Nutrisi Tanaman
2.1. Pakcoy
Beberapa jenis sawi yang saat ini cukup popular dan banyak dikonsumsi
masyarakat, antara lain sawi hijau, sawi putih, dan sawi pakcoy atau caisim. Dari
ketiga jenis sawi tersebut, pakcoy merupakan jenis yang banyak dibudidayakan saat
ini. Batang dan daunnya yang lebih lebar dari pada sawi hijau biasa, membuat sawi
jenis pakcoy lebih sering digunakan masyarakat dalam berbagai menu masakan.
Hal ini tentu memberikan prospek bisnis yang cukup cerah bagi para petani sawi
pakcoy, karena permintaan pasarnya cukup tinggi (Wibowo dan Asryanti, 2013).
Pakcoy (Brassica rapa L. var. chinesis) adalah jenis sayuran yang sering
ditemui dan mudah untuk didapatkan. Namun produksi pakcoy di Indonesia belum
mampu mengimbangi permintaan masyarakat yang relative meningkat. Salah satu
upaya untuk meningkatkan produktifitas sawi pakcoy dapat dilakukan dengan
Teknik budidaya secara hidroponik. Pemberian larutan nutrisi dan media tanam
yang tepat akan meningkatkan produktivitas tanaman pakcoy (Bahzar dan Santosa,
2018).
Dilihat akan begitu besar kandungan gizi dan manfaat tanaman Sawi Pakcoy
tidak diimbangi dengan produksi yang dihasilkan dari lahan pertanian masyarakat.
Hal ini terjadi dikarenakan menyusutnya luas lahan pertanian diakibatkan konversi
lahan pertanian menjadi pemukiman penduduk, industri dan kegiatan ekonomi
lainnya non pertanian. Kondisi lahan pertanian yang semikin berkurang, sementara
disatu sisi kebutuhan akan pangan dari sektor pertaniian semakin meningkan,
mendorong sektor peratanian, baik pemerintah maupun masyarakat petani untuk
meingkatkan produksi pertanian pada lahan yang terbatas. Salah satunya dengan
menghasilkan sayuran yang segar, sehat dan berkualitas, maka diperlukan
penanganan yang baik yang dimulai dari pemilihan lokasi, benih sampai pemilihan
cara pemupukan (Rizal, 2017).
2.2. Hidroponik
Menurut Raffar (1993) dalam Rosliani dan Sumarni (2005), sistem hidroponik
merupakan cara produksi tanaman yang sangat efektif. Sistem ini dikembangkan
berdasarkan alasan bahwa jika tanaman diberi kondisi pertumbuhan yang optimal,
maka potensi maksimum untuk berproduksi dapat tercapai. Hal ini berhubungan
dengan pertumbuhan sistem perakaran tanaman, di mana pertumbuhan perakaran
tanaman yang optimum akan menghasilkan pertumbuhan tunas atau bagian atas
yang sangat tinggi. Pada sistem hidroponik, larutan nutrisi yang diberikan
mengandung komposisi garamgaram organik yang berimbang untuk
menumbuhkan perakaran dengan kondisi lingkungan perakaran yang ideal.
Hidroponik adalah lahan budidaya pertanian tanpa menggunakan media tanah,
sehingga hidroponik merupakan aktivitas pertanian yang dijalankan dengan
menggunakan air sebagai medium untuk menggantikan tanah. Sehingga sistem
bercocok tanam secara hidroponik dapat memanfaatkan lahan yang
sempit.Pertanian dengan menggunakan sistem hidroponik memang tidak
memerlukan lahan yang luas dalam pelaksanaannya, tetapi dalam bisnis pertanian
hidroponik hanya layak dipertimbangkan mengingat dapat dilakukan di pekarangan
rumah,atap rumah maupun lahan lainnya (Roidah, 2014).
Pada Teknik ini hara disediakan dalam bentuk larutan hara, mengandung semua
unsur hara esensial yang dibutuhkan oleh tanaman agar tercapai pertumbuhan
normal. Nutrisi yang diperlukan tanaman dapat dipenuhi dengan meramu sendiri
berbagai garam kimia, car aini memerlukan keteampilan dan pengetahuan khusus
(Wasonowati, 2011).
2.3. Nutrisi Hidroponik
Nutrisi dalam hidroponik dibagi menjadi 2 yaitu nutrisi yang mengandung
unsur makro dan yang mengandung unsur mikro. Nutrisi yang mengandung unsur
makro yaitu nutrisi yang dibutuhkan dalam jumlah banyak seperti N, P, K, S, Ca,
dan Mg. Nutrisi yang mengandung unsur mikro merupakan nutrisi yang dibutuhkan
dalam jumlah yang sedikit seperti Mn, Cu, Zn, Cl, Cu, Na dan Fe (Hidayanti dan
Kartika, 2019).
Ketersediaan nutrisi hidroponik yang berkualitas memegang peranan penting
dalam keberhasilan produksi komoditas secara hidroponik (Qurrohman, 2017
dalam Frasetya et.al, 2018). Hasil penelitian Sismanto (2016) berat basah tanaman
pakcoi yang diberi formulasi nutrisi berbeda, memberikan pengaruh terhadap berat
segar tanaman dengan pemberian electrical conductivity (EC) yang sama, yaitu 2,5
mS cm-1 (Frasetya et.al, 2018).
Perlu ditambahkan sistem kendali pH maupun sistem kendali kepekatan nutrisi,
karena suhu dan pH serta nutrisi sangat berkaitan untuk menunjang tumbuhnya
tanaman hidroponik yang berkualitas baik.(Helmy et.al, 2018).
2.4 Pupuk Organik Cair (POC)
Pupuk organik cair merupakan salah satu jenis pupuk yang banyak beredar di
pasaran. Pupuk organik cair kebanyakan diaplikasikan melalui daun atau disebut
sebagai pupuk cair foliar yang mengandung hara makro dan mikro esensial (N, P,
K, S, Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn, dan bahan organik). Pupuk organik cair
mempunyai beberapa manfaat diantaranya dapat mendorong dan meningkatkan
pembentukan klorofil daun dan pembentukan bintil akar pada tanaman leguminosae
sehingga meningkatkan kemampuan fotosintesis tanaman dan penyerapan nitrogen
dari udara, dapat meningkatkan vigor tanaman sehingga tanaman menjadi kokoh
dan kuat, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan, cekaman cuaca
dan serangan patogen penyebab penyakit, merangsang pertumbuhan cabang
produksi, serta meningkatkan pembentukan bunga dan bakal buah, serta
mengurangi gugurnya daun, bunga dan bakal buah (Rizqiani, 2007)
Pemberian pupuk organik cair harus memperhatikan konsentrasi atau dosis yang
diaplikasikan terhadap tanaman. Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa
pemberian pupuk organik cair melalui daun memberikan pertumbuhan dan hasil
tanaman yang lebih baik daripada pemberian melalui tanah (Hanolo, 1997 dalam
Rizqiani et,al. 2007).
Penggunaan dosis pupuk organik cair dengan teknologi unggulan, berkualitas
tinggi yang merupakan hasil ekstraksi dari berbagai bahan organik (ikan, tanaman
dan hewan) yang diproses dengan bioteknologi tinggi yang mengandung banyak
unsur makro dan mikro. Agar tujuan pemupukan tercapai, pupuk harus
diaplikasikan secara tepat. Dalam pemupukan, ada beberapa hal penting yang harus
diperhatikan, diantaranya adalah jenis tanaman yang akan dipupuk, jenis pupuk
yang digunakan, dan waktu pemberian yang tepat. Jika ketiga hal ini terpenuhi,
maka efisiensi dan efektivitas pemupukan akan tercapai. Pupuk yang digunakan
harus sesuai dengan jenis dan kondisi tanaman (Barus et.al, 2014).
2.5 AB Mix
Menurut Nugraha (2014) dalam Hidayanti dan Kartika (2019), AB mix
merupakan larutan hara yang terdiri dari stok A yang berisi unsur hara makro dan
stok B berisi unsur hara mikro.
Nutrisi hidroponik AB Mix pada umumnya terdiri dari 12 unsur dari 16 unsur
yang dibutuhkan tanaman. Unsur C, H, O tidak diperhitungkan karena tersedia di
udara dan air, sedangkan unsur Cl tidak ditambahkan pada nutrisi hidroponik
karena tanaman sangat rentan terhadap kelebihan Cl. Pembuatan formulasi nutrisi
agar tanaman tumbuh dan memberikan hasil panen optimum tergantung pada
beberapa variable (Qurrohman dan Taufik, 2017).
Konsentrasi AB Mix yang paling baik terhadap pertumbuhan sawi secara
hidroponik adalah 1100 ppm dan macam varietas sawi yang menunjukkan respon
pertumbuhan yang terbaik adalah sawi hijau serta Interaksi antara perlakuan
konsentrasi larutan nutrisi AB Mix terhadap macam varietas sawi menujukkan hasil
yang berbeda tidak nyata (Furoidah, 2018)
BAB III
METODOLOGI
3.2 Hidroponik
Bahzar, M, H. Santosa, Mudji. 2018. Pengaruh Nutrisi dan Media Tanam Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Pakcoy (Brrassica rapa L. var.
chinensis) Dengan Sistem Hidroponik Sumbu. Jurnal Produksi Tanaman.
Vol 6 (7): 1273-1281. Malang
Rosliani, Rini. Sumarni, Nani. 2005. Budidaya Tanaman Sayuan Dengan Sistem
Hidroponik. Litbang Pertanian. Vol 1 (27): 1-36