Anda di halaman 1dari 10

Laporan Praktikum

Nutrisi Tanaman

NUTRISI HIDROPONIK ORGANIK

NAMA : NUR FADHIL SAPUTRA


NIM : G011191216
KELAS : Nurisi Tanaman A
KELOMPOK :1
ASISTEN : Febry Zulqoidah

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


DEPARTEMEN BUDIDAYA TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hidroponik muncul sebagai alternatif pertanian pada lahan terbatas. Dengan
sistem ini memungkinkan sayuran ditanam di daerah yang kurang subur atau daerah
sempit yang padat penduduknya. Pengembangan hidroponik di Indonesia
mempunyai prospek yang cerah, baik untuk mengisi kebutuhan dalam negeri
maupun merebut peluang ekspor.
Kata Hidroponik berasal dari bahasa Bahasa Yunani hydro (air) dan ponos
(mengerjakan) yaitu cara budidaya tanaman dengan menggunakan medium air. Jadi
Hidroponik adalah budidaya tanaman yang dilakukan dengan menggunakan
medium bukan tanah yaitu air.
Perkembangan hidroponik berlanjut pada tahun 1600an yang diketahui bahwa
tanaman yang diairi dengan air berlumpur tumbuh lebih bagus dibanding air bening
à tanaman menyerap sesuatu dari air berlumpur à nutrisi tanaman. Lalu tahun 1860
Sach 1861 Knop memperkenalkan susunan hara untuk tanaman à nutrikultur.
Selanjutnya tahun 1925 Gericke dari Univ California memperkenalkan hidroponik
di luar Laboratorium à untuk tentara Amerika di samudra Pasifik.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam hidroponik adalah air, cahaya,
nutrisi dan CO2. Air tidak dapat digunakan sebagai media tumbuh tanpa ada
tambahan unsur hara bagi tanaman. Karena air tidak memiliki kandungan nutrisi
yang cukup bagi tanaman maka dari itu air butuh di beri nutrisi berupa unsur hara
yang dijadikan pupuk. Nutrisi hidroponik ini adalah pupuk hidroponik lengkap
yang mengadung semua unsur hara makro dan mikro yang diperlukan tanaman
hidroponik. Pupuk tersebut diformulasi secara khusus sesuai dengan jenis dan fase
pertumbuhan tanaman

1.2. Tujuan dan Kegunaan


Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui tahap-tahap dan proses-proses
budidaya tanaman dengan metode hidroponik organik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pakcoy
Beberapa jenis sawi yang saat ini cukup popular dan banyak dikonsumsi
masyarakat, antara lain sawi hijau, sawi putih, dan sawi pakcoy atau caisim. Dari
ketiga jenis sawi tersebut, pakcoy merupakan jenis yang banyak dibudidayakan saat
ini. Batang dan daunnya yang lebih lebar dari pada sawi hijau biasa, membuat sawi
jenis pakcoy lebih sering digunakan masyarakat dalam berbagai menu masakan.
Hal ini tentu memberikan prospek bisnis yang cukup cerah bagi para petani sawi
pakcoy, karena permintaan pasarnya cukup tinggi (Wibowo dan Asryanti, 2013).
Pakcoy (Brassica rapa L. var. chinesis) adalah jenis sayuran yang sering
ditemui dan mudah untuk didapatkan. Namun produksi pakcoy di Indonesia belum
mampu mengimbangi permintaan masyarakat yang relative meningkat. Salah satu
upaya untuk meningkatkan produktifitas sawi pakcoy dapat dilakukan dengan
Teknik budidaya secara hidroponik. Pemberian larutan nutrisi dan media tanam
yang tepat akan meningkatkan produktivitas tanaman pakcoy (Bahzar dan Santosa,
2018).
Dilihat akan begitu besar kandungan gizi dan manfaat tanaman Sawi Pakcoy
tidak diimbangi dengan produksi yang dihasilkan dari lahan pertanian masyarakat.
Hal ini terjadi dikarenakan menyusutnya luas lahan pertanian diakibatkan konversi
lahan pertanian menjadi pemukiman penduduk, industri dan kegiatan ekonomi
lainnya non pertanian. Kondisi lahan pertanian yang semikin berkurang, sementara
disatu sisi kebutuhan akan pangan dari sektor pertaniian semakin meningkan,
mendorong sektor peratanian, baik pemerintah maupun masyarakat petani untuk
meingkatkan produksi pertanian pada lahan yang terbatas. Salah satunya dengan
menghasilkan sayuran yang segar, sehat dan berkualitas, maka diperlukan
penanganan yang baik yang dimulai dari pemilihan lokasi, benih sampai pemilihan
cara pemupukan (Rizal, 2017).
2.2. Hidroponik
Menurut Raffar (1993) dalam Rosliani dan Sumarni (2005), sistem hidroponik
merupakan cara produksi tanaman yang sangat efektif. Sistem ini dikembangkan
berdasarkan alasan bahwa jika tanaman diberi kondisi pertumbuhan yang optimal,
maka potensi maksimum untuk berproduksi dapat tercapai. Hal ini berhubungan
dengan pertumbuhan sistem perakaran tanaman, di mana pertumbuhan perakaran
tanaman yang optimum akan menghasilkan pertumbuhan tunas atau bagian atas
yang sangat tinggi. Pada sistem hidroponik, larutan nutrisi yang diberikan
mengandung komposisi garamgaram organik yang berimbang untuk
menumbuhkan perakaran dengan kondisi lingkungan perakaran yang ideal.
Hidroponik adalah lahan budidaya pertanian tanpa menggunakan media tanah,
sehingga hidroponik merupakan aktivitas pertanian yang dijalankan dengan
menggunakan air sebagai medium untuk menggantikan tanah. Sehingga sistem
bercocok tanam secara hidroponik dapat memanfaatkan lahan yang
sempit.Pertanian dengan menggunakan sistem hidroponik memang tidak
memerlukan lahan yang luas dalam pelaksanaannya, tetapi dalam bisnis pertanian
hidroponik hanya layak dipertimbangkan mengingat dapat dilakukan di pekarangan
rumah,atap rumah maupun lahan lainnya (Roidah, 2014).
Pada Teknik ini hara disediakan dalam bentuk larutan hara, mengandung semua
unsur hara esensial yang dibutuhkan oleh tanaman agar tercapai pertumbuhan
normal. Nutrisi yang diperlukan tanaman dapat dipenuhi dengan meramu sendiri
berbagai garam kimia, car aini memerlukan keteampilan dan pengetahuan khusus
(Wasonowati, 2011).
2.3. Nutrisi Hidroponik
Nutrisi dalam hidroponik dibagi menjadi 2 yaitu nutrisi yang mengandung
unsur makro dan yang mengandung unsur mikro. Nutrisi yang mengandung unsur
makro yaitu nutrisi yang dibutuhkan dalam jumlah banyak seperti N, P, K, S, Ca,
dan Mg. Nutrisi yang mengandung unsur mikro merupakan nutrisi yang dibutuhkan
dalam jumlah yang sedikit seperti Mn, Cu, Zn, Cl, Cu, Na dan Fe (Hidayanti dan
Kartika, 2019).
Ketersediaan nutrisi hidroponik yang berkualitas memegang peranan penting
dalam keberhasilan produksi komoditas secara hidroponik (Qurrohman, 2017
dalam Frasetya et.al, 2018). Hasil penelitian Sismanto (2016) berat basah tanaman
pakcoi yang diberi formulasi nutrisi berbeda, memberikan pengaruh terhadap berat
segar tanaman dengan pemberian electrical conductivity (EC) yang sama, yaitu 2,5
mS cm-1 (Frasetya et.al, 2018).
Perlu ditambahkan sistem kendali pH maupun sistem kendali kepekatan nutrisi,
karena suhu dan pH serta nutrisi sangat berkaitan untuk menunjang tumbuhnya
tanaman hidroponik yang berkualitas baik.(Helmy et.al, 2018).
2.4 Pupuk Organik Cair (POC)
Pupuk organik cair merupakan salah satu jenis pupuk yang banyak beredar di
pasaran. Pupuk organik cair kebanyakan diaplikasikan melalui daun atau disebut
sebagai pupuk cair foliar yang mengandung hara makro dan mikro esensial (N, P,
K, S, Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn, dan bahan organik). Pupuk organik cair
mempunyai beberapa manfaat diantaranya dapat mendorong dan meningkatkan
pembentukan klorofil daun dan pembentukan bintil akar pada tanaman leguminosae
sehingga meningkatkan kemampuan fotosintesis tanaman dan penyerapan nitrogen
dari udara, dapat meningkatkan vigor tanaman sehingga tanaman menjadi kokoh
dan kuat, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan, cekaman cuaca
dan serangan patogen penyebab penyakit, merangsang pertumbuhan cabang
produksi, serta meningkatkan pembentukan bunga dan bakal buah, serta
mengurangi gugurnya daun, bunga dan bakal buah (Rizqiani, 2007)
Pemberian pupuk organik cair harus memperhatikan konsentrasi atau dosis yang
diaplikasikan terhadap tanaman. Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa
pemberian pupuk organik cair melalui daun memberikan pertumbuhan dan hasil
tanaman yang lebih baik daripada pemberian melalui tanah (Hanolo, 1997 dalam
Rizqiani et,al. 2007).
Penggunaan dosis pupuk organik cair dengan teknologi unggulan, berkualitas
tinggi yang merupakan hasil ekstraksi dari berbagai bahan organik (ikan, tanaman
dan hewan) yang diproses dengan bioteknologi tinggi yang mengandung banyak
unsur makro dan mikro. Agar tujuan pemupukan tercapai, pupuk harus
diaplikasikan secara tepat. Dalam pemupukan, ada beberapa hal penting yang harus
diperhatikan, diantaranya adalah jenis tanaman yang akan dipupuk, jenis pupuk
yang digunakan, dan waktu pemberian yang tepat. Jika ketiga hal ini terpenuhi,
maka efisiensi dan efektivitas pemupukan akan tercapai. Pupuk yang digunakan
harus sesuai dengan jenis dan kondisi tanaman (Barus et.al, 2014).
2.5 AB Mix
Menurut Nugraha (2014) dalam Hidayanti dan Kartika (2019), AB mix
merupakan larutan hara yang terdiri dari stok A yang berisi unsur hara makro dan
stok B berisi unsur hara mikro.
Nutrisi hidroponik AB Mix pada umumnya terdiri dari 12 unsur dari 16 unsur
yang dibutuhkan tanaman. Unsur C, H, O tidak diperhitungkan karena tersedia di
udara dan air, sedangkan unsur Cl tidak ditambahkan pada nutrisi hidroponik
karena tanaman sangat rentan terhadap kelebihan Cl. Pembuatan formulasi nutrisi
agar tanaman tumbuh dan memberikan hasil panen optimum tergantung pada
beberapa variable (Qurrohman dan Taufik, 2017).
Konsentrasi AB Mix yang paling baik terhadap pertumbuhan sawi secara
hidroponik adalah 1100 ppm dan macam varietas sawi yang menunjukkan respon
pertumbuhan yang terbaik adalah sawi hijau serta Interaksi antara perlakuan
konsentrasi larutan nutrisi AB Mix terhadap macam varietas sawi menujukkan hasil
yang berbeda tidak nyata (Furoidah, 2018)
BAB III
METODOLOGI

3.1 Pupuk Organik Cair

3.1.1 Tempat dan Waktu


Praktikum dilaksanakan di Teaching Farm, Fakultas Pertanian Universitas
Hasanuddin, Makassar pada hari selasa, 14 September 2021, pukul 10.00 -selesai
WITA.
3.1.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah parang, pisau, ember, tali
rafiah, botol bekas, selang akuarim, trash bag, lakban dan karung.
Bahan yang diperlukan ialah bonggol pisang, sabun colek, daun gamal, EM4,
larutan gula merah, pisang, limbah sayur, terasi, air kelapa, dan air cucian beras.
3.1.3 Prosedur Kerja
1. Pada tahap pertama semua bahan padat dicacah hingga halus.
2. Setelah halus semua bahan dicampurkan kedalam karung yang telah
dimasukkan ke ember.
3. Masukkan larutan gula merah, air kelapa dan terasi kedalam bahan yang
telah halus.
4. Tutup ember kemudian beri lubang untuk memasukan selang akuarium.
5. Ujung selang disambungkan ke botol yang berisi air
6. Simpan POC di tempat yang teduh kemudian amati setiap minggu

3.2 Hidroponik

3.2.1 Tempat dan Waktu


Praktikum dilaksanakan di Instalasi Hidroponik Green House, BTN Antara,
Makassar pada hari selasa, 21 September 2021, pukul 17.00 -selesai WITA.
3.2.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah talang dan sikat botol
sedangkan bahan yang digunakan adalah sabun colek, rockwool dan benih pakcoy
3.2.3 Prosedur Kerja
1. Langkah pertama yang dilakukan adalah membersihkan instalasi
hidroponik
2. Kemudian potong rockwool setebal 2cm sebanyak 30 potong
3. Rendam benih pakcoy dengan air
4. Rendam rockwool dengan air
5. Setelah direndam benih dimasukkan ke rockwool yang tlah dipotong
potong
6. Masukkan semaian ke dalam wadah
7. Tutup wadah menggunakan pelastik hitam dan amati perkembangan
tanaman setiap hari.
DAFTAR PUSTAKA

Bahzar, M, H. Santosa, Mudji. 2018. Pengaruh Nutrisi dan Media Tanam Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Pakcoy (Brrassica rapa L. var.
chinensis) Dengan Sistem Hidroponik Sumbu. Jurnal Produksi Tanaman.
Vol 6 (7): 1273-1281. Malang

Barus, W, A. Khair, Hadriman. Siregar, M, A. Respon Pertumbuhan dan Produksi


Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.) Akibat Penggunaan Pupuk Organik
Cair dan Pupuk TSP. Jurnal Agrium. Vol 19 (1): 1-11. Medan.

Furoidah, Nanik. 2018. Efktivitas Penggunaan AB Mix Terhadap Pertumbuhan


Beberapa Varietas Sawi (Brassica sp.). Jurnal Core. Vol 2 (1): 239-246.
Jember.

Frasetya, Budy. Harisman, Kundang. Rohim, Abdul. Hidayat, Cecep. 2018.


Evaluasi Nutrisi Hidroponik Alternatif Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Mentimun Jepang Varietas Roberto pada Hidroponik Irigasi Tetes Infus.
Jurnal Agroteknologi. Vol 1 (1): 1-30. Bandung.

Helmy. Rahmawati, Aji. Ramadhan, Syahrul. Setyawan, T, A. Nursyahid, Arif.


2018. Pemantauan dan Pengendalian Kepekatan Larutan Nutrisi
Hidroponik Berbasis Jaringan Sensor Nirkabel. Jurnal JNTETI. Vol 7 (4):
391-396.

Hidayanti, Lilik. Kartika, Trimin. 2019. Pengaruh Nutrisi AB Mix Terhadap


Pertumbuhan Tanaman Bayam Merah (Amaranthus tricolor L.) Secara
Hidroponik. Jurnal Ilmiah Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Vol
16 (2): 166-175. Palembang.

Qurrohman, Taufik, B, F. 2017. Formulasi Nutrisi Hidroponik AB Mix dengan


aplikasi MS Excel dan Hydrobuddy. Vol 1 (1): 1-27. Yogyakarta

Rizal, Syamsul. 2017. Pengaruh Nutrisi Yang Diberikan Terhadap Pertumbuhan


Tanaman Sawi Pakcoy (Brassica rapa L.) Yang Ditanam Secara
Hidroponik. Jurnal Biologi. Vol 14 (1): 38-44

Rosliani, Rini. Sumarni, Nani. 2005. Budidaya Tanaman Sayuan Dengan Sistem
Hidroponik. Litbang Pertanian. Vol 1 (27): 1-36

Roidah, I, S. 2014. Pemanfaatan Lahan Dengan Menggunakan Sistem Hidroponik.


Jurnal universitas Tulungagung BONOROWO. Vol 1 (2): 43-50.
Tulungagung.

Rakaman, Aulia. Lanya, Budianto, Rosadi, R, A, B. Kadir, M, Z. 2015.


Pertumbuhan Tanaman Sawi Menggunakan Sistem Hidroponik dan
Akuaponik. Jurnal Teknik Pertanian Lampung. Vol 4 (4): 245-254.
Lampung
Rizqiani, N, F. Ambarwati, Erlina. Yuwono, N, W. 2007. Pengaruh Dosis dan
Frekuensi Pemberian Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan dan
Hasil Buncis (Phaseolus vulgais L.) Dataran Rendah. Jurnal Ilmu Tanah
dan Lingkungan. Vol 7 (1): 43-53. Yogyakarta

Wibowo, Sapto. Asriyanti, S, Arum. 2013. Aplikasi Hidroponik NFT pada


Budidaya Pakcoy (Brassica rapa chinensis). Jurnal Penelitian Pertanian
Terapan. Vol 13 (3): 159-167. Banjarnegara

Wasonowati, Catur. 2011. Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman Tomat


(Lycopersicon esculentum) Dengan Sistem Budidaya Hidroponik. Vol 4
(1): 21-28. Madura.

Anda mungkin juga menyukai