang
diperlukan tanaman dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Apabila unsur hara makro dan
mikro tidak lengkap ketersediaannya, dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan
tanaman (Pairunan, 1997).

Hidroponik adalah suatu istilah yang digunakan untuk bercocok tanam tanpa
menggunakan tanah sebagai media tanamnya serta menggunakan campuran nutrisi esensial yang
dilarutkan di dalam air (Sodarmodjo 2008). Teknik hidroponik memiliki kemampuan untuk
menghasilkan produk berkualitas selain itu sistem hidroponik tidak tergantung dengan musim
sehingga tanaman dapat ditanam sepanjang tahun dan dapat ditanam di lahan yang sempit
dengan sistem greenhouse. Budidaya tanaman dengan sistem hidroponik umumnya dilakukan di
dalam greenhouse (Suhardiyanto 2009).

MEDIA TANAM

Media tanam berfungsi sebagai tempat berpegangnya akar tanaman yang ditanam dan
untuk menyerap larutan nutrisi saat disiramkan atau diteteskan. Larutan nutrisi tersebut lalu
diserap oleh perakaran (Hartus 2006). Media tanam pada sistem hidroponik subtrat macamnya
ada banyak, hal ini disesuaikan dengan jenis tanaman yang dibudidayakan. Hesami (2012)
menyatakan bahwa bahan organik sebagai penahan kelembaban, dan bahan anorganik sebagai
bahan yang tepat untuk penyedia porositas di media pertumbuhan. Tanaman yang berbeda
mengkendaki media yang berbeda sebab setiap media tanam mempunyai sifat fisik dan kimia
sendiri yang berbeda antar satu dengan lainnya, sehingga setiap tanaman mempunyai media
khusus tersendiri yang dapat menunjang pertumbuhan optimumnya.

AB MIX

Unsur hara makro dalam nutrisi AB Mix sangat berpengaruh dalam pertumbuhan
tanaman, terutama unsur hara N dan P. Pertumbuhan tanaman dalam hidroponik juga diikuti oleh
berbagai faktor yang mempengaruhinya, seperti pH larutan nutrisi. Nilai pH cenderung
mempengaruhi ketersediaan unsur hara pada larutan nutrisi. Pada kultur hidroponik pH yang
dianjurkan antara 5 - 6, namun pada kondisi di lapangan, nilai pH larutan nutrisi melebihi 7. Hal
ini menimbulkan pengendapan unsur-unsur mikro dalam nutrisi. Sehingga akar tidak dapat
menyerap unsur hara mikro tersebut. Salah satu unsur hara mikro yang tidak dapat diserap secara
optimal oleh akar adalah Cl (khlorin). Cl berperan sebagai aktivator enzim selama produksi
oksigen dari air. Hal inilah yang mengakibatkan kurangnya pertumbuhan akar (Resh, 2013).

Nutrisi yang digunakan dalam budidaya dengan sistem hidroponik adalah nutrisi
AB mix. Nutrisi AB Mix mengandung 16 unsur hara esensial yang diperlukan tanaman, dari 16
unsur tersebut 6 diantaranya diperlukan dalam jumlah banyak (makro) yaitu N, P, K, Ca,
Mg, S, dan 10 unsur diperlukan dalam jumlah sedikit (mikro) yaitu Fe, Mn, Bo, Cu, Zn,
Mo, Cl, Si, Na, Co (Agustina, 2004). Nutrisi AB mix adalah nutrisi yang digunakan
dibagi menjadi dua stok yaitu stok A dan stok B. Stok A berisi senyawa yang mengan di
Ca, sedangkan Stok B berisi senyawa yang mengandung sulfat dan fosfat. Pembagian
tersebut dimaksudkan agar dalam kondisi pekat tidak terjadi endapan, karena Ca jika
bertemu dengan sulfat atau fosfat dalam keadaan pekat menjadi kalsium sulfat atau
kalsium fosfat dan membentuk endapan (Sutiyoso, 2004).

Pemberian nutrisi yang sesuai akan memberikan hasil yang optimal bagi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain itu pertumbuhan dan perkembangan tanaman
juga tidak lepas dari lingkungan tumbuh. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dapat
dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal. Menurut Buntoro (2014), faktor
eksternal merupakan faktor yang disebabkan dari luar tanaman dapat berupa faktor
lingkungan. Faktor internal atau faktor yang berasal dari dalam tanaman dapat berupa
faktor fisiologis dan genetika tanaman. Semua hara yang terkandung pada nutrisi
hidroponik adalah unsur esensial yang diperlukan tanaman dalam pertumbuhan dan
perkembangannya. Apabila unsur hara makro dan mikro tidak lengkap
ketersediaannya, dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Pairunan
dkk, 1997). Pertumbuhan dan perkembangan tanaman erat hubungannya dengan kedua faktor
tersebut, apabila salah satu atau semua faktor tidak mendukung maka pertumbuhan dan
perkembangan tanaman tidak dapat berjalan dengan baik.
Faktor yang berpengaruh terhadap kualitas yang dihasilkan diantaranya adalah unsur
hara. Tanaman membutuhkan 16 unsur hara/nutrisi untuk pertumbuhan yang berasal dari udara,
air, dan pupuk. Tercukupinya kebutuhan hara tanaman akan menghasilkan produk dengan
kualitas dan nilai ekonomis yang tinggi. Fitter et al. (1994) menambahkan rendahnya
ketersediaan unsur hara akan memperlambat pertumbuhan tanaman. Masing-masing unsur
hara mempunyai fungsi dan proses fisiologis tanaman, seperti nitrogen yang mempunyai
peranan sangat besar dalam pertumbuhan tanaman.
Upaya untuk mengatasi kekurangan unsur hara adalah pemupukan dengan pupuk
anorganik atau organik sesuai kebutuhan tanaman. Masalah umum dalam pemupukan
adalah rendahnya efisiensi serapan unsur hara oleh tanaman. Kurangnya unsur hara dapat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Menurut Lakitan (2007), kurangnya unsur hara N dapat
menyebabkan tanaman hijau muda, daun tua menguning. Kekurangan unsur hara P
menyebabkan tanaman hijau tua berubah keunguan dan kekurangan unsur hara K
menyebabkan tepi daun tua hijau kekuningan.

DAFTAR PUSTAKA

Buntoro, B.H. dkk. 2014. Pengaruh Takaran Pupuk Kandang dan Intensitas Cahaya
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Temu Putih (Curcuma zedoaria L.). Vegetalika
Vol.3(4).
Fitter. A. H. dan Hay, R. K. M. ,1994. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gadjah
MadaUniversity Press
Irawan. 2003. Hidroponik bercocok tanam tanpa media tanah. Penerbit M2S Bandung.
Bandung
Hartus, T. 2008. Berkebun Hidroponik Secara Murah. Edisi IX. Penerbit Penebar Swadaya.
Jakarta.

Hartus T. 2006. Berkebun hidroponik secara murah. Jakarta (ID): Penebar Swadaya
Hesami A. 2012. Date-peat as an alternative in hydroponic strawberry production. J Agri. 7(23):
3453-3458. DOI: 10.5897/AJAR11.1933.
Lakitan, B. 2007. Dasar-dasar Fisiologi tumbuhan. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta
Lingga, P. 2011. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Cetakan XXXII. Penerbit Penebar
Swadaya. Jakarta.

Lonardy, M.V., 2006. Respons Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) Terhadap Suplai
Senyawa Nitrogen DariSumber Berbeda Pada Sistem Hidroponik. ‘Skripsi” (Tidak
Dipublikasikan). Universitas Tadulako, Palu.

Nazaruddin., 2003. Budidaya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Rendah. Penebar
Swadaya, Jakarta.

Pairunan, AK., J. L. Nanere., Arifin, S., Samosir., R. Tangkesari., J. R. Lalopua., B. Ibrahim., dan H.
Asmadji., 1997. DasarDasar Ilmu Tanah. Badan Kerjasama P.T.N Indonesia Timur, Ujung
Pandang.

Resh, H.M. 2013. Hydroponic Food Production: A Definitive Guidebook for the Advanced Home
Gardener and the Commercial Hydroponic Grower. Newconcept Press, Inc. New Jersey.

Rukmana. 2004. Fisiologi Tanaman Air sebagai Fitoremediasi Logam Berat. Jakarta : UI Press

Suhardiyanto H. 2009. Teknologi Rumah Tanaman untuk lklim Tropika Basah: Pemodelan dan
Pengendalian Lingkungan. Bogor (ID)

Sutiyoso, S. 2004. Meramu Pupuk Hidroponik. Penebar Swadaya. Jakarta.


Suyanti, S., Widowati dan Suismono. 2003. Teknologi pengolahan tepung sukun dan
pemanfaatannya untuk berbagai produk makanan olahan. JurnalWarta Penelitian
Pengembangan Pertanian 25 (2): 12-13.

Anda mungkin juga menyukai